Anda di halaman 1dari 5

Nama : Reza Devianto Suyoko

NIM : 4118183

Mata Kuliah : Lembaga Perekonomian Syariah

Kelas :E

Resume Webinar: “PENGARUH PANDEMIK COVID-19 TERHADAP


PERKEMBANGAN TEORI DAN PRAKTIK HUKUM EKONOMI
SYARIAH”

Hukum Ekonomi Syariah atau bisa disebut muamalah merupakan suatu


prodi yang mempelajari tentang suatu hukum atau aturan yang mengatur tentang
hubungan manusia dengan manusia lainnya dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya. Berbeda dengan ibadah yang merupakan aturan yang mengatur
hubungan manusia dengan Tuhannya. Meskipun sedikit berbeda, aspek ibadah
dan muamalah akan selalu beringan sebagai suatu pondasi hukum yang penting
untuk diketahui oleh umat Islam dalam menjalankan setiap kegiatan serta
aktifitasnya setiap hari.

Salah satu contoh aktifitas yang paling erat dengan manusia adalah jual
beli. Jual beli merupakan suatu kegiatan dimana manusia mempertukarkan harta
dan barangnya, dalam Hukum Ekonomi Syariah jual beli telah diatur sedemikian
rupa baik dari segi rukun dan syarat, serta jual beli yang sah dan tidak sah. Salah
satu kegiatan inilah yang tercakup dalam materi Hukum Ekonomi Syariah. Maka
dari itu, dalam prodi Hukum Ekonomi Syariah kita akan mempelajari hukum yang
mengatur setiap aspek pebuatan manusia dengan manusia yang lainnya,
khususnya dalam hal kebendaan seperti jual beli, gadai, utang-piutang, kerjasama
dll yang terus berubah-ubah dan mengalami perkembangan seiring berjalannya
waktu.

Setelah melalui berbagai macam mata kuliah yang sifatnya khusus dan
merupakan inti dari prodi HES ini, penulis menyadari bahwa ternyata kita sebagai
umat Islam tidak hanya diatur dan diberikan kewajiban untuk melakukan berbagai
aktifitas hubungan kita dengan Allah SWT, melainkan dalam Hukum Islam Allah
SWT telah mengatur setiap aspek perbuatan manusia, terutama dalam melakukan
aktifitas sosial, ekonomi bahkan politik. Secara detail Allah SWT memberikan
gambaran atau road map yang dimana kita sebagai umat Islam telah diberikan
pilihan untuk melakukan sesuatu yang telah diatur tersebut atau tidak.
Contoh kongkretnya adalah dalam hal harta dan hak milik, Allah telah
memberikan ketentuan dan arahan terhadap harta/barang apa saja yang dibolehkan
dikonsumsi atau dimanfaatkan oleh manusia, selain itu, Allah juga telah
memberikan ketentuan hak seseorang terhadap harta atau oleh siapa saja
harta/barang tertentu boleh dimanfaatkan. Contoh-contoh inilah yang merupakan
salah satu materi dasar yang akan dipelajari oleh Mahasiswa Hukum Ekonomi
Syariah.

Maka dari itu, materi-materi tersebut yang merupakan salah satu Hukum
Islam yang sudah diatur sedemikian rupa oleh para ulama dan ahli fiqh,
membuktikan bahwa Allah telah mengatur manusia sedetail mungkin untuk
menjalani kehidupannya sehari-hari. Hal ini dapat menangkis anggapan-anggapan
yang menyatakan dan berkampanye terhadap pemisahan agama dengan kehidupan
sosial antara manusia dengan manusia yang lainnya.

Oleh karena itu, dalam Prodi Hukum Ekonomi Syariah kita akan
mempelajari hukum atau aturan Islam khususnya menyangkut perbuatan manusia
dengan manusia dalam hal kebendaan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Selain itu, kita juga akan mempelajari berbagai macam sumber Hukum Islam dan
penetapan metode Istibat Hukum Islam dalam menetapkan suatu peristiwa atau
keadaaan yang belum ada ketentuan hukumnya terkait perbuatan manusia yang
akan selalu berkembang dan berubah seiring berjalannya waktu.

Pemikiran dalam tulisan ini, lahir setelah penulis mempelajari dan


mengetahui beberapa materi-materi yang terdapat di Prodi Hukum Ekonomi
Syariah. Penulis mengharapkan kritik dan saran terhadap tulisan ini, karena pada
hakikatnya manusia tempatnya salah dan keadaan penulis yang masih belajar dan
masih berstatus sebagai Mahasiswa.

Disaat pandemi covid-19 seperti saat ini telah memunculkan teori baru
hukum ekonomi syariah berupa:

a.Teori reduksionis (penolak HES),

b.Teori idealis (penerima HES),

c.Teori kritis (proporsional memahami HES),

d.Teori kepastian hukum koperasi syariah


Tidak hanya Pandemi covid-19 telah memunculkan norma baru di bidang
zakat, perbankan syariah, koperasi syariah, dan sertifikasi halal.

Pandemi covid-19 memunculkan praktek baru di bidang hukum ekonomi


syariah, yaitu:

a. Auditor halal tidak harus bersertifikat MUI, boleh bersertifikat ormas


keagamaan lain (seperti NU, AL-IRSYAD, Muhamadiyah, A-Washliyah,
Nahdlatul Wathan, Mathlaul Anwar, dsb)

b. Sertifikasi halal bisa terbit tanpa fatwa MUI

c. Negara mengambil alih peran MUI dalam sertifikasi halal (delegitimasi peran
MUI)

d. Pemilik bank syariah tidak hanya WNI, WNA bermitra WNI, tetapi juga WNA

Tujuan Hukum Islam

1. Menjaga Agama

2. Menjaga Jiwa

3. Menjaga Akal

4. Menjaga Keturunan

5. Menjaga Harta

Hukum Islam dibagi menjadi 2, yakni:

1. Bidang ibadah, seperti thaharoh, sholat, puasa, zakat, haji.

2. Bidang muamalah secara luas, seperti hukum keluarga islam, hukum perdata
islam, hukum pidana islam, hukum peradilan islam, dan hukum politik islam.
Dasar Hukum Binis Islam

َ ُ‫وا أَ ْنف‬++ُ‫ض ِم ْن ُك ْم ۚ َواَل تَ ْقتُل‬


ۚ ‫ ُك ْم‬+ ‫س‬ َ +َ‫يَا أَيُّ َها الَّ ِذينَ آ َمنُوا اَل تَأْ ُكلُوا أَ ْم َوالَ ُك ْم بَ ْينَ ُك ْم ِبا ْلبَا ِط ِل إِاَّل أَنْ تَ ُكونَ تِ َجا َرةً عَنْ ت‬
ٍ ‫را‬+
‫إِنَّ هَّللا َ َكانَ ِب ُك ْم َر ِحي ًما‬

HAI ORANG-ORANG YANG BERIMAN, JANGANLAH KAMU SALING


MEMAKAN HARTA SESAMAMU DENGAN JALAN YANG BATIL,
KECUALI DENGAN JALAN PERNIAGAAN YANG BERLAKU DENGAN
SUKA SAMA-SUKA DI ANTARA KAMU. DAN JANGANLAH KAMU
MEMBUNUH DIRIMU; SESUNGGUHNYA ALLAH ADALAH MAHA
PENYAYANG KEPADAMU (AL-NISA: 29)

Prinsip Khusus Bisnis Islam

1. OBJEK AKAD HARUS HALAL;


2. SEMUA PIHAK MERIDHAI;
3. DIKELOLA SECARA AMANAH DAN JUJUR;
4. TIDAK MELAKUKAN RIBA DAN JUDI
5. TIDAK GHARAR DAN TADLIS (PENIPUAN);
6. MENGHINDARI AKAD DENGAN ORANG-ORANG YANG TIDAK
CAKAP HUKUM, SEPERTI ORANG GILA, ANAK KECIL, DAN
TERPAKSAB

Berdasarkan pengamatan saat ini pertumbuhan industri perbankan dan


keuangan syariah masih cukup terkendali. Masih mampu mempertahankan
bisnisnya dengan baik dan dengan penuh kehati-hatian.

