Anda di halaman 1dari 10

PENDAHULUAN

Manusia pasti beraktivitas dalam menjalani kesehariannya, tidak banyak yang menyadari
bahwa manusia yang beraktivitas di luar ruangan maupun di dalam ruangan dapat menghasilkan
keringat. Karena tubuh manusia terdiri atas 60% cairan dari total berat badan. Keringat yang
keluar dari ketiak dapat menimbulkan krisis kepercayaan diri, lantaran keringat tersebut
menyebabkan ketiak basah dan mengeluarkan bau yang tidak sedap. Namun masalah ini dapat
teratasi dengan menggunakan deodoran atau antiprespirant pada ketiak. Walaupun deodoran tidak
dapat mengatasi masalah bau badan secara permanen. Namun deodoran mampu menghilangkan
bau badan saat beraktivitas jika dipakai setiap hari (tribunliputan, 2022)[1]. Deodoran masuk
pertama kali di Indonesia tahun 1960-an yang dibawa oleh perusahaan Unilever (Wikipedia,2007)
[2] ada banyak merek deodorant antara lain rexona, dove, nivea dan juga deodoran axe. Axe
sendiri adalah sebuah merek produk perawatan diri yang dimiliki oleh perusahaan multinasional
dari inggris yang Bernama Unilever dan menyasar pasar anak muda(Wikipedia, 2012)[3].
Pasar persaingan produk deodoran di Indonesia sangat dinamis, ada beberapa produk
deodorant yang masuk ke dalam top brand index, menurut data (TBI) produk Rexona menempati
posisi pertama dalam 3 tahun kebelakang dengan index TBI 2022 sebesar 53,5%.kemudian ada
produk yang menempati posisi keempat dengan nilai index TBI sebesar 4,8% pada tahun 2021
lalu mengalami kenaikan di tahun 2022 dengan nilai index TBI sebesar 5,4% produk Axe
menempati posisi kedua top brand ditahun 2020 dengan persentase 13.00% sedangkan produk
Dove menempati posisi ketiga( Topbrand, 2022)[4]. Kemudian ditahun 2021 produk axe
mempunyai persentase sebesar 8.60% mengalami penurunan sebesar 4.40% dari tahun sebelumnya
dan produk Dove naik ke posisi dua dengan persentase 16.70% mengalami kenaikan sebesar
5.20% . Pada tahun 2022 axe mengalami kenaikan sebesar 1.70% hingga mencapai persentase
sebesar 10.30% (Topbrand,2020, 2021)[5], [6]. Kenaikan tersebut menunjukan adanya pembelian
ulang oleh konsumen. Pembelian ulang, Menurut (Hawkins,2010: 131) dalam (febriansyah, 2021)
[7] dalam [8],keputusan pembelian ulang kembali, yaitu, pembelian kembali adalah tindakan
pembelian kembali yang dilakukan oleh konsumen terhadap produk dengan merek yang sama
tanpa perasaan yang berarti terhadap produk. Pembelian ulang atau niat mengunjungi kembali
berasal dari niat perilaku (Bintarti & Kurniawan, 2017)[9], dimana niat perilaku merupakan segala
sesuatu yang terhubung kedalam perilaku tertentu diantaranya niat pembelian ulang (Oliver, 1997
dalam Bintarti & Kurniawan 2017)[10] dalam [9].Niat pembelian kembali didefinisikan sebagai
keyakinan seseorang bahwa mereka akan membeli layanan lagi dinominasikan oleh perusahaan
yang sama karena situasi dan peluang dan kondisinya (Hellier et al., 2003) dalam (hendratono et
al, 2019) [11] dalam [12]. Menurut (Ali Hasan,2014)[13] minat beli ulang yaitu minat pembelian
yang berdasarkan atas pengalaman pembelian yang telah dilakukan dimasa lalu,kemudian (ali
hasan, 2014)[13] mengemukakan minat beli ulang (repeat intention to buy) dapat diidentifikasi
melalui indikator sebagai berikut: a. Minat transaksional, b. Minat referensial. c. Minat
preferensial, d. minat eksploratif. Banyak yang bisa dilakukan oleh produsen dalam menarik
konsumen salah satunya meningkatkan kualitas produk
Usaha produsen agar memikat konsumen untuk melakukan pembelian ulang, salah satu
caranya adalah meningkatkan kualitas produknya. Seperti pada produk deodorant merek Rexona
memiliki perlindungan selama 72 jam dari keringat dan bau badan, kemudian pada deodorant
Dove memberikan klaim dapat melindungi ketiak dari keringat dan bau badan selama 48 jam.
Produknya AXE terkenal karena mempunyai dua fungsi yaitu sebagai deodoran dan juga parfum
karena kepraktisan dan kualitasnya maka dari itu membuat konsumen membelinya Kembali.
Penelitian Menurut (Tjiptono et al,2012)[14], kualitas produk merupakan kombinasi dari
karakteristik dan karakteristik yang menentukan sejauh mana output dapat memenuhi persyaratan
Permintaan untuk kebutuhan pelanggan atau mengevaluasi ukuran yang jenis dan Fitur yang sesuai
dengan kebutuhannya. (Tjiptono et al,2012) dalam (winata,2020) [14] dalam [15] , indikator
kualitas produk diantaranya: a. variasi produk yang bermacam - macam, b. wangi yang enak, c.
wangi parfum stabil, dan d. Higienis. Kualitas merupakan salah satu keputusan penting dalam
menaikan daya saing produk demi memberi kepuasan kepada konsumen yang melebihi atau paling
tidak sama dengan kualitas produk dari pesaing juga (Ghoribi & Waloejo. 2018) dalam (Yudiana
& Indiani, 2022)[16] dalam [17]. (yudiana & Indiani, 2022)[17]menyatakan bahwa kualitas
produk berpengaruh pada aksi pembelian ulang oleh konsumen, kemudian pada penelitian (Izul
dan Budiantono, 2021) [18] menyatakan bahwa kualitas produk yang semakin tinggi dapat
meningkatkan minat pembelian ulang kembali. Sedangkan di dalam penelitian yang lain
mengatakan bahwa kualitas produk berpengaruh negatif terhadap pembelian ulang (Prasetya &
Yulius, 2018)[19] karena itu ada faktor lain yang dapat mempengaruhi pembelian ulang seperti
iklan, harga dan kualitas pengalaman.
Iklan juga memiliki pengaruh yang besar, iklan juga menjadi nilai utama penentu
keberhasilan suatu rencana pemasaran. iklan yang dilakukan deodoran axe merupakan usaha untuk
mendatangkan konsumen.Iklan yang ideal apabila iklan tersebut dapat menimbulkan perhatian,
menarik, dapat menimbulkan keinginan, dan menghasilkan suatu tindakan. Iklan juga dapat
dipahami sebagai semua bentuk bayaran untuk mempresentasikan dan mempromosikan ide
barang, atau jasa secara non personal oleh sponsor yang jelas (Harman Malau, 2017) dalam
(zullaihah et al., 2021) [20] dalam [21]. Penjelasan indikator iklan berdasarkan (Wibisono,2012)
dalam (zullaihah et al., 2021) [22] dalam [21], yaitu: a. Dapat menimbulkan perhatian, b. menarik,
c. dapat menimbulkan keinginan, d. dan menghasilkan suatu tindakan. Seperti deodoran axe yang
wanginya sangat unik, dan kemasannya yang menarik. Penelitan (Asriah Immawati, 2018) [23]
menunjukan bahwa iklan berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap pembelian ulang, hasil
yang sama juga didapatkan dalam penelitian (zullaihah et al., 2021) [21]. Namun hal tersebut di
bantah oleh penelitian(Mareta & Kurniawati, 2020) [24] yang menyatakan bahwa iklan
berpengaruh positif dan signifikan terhadap pembelian ulang, hasil penelitian tersebut didukung
juga dengan hasil penelitian dari (Yudha Prawira et al,2019)[25] yang menyatakan bahwa Variabel
iklan berpengaruh secara parsial pada minat pembelian ulang. Variabel lain yang juga tak kalah
penting mempengaruhi pembelian ulang adalah variabel harga.
Harga yang ditawarkan oleh produk Axe kepada konsumen sangat beragam dan
terjangkau, Harga axe sendiri berkisaran enam ribu rupiah sampai dengan seratus lima puluh tiga
ribu rupiah, dan juga produk axe mempunyai kemasan yang beragam sehingga memudahkan
konsumen untuk membawanya. Harga adalah sudah lama dianggap sebagai faktor kunci yang
menentukan konsumen melakukan pembelian (Zeithaml, 1988) dalam (Pramudana & santika,
2018) [26] dalam [27]. Harga dapat diartikan sebagai besaran pengorbanan dengan apa yang
didapatkan dari barang dan jasa, untuk mengukur harga indikator yang digunakan adalah menurut
(Zeithaml, 1988)[26] yaitu : a. Harga terjangkau, b. Sesuai layanan yang diterima, c. Sesuai
fasilitas yang diterima, d. Lebih murah dari pesaing. Penelitian dari (Pramudana & santika, 2018)
[27] mengatakan bahwa kebijakan harga berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan
pembelian ulang, hasil tersebut juga dijumpai pada penelitian(Prayoni and Respati, 2020) [28].
Namun menurut (Akbar,2020) harga tidak memiliki pengaruh terhadap pembelian ulang Kembali.
Kualitas produk,dan iklan tidak selalu signifikan terhadap pembelian ulang sehingga terjadi
GAP maka untuk mengisinya di pilihlah kepuasan pelanggan untuk mengisi GAP tersebut.
kepuasan pelanggan yaitu perasaan senang atau kecewa seseorang yang keluar setelah
membanding kan antara performa (hasil) produk yang dipikirkan atau dipersepsikan terhadap
performa (hasil) yang diharapkan (Kotler, 2005 : 70)[29]. Kemudian Menurut (Kotler, 1997 : 42)
dalam (Sugiharto,2020)[30] dalam [31] menjelaskan bahwa perusahaan dapat meningkatkan
kepuasan konsumen dengan jalan menjual produk dengan harga memadai atau meningkatkan
layanan dan meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan perusahaan dapat meningkatkan
kepuasan pelanggan dengan jalan menjual produk dengan harga proposional atau meningkatkan
layanan dan mengadakan peningkatan kualitas produk yang dihasilkan. Lalu Menurut (Irawan,
2008 : 37) dalam (Sugiharto,2020) [32] dalam [31] kepuasan pelanggan ditentukan oleh persepsi
pelanggan atas kinerja produk atau jasa dalam memenuhi harapan pelanggan. Pelanggan merasa
puas apabila harapannya terpenuhi atau akan sangat puas jika harapan pelanggan terlampaui.
Indikator kepuasan pelanggan dapat diukur dengan beberapa indikator, yaitu : a. perasaan puas, b.
selalu membeli produk, c. akan merekomendasikan kepada orang lain, d. terpenuhinya harapan
pelanggan setelah membeli produk (Irawan, 2008) [32]. Penelitian yang dilakukan oleh (Sugiharto,
2020) [31] menunjukan bahwa kepuasan pengalaman mempengaruhi pembelian ulang secara
positif dan signifikan. Berdasarkan paparan penjelasan latar belakang sebelumnya menunjukan
bahwa kualitas pengalaman muncul sebagai variabel yang memediasi antara kualitas produk, harga
dan iklan terhadap pembelian ulang, sehingga dapat didefinisikan bahwa judul dalam penelitian ini
adalah tentang “Kualitas Pengalaman Memediasi Kualitas Produk, Harga, Iklan Terhadap
Pembelian Ulang”
Hipotesis pertama (H1) : Kualitas produk pada produk axe berpengaruh positif signifikan
terhadap pembelian ulang.
Ditetapkan hipotesa ini didukung oleh artikel penelitian terdahulu yaitu
dalam (tjiptono et al,2012) dan (yudiana & Indiani, 2022) dan (Izul dan
Budiantono, 2021)
Hipotesis kedua (H2) : Iklan pada produk axe berpengaruh positif signifikan terhadap
pembelian ulang.
Ditetapkan hipotesa ini didukung oleh artikel penelitian terdahulu yaitu
dalam (Wibisono,2012), (Mareta & Kurniawati, 2020) dan (Yudha
Prawira et al,2019)
Hipotesis ketiga (H3) : Kualitas produk pada Axe yang di mediasi kualitas pengalaman
berpengaruh positif signifikan terhadap pembelian ulang.
Ditetapkan hipotesa ini didukung oleh artikel penelitian terdahulu yaitu
dalam (tjiptono et al,2012) dan (yudiana & Indiani, 2022) dan (Izul dan
Budiantono, 2021)
Hipotesis keempat (H4) : Harga pada produk Axe yang di mediasi kualitas pengalaman
berpengaruh positif signifikan terhadap pembelian ulang.
Ditetapkan hipotesa ini didukung oleh artikel penelitian terdahulu yaitu
dalam (Zeithaml,1988), (Prayoni and Respati, 2020) dan (Pramudana &
santika, 2018)
Hipotesis kelima (H5) : Iklan pada produk Axe yang di mediasi kualitas pengalaman
berpengaruh positif signifikan terhadap pembelian ulang.
Ditetapkan hipotesa ini didukung oleh artikel penelitian terdahulu yaitu
dalam (Wibisono,2012), (Mareta & Kurniawati, 2020) dan (Yudha
Prawira et al,2019)

