Anda di halaman 1dari 3

Merek dan Citra.

Menurut Coaker (2021), Tharpe (2014), dan Simonson dan Schmitt


(2009). mengemukakan bahwa citra merek (brand image) merupakan pemaknaan
kembali dari segenap persepsi terhadap merek yang dibentuk dari informasi dan
pengalaman konsumen maupun pelanggan di masa lalu terhadap merek. Kotler,
Keller, Brady, Goodman, Hansen (2019) dan Kotler dan Armstrong (2018)
menyatakan bahwa merek bukanlah hanya sekedar nama maupun simbol saja,
namun merek menjadi elemen kunci dalam hubungan antara perusahaan dengan
pelanggannya. Mcpheron (2021) dan Wardhana, et al. (2021) mengemukakan jika
pelanggan memiliki citra positif terhadap suatu merek, maka pelanggan akan
melakukan pembelian produk itu kembali. Namun sebaliknya, jika citra pada
suatu merek negatif, maka kemungkinan kecil untuk terjadinya pembelian produk
itu kembali.1

Menurut Caputo (2021), Ezeuduji dan Mhlongo (2019), Blokdyk (2020),


Joseph Plummer (2007) citra merek terdiri dari tiga komponen, yaitu:

1. Citra perusahaan (corporate image) merupakan serangkaian asosiasi yang


dipersepsikan dalam benak konsumen terhadap perusahaan yang memiliki
produk tertentu seperti. kredibilitas, popularitas, jaringan perusahaan, serta
konsumennya.
2. Citra pemakai (user image) merupakan serangkaian asosiasi yang
dipersepsikan dalam benak konsumen terhadap pemakai produk tertentu
seperti pemakai atau konsumen maupun pelanggan itu sendiri, gaya hidup,
maupun status sosial.
3. Citra produk (product image) merupakan serangkaian asosiasi yang
dipersepsikan dalam benak konsumen terhadap merek produk seperti
atribut produk, harga, manfaat, prestise, serta garansi.

Adapun manfaat citra merek bagi konsumen maupun perusahaan menurut


Caputo (2021), Foster (2016), Wardhana, et al. (2021) sebagai berikut:

1. Konsumen dengan citra yang positif terhadap suatu merek, lebih


memungkinkan untuk melakukan pembelian.
2. Perusahaan dapat mengembangkan lini produk dengan memanfaatkan citra
positif yang telah terbentuk terhadap merek produk lama.

1
Sitorus, Sunday Ade,Sudirman, Acai dkk, 2020, Brand Marketing: The Art Of
Branding, Bandung, MEDIA SAINS INDONESIA
Menurut Coaker (2021), Kotler, Keller, Brady, Goodman, Hansen (2019),
Tharpe (2014), dan Simonson dan Schmitt (2009) faktor-faktor yang membentuk
citra merek, yaitu:

1. Quality merupakan kualitas merek produk yang ditawarkan oleh


perusahaan.
2. Trustworthy merupakan opini yang dibuat oleh konsumen maupuin
pelanggan terhadap merek produk yang dikonsumsinya
3. Usefulness merupakan manfaat produk yang bisa dirasakan oleh
konsumen.
4. Services merupakan layanan yang diberikan oleh perusahaan kepada
konsumen maupun pelanggannya.
5. Risk merupakan potensi keuntungan maupun kerugian yang dirasakan
konsumen berkaitan dengan merek produk.
6. Price merupakan tingkat besar kecilnya jumlah uang yang dikeluarkan
oleh konsumen untuk membeli merek produk .
7. Image yang dimiliki oleh merek produk itu sendiri seperti kesan
konsumen maupun pelanggan, manfaat, dan informasi terkait dengan
merek produk.