Memang Covid-19 ini tidak hanya mengganggu kesehatan manusia, tetapi


juga terbukti telah memberikan tekanan yang luar biasa pada dunia usaha. Di
mana, secara makro pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan kedua 2020
bahkan tercatat minus 5,32 persen. Ini memperlihatkan bahwa Covid-19 memiliki
dampak yang signifikan terhadap ekonomi nasional.

Bagi industri keuangan syariah, dalam hal ini khususnya pada perbankan
syariah, kondisi tersebut memberikan dampak terhadap kinerjanya. Meskipun
demikian, industri perbankan syariah masih mampu untuk bertahan. Misalnya,
dengan cara lebih membatasi dan selektif dalam memberikan pembiayaan kepada
nasabahnya.

Selain itu, faktor penerapan nilai syariah berpengaruh positif terhadap


stabilitas, ketenangan, dan kesabaran sumber daya insani yang bekerja di industri
perbankan syariah. Dengan adanya upaya penguatan aspek spiritualitas, ini
menjadi modal penting dalam menghadapi masa-masa sulit seperti sekarang ini.
Sehingga, dapat dijadikan sebagai suatu ketahanan bagi industri perbankan dan
keuangan syariah di Indonesia.

Apa saja tantangan dan peluang terlebih dalam masa pandemi ini?

Sektor ekonomi syariah meliputi banyak hal, seperti industri perbankan


syariah, industri keuangan nonbank, pasar modal, rumah sakit Islam, perhotelan,
pariwisata, halal food, fashion, dan masih banyak lagi. Semua itu mengalami
berbagai macam tantangan krisis yang luar biasa dengan adanya wabah pandemi
seperti sekarang ini.

Salah satu contoh, tantangan utama bagi perbankan syariah adalah risiko
kenaikan pembiayaan bermasalah. Sebab, ada usaha nasabah yang terdampak
pandemi. Peningkatan risiko pembiayaan pada akhirnya akan berdampak pada
profitabilitas bank.

Terbukti, sebagaimana data statistik Bank Indonesia (BI) atas kinerja bank
umum syariah (BUS) di Tanah Air, non-performing financing (NPF) BUS
mengalami kenaikan dari 3,23 persen pada Desember 2019 menjadi 3,35 persen
pada Mei 2020.

Meski demikian, risiko kenaikan NPF tersebut dapat diatasi dengan


kebijakan POJK Nomor 11/POJK.03/2020 untuk memberikan relaksasi terhadap
nasabah perbankan syariah. Sehingga ada kemudahan proses restructuring dan
rescheduling untuk nasabah yang terkena dampak Covid-19, khususnya nasabah
usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) atau non-UMKM.

Tantangan selanjutnya adalah bagaimana perbankan syariah mampu


menjadikan krisis pandemi ini sebagai sebuah peluang yang baik. Misalnya,
dengan melakukan pembiayaan-pembiayaan baru di sektor yang berkaitan
langsung dengan urusan wabah pandemi itu sendiri.

Perbankan syairah bisa memberikan pembiayaan untuk penyediaan alat-


alat kesehatan, seperti ranjang rumah sakit, masker, ventilator rumah sakit, alat
tes, vaksin, alat-alat rumah sakit, dan lain-lain. Selain membantu para petugas
medis, alat-alat ini juga mampu menahan penyebaran Covid-19.

Anda mungkin juga menyukai