Anda di halaman 1dari 19

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

MODUL PSIKOLOGI SOSIAL


03 4 JP (180 menit)

Pengantar
Modul psikologi sosial membahas materi tentang konsep psikologi
dan psikologi sosial masyarakat.
Tujuan diberikan materi ini adalah agar peserta pelatihan mampu
menerapkan psikologi sosial dalam pelaksanaan tugas pembinaan
kepada masyarakat.

Standar Kompetensi
Terampil menerapkan psikologi sosial dalam melaksanakan tugas
Bhabinkamtibmas.

Kompetensi Dasar
1. Memahami Konsep Psikologi Sosial.
Indikator Hasil Pelatihan:
a. Menjelaskan pengertian psikologi sosial;
b. Menjelaskan tentang fungsi psikologi dalam tugas
Kepolisian;
c. Menjelaskan objek psikologi sosial dalam pelaksanaan
tugas Kepolisian;
2. Memahami Psikologi Sosial Masyarakat.
Indikator Hasil Pelatihan:
a. Menjelaskan interaksi sosial masyarakat;
b. Menjelaskan adaptasi diri dalam kehidupan sosial
masyarakat;
c. Menjelaskan situasi dan permasalahan sosial di
masyarakat.

BHABINKAMTIBMAS 31
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS BINMAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Materi Pelajaran
1. Pokok bahasan:
Konsep psikologi sosial
Sub pokok bahasan:
a. Pengertian psikologi sosial;
b. Tentang fungsi psikologi dalam tugas Kepolisian;
c. Objek psikologi sosial dalam pelaksanaan tugas Kepolisian.

2. Pokok bahasan:
Psikologi sosial masyarakat
Sub pokok bahasan:
a. Interaksi sosial masyarakat;
b. Adaptasi diri dalam kehidupan sosial masyarakat;
c. Situasi dan permasalahan sosial di masyarakat.

Metoda Pembelajaran
1. Metoda Ceramah
Metoda ini digunakan untuk menjelaskan materi tentang konsep
psikologi sosial dan psikologi sosial masyarakat.
2. Metoda Tanya Jawab
Metoda ini digunakan untuk tanya jawab tentang komunikasi
efektif.
3. Metoda Diskusi
Metoda ini digunakan untuk mendiskusikan materi interaksi
sosial masyarakat dan adaptasi diri dalam kehidupan sosial
masyarakat.

Alat/media, Bahan dan Sumber Belajar


1. Alat/media:
a. Flipchart;
b. Laptop;

32 BHABINKAMTIBMAS
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS BINMAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

c. LCD;
d. White board;
e. Laser point.

2. Bahan:
a. Alat tulis;
b. Kertas.

3. Sumber Belajar:
a. Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas;
b. Modul Pelatihan Polmas Kerjasama Baharkam, Lemdiklat
Polri dan JICA.

Kegiatan Pembelajaran
1. Tahap awal: 10 menit
a. Pelatih/instruktur memperkenalkan diri kepada para
peserta pelatihan.
b. Pelatih/instruktur melakukan pencairan.
c. Pelatih/instruktur menyampaikan kompetensi dasar dan
indikator hasil belajar.
2. Tahap inti: 155 menit
a. Pelatih/Instruktur menyampaikan materi tentang konsep
psikologi sosial dan psikologi sosial masyarakat.
b. Pelatih/instruktur memberi kesempatan peserta pelatihan
untuk bertanya tentang materi yang disampaikan.
c. Peserta pelatihan mendiskusikan materi interaksi sosial
masyarakat dan adaptasi diri dalam kehidupan sosial
masyarakat.
3. Tahap akhir : 10 menit
a. Pelatih/instruktur mengecek penguasaan materi dengan
cara bertanya secara lisan dan acak kepada peserta
pelatihan.
b. Pelatih/instruktur memberikan ulasan secara umum terkait
dengan proses pembelajaran dan merumuskan learning
point yang dikaitkan dengan pelaksanaan tugas.
c. Pelatih/instruktur melakukan evaluasi dan menutup
pembelajaran.

BHABINKAMTIBMAS 33
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS BINMAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Tagihan / Tugas
1. Peserta pelatihan mengumpulkan hasil diskusi.
2. Peserta pelatihan mengumpulkan resume materi psikologi sosial.

Lembar Kegiatan
-----------------------------------

34 BHABINKAMTIBMAS
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS BINMAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Bahan Bacaan