Gambar.1 : Konsep Penelitian

METODE
Penelitian ini berjenis kuantitatif dengan pendekatan survey. Data yang digunakan adalah
data primer dengan alat bantu berupa kuesioner atau angket. Populasi pada penelitian ini sangat
besar dan tidak terhitung jumlahnya maka penelitian ini bersifat non probability sampling
kemudian teknik pengumpulan respondennya dengan menggunakan Teknik insidental sampling.
Sehingga ukuran sampel yang diambil sejumlah 75 responden(Ghozali,2021)[33]. Data yang
dikumpulkan akan dilakukan uji kelayakan dengan Teknik validitas dan reabilitas. Langkah
berikutnya maka dilakukan hasil uji kelayakan data tersebut diolah dan dianalisa dengan teknik
regresi menggunakan software WarpPLS.

HASIL

Axe adalah sebuah merek produk perawatan diri yang dimiliki perusahaan multinasional dari
ingris yang Bernama Unilever dan menyasar pasar anak muda. Axe di jual dengan nama lynx di
ingris, irlandia, malta, Australia, New zealand dan cina. Produk Axe diluncurkan untuk pertama
kalinya pada tahun 1983 di Prancis. Varian aroma dari axe berkembang dari waktu ke waktu. Pada
tahun 1983 hingga sekitar tahun 1989, nama varian produk dari axe adalah deskripsi dari wangi
yang ada di dalam produk axe seperti musk,spice,amber,oriental dan marine.kemudian pada tahun
1990 sampai tahun 1996 memakai nama geografik untuk produk yang dipasarkan, namun saat ini
axe memakai nama keren untuk setiap varian produknya. Populasi pada penelitian ini adalah
masyarakat yang pernah menggunakan deodorant axe dan sampel yang sudah mengisi angket
sebanyak 75 responden. Berdasarkan data yang telah terkumpul penulis melakukan Analisa data
dengan melakukan uji kelayakan data dengan cara Uji Validitas Konvergen, Uji Realibitas dan Uji
Analisis SEM dengan Partial Least Square
1. Uji Kelayakan Data
a. Hasil Uji Validitas Konvergen kualitas produk, harga, iklan, kualitas pengalaman, dan
pembelian ulang
Tabel 1 Uji Validitas Konvergen
Indikator Loading Faktor P-Value Keterangan
X1.1 0.688 <0.001 Valid
X1.2 0.835 <0.001 Valid
X1.3 0.853 <0.001 Valid
X1.4 0.773 <0.001 Valid
X2.1 0.846 <0.001 Valid
X2.2 0.871 <0.001 Valid
X2.3 0.816 <0.001 Valid
X2.4 0.857 <0.001 Valid
X3.1 0.852 <0.001 Valid
X3.2 0.911 <0.001 Valid
X3.3 0.862 <0.001 Valid
X3.4 0.751 <0.001 Valid
Z’.1 0.902 <0.001 Valid
Z’.2 0.916 <0.001 Valid
Z’.3 0.892 <0.001 Valid
Z’.4 0.891 <0.001 Valid
Y.1 0.883 <0.001 Valid
Y.2 0.842 <0.001 Valid
Y.3 0.885 <0.001 Valid
Y.4 0.615 <0.001 Valid
Sumber : Data Primer (diolah dengan Warppls)
Indikator individu dianggap reliabel jika memiliki nilai kolerasi diatas 0.70.
namun demikian menurut (Ghozali,2008)[34] nilai outer loading 0,5 dan 0,6 sudah di
anggap cukup. Dari table hasil uji validitas yang berada diatas, keseluruan nilai loading
factor > 0,5. Yang mana, variabel X1 yaitu Kualitas Produk, variabel X2 yaitu Harga,
variabel X3 yaitu Iklan, kemudian variabel Z’ yaitu variabel mediasi Kualitas Pengalaman,
dan juga variabel Y yaitu Pembelian ulang. Instrumen kualitas produk(X1-1) sebesar
0.688, instrumen kualitas produk(X1-2) sebesar 0.835, instrumen kualitas produk(X1-3)
sebesar 0.853, instrumen kualitas produk(X1-4) sebesar 0.773, Instrumen harga(X2-1)
sebesar 0.846, instrumen harga(X2-2) sebesar 0.871, instrumen harga(X2-3) sebesar 0.816,
instrumen harga(X2-4) sebesar 0.857, Instrumen iklan(X3-1) sebesar 0.852, instrumen
iklan(X3-2) sebesar 0.911, instrumen iklan(X3-3) sebesar 0.862, instrumen iklan(X3-4)
sebesar 0.751, instrumen kualitas pengalaman(Z’-1) sebesar 0.902, instrumen kualitas
pengalaman(Z’-2) sebesar 0.916, instrumen kualitas pengalaman(Z’-3) sebesar 0.892,
instrumen kualitas pengalaman(Z’-4) sebesar 0.891, instrumen pembelian ulang(Y-1)
sebesar 0.883, instrumen pembelian ulang(Y-2) sebesar 0.842, instument pembelian
ulang(Y-3) sebesar 0.885, instrumen pembelian ulang(Y-4) sebesar 0.615. Hal ini
menunjukan bahwa keseluruhan nilai loading factor memiliki peranan yang Valid.

b. Uji Hasil Uji Reabilitas


Tabel 2. Uji Reabilitas
Variabel Cronbach's Alpha Composite Reliability N of Items
X1 0,779 0,856 4
X2 0,876 0,915 4
X3 0,883 0,919 4
Z 0,922 0,954 4
Y 0,823 0,876 4

Sumber : Data Primer (diolah dengan Warppls)

Berdasarkan tabel 2 menunjukan bahwa variabel Kualitas Produk memiliki nilai


Cronbach alpha sebesar 0,779 dan nilai Composite Reliability sebesar 0,856, sehingga dapat
dikatakan bahwa pertanyaan yang digunakan pada variabel Kualitas Produk sangat reliabel.
Variabel Harga mempunyai nilai Cronbach alpha sebesar 0,879 dan nilai Composite
Reliability sebesar 0,915, sehingga dapat dikatakan bahwa pertanyaan yang digunakan pada
variabel Harga sangat reliabel. Kemudian pada variabel Iklan mempunyai nilai cornbach’s
alpha sebesar 0,883 dan nilai composite reliability sebesar 0,919, sehingga dapat dikatakan
bahwa pernyataan yang dibuat sangat reliabel. Variabel Kualitas Pengalaman mempunyai
nilai Cronbach alpha sebesar 0,922 dan nilai Composite Reliability sebesar 0,954, sehingga
dapat dikatakan bahwa pertanyaan yang digunakan pada variabel Kualitas Pengalaman
sangat reliabel Variabel Pembelian Ulang mempunyai nilai Cronbach alpha sebesar 0,823
dan nilai Composite Reliability sebesar 0,876, sehingga dapat dikatakan bahwa pertanyaan
yang digunakan pada variabel Pembelian Ulang sangat reliabel.

2. Uji analisa Analisis SEM dengan Partial Least Square


a. Analisis Goodness of Fit Model
Penelitian ini akan melakukan uji Goodness of fit pada model statistik untuk melihat
seberapa baik model yang dibangun dengan serangkaian pengamatan yang dilakukan.
Pengujian Goodness of fit (GOF) akan menghasilkan nilai Average Path Coefficient
(APC), Average R-squared (ARs), Average adjusted R-squared (AARs), Average block
VIF, Average full collinearity VIF, Tenenhaus GoF, Sympson's paradox ratio, R-squared
contribution ratio, statistical suppression ratio, dan nonlinear bivariate causality direction
ratio. Hasil uji Goodness of Fit model menunjukan hasil pada penelitian ini adalah
sebagaimana yang disajikan pada Tabel 3 sebagai berikut:

Tabel 3 Hasil Uji Goodness of Fit Model Penelitian


Model fit and quality indices Kriteria Fit Hasil Ket
1. Average path coefficient P < 0,05 0.319 p Baik
(APC) <=0.001
2. Average R-squared (ARS) P < 0,05 0.838 p Baik
<=0.001
3. Average adjusted R-squared P < 0,05 0.831 p Baik
(AARS) <=0.001
4. Average block VIF (AVIF) Dapat diterima <= 5 3.526 Sesuai
Sesuai <= 3.3
5. Average full collinearity VIF Dapat diterima <= 5 7.035 Dapat
(AFVIF) Sesuai <= 3.3 Diterima
6. Tenenhaus GoF (GoF) Kecil >= 0.1 0.769 Besar
Sedang >= 0.25
Besar >= 0.36
7. Sympson's paradox ratio Dapat diterima >= 0.7 1.000 Sesuai
(SPR) Sesuai = 1
8. R-squared contribution ratio Dapat diterima >= 0.9 1.000 Sesuai
(RSCR) Sesuai = 1
9. Statistical suppression ratio Dapat diterima >= 0.7 1.000 Sesuai
(SSR)
10. Nonlinear bivariate causality Dapat diterima >= 0.7 1.000 Sesuai
direction ratio (NLBCDR)
Sumber : Data Primer (diolah dengan Warppls)

Tabel 3 menunjukkan bahwa P-Value dari APC, ARS dan AARS pada penelitian ini
adalah < 0,001, artinya variabel indipenden yang digunakan pada penelitian ini sudah baik dan
telah sesuai untuk memprediksi variabel dependen penelitian. Perolehan nilai average R-
squared sebesar 0.838, dapat dikatakan bahwa variabel indipenden yang digunakan telah
mewakili 83% sebagai prediktor variabel dependent, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh
variabel lain diluar penelitian. Nilai AVIF 3,526 > 5 sehingga dapat diterima. Dan nilai
AFVIF memiliki nilai sebesar 7,035, sehingga model yang dibangun dalam penelitian ini
dapat dianggap sudah sesuai. Hasil indeks GoF memperoleh nilai 0,769, sehingga dapat
dikatakan bahwa model yang dibangun sangat kuat untuk menjelaskan variabel laten yang
diuji. Hasil indeks SPR pada penelitian ini bernilai 1,000, sehingga dapat dikatakan bahwa
100% jalur dalam model penelitian ini telah bebas dari paradoks Simpson dan sudah dapat
diterima. Hasil indeks RSCR pada penelitian ini memperoleh nilai sebesar 1,000, sehingga
dapat dikatakan bahwa jumlah kontribusi R-square positif pada model penelitian ini
membentuk 100% dari jumlah total kontribusi R-square absolut dalam model penelitian dan
sudah dapat diterima. Hasil indeks SSR pada penelitian ini memperoleh nilai 1,000, sehingga
dapat dikatakan bahwa 100% jalur pada model penelitian ini telah bebas dari penekanan
statistik. Hasil indeks NLBCDR pada penelitian ini memperoleh nilai 1,000, sehingga dapat
dikatakan bahwa 100% jalur pada model penelitian ini telah bebas dari penekanan statistik.
Berdasarkan hasil dari pengujian goodness of fit diketahui bahwa model yang dibangun
penelitian ini sudah baik untuk menjelaskan fenomena yang dikaji, dan dapat digunakan untuk
melakukan pengujian hipotesis.
b. Hasil Pengujian Hipotesis
Bagian pendahuluan menyebutkan bahwa pada penelitian ini terdapat 6 hipotesis
penelitian. Adapun P-Values yang ada pada penelitian ini sebagai berikut :

Tabel 4 Path Coefficient dan P-Values


Pengaruh Path Coefficient P-Value
(X1) -> (Y) 0.024 0.416
(X3) -> (Y) 0.034 0.384
(X1) -> (Z’) ->(Y) 0.162 0.020
(X2) -> (Z’)->(Y) 0.384 <0.001
(X3) -> (Z’)->(Y) 0.314 <0.001
Sumber : Data Primer (diolah dengan Warppls)

Berdasarkan hasil Analisa koefisien jalur dan p-values dapat diperoleh hasil pengujian
hipotesis yang di uraikan sebagai berikut :
1. Hipotesa pertama yang menyatakan bahwa kualitas produk pada produk axe berpengaruh
positif signifikan terhadap pembelian ulang, ditolak karena nilai koefisien jalur sebesar 0.024
dan p-value sebesar 0.416, ketertolakan ini berarti tidak linier dengan artikel
penelitian(yudiana & Indiani, 2022) [17] yang mengatakan variabel kualitas produk
berpengaruh positif terhadap pembelian ulang dan juga teori pakar (Tjiptono et al,2012)[14],
kualitas produk merupakan kombinasi dari karakteristik dan karakteristik yang menentukan
sejauh mana output dapat memenuhi persyaratan Permintaan untuk kebutuhan pelanggan atau
mengevaluasi ukuran yang jenis dan Fitur yang sesuai dengan kebutuhannya, namun sejalan
dengan penelitian (Prasetya & Yulius, 2018)[19] mengatakan bahwa kualitas produk
berpengaruh negatif terhadap pembelian ulang.
2. Hipotesa kedua yang menyatakan bahwa iklan pada produk axe berpengaruh positif signifikan
terhadap pembelian ulang, ditolak karena nilai koefisien jalur sebesar 0.034 dan p-value
sebesar 0.384, ketertolakan ini berarti tidak sejalan dengan artikel penelitian (Mareta &
Kurniawati, 2020) [24] yang menyatakan bahwa iklan berpengaruh positif dan signifikan
terhadap pembelian ulang dan juga teori pakar(Harman Malau, 2017) [20] Iklan dapat
dipahami sebagai semua bentuk bayaran untuk mempresentasikan dan mempromosikan ide
barang, atau jasa secara non personal oleh sponsor yang jelas, namun sejalan dengan
penelitian (Asriah Immawati, 2018) [23] menunjukan bahwa iklan berpengaruh negatif dan
tidak signifikan terhadap pembelian ulang.
3. Hipotesa ketiga yang menyatakan bahwa kualitas produk pada Axe yang di mediasi kualitas
pengalaman berpengaruh positif signifikan terhadap pembelian ulang, dapat diterima karena
nilai koefisien jalur sebesar 0.162 dan p-value sebesar 0.020.hasil tersebut sejalan dengan
penelitian (Izul dan Budiantono, 2021) [18] menyatakan bahwa kualitas produk yang semakin
tinggi dapat meningkatkan minat pembelian ulang kembali, dan linier dengan teori pakar
(Tjiptono et al,2012)[14],kualitas produk merupakan kombinasi dari karakteristik dan
karakteristik yang menentukan sejauh mana output dapat memenuhi persyaratan Permintaan
untuk kebutuhan pelanggan atau mengevaluasi ukuran yang jenis dan Fitur yang sesuai
dengan kebutuhannya.
4. Hipotesa keempat yang menyatakan bahwa harga pada produk Axe yang di mediasi kualitas
pengalaman berpengaruh positif signifikan terhadap pembelian ulang, ternyata dapat diterima
karena nilai koefisien jalur sebesar 0.384 dan p-value sebesar <0.001. hasil tersebut linier
dengan penelitian yang dilakukan oleh (Pramudana & santika, 2018)[27] mengatakan bahwa
kebijakan harga berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian ulang, dan
teori pakar (Zeithaml, 1988) dalam (Pramudana & santika, 2018) [26] dalam [27]. Harga
dapat diartikan sebagai besaran pengorbanan dengan apa yang didapatkan dari barang dan
jasa.
5. Hipotesa kelima yang menyatakan iklan pada produk Axe yang di mediasi kualitas
pengalaman berpengaruh positif signifikan terhadap pembelian ulang, dapat diterima karena
nilai koefisien jalur sebesar 0.314 dan p-value sebesar. <0.001, hasil tersebut sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh (Prayoni and Respati, 2020) [28] dan teori pakar dari (Harman
Malau, 2017) [20] iklan dapat dipahami sebagai semua bentuk bayaran untuk
mempresentasikan dan mempromosikan ide barang, atau jasa secara non personal oleh
sponsor yang jelas.

c. Temuan Pada Model Penelitian

Gambar 2. Jalur Hipotesa


Keterangan :
1. X1 : Kualitas Produk
2. X2 : Harga
3. X3 : Iklan
4. Z’ : Kualitas Pengalaman
5. Y : Pembelian ulang
Maka pada hasil pengolahan data di dapatkan hasil Analisa koefisisen jalur dan nilai p-value
dari model penelitian, dapat diketahui bahwa variabel kualitas produk memiliki pengaruh positif
tidak signifikan terhadap pembelian ulang. Variabel iklan memiliki pengaruh positif tidak
signifikan terhadap pembelian ulang. Variabel kualitas produk dengan mediasi kualitas
pengalaman memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap pembelian ulang. Variabel harga
dengan mediasi kualitas pengalaman memiliki pengaruh positif signifikan terhadap pembelian
ulang. Variabel iklan dengan mediasi kualitas pengalaman mempunyai pengaruh positif signifikan
terhadap pembelian ulang.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengujian, pengolahan, serta Analisa data yang sebelumnya sudah
dilakukan mengenai, kualitas pengalaman memediasi kualitas produk, harga, iklan terhadap
pembelian ulang. Maka dapat disimpulkan sebagai berikut yaitu: 1) Kualitas produk yang
ditawarkan oleh deodorant merek axe tidak bisa mendorong keputusan pembelian ulang kembali
karena kualitas produk deodorant merek axe yang ditawarkan tidak memenuhi ekspektasi dari
konsumen. 2) Iklan yang ditayangkan oleh produk deodorant merek axe tidak bisa mendorong
keputusan pembelian ulang kembali, hal ini dikarenakan bahwa konsumen jarang melihat tayangan
iklan yang memuat promosi dari produk deodorant axe 3) kualitas produk deodorant merek axe
dengan mediasi kualitas pengalaman yang dirasakan oleh konsumen ternyata dapat meningkatkan
minat pembelian ulang, karena dengan adanya kualitas pengalaman yang konsumen dapatkan
mempunyai pengaruh yang tinggi terhadap keputusan pembelian ulang 4) harga yang ditawarkan
deodorant merek axe dengan mediasi pengalaman yang dirasakan oleh konsumen ternyata dapat
meningkatkan pembelian ulang kembali karena harga yang ditawarkan produk deodorant merek
axe sudah sesuai di tambah kualitas pengalaman dalam pemakaian produk deodorant merek axe
memunculkan keputusan pembelian ulang oleh konsumen 5) iklan yang ditayangkan deodorant
merek axe dengan mediasi kualitas pengalaman yang dirasakan oleh konsumen ternyata dapat
meningkatkan minat pembelian ulang kembali karena walaupun variabel iklan berperan langsung
mempengaruhi secara lemah terhadap keputusan pembelian ulang namun dengan dukungan dari
kualitas pengalaman yang baik akan meningkatkan kemungkinan keputusan pembelian ulang oleh
konsumen.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Tribunliputan, “Deodorant yang bagus untuk ketiak basah dan bau | Tribun Liputan,”
2022. https://www.tribunliputan.com/1037/deodorant-yang-bagus-untuk-ketiak-basah-dan-
bau.html (accessed Dec. 12, 2022).
[2] Wikipedia, “Axe - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas,” 2007.
https://id.wikipedia.org/wiki/Axe (accessed Dec. 12, 2022).
[3] Wikipedia, “Axe (brand) - Wikipedia,” 2012. https://en.wikipedia.org/wiki/Axe_(brand)
(accessed Dec. 12, 2022).
[4] Topbrand, “Top Brand Index Beserta Kategori Lengkap | Top Brand Award,” 2022.
https://www.topbrand-award.com/top-brand-index/?tbi_year=2020&tbi_index=top-brand-
for-teens&type=subcategory&tbi_find=DEODORANT (accessed Dec. 12, 2022).
[5] Topbrand, “Top Brand Index Beserta Kategori Lengkap | Top Brand Award,” 2021.
https://www.topbrand-award.com/top-brand-index/?tbi_year=2021&tbi_index=top-brand-
for-teens&type=subcategory&tbi_find=DEODORANT (accessed Dec. 12, 2022).
[6] Topbrand, “Top Brand Index Beserta Kategori Lengkap | Top Brand Award,” 2020.
https://www.topbrand-award.com/top-brand-index/?tbi_year=2022&tbi_index=top-brand-
for-teens&type=subcategory&tbi_find=DEODORANT (accessed Dec. 12, 2022).
[7] D. I. Hawkins, D. L. Mothersbaugh, and R. J. Best, Consumer Behavior: Building
Marketing Strategy 10th Editon. 2009.
[8] G. T. Febriansyah, “Pengaruh Harga dan Kualitas Pelayanan terhadap Keputusan
Pembelian Ulang dengan Kepuasan Konsumen sebagai Variabel Intervening,” J. Bisnis
Darmajaya, vol. 7, no. 1, pp. 70–88, 2021, [Online]. Available:
https://jurnal.darmajaya.ac.id/index.php/JurnalBisnis/article/view/2618
[9] S. Bintarti and E. N. Kurniawan, “A Study of Revisit Intention: Experiential Quality and
Image of Muara Beting Tourism Site in Bekasi District,” Eur. Res. Stud. J., vol. XX, pp.
521–537, 2017.
[10] Richard L. Oliver, Satisfaction: a behavioral perspective on the consumer, Internatio., vol.
47, no. 12. New York: McGraw-Hill Education, 1997. doi: 10.5860/choice.47-6963.
[11] P. K. Hellier, G. M. Geursen, R. A. Carr, and J. A. Rickard, “Customer repurchase
intention,” Eur. J. Mark., vol. 37, no. 11/12, pp. 1762–1800, Jan. 2003, doi:
10.1108/03090560310495456.
[12] T. Hendratono, M. Syafulloh, A. Priyono, U. B. Mulia, S. Tinggi, and P. Ambarrukmo,
“THE INFLUENCE OF ADVERTISING , PRICE , AND E- SERVICE QUALITY TO
REPURCHASE INTENTION,” vol. 130, 2019.
[13] A. Hasan, “Marketing Dan Kasus-Kasus Pilihan,” 2014.
[14] T. Fandy&Gregorius, “Service, Quality & Satisfaction.” Edisi, 2012.
[15] E. Winata, “Pengaruh Kualitas Produk, Harga Dan Citra Merek terhadap Keputusan
Pembelian Ulang Pulsa pada Kartu Simpati Telkomsel (Studi kasus pada mahasiswa STIM
Sukma Medan),” J. Ilman J. Ilmu Manaj., vol. 8, no. 2, pp. 25–32, 2020, [Online].
Available: https://journals.synthesispublication.org/index.php/Ilman/article/view/200
[16] K. Al Ghoribi and H. D. Waloejo, “PENGARUH E-COMMERCE, KUALITAS
PRODUK DAN PROMOSI TERHADAP KEPUTUSAN PEBELIAN (STUDI PADA
BATIK MAHKOTA LAWEYAN, SURAKARTA),” J. Ilmu Adm. Bisnis, vol. 7, no. 4, pp.
185–191, Oct. 2018, doi: 10.14710/JIAB.2018.21933.
[17] I. M. Yudiana and N. L. P. Indiani, “Peran Harga, Promosi, dan Kualitas Produk Dalam
Mendorong Keputusan Pembelian Kembali di Bale Ayu Denpasar,” WACANA Ekon.
(Jurnal Ekon. Bisnis dan Akuntansi), vol. 21, no. 1, pp. 55–63, 2022, doi:
10.22225/we.21.1.2022.55-63.
[18] M. Izul Fuadi and B. Budiantono, “Analisis Pengaruh Kualitas Produk Terhadap Minat
Pembelian Ulang Dengan Kepuasan Pelanggan Sebagai Variabel Mediasi,” 2nd
Widyagama Natl. Conf. Econ. Bus., no. Wnceb, pp. 140–151, 2021, [Online]. Available:
http://publishing-widyagama.ac.id/ejournal-v2/index.php/WNCEB
[19] W. Prasetya and C. Yulius, “‘Pengaruh Kualitas Produk Dan Citra Merek Terhadap
Kepuasan Konsumen Dan Minat Beli Ulang: Studi Pada Produk Eatlah,’” J. Teknol., vol.
11, no. 2, pp. 92–100, 2018, [Online]. Available:
https://ejournal.akprind.ac.id/index.php/jurtek/article/view/1399
[20] H. Malau, “Manajemen Pemasaran: Teori dan Aplikasi Pemasaran Era Tradisional Sampai
Era Modernisasi Global,” undefined, 2017.
[21] R. Zullaihah and H. A. Setyawati, “Analisis Pengaruh Iklan, Identitas Merek, dan
Kepuasan Pelanggan Terhadap Minat Beli Ulang (Studi Pada Pengguna Smartphone
Merek Oppo di Kebumen),” J. Ilm. Mhs. Manajemen, Bisnis dan Akunt., vol. 3, no. 1, pp.
169–184, 2021.
[22] Y. H. WIBISONO, “FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU
PEMBELIAN DENGAN PERILAKU NIAT SEBAGAI VARIABEL INTERVENING
PADA SITUS KASKUS,” Kaji. Ilm. Mhs. Manaj., no. Vol 1, No 5 (2012), 2012, [Online].
Available: http://journal.wima.ac.id/index.php/KAMMA/article/view/325
[23] S. Asriah Immawati, “Desain Kemasan Produk dan Daya Tarik Iklan terhadap Kesadaran
Merek Dan Dampaknya pada Minat Beli Ulang Teh Botol Sosro pada Mahasiswa
Universitas Muhammadiyah Tangerang,” Pros. Semin. Nas. Unimus, vol. 1, no. 5, pp.
487–495, 2018, [Online]. Available: http://prosiding.unimus.ac.id
[24] L. P. Mareta and T. Kurniawati, “Pengaruh Kualitas Produk dan Iklan Terhadap Minat
Beli Ulang Shampo Rejoice,” J. Ecogen, vol. 3, no. 3, p. 400, 2020, doi:
10.24036/jmpe.v3i3.9916.
[25] M. Yudha Prawira, M. Butarbutar, and E. Nainggolan, “Pengaruh Iklan Terhadap Minat
Beli Ulang Dengan Persepsi Konsumen Sebagai Variabel Intervening Pada Café Coffee
TIME and Seafood Pematangsiantar,” Maker, vol. 5, no. 2, pp. 48–60, Dec. 2019, doi:
10.37403/MAKER.V5I2.118.
[26] A. V. Zeithaml, “Consumer Perceptions A Means-End Value : Quality , and Model
Synthesis of Evidence,” Am. Mark. Assoc., vol. 52, no. 3, pp. 2–22, 1988.
[27] K. A. S. Pramudana and I. W. Santika, “Pengaruh Persepsi Kemudahan, Persepsi Manfaat,
Persepsi Harga dan Pemasaran Internet Terhadap Pemesanan Ulang Online Hotel di Bali,”
E-Jurnal Ekon. dan Bisnis Univ. Udayana, vol. 10, p. 2247, 2018, doi:
10.24843/eeb.2018.v07.i10.p02.
[28] I. A. Prayoni and N. N. R. Respati, “Peran Kepuasan Konsumen Memediasi Hubungan
Kualitas Produk Dan Persepsi Harga Dengan Keputusan Pembelian Ulang,” E-Jurnal
Manaj. Univ. Udayana, vol. 9, no. 4, p. 1379, 2020, doi:
10.24843/ejmunud.2020.v09.i04.p08.
[29] G. A. Philip Kotler, Dasar - Dasar Pemasaran, Edisi II. PT Indeks Kelompok Jakarta:
Gramedia, 2005.
[30] P. Kotler, “Manajemen pemasaran:Analisis, perencanaan, implementasi dan kontrol. Jilid
1,” 1997.
[31] D. S. Sugiharto and M. Renata, “PENGARUH KETERSEDIAAN PRODUK DAN
HARGA TERHADAP PEMBELIAN ULANG DENGAN KEPUASAN PELANGGAN
SEBAGAI VARIABEL INTERVENING DALAM STUDY KASUS AIR MINUM
DALAM KEMASAN (AMDK) CLEO DI KELURAHAN GUNUNG ANYAR
SURABAYA,” J. Strateg. Pemasar., vol. 7, no. 1, p. 11, Jul. 2020, Accessed: Jan. 03,
2023. [Online]. Available: https://publication.petra.ac.id/index.php/manajemen-
pemasaran/article/view/10124
[32] B. S. Irawan, MANAJEMEN PEMASARAN MODERN, Edisi 2. yogyakarta: yogyakarta :
Liberty Yogyakarta, 2008, 2008.
[33] A. Prof. H. Imam Ghozali, M.Com,Ph.D, MODEL PERSAMAAN STRUKTURAL
PARTIAL LEAST SQUARES(PLS) Aplikasi Program R Paket plpm, semPls dan sem.
semarang: Yoga Pratama, 2021.
[34] I. Ghozali, Structural equation modeling: Metode alternatif dengan partial least square
(pls). Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2008.

Anda mungkin juga menyukai