Sedangkan menurut Coaker (2021), Aaker (2020), faktorfaktor pembentuk


citra merek, antara lain:

1. Recognition merupakan proses, cara, perbuatan dalam mengenali suatu


merek oleh konsumen baik melalui nama, logo, tagline, desain produk,
kemasan, maupun hal lainnya sebagai identitas dari merek tersebut.
2. Reputation merupakan status suatu merek dilihat dari rekam jejaknya
berkaitan dengan kualitas, nilai, danmanfaat produk. Produk yang
dipersepsikan memiliki kualitas yang baik akan memiliki reputasi yang
baik.
3. Affinity merupakan hubungan emosional konsumen maupun pelanggan
yang timbul terhadap merek dimana merek dengan asosiasi positif atau
membuat konsumen menyukai suatu produk yang meliputi model,
spesifikasi, dan harga
4. Domain merupakan diferensiasi produk yang menyangkut seberapa besar
cakupan dari suatu produk dengan merek tertentu.

Inovasi Berkelanjutan.

Inovasi berkelanjutan adalah proses perubahan yang terjadi di suatu


perusahaan atau industri yang bertujuan untuk mempertahankan posisi yang sudah
ada, serta meningkatkan kualitas atau efisiensi produk atau jasa yang ditawarkan.
Inovasi berkelanjutan biasanya dicirikan dengan munculnya perbaikan-perbaikan
kecil atau penyempurnaan terhadap produk atau jasa yang sudah ada.

Inovasi berkelanjutan merupakan salah satu cara bagi perusahaan atau


industri untuk terus bersaing dan meningkatkan keunggulan kompetitifnya.
Inovasi berkelanjutan dapat membantu perusahaan atau industri tersebut untuk
meningkatkan kualitas produk atau jasa yang ditawarkan, serta mengurangi biaya
produksi dengan cara meningkatkan efisiensi proses produksi.

Inovasi berkelanjutan juga dapat membantu perusahaan atau industri


tersebut untuk terus meningkatkan kepuasan pelanggan dengan cara menawarkan
produk atau jasa yang lebih baik. Oleh karena itu, inovasi berkelanjutan
merupakan salah satu cara yang penting bagi perusahaan atau industri untuk terus
bersaing dan meningkatkan keunggulan kompetitifnya di pasar.2

Inovasi berkelanjutan adalah pendekatan yang bertujuan untuk


menciptakan nilai sosial dan lingkungan selain keuntungan ekonomi. Hal ini
membutuhkan proses kolaboratif yang melibatkan banyak pelaku dan aliran
pengetahuan agar berhasil (Orellano et al., 2021). Kolaborasi adalah aspek kunci
dari inovasi berkelanjutan, dan beberapa penelitian telah mengeksplorasi dampak
dari kemampuan inovasi kolaboratif dan kecerdasan emosional terhadap kinerja
inovasi berkelanjutan (Malik, 2022).3

Studi tersebut menemukan bahwa hubungan positif dan signifikan


ditemukan antara budaya organisasi, kecerdasan emosional, dan kapabilitas
inovasi kolaboratif terhadap kinerja inovasi berkelanjutan. Singkat nya, inovasi
berkelanjutan membutuhkan pendekatan kolaboratif yang melibatkan banyak
aktor dan aliran pengetahuan. Pendekatan kolaboratif sangat penting dalam
mendorong inovasi berkelanjutan dan mengatasi tantangan sosial-ekonomi.
Pembelajaran kolaboratif dan berbasis tim dapat memberikan pendekatan yang
relevan, inovatif, dan generatif dalam mengatasi masalahmasalah sosial,
lingkungan, dan ekonomi yang nyata, mendesak, dan kompleks (Manion et al.,
2020).

2
Binus University, 2022, Inovasi Berkelanjutan, binus.ac.id,
https://binus.ac.id/entrepreneur/2022/12/17/inovasi-berkelanjutan/#:~:text=Inovasi
%20berkelanjutan%20biasanya%20dicirikan%20dengan,bersaing%20dan
%20meningkatkan%20keunggulan%20kompetitifnya. , diakses pada tanggal 11 Oktober
2023.
3
Ardhiyansyah, Andri, Nur Wahyuning Sulistyowati, Nanda Hadayati, Esti
Handayani,2023, Inovasi Berkelanjutan: Pendekatan Kolaboratif untuk Mengatasi
Tantangan Sosial-Ekonomi di Provinsi Jawa Barat, Vol. 02, No. 06, Juni, pp. 460 - 467

Anda mungkin juga menyukai