POKOK BAHASAN 1
KONSEP PSIKOLOGI SOSIAL

1. Pengertian Psikologi Sosial.


Seperti halnya definisi mengenai psikologi, maka dalam
memberikan definisi psikologi sosialpun ternyata diantara para ahli
terdapat perbedaan. Sekalipun ada perbedaan namun ada satu hal
yang tidak dapat lepas dari pengertian psikologi sosial, yaitu tidak
dapat dilepas dari masalah situasi sosial. Beberapa definisi yang
diajukan oleh beberapa ahli yaitu sebagai berikut :

a. Hartley dan Hartley


Memberikan definisi “psikologi sosial” sebagai: Sosial
psychology is that branch of the sosial sciences wich seeks to
understand individual behavior in the context of sosial
interaction.
Di tekankan pada perilaku individu dalam konteks interaksi
sosial. Interaksi sosial adalah dimana adanya hubungan antara
individu satu dengan yang lain, atau adanya situasi sosial.
b. Sherif dan Sherif
Bahwa, sosial psychology is the scientific study of the
experience and behavior of the individual in relation to sosial
stimulus situation. Dari definisi ini dapat dikemukakan bahwa
Sherif dan Sherif melihat perilaku individu dikaitkan dengan
situasi sosial.
c. Myers.
Bahwa Sosial psychology is the scientific study of how people
think about, influence, and relate to one another. Di sini Myers
melihat bagaimana orang berfikir, pengaruh dan berhubungan
dengan orang lain yang tidak dapat lepas dari situasi sosial.
d. Baron dan Byrne.
Bahwa sosial psychology is the scientific field that seeks to
comprehend the nature and causes of the individual behavior in
sosial situations. Apa yang dikemukakan Baron dan Byrne ini
bahwa psikologi sosial ingin mengerti sifat dan sebab-sebab
perilaku individu dalam situasi sosial.

BHABINKAMTIBMAS 35
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS BINMAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Dari beberapa pengertian diatas, dapat ditarik pendapat bahwa


Psikologi Sosial merupakan ilmu tentang perilaku individu fokusnya
pada perilaku individu dan dalam kaitannya dengan situasi sosial.
Dengan demikian apapun definisi mengenai psikologi sosial itu,
tidak lepas dari adanya situasi sosial atau interaksi sosial dan
fokusnya adalah perilaku individu.

2. Tentang Fungsi Psikologi Dalam Tugas Kepolisian.


Binmas sebagai salah satu tugas kepolisian yang paling dekat
dengan masyarakat tentunya harus memiliki pribadi yang merakyat
dan membaur sehungga bisa di terapkan di tengah masyarakat
untuk memecahkan permasalahan di lapangan atau di
masyarakat, sehingga anggota Binmas harus memiliki Psikologi
sosial yang baik sehingga mammpu mengimplementasikannya.
Berikut adalah fungsi psikologi sosial dalam tugas Kepolisian.
a. Kemampuan Pengendalian Diri
Anggota polisi yang menghadapi masyarakat harus mampu
mengendalikan diri, tidak boleh kehilangan kontrol agar dapat
bertindak secara tepat sesuai dengan perkembangan keadaan.
b. Kesiap-siagaan
Anggota polisi selalu siap siaga sehingga mampu dengan
cepat mendeteksi perubahan yang terjadi dalam masyarakat,
serta harus mewaspadai tanda-tanda yang mengarah pada
terjadinya kekacauan.
c. Kemampuan menilai situasi
Anggota polisi harus mampu menilai situasi masyarakat yang
dihadapinya karena bisa memanas dan bisa menurun
emosinya. Jadi anggota polisi harus secara cepat dapat
mengetahui keadaan situasi yang akan terjadi.
d. Kemampuan mengukur tindakan
Tindakan polisi menghadapi masyarakat harus terukur,
tindakan tersebut harus seimbang dengan keadaan. Tindakan
yang berlebihan dapat merangsang kemarahan masyarakat
pada polisi, begitu sebaliknya tindakan yang terlalu lemah
dapat membuat masyarakat mengabaikan petugas.
e. Kemampuan negosiasi/persuasi
Masyarakat pada umumnya memiliki suatu tuntutan yang ingin
disampaikan. Apabila anggota Polmas mampu membujuk atau
mengajak masyarakat untuk berunding maka biasanya
gerakan masyarakat akan selesai sampai disitu. Demikian,
bagi anggota Polmas yang ditugaskan untuk melakukan
pengamanan hendaklah nanti mengevaluasi kembali
kemampuan pribadi dalam hal kemampuan teknis kepolisian,
kemampuan fisik, kesehatan dan yang terpenting adalah
kemampuan psikologisnya. Jika semua kemampuan yang
36 BHABINKAMTIBMAS
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS BINMAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

dimiliki sudah seimbang dengan tantangan tugas maka tugas


pengaman yang berada dihadapanya akan terlaksana dengan
baik.
3. Objek Psikologi Sosial Dalam Pelaksanaan Tugas Kepolisian.
Dalam hal ini tugas kepolisian terdiri dari dua kelompok besar yaitu
manajemen internal organisasi dan kegiatan kepolisian. Dalam
konteks manajemen internal organisasi, maka terdapat berbagai
aktivitas yang khas, teknis dan spesifik keorganisasian. Contoh
yang terkait dengan rotasi personil, anggaran, pembangunan fisik
dan sebagainya. Sementara itu, yang disebut kegiatan Kepolisian
adalah apa yang dalam bahasa Polri disebut dengan tugas
melakukan Pembinaan Keamanan dan Penegakan Hukum yang
dilandaskan dengan semangat perlindungan, pengayoman dan
pelayanan.
Ada begitu banyak elemen dalam kegiatan Kepolisian dimana
psikologi sosial sebenarnya menentukan, setidak-tidaknya dapat
mengambil peran. Pada era dimana kegiatan Kepolisian tidak lagi
bisa berjalan hanya dengan tuntutan variabel sosiologis saja
variabel psikologis sosial dituntut lebih berperan. Misalnya, ketika
ada penjahat yang luar biasa pintarnya, tersangka yang luar biasa
dinginnya atau korban kejahatan yang luar biasa histerisnya.
Kehadiran penjahat, tersangka ataupun korban yang demikian, kini
sudah banyak terjadi di Indonesia. Oleh karena itu peran ilmu
Psikologi dalam tugas kepolisian sangat besar.
Tanpa pemahaman psikologi sangat sulit untuk menjadi Polisi yang
profesional, akibatnya polisi sering kali masih menggunakan
pendekatan militer ketimbang pendekatan kemanusiaan yang
memerlukan pendekatan psikologi. Semakin kompleks kehidupan
masyarakat akan semakin tinggi tuntutan pada ilmu psikologi.
Sebagai contoh disaat seorang berdiri diatas gedung dan ingin
meloncat dari gedung untuk bunuh diri, polisi harus bisa
membujuknya untuk tidak melakukan perbuatan nekat itu. Disinilah
ilmu psikologi sosial sangat diperlukan.
Psikologi sosial merupakan ilmu yang mempelajari perilaku sosial
seperti bagaimana kita dapat mengamati perilaku orang lain
dengan situasi sosial yang dihadapi, bagaimana bereaksi terhadap
orang lain dan bagaimana mereka bereaksi terhadap kita. Sesuai
dengan tugasnya yaitu sebagai pengayom masyarakat, ilmu
psikologi sosial juga mempunyai hubungan yang sangat erat.
Seperti untuk meningkatkan citra polisi, penampilan Polisi (cara
berpakaian dan penampilan diri) maupun perilaku dalam interaksi
dengan masyarakat akan memberikan kesan positif terhadap Polri
atau sebaliknya memberikan citra buruk. Sebagai contoh kalau
polisi melakukan penyiksaan fisik pada tersangka akan sangat
buruk akibatnya bagi citra polisi. Tapi jika polisi yang sudah dibekali
ilmu psikologi sosial, dia akan bisa menghadapi tersangka melalui
pendekatan manusiawi sehingga akan tercipta citra yang baik pada
BHABINKAMTIBMAS 37
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS BINMAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

masyarakat.
Selain itu tugas anggota Polri adalah menumbuhkan rasa aman
pada masyarakat. Bagaimana rasa aman ini bisa ditumbuhkan
kalau polisi sendiri menampilkan dirinya dengan menakutkan dan
tidak profesional. Seringkali polisi kurang mampu berkomunikasi
dengan masyarakat, pernyataan yang dikeluarkan seringkali
menimbulkan salah pengertian dalam masyarakat. Ilmu psikologi
sosial memberikan pengetahuan tentang bagaimana cara menjalin
komunikasi yang baik dengan masyarakat. Karena hal ini sangat
penting dibutuhkan oleh seorang polisi sewaktu melakukan
interaksi sosial dengan masyarakat.
Tidak kalah penting, seorang anggota polisi juga harus peka
terhadap situasi sosial yang terjadi, harus dapat mengamati
perilaku orang lain dalam situasi sosialnya, karena salah satu tugas
anggota Polri adalah menjaga situasi masyarakat selalu aman dan
tertib. Jika seorang anggota Polri tidak peka dalam mengamati
perilaku orang lain yang menyimpang maka bukan tidak mungkin
situasi sosial dalam hal ini situasi Kamtibmas akan terganggu.
Dengan dibekali ilmu psikologi sosial diharapkan anggota Polri
mempunyai suatu informasi atau pengetahuan yang sangat
bermanfaat dalam menjalankan tugas-tugas sehingga secara
psikologis mental anggota Polri tersebut akan meningkat, dan
dengan sendirinya tugas-tugasnya dapat diselesaikan secara baik
dan profesional dan yang tidak kalah penting dengan mempelajari
psikologi sosial, anggota Polri dapat mendeteksi dini perilak-
perilaku individu yang dapat mengancam stabilitas keamanan dan
ketertiban. Sehingga dengan begitu anggota Polri dapat mencegah
agar situasi sosial yang demikian tidak akan terjadi.
Dari hari ke hari permasalahan yang terjadi di masyarakat semakin
kompleks. Permasalahan tentang perilaku/kejiwaan manusia juga
semakin kompleks. Ilmu psikologi sosial yang ada seringkali tidak
cukup mampu mengejar kecepatan perubahan dalam masyarakat.
Kalau seorang anggota polisi tidak dibekali ilmu psikologi sosial
dan pengetahuan, maka akan semakin buruk citra Polri dimasa
yang akan datang. Kemampuan profesionalisme seorang polisi
ditentukan oleh kemampuan menyelesaikan permasalahan
kemanusiaan.
Seperti yang sudah dijelaskan diatas bahwa psikologi sosial
merupakan ilmu yang berhubungan erat dengan tugas kepolisian.
Sebagai contoh salah satu aplikasi dari ilmu psikologi sosial
terhadap tugas Polmas adalah ketika anggota Polmas menghadapi
individu secara kelompok. Anggota Polri yang sudah cukup dibekali
ilmu psikologi sosial, akan cukup mempunyai kemampuan
psikologis (salah satunya kesiapan mental) yang baik dibanding
dengan anggota yang belum mempelajari psikologi sosial.
Sebelum melaksanakan suatu kegiatan, biasanya seseorang selalu

38 BHABINKAMTIBMAS
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS BINMAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

mempersiapkan terlebih dahulu baik itu mental maupun peralatan


yang mendukung kegiatan tersebut. Hal yang paling penting
dipersiapkan oleh anggota Polri dalam memulai suatu tugasnya
adalah persiapan mental, yang merupakan bagian integral dari
keseluruhan kesiapan seseorang untuk melakukan suatu kegiatan
berupa adanya suatu sikap positif menghadapi tugas dan bersedia
mengerahkan semua kemampuan yang dimiliki agar tercapai hasil
yang memuaskan. Kesiapan mental menghadapi tugas terkait pada
beberapa variabel yang dapat mengendorkan maupun
meningkatkan kesiapan mental seseorang, diantaranya ialah:
a. Kondisi tugas yang dihadapi
Berpengaruh langsung pada sikap seseorang dalam
menghadapinya. Tugas yang tidak jelas cenderung
menimbulkan keraguan dalam diri kita untuk menghadapinya.
Demikian juga kondisi tugas yang berat dan beresiko tinggi
dapat merontokkan semangat. Sebaliknya tugas yang jelas
meskipun beresiko tinggi akan lebih enak menghadapinya
karena orang akan menyiapkan diri lebih dahulu.
b. Kemampuan teknis kepolisian
Kemampuan teknis yang dimiliki sudah tentu berkait langsung
pada kesiapan melaksanakan tugas. Pada masa pendidikan
kemampuan teknis untuk pengamanan telah dibekali dengan
cukup.
c. Kepercayaan diri
Merupakan motor penggerak dalam menghadapi tugas berat
dan mengancam pribadi. Kepercayaan diri yang terlalu tinggi
beresiko dalam pelaksanaan tugas biasanya rawan kegagalan,
sedangkan kepercayaan diri yang terlalu rendah biasanya orang
ini penuh dengan khawatir atau ragu-ragu sehingga sering tidak
berani menerima tugas.
Kepercayaan diri yang tepat adalah orang .yang tahu secara
tepat tingkat kemampuannya, tahu secara tepat apa yang dia
bisa dan apa yang tidak bisa. Orang yang demikian biasanya
berhasil optimal dalam pelaksanaan tugasnya. Kepercayaan diri
dapat dikembangkan dengan cara mengevaluasi kemampuan
diri secara apa adanya. Kemudian ujilah penilaian kemampuan
diri dengan kenyataan semakin mantap pula kepercayaan diri
kita.
Kerumunan manusia dalam jumlah yang besar dapat saja
terjadi dimana saja dan kapan saja, namun tidak menjadi
persoalan bagi anggota polisi, yang menjadi persoalan adalah
bagaimana agar massa tidak melakukan hal-hal yang anarkis.
Disinilah ilmu Psikologi Sosial yang sudah diajarkan di bab
sebelumnya kita gunakan.

BHABINKAMTIBMAS 39
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS BINMAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

POKOK BAHASAN 2
PSIKOLOGI SOSIAL MASYARAKAT

1. Interaksi sosial masyarakat.


Interaksi sosial adalah berbagai hubungan sosial yang berkaitan
dengan hubungan antar individu, antar individu dengan kelompok
serta kelompok dengan kelompok. Jika tidak ada interaksi sosial,
maka di dunia ini tidak ada kehidupan bersama.
Selain itu, proses sosial merupakan interaksi timbal balik atau
disebut sebagai hubungan yang saling mempengaruhi antara
manusia yang satu dengan lainnya dan hubungan ini berlangsung
seumur hidup di masyarakat.
Menurut Shaw interaksi sosial adalah pertukaran pribadi yang dapat
menunjukkan perilaku satu sama lain. Setiap perilaku tersebut akan
mempengaruhi satu sama lain. Thibut dan Kelley juga mengatakan
hal yang sama.
Mereka berpendapat bahwa interaksi sosial adalah kejadian yang
mempengaruhi satu sama lain saat dua orang hadir bersama.
Intinya, jika dua orang atau lebih bertemu bersama dan dapat
menciptakan tindakan yang mempengaruhi satu sama lain, maka ini
disebut sebagai interaksi sosial karena mereka melakukan
komunikasi.
Jadi dalam interaksi, setiap tindakan seseorang berguna untuk
mempengaruhi individu lain. Bonner mengatakan bahwa interaksi
adalah hubungan antara dua orang atau lebih dan tindakan individu
dapat mempengaruhi atau mengubah individu lain.
Dari semua pengertian yang telah disampaikan oleh para ahli, maka
dapat disimpulkan bahwa pengertian Interaksi sosial adalah “suatu
hubungan antara dua atau lebih individu manusia, dimana kelakuan
individu yang satu mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki
kelakuan individu yang lain, atau sebaliknya.

2. Adaptasi diri dalam kehidupan sosial masyarakat.

Pengertian adaptasi atau penyesuaian diri merupakan suatu proses


yang mengacu ke arah hubungan yang harmonis antara tuntutan
internal dari motivasi dan tuntutan eksternal dari realitas.
Penyesuaian dapat diartikan atau dideskripsikan sebagai berikut:
a. Penyesuaian berarti adaptasi; dapat mempertahankan
ekssistensinya, atau bisa survive dan memperoleh
kesejahteraan jasmani dan rohani, dan dapat mengadakan
relasi yang memuaskan dengan tuntutan sosial.
b. Penyesuaian dapat juga diartikan sebagai koformitas, yang
40 BHABINKAMTIBMAS
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS BINMAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

berarti menyesuaikan sesuatu dengan standar atau prinsip dan


lain-lain. Dengan memaknai penyesuaian diri sebagai usaha
konformitas, menyiratkan bahwa individu seakan-akan
mendapat tekanan kuat untuk harus selalu mampu
menghindarkan diri dari penyimpangan perilaku, baik secara
moral, sosial, maupun emosional. Sudut pandang berikutnya
adalah penyesuaian diri dimaknai sebagai usaha penguasaan
(mastery), yaitu kemampuan untuk merencanakan dan
mengorganisasikan respon dalam cara-cara tertentu sehingga
konflik-konflik, kesulitan, dan frustrasi tidak terjadi. Penyesuaian
diri adalah kemampuan seseorang untuk hidup dan bergaul
secara wajar terhadap lingkungannya, sehingga seseorang
merasa puas terhadap dirinya dan terhadap lingkungan.
c. Dari pengertian ini dapat ditarik suatu maksud bahwa
penyesuaian diri adalah suatu kemampuan untuk membuat
hubungan yang serasi dan memuaskan antara individu dan
lingkungannya. Individu diharapkan mampu melakukan
penyesuaian diri dengan kehidupan sosial dan mampu
memenuhi ekspetasi sosial setaraf dengan usianya. Dalam
upaya pencapaian harmonisasi hubungan antara tuntutan diri
dan lingkungan ini akan muncul konflik, tekanan dan frustasi,
dan inidvidu didorong untuk meneliti kemungkinan perilaku yang
berbeda guna membebaskan diri dari ketegangan yang
dialaminya.

Aspek-aspek penyesuaian diri pada dasarnya penyesuaian diri


memiliki dua aspek yaitu penyesuaian pribadi dan penyesuaian
sosial. Untuk lebih jelasnya kedua aspek tersebut akan diuraikan
sebagai berikut:

a. Penyesuaian pribadi adalah kemampuan individu untuk


menerima dirinya sendiri sehingga tercapai hubungan yang
harmonis antara dirinya dengan lingkungan sekitarnya. Individu
tersebut menyadari sepenuhnya siapa dirinya sebenarnya, apa
kelebihan dan kekurangannya dan mampu bertindak obyektif
sesuai dengan kondisi dirinya tersebut. Keberhasilan
penyesuaian pribadi ditandai dengan tidak adanya rasa benci,
lari dari kenyataan atau tanggungjawab, dongkol, kecewa, atau
tidak percaya pada kondisi dirinya. Kehidupan kejiwaannya
ditandai dengan tidak adanya kegoncangan atau kecemasan
yang menyertai rasa bersalah, rasa cemas, rasa tidak puas,
rasa kurang dan keluhan terhadap nasib yang dialaminya.
Sebaliknya kegagalan penyesuaian pribadi ditandai dengan
keguncangan emosi, kecemasan, ketidakpuasan dan keluhan
terhadap nasib yang dialaminya, sebagai akibat adanya gap
antara individu dengan tuntutan yang diharapkan oleh
lingkungan. Gap inilah yang menjadi sumber terjadinya konflik
yang kemudian terwujud dalam rasa takut dan kecemasan,

BHABINKAMTIBMAS 41
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS BINMAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

sehingga untuk meredakannya individu harus melakukan


penyesuaian diri.
b. Penyesuaian Sosial Setiap individu hidup di dalam masyarakat.
Di dalam masyarakat tersebut terdapat proses saling
mempengaruhi satu sama lain silih berganti. Dari proses
tersebut timbul suatu pola kebudayaan dan tingkah laku sesuai
dengan sejumlah aturan, hukum, adat dan nilai-nilai yang
mereka patuhi, demi untuk mencapai penyelesaian bagi
persoalan-persoalan hidup sehari-hari.
c. Dalam bidang ilmu psikologi sosial, proses ini dikenal dengan
proses penyesuaian sosial. Penyesuaian sosial terjadi dalam
lingkup hubungan sosial tempat individu hidup dan berinteraksi
dengan orang lain. Hubungan-hubungan tersebut mencakup
hubungan dengan masyarakat di sekitar tempat tinggalnya,
keluarga, sekolah, teman atau masyarakat luas. Dalam hal ini
individu dan masyarakat sebenarnya sama-sama memberikan
dampak bagi komunitas. Individu menyerap berbagai informasi,
budaya dan adat istiadat yang ada, sementara komunitas
(masyarakat) diperkaya oleh eksistensi atau karya yang
diberikan oleh sang individu. Apa yang diserap atau dipelajari
individu dalam poroses interaksi dengan masyarakat masih
belum cukup untuk menyempurnakan penyesuaian sosial yang
memungkinkan individu untuk mencapai penyesuaian pribadi
dan sosial dengan cukup baik. Proses berikutnya yang harus
dilakukan individu dalam penyesuaian sosial adalah kemauan
Hurlock menyatakan bahwa penyesuaian sosial merupakan
keberhasilan seseorang untuk menyesuaikan diri terhadap
orang lain pada umumnya dan terhadap kelompok pada
khususnya. Menurut Jourard (dalam Hurlock, 1990) salah satu
indikasi penyesuaian sosial yang berhasil adalah kemampuan
untuk menetapkan hubungan yang dekat dengan seseorang.
Untuk mematuhi norma-norma dan peraturan sosial
kemasyarakatan. Setiap masyarakat biasanya memiliki aturan
yang tersusun dengan sejumlah ketentuan dan norma atau
nilainilai tertentu yang mengatur hubungan individu dengan
kelompok. Dalam proses penyesuaian sosial individu mulai
berkenalan dengan kaidah-kaidah dan peraturanperaturan
tersebut lalu mematuhinya sehingga menjadi bagian dari
pembentukan jiwa sosial pada dirinya dan menjadi pola tingkah
laku kelompok. Kedua hal tersebut merupakan proses
pertumbuhan kemampuan individu dalam rangka penyesuaian
sosial untuk menahan dan mengendalikan diri. Pertumbuhan
kemampuan ketika mengalami proses penyesuaian sosial,
berfungsi seperti pengawas yang mengatur kehidupan sosial
dan kejiwaan. Hal inilah yang dikatakan Freud sebagai hati
nurani (super ego), yang berusaha mengendalikan kehidupan
individu dari segi penerimaan dan kerelaannya terhadap
beberapa pola perilaku yang disukai dan diterima oleh
42 BHABINKAMTIBMAS
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS BINMAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

masyarakat, serta menolak dan menjauhi hal-hal yang tidak


diterima oleh masyarakat.
Pembentukan Penyesuaian Diri Penyesuaian diri yang baik
tidak akan dapat tercapai apabila kehidupan orang tersebut
benar-benar terhindar dari tekanan, kegoncangan dan
ketegangan jiwa yang bermacam-macam, dan orang tersebut
mampu untuk menghadapi kesukaran dengan cara objektif
serta berpengaruh bagi kehidupannya, serta menikmati
kehidupannya dengan stabil, tenang, merasa senang, tertarik
untuk bekerja, dan berprestasi. Pada dasarnya penyesuaian diri
melibatkan individu dengan lingkungannya.
Lingkungan yang dapat menciptakan penyesuaian diri yang
cukup sehat bagi individu, diantaranya adalah sebagai berikut:
Lingkungan keluarga semua konflik dan tekanan yang ada
dapat dihindarkan atau dipecahkan bila individu dibesarkan
dalam keluarga di mana terdapat keamanan, cinta, respek,
toleransi dan kehangatan. Dengan demikian penyesuaian diri
akan menjadi lebih baik jika individu merasakan kehidupannya
berarti dalam suatu keluarga. Rasa dekat dengan keluarga
adalah salah satu kebutuhan pokok bagi perkembangan jiwa
seorang individu. Dalam prakteknya banyak orang tua yang
mengetahui hal ini namun mengabaikannya dengan alasan
mengejar karir dan mencari penghasilan yang besar demi
memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga dan menjamin masa
depan anak-anak. Hal ini merupakan aspek sosiologis dan
mencerminkan nilai-nilai tradisional serta cita-cita masyarakat
yang merasuk ke dalam kepribadian individu. Super ego
mengutamakan kesempurnaan, keluhuran, ketimbang
kenikmatan.
Meskipun bagi remaja hal ini kurang berpengaruh, karena
remaja sudah lebih matang tingkat pemahamannya, tetapi tidak
menutup kemungkinan pada beberapa remaja kondisi tersebut
akan membuat dirinya tertekan, cemas dan stres. Berdasarkan
kenyataan di atas, maka pemenuhan kebutuhan anak akan rasa
kekeluargaan harus diperhatikan. Orang tua harus terus
berusaha untuk meningkatkan kualitas pengasuhan,
pengawasan dan penjagaan pada anaknya, jangan semata-
mata menyerahkannya pada pembantu. Jangan sampai semua
urusan makan dan pakaian diserahkan pada orang lain. Karena
hal demikian dapat membuat anak tidak memiliki rasa aman.
Lingkungan keluarga juga merupakan lahan untuk
mengembangkan berbagai kemampuan, yang dipelajari melalui
permainan, senda gurau, sandiwara dan pengalaman-
pengalaman sehari-hari di dalam keluarga. Tidak diragukan lagi
bahwa dorongan semangat dan persaingan antara anggota
keluarga yang dilakukan secara sehat memiliki pengaruh yang
penting dalam perkembangan kejiwaan seorang individu.

BHABINKAMTIBMAS 43
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS BINMAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Oleh sebab itu, orang tua sebaiknya jangan menghadapkan


individu pada hal-hal yang tidak dimengerti olehnya atau
sesuatu yang sangat sulit untuk dilakukan olehnya, sebab hal
tersebut memupuk rasa putus asa pada jiwa individu tersebut.
Dalam keluarga, setiap individu juga belajar agar tidak menjadi
egois, individu tersebut diharapkan dapat berbagi dengan
anggota keluarga yang lain. Individu belajar untuk menghargai
hak orang lain dan cara penyesuaian diri dengan anggota
keluarga, mulai orang tua, kakak, adik, kerabat maupun
pembantu.
Kemudian dalam lingkungan keluarga individu mempelajari
dasar dari cara bergaul dengan orang lain, yang biasanya terjadi
melalui pengamatan terhadap tingkah laku dan reaksi orang lain
dalam berbagai keadaan. Biasanya yang menjadi acuan adalah
tokoh orang tua atau seseorang yang menjadi idolanya. Oleh
karena itu, orangtua pun dituntut untuk mampu menunjukkan
sikap-sikap atau tindakan-tindakan yang mendukung hal
tersebut. Interaksi individu dengan keluarganya juga mendorong
individu tersebut mempelajari sejumlah adat atau kebiasaaan
seperti: kebiasaan dalam makan, minum, berpakaian, cara
berjalan, berbicara, duduk dan lain sebagainya. Selain itu dalam
keluarga masih banyak hal lain yang sangat berperan dalam
proses pembentukan kemampuan penyesuaian diri yang sehat,
seperti rasa percaya pada orang lain atau diri sendiri,
pengendalian rasa ketakutan, toleransi, kefanatikan, kerjasama,
keeratan, kehangatan dan rasa aman karena semua hal
tersebut akan berguna bagi masa depannya. Lingkungan
Teman Sebaya Dalam kehidupan pertemanan, pembentukan
hubungan yang erat di antara sesame teman merupakan hal
yang sangat penting pada masa remaja dibandingkan dengan
masamasa lainnya. Suatu hal yang sulit bagi remaja biasanya
adalah menjauh dari temannya. Individu tersebut
mengungkapkan kepada mereka secara bebas tentang
rencananya, citacitanya dan dorongan-dorongannya. Dalam
semua itu, individu menemukan orang yang mau mendengarkan
apa yang dikatakannya. Dengan demikian pengertian yang
diterima dari temanya akan membantu dirinya dalam
penerimaan terhadap keadaan dirinya sendiri, ini sangat
membantu diri individu dalam memahami pola-pola dan ciri-ciri
yang menjadikan dirinya berbeda dari orang lain. Semakin
mengerti individu akan dirinya maka individu akan semakin
meningkat kebutuhannya untuk berusaha untuk menerima
dirinya dan mengetahui kekuatan dan kelemahannya. Dengan
demikian individu tersebut akan menemukan cara penyesuaian
diri yang tepat sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
Lingkungan Sekolah Sekolah mempunyai tugas yang tidak
hanya terbatas pada masalah pengetahuan dan informasi saja,
akan tetapi juga mencakup tanggungjawab pendidikan secara
luas. Demikian pula dengan guru, tugasnya tidak hanya
44 BHABINKAMTIBMAS
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS BINMAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

mengajar, tetapi juga berperan sebagai pendidik yang menjadi


pembentuk masa depan.
Guru juga dapat dikatakan sebagai langkah pertama dalam
pembentukan kehidupan yang menuntut individu untuk dapat
menyesuaikan dirinya dengan lingkungan. Pendidikan modern
menuntut guru atau pendidik untuk mengamati perkembangan
individu dan mampu menyusun sistem pendidikan sesuai
dengan perkembangan tersebut.
Dalam pengertian ini berarti proses pendidikan merupakan
penciptaan penyesuaian antara individu dengan nilai-nilai yang
diharuskan oleh lingkungan menurut kepentingan
perkembangan dan spiritual individu. Keberhasilan proses ini
sangat bergantung pada cara kerja dan metode yang digunakan
oleh pendidik dalam penyesuaian tersebut. Jadi guru memiliki
peran yang sangat penting dalam pembentukan kemampuan
penyesuaian diri individu. Pendidikan hendaknya tidak
didasarkan atas tekanan atau sejumlah bentuk kekerasan dan
paksaan, karena pola pendidikan seperti itu hanya akan
membawa kepada pertentangan antara orang dewasa dengan
anak-anak sekolah. Jika para individu merasa bahwa mereka
disayangi dan diterima sebagai teman dalam proses pendidikan
dan pengembangan mereka, maka tidak akan ada kesempatan
untuk terjadi pertentangan antar generasi.
3. Situasi dan Permasalahan Sosial di Masyarakat.
Permasalahan sosial adalah keadaan yang tidak kondusif yang
terjadi di dalam lingkungan masyarakat, yang kemudian
menimbulkan problematika/masalah sehingga ditakutkan
mengancam jalannya proses kehidupan yang sudah ada.

Pengertian permasalahan sosial menurut para ahli. Adapun yang


dimakud dengan permasalahan sosial menurut para ahli,
diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Martin S. Weinberg, Permasalahan sosial merupakan
keadaan yang dianggap memiliki latar belakang yang
bertentangan dengan nilai dan norma yang dijalani oleh
masyarakat. Dampaknya adalah timbul proses perubahan
sosial yang signifikan.
b. Soerjono Soekanto, Menurut Soerjono, permasalahan sosial
adalah ketidaksesuaian kehidupan dalam bermasyarakat
akibat pengaruh kebudayaan yang terganggu. Akibatnya,
permaslahan sosial dianggap sebagai keadaan yang
menakutkan.
c. Lesli, Permasalahan sosial adalah keadaan yang berpengaruh
dalam kondisi kehidupan sosial akibat adanya masalah yang
tidak diinginkan, sehingga membutuhkan upaya perwujudan
solusi.
BHABINKAMTIBMAS 45
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS BINMAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

d. Kartini Kartono, Menurut Kartini, permasalahan sosial


merupakan situasi yang dapat mengganggu kestabilan
kehidupan manusia. Situasi ini dianggap sebagai situasi yang
menyimpang hingga akhirnya harus sesegera mungkin untuk
dapat diselesaikan.
e. Arnold Rose, Permasalahan sosial adalah situasi yang tidak
diinginkan dan dianggap mempengaruhi pada keadaan
masyarakat yang akhirnya kondisi terebut haruslah diberikan
upaya untuk melakukan perubahan.
f. Bulmer, Permasalahan sosial merupakan situasi dan kondisi
yang tidak diinginkan oleh masyarakat karena adanya
paradigma kesalahan sosial yang dianggap tidak wajar.
Adapun faktor penyebab permasalahan sosial adalah sebagai
berikut:
a. Urbanisasi
Urbanisasi merupakan perpindahan individu dari daerah
pedesaan menuju daerah perkotaan. Urbanisasi dapat
menyebabkan perubahan besar pada sisi sosial, ekonomi dan
perubahan lingkungan.
b. Kemiskinan
Pengertian kemiskinan merupakan suatu kondisi masyarakat
yang memiliki kekurangan materi dan finansial. Hal tersebut
dapat disebabkan oleh berbagai faktor yaitu sosial, ekonomi,
dan politik. Kemiskinan dapat menyebabkan masyarakat
kekurangan makanan, kelaparan, dan tidak mendapatkan
fasilitas kesehatan yang semestinya dan juga pendidikan yang
berkualitas.
c. Ledakan penduduk
Ledakan penduduk merupakan salah satu faktor terjadinya
permasalahan sosial. Over populations merupakan kondisi
yang tidak diinginkan dalam masyarakat. Beberapa dampak
negatif dari adanya ledakan penduduk adalah berkurangnya
sumber daya alam.
d. Diskriminasi gender.
Pengertian diskriminasi gender merupakan keputusan rumah
tangga yang sepenuhnya dibuat oleh laki-laki. Permasalahan
ini lebih sulit untuk ditangani akibat masalah yang ada tidak
terlihat secara kasat mata.
e. Kurangnya pendidikan, Kurangnya pendidikan pada diri
seseorang akan berdampak kepada generasi penerusnya dan
perpengaruh ke beberapa aspek di dalam kehidupan
masyarakat.
f. Kurangnya perhatian terhadap remaja, Ketidakpedulian

46 BHABINKAMTIBMAS
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS BINMAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

terhadap perkembangan remaja akan berdampak pada


lingkungan sosial. Tindakantersebut seperti pencurian,
pembunuhan, serta tindakan kriminalitas lainnya.
Adapun untuk beragam contoh permasalahan sosial di masyarakat
dalam kehidupan sehari-hari, berserta solusinya adalah sebagai
berikut;
a. Banyaknya anak yang putus sekolah akibat kemampuan
ekonomi yang sangat kurang. Solusinya adalah memberikan
masukan kepada pemerintah untuk memberikan pendidikan
gratis kepada keluarga yang tidak mampu dalam segi
finansial.
b. Pembunuhan yang terjadi akibat terdesaknya kebutuhan
ekonomi dan nekat melakukan pencurian. Solusinya adalah
memberi pengarahan untuk mencari pekerjaan, atau
memberikan bekal keterampilan untuk membuka usaha.
c. Seorang anak bergabung dalam geng motor untuk
melampiaskan rasa kesepiannya akibat kurang mendapatkan
perhatian orang tua. Solusinya dengan adanya orang tua
sudah seharusnya memberikan waktu luang untuk
memperhatikan perkembangan psikis dari anak.
d. Seorang perempuan menjadi korban pelecehan seksual oleh
orang yang tidak bertanggung jawab di fasilitas
umum. Solusinya adalah memberikan pendidikan seks pada
anak sejak dini untuk menghindari adanya pelecehan seksual.
e. Munculnya pemukiman liar akibat ketidakmerataan penduduk
di suatu daerah. Solusinya adalