MANAJEMEN BENCANA
OLEH :
Kelompok 2
Telah terjadi bencana Banjir di desa Tumbang Napoi, desa tumbang koroi, tumbang
lapan, tumbang siruk, guntoidan desa mangkuhulung Kecamatan Miri manahasa, Kabupaten
Gunung Mas, Provinsi Kalimantan Tengah pada pukul 04.00 waktu setempat. Pada
kabupaten tersebut merupakan daerah yang rawan terjadi banjir terutama pada musim hujan.
Jumlah penduduk di desa tumbang napoi sebanyak 886 jiwa 75% mengungsi, di tumbang
koroi sebanyak 194 jiwa 90% mengungsi, desa tumbang lapan sebanyak 235 jiwa 80%
mengungsi, tumbang siruk sebanyak 62 jiwa 95% mengungsi, desa guntoi sebanyak 134 jiwa
85% mengungsi dan desa mangkuhulung sebanyak 271 jiwa 95% mengungsi. Rencananya
sebagian pengungsi akan di tampung di beberapa gereja yang mempunyai daya tampung
1.782 jiwa dengan fasilitas kamar mandi, WC, dan aliran air yg tersedia.
Fasilitas umum yang rusak akibat bencana ini diantaranya sarana jalan menuju lokasi
tidak dapat dilalui, aliran listrik terputus total, fasilitas PDAM terputus , sarana air bersih
banyak yang tertimbun, dan sarana komunikasi yang dapa digunakan hanya Rig dan HT.
Dampak bencana terhadap ekonomi dan pemerintahan yaitu lumpuhnya pasar tradisional
yang ada di desa selama 3 minggu dan rusaknya kantor desa dan sekolah di Kecamatan Miri
manahasa. Sedangkan dampak bencana terhadap lingkungan adalah rusaknya persawahan
warga dan perkebunan warga.
Kondisi fasilias kesehatan yang ada dilapangan yaitu 1 init puskesmas di desa tumbang
napoi Kecamatan Miri Minahasa yang bisa di gunakan dengan sumber daya kesehatan
diantranyan dengan kepasitas 17 TT dengan tenaga kesehatan yang teriri dari 7 perawat, 5
bidan1 asisten apoteker, 2 ahli gizi dan 1 mobil ambulance dan untuk warga desa yang
mengalami luka berat langsung di rujuk ke rumah sakit Kuala kurun yang memerlukan waktu
tempu 1 hari 1 malam.
Korban meninggal akibat bencana ini sebanyak 52 orang, 20 orang luka dimana 20%
luka berat. sebanyak 40% dari jumlah keseluruhan warga rata-rata mengalami shock berat
dan warga berhasil diamankan. Dengan kerja sama tim medis dan aparat setempat.
FORMULIR PELAPORAN AWAL KEJADIAN KRISIS KESEHATAN
DINKES KAB./KOTA/PROVINSI
E. LOKASI BENCANA
Provinsi Kalimantan Tengan
Jumlah
Kabupaten/Ko
No. Kecamatan Desa/Dusun Penduduk Topografi
ta
Terancam
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Gunung Mas Miri Manahasa Tumbang Napoi 886 Jiwa Meluap Sungai
2 Gunung Mas Miri Manahasa Tumbang Koroi 194 Jiwa Meluap Sungai
3 Gunung Mas Miri Manahasa Tumbang Lapan 235 Jiwa Meluap Sungai
4 Gunung Mas Miri Manahasa Tumbang Siruk 62 Jiwa Meluap Sungai
5 Gunung Mas Miri Manahasa Buntoi 134 Jiwa Meluap Sungai
6 Gunung Mas Miri Manahasa Mangkuhung 271 Jiwa Meluap Sungai
F. JUMLAH KORBAN
a. Korban meninggal : Tidak Ada
Jenis Kewarganegaraan Alamat Tempat Penyebab
No. Nama Usia
Kelamin (No. Passport)* Korban meninggal Kematian
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
G. PENGUNGSI
Gangguan
Kec, dusun/desa
Lokasi kososial
Pengungsian
Cacat Lansia
Dewasa
Buteki
Anak
KK
Bumil
Balita
L
Bayi
Jml
L P L P
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17)
H. FASILITASUMUM
1. Akses ke lokasi kejadian krisis:
□ Mudah dijangkau, menggunakan transportasi jalur udara
√ Sukar, karena menuju jalan ke lokasi.
2. Jalurkomunikasiyangmasihdapatdigunakan:
Radio komunikasi ( Rig dan HT)
3. Keadaan jaringan listrik:
□ Baik
√Terputus
□ Belum tersedia/belumada
4. Sumber air bersih yangdigunakan
√Tercemar
□ Tidaktercemar
I. KONDISI FASILITASKESEHATAN
Nama Fasilitas Kesehatan (RS. Kondisi Fungsi Pelayanan
Puskesmas, Pustu, Gudang Farmasi,
No. Tidak Tidak
Polindes, Dinkes, Rumah Rusak Berfungsi
Rusak Berfungsi
Dinas, dsb)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Pustu Tumbang Lapan √ √
2 RSUD √ √
3 Puskesmas bukan rawat inap 1 √ √
15 September 2020
Pelapor
Instansi : Puskesmas Tumbang Napoi
Jabatan : Nusantra Sehat
RESPON SUBKLASTER
Untuk mencegah timbulnya kejadian luar biasa pada situasi bencana, maka deteksi kasus dan
respons pengendalian harus dilakukan secara simultan. Setiap informasi yang mengarah
munculnya sebuah kasus penyakit prioritas di wilayah bencana (meskipun dalam bentuk
rumor), harus ditindak lanjuti dengan proses verifikasi segera dengan melakukan
penyelidikan epidemiologis. Tim epidemiolog lapangan harus sesegera mungkin diterjunkan
ke lapangan untuk mengambil sampel penderita, melakukan verifikasi laboratorium, yang
apabila memungkinkan dengan menggunakan tes cepat (rapid test), agar verifikasi diagnosis
dapat dilakukan pada saat itu juga. Respons cepat terhadap kasus yang muncul diperlukan
karena risiko relatif penularan penyakit pada populasi yang terkena bencana akan lebih tinggi
dibandingkan pada populasi normal.