Riba Dalam Perspektif Keuangan Islam Dan Praktiknya Dalam Bisnis
Riba Dalam Perspektif Keuangan Islam Dan Praktiknya Dalam Bisnis
ABSTRAK
Ribai secara ietimoloogisi berartii bertambah i (al-ziyadah), tumbuhi (an-numuw),
meningkati (al-‘uluw). Secara iterminologis, riba iadalah tambahan iatas pokok
utang iyang diperjanjikan iatau dipersyaratkan isebagai iimbalan atas imasa
pembayaran iutang. Ribaisecara mutlak, tegasidan jelasihukumnya haramimenurut
al-Qur-an, iAsSunnah, daniijma ulama. Kajianimengenai ribaisenantiasa menjadi
diskursusi hangat dalam iilmu ekonomi iIslam. Hal iini terlihat idari ipembahasan
mengenai iriba iyang senantiasa imewarnai ikonstalasi ipemikiran iumat Islam
dan perdebatannyai hampir tidaki menemukan ititik temu. Perdebatani pemikiran
mengenaii riba dani bunga banki menunjukkan bahwai persoalani ribaisebenarnya
sangati terkait erati dengani masalahi uang. Secaraiumum ribaidibagi menjadiidua
jenis, yakniiriba dalamiutang-piutangi(riba duyun/riba qardh) daniriba dalamijual-
belii (riba buyu’). Maqashidi (tujuan) diharamkannyairiba: 1) menghindariiterjadi
praktiki kezaliman terhadapi pelaku ibisnis; 2) melanggari kaidah isifat idasar
pinjaman/utangi sebagai itransaksi ikebaikan/sosialiyang diubahimenjadiitransaksi
bermotifibisnis; mencegahi kezaliman yangi dilakukan pihaki kredituri terhadap
debitur idengan imengeksploitasi ibunga iatas utang; menghindarii gharar idalam
pertukaran/jual-beli; idani agar uangi tidak imenjadi ikomoditas iyang
diperjualbelikan. iKriteria riba iqardh dan iriba buyu iyang diharamkanimanakala
tambahan iutang idiperjanjikan di idalam akad iatau hadiah/tambahan itersebut
dibayarkan sebelum pelunasan utang. Dalam praktiknya, riba qardh banyak terjadi
dalamiproduk fintech, iasuransi, pasarimodal, perbankanikonvensional danibisnis
turunannya. iUntuk itu, itulisan ini imencermati idan imenganalisis ipersoalaniriba
dalam iperspektif ikeuangan Islam and praktiknya dalam bisnis, dani di iakhir
tulisan iini menawarkani sistem iprofit-loss isharing sebagai isolusi ialternatif
pengganti isistem bunga idalam sistem iperekonomian iIslam dan idalam ipraktik
bisnis.
Kata kunci: Riba, Keuangan Islam, Bisnis, Riba Qardh
ABSTRACT
Riba ietymologically imeans increasei (al-ziyadah), growthi(an-numuw), increase
(al-'uluw). iIniterminology, usuryiis aniaddition toithe principaliof the debtithat is
agreed iupon or irequired in ireturn for ithe iterm iof idebt repayment. Ribaiis
absolutely, istrictlyi andi clearly iprohibited iaccording to ithe iAl-Qur'an, As-
Sunnah, iand the consensusiofischolars. Theistudy ofiriba hasialways beeniaihot
topiciof discussioniin Islamicieconomics. Thisi can beiseen fromithe discussioniof
usuryiwhich alwaysicolors the iconstellation of iMuslim ithoughts andithe debate
hardlyifinds commoniground. Theidebate oniideas aboutiusury andibankiinterest
showsithat thei issue ofi usury isi actually veryi closelyi related toi theiproblemiof
money. Inigeneral, usury iis dividedi into twoi types, namelyiusury inidebti (usury
duyun/usuryiqardh) andiusury in buyingiand sellingi (usury buyu'). iMaqashid
(objectives) iforbidding iusury: 1) avoidingi tyrannicalipractices againstibusiness
people; i2) violatesithe principleiof the basicinature ofiloans/debt asigood/social
transactionsi that are convertedi intoi business-motivatedi transactions; prevent
tyrannyi by creditorsi againsti debtors by iexploiting iinterest on idebt; iavoiding
gharariiniexchange/buying; and iso thati money doesinot becomeia commodityito
beitraded. Thei criteria fori usury qardhiare forbiddeniwhen additionalidebt is
agreediin theicontract orithe gift/additionaliis paid beforeipaying off theidebt. In
practice, iriba qardhioccurs a lotiin fintechiproducts, insurance, icapitalimarkets,
conventionalibanking and theiriderivative businesses. . Forithis reason, thisipaper
examinesiand analyzes the issuei of usuryv in the perspectivei of Islamicifinance,
andiat the endiof this paperioffers aiprofit-loss sharingisystem as anialternative
solution to the iinterest systemi in the Islamici economic isystem and iin ibusiness
practices.
Keywords: Riba, IslamiciFinance, Business, RibaiQardh
A. PENDAHULUAN
Ribaidikenal sebagaii istilah yang sangatiterkait denganikegiatan ekonomi.
Pelarangani riba merupakani salah satu pilari utama ekonomii Islam, diisamping
implementasii zakat dani pelaranganimaisir, gharari dan ihal-hal yang ibathil.
Secaraiekonomi, pelaranganiriba akan menjaminialiran investasiimenjadi optimal,
implementasiizakat akanimeningkatkan permintaaniagregat danimendorongiharta
mengalirike investasi, sementaraipelaranganimaisir, ghararidan hal-haliyang
bathil akani memastikan investasii mengalir keisektor riiliuntuk tujuaniproduktif,
yang akhirnyaiakan meningkatkanipenawaraniagregat (Ascarya, 2007: 8).
iPelarangan riba, padaihakekatnya adalahipenghapusan ketidakadilanidan
penegakanikeadilan dalamiekonomi. Penghapusaniriba dalam ekonomiiIslam
dapatidimaknaiisebagai penghapusani riba yangi terjadi dalam ijual belii dan
ihutang-pihutang. iDalam konteksi ini, berbagaii transaksi yangi spekulatif
danimengandung unsurigharar harus idilarang. Demikiani pula halnyai dengan
ibunga – yangi merupakan riba nasi’ah --isecara mutlakiharus
dihapuskanidariiperekonomian.
Mencermati ipersoalan ribai ini sebenarnyai sangat terkaiti erati dengan
masalahi keuangan dani perbankan. Belumi lama hilangi darii ingatanikita, tragedi
krisisimoneter 1997 dimanaiekonomi Indonesiaiterpuruk, bahkan telahimenjadi
krisis imultidimensi. Perekonomian iIndonesia yang iikut iterseret dalamikisaran
krisis iyang berkepanjangani ini iditengarai iakibat pengelolaanikebijakan
moneter yangitidak efektifi(Nasution, dkk, 2006: 261). Selainiitu, dipicuijuga
olehimasalah utangi luar negerii yang telahi berubah imenjadi “bom waktu”
isehingga menghancurleburkani perekonomiani Indonesia saati itu.
Pengusahaikonglomerat yangidipuja-puja sebagaii “pembayar pajaki terbesar”,
ternyatai tak iubahnya sebagaii “penjarah-penjarah” tingkati nasional. Bank itidak
dijadikani sebagai lembagai untuk membantui pemerintah dani masyarakat dalam
imembiayai pembangunani nasional, tetapii justru sebagaii alat penjarahani dana-
dana pemerintahidan masyarakatioleh paraikonglomerat (Mubyarto, 2007: 274).
Akibatnya, ipertumbuhan ekonomiiIndonesia yangimencapaiirata-rata 7%
per-tahunitiba-tiba anjloki secara spektakulerimenjadi minusi15% di tahuni1998,
yang iselanjutnya mengakibatkani terjadinya inflasii sebesari 78%, jumlahi PHK
meningkat, ipenurunan dayai beli dani kebangkrutani sebagian ikonglomeratidan
duniai usaha. Dalami waktu singkat, darii Juli 1997 sampaii 13 Mareti 1999,
pemerintahi telah menutupitidak kurangidari 55 bank, diisamping mengambilialih
11 ibank (BTO) idan 9 bank ilainnya idibantu untuk imelakukan irekapitalisasi.
Sedangkani semua banki BUMN dani BPD harusi ikutidirekapitalisasi. Darii240
bankiyang adaisebelum krisisimoneter, padaisaat ituitinggal 73ibank swastaiyang
dapatibertahan tanpai bantuan ipemerintah (Arifin, 1999: v-vii). Faktaiempiris di
atasi menunjukkan bahwai perbankan ikonvensional yangi menggunakan isistem
bunga, ternyatai sangat labili dan tidaki tahan menghadapiigejolak moneteriyang
diwarnaii oleh tingkati suku bungai yangi tinggi, sehingga imengalami inegative
spread. Namuni sebalikya, systemi perbankan isyari’ah telahimenunjukkan
dirinya sebagai isistem yang itangguh idan terbebas idari negatif ispread karena
itidak berbasisipada sistemibunga.
Tulisani ini mencobaiuntuk menguraikanisecara sederhanaisubstansiiriba
yangi dilarang menurutialQur’an, ias-sunnah daniijmaiulama. Konsepiribaiyang
dimaksudi dalam tulisaniini adalahimakna ribaibaik secaraibahasa maupunisecara
istilah, idasar hukumidilarangnyairiba, kriteriairiba yangidiharamkan, kaidahiriba
dalami jual-beli, dan ipraktik iriba idalam itransasksiikeuangan danibisnisiIslam
kontemporer. Ribaimerupakan bagianidari transaksiiyang dilarangidi dalamiajaran
Islam.iDalam kajian fiqihimuamalah imaliyah, ikajian tentang iriba imerupakan
salahisatu topiki yang palingipenting danisubstansial untukidibahas. Pembahasan
ribai menjadi bagiani yang urgenti karenai riba dapati menjadi salahi satui alat
identifikasiidari bolehiatauitidak-nya suatuitransaksi yangidilakukan dalamibisnis
dan ikeuangan iIslam. Artinya, iapabila adaitransaksi yangididalamnyaiditemukan
adanyai unsur iriba, makai transaksi itersebut iterlarang (haram) idalam perspektif
hukumiIslam. Denganidemikian, fokusitulisan ini iadalah menjelaskan imengenai
definisiiriba, dasarihukum dilarangnyairiba, tahapanipengharaman riba, imaqashid
(tujuaniatau target) diharamkannyairiba, ragam danimacam-macamiriba, substansi
ribai qardh dani ribai buyu’, dalili larangani riba, kriteriai atau batasani (dhawabit)
ribai qardh, dan ipraktik ribai qardh dalami transaksii keuangan dani bisnis
kontemporer.
B. METODE PENELITIAN
Jenisipenelitian yangi digunakan dalami penelitian iniiadalah metodeistudi
kepustakaani (library iresearch). Metodei studi ipustaka iberkaitan idengan kajian
teoritisidan beberapaireferensi yang tidakiakan lepasidari literatur-literaturiilmiah
(Sugiyono, 2020). Pendekatani yang digunakani dalam penelitiani inii adalah
pendekatani normatifi yuridis. Adapuni langkahilangkah penelitiani kepustakaan
yang akan idilakukan dalam ipenelitian iini, imeliputi: ipengidentifikasian isecara
sistematik, ianalisis dokumen-dokumen iyang imemuat iinformasi yangiberkaitan
denganimasalahikajian
2. KonsepiRiba
Konsepi riba sebenarnyai telah lamai dikenal dani telah imengalami
perkembanganidalam pemaknaan. Kajian mengenai riba, ternyata bukan hanya
diperbincangkani oleh umatiIslamisaja, tetapiiberbagai kalanganidi luariIslam-
punimemandang seriusipersoalan ini. Jikaidirunut mundurihingga lebihidari
duairibu tahunisilam, kajianiriba ini telahidibahas olehikalanganinon-Muslim,
sepertiiHindu, Budhai (Rivai, dkk, 2007: 761), Yahudi, iYunani, Romawiidan
Kristeni (Antonio, 2001: 42).
D. PENUTUP
Kata ribaiberasali darii bahasa Arab, secaraietimologis berartiibertambah
(al-ziyadah), itumbuh (an-numuw), imeningkat/menjadi itinggi (al-‘uluw),
menjulangi (al-rif’ah) dani bertambah i(al-rima). Secaraiterminologi ilmuifiqih,
ribai adalah tambahani/ikelebihan atasi pokok utangi yang diperjanjikan
/dipersyaratkani isebagai imbalani atas masai pembayarani utang. Ribai secara
mutlak, ijelas dan itegas hukumnya iharam, baik isedikit imaupun ibanyak, ibaik
untukikebutuhan konsumtifimaupun untukikebutuhaniproduktif. Menurutijumhur
ulama, iriba terbagi imenjadi idua imacam, yakni iriba iyang terjadiiakibatiutang-
piutangidisebut ribaiqardh/ ribaiduyun, dan ribaiyang terjadiiakibatijual-beliiatau
biasai disebut iriba ibuyu’. Adapuni maqashid i (target/tujuan) idilarangnya iriba
menuruti ulama ifiqih iadalah ikarena idi dalam ipraktik iriba mengandungiunsur
kezaliman, imencegah ekpolitasi iterhadap ipeminjam (muqtaridh), imelanggar
kaidah ial-ghunmu ibil ighurmi danikaidah al-kharaj bid dhaman, melanggar sifat
dasar iakad iutang-piutang isebagai akad ikebajikan i (tabaru’at), imenghindari
praktikigharar, danimenyalahi fungsiidan tujuaniuang, yakniisebagai alatitukar
danimedia menyimpaninilai/harga.
Hadirnyai ekonomi Islam idi tengah-tengahi masyarakati adalahiuntuk
menciptakani keadilan ekonomii dan distribusii pendapatan menujui tercapainya
kesejahteraani masyarakat. Ekonomi iIslam imenempatkan keadilaniuntukisemua
pelakuibisnis, tidakimengenal iistilah ”kreditur” idani”debitur”, imelainkan mitra
kerjai yang isama-sama imemikul iresiko dengan ipenuh irasa itanggung ijawab.
Untuk iitu, sistem iprofit-lossi sharing idapat idijadikan isebagai isolusiialternatif
penggantiisistem bungaidalam sistemiperekonomianiIslam.
DAFTAR PUSTAKA
Arif, K. M. (2020). Hakikat Karakter Dan Urgensinya Dalam Perspektif Islam.
Tahdzib Al-Akhlaq: Jurnal Pendidikan Islam, 3(1), 1-19.
Arif, K. M. (2020). Pengaruh Maqashid Syariah Terhadap Fiqh Muamalah Dan
Fatwa Dalam Mewujudkan Moderasi Islam. El-Arbah: Jurnal Ekonomi,
Bisnis Dan Perbankan Syariah, 4(1), 1-16.
Cahyani, D. I., & Sumadi, S. (2015). Alternatif Sistem Ekonomi Islam Untuk
Indonesia Yang Lebih Sejahtera. Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 1(02)
Frastiawan, D., & Ghozali, M. (2016). Kajian Keharaman Riba dalam Islam dan
Kecenderungan Memilihnya. Islamic Economics Journal, 2(2).
Ghofur, A. (2016). Konsep Riba dalam Al-Qur’an. Economica: Jurnal Ekonomi
Islam, 7(1), 1-26.
Hadi, A., & Uyuni, B. (2021). The Critical Concept of Normal Personality in
Islam. Al-Risalah: Jurnal Studi Agama dan Pemikiran Islam, 12(1), 1-19.
Kalsum, U. (2014). Riba dan Bunga Bank Dalam Islam (Analisis Hukum dan
Dampaknya Terhadap Perekonomian Umat). Al-'Adl, 7(2), 97-83.
Lubis, Z. (2021). Riba In The Economic Life Of The Community. El-Arbah,
5(1), 5-18.
Mahfuz, M. (2020). Produksi dalam Islam. El-Arbah: Jurnal Ekonomi, Bisnis
Dan Perbankan Syariah, 4(1), 17-38.
Munajah, N. (2018). Kebahagiaan Dalam Perspektif Filsafat. Tahdzib Al-
Akhlaq: Jurnal Pendidikan Islam, 1(2), 1-23.
Naufal, A. (2019). Riba Dalam Al-Quran Dan Strategi Menghadapinya. Al
Maal: Journal of Islamic Economics and Banking, 1(1), 100-116
Sajadi, D. (2018). Berhijrah Dari Sistem Ekonomi Sekuler Menuju Sistem
Ekonomi Syari’ah.El-Arbah: Jurnal Ekonomi, Bisnis Dan Perbankan
Syariah, 1(1), 58-81.
Sajadi, D. (2019). Agama, Etika Dan Sistem Ekonomi. El-Arbah: Jurnal
Ekonomi, Bisnis Dan Perbankan Syariah, 3(2), 1-17.
Syarif, Mujar Ibnu. (2011). Konsep Riba Dalam alQur'an dan Literatur Fikih.
Al-Iqtishad: Vol. III, No. 2, Juli
Uyuni, B. (2018). Zakat Uang Elektronik. El-Arbah: Jurnal Ekonomi, Bisnis
Dan Perbankan Syariah, 2(2), 48-62.
Uyuni, B. (2020). Various Types Of Debt: Mawaris Fiqh Review. El-Arbah:
Jurnal Ekonomi, Bisnis Dan Perbankan Syariah, 4(2), 19-36.
Yasin, H. (2019). Ayat-Ayat Akhlak Dalam Al-Quran. Tahdzib Al-Akhlaq:
Jurnal Pendidikan Islam, 2(2),1-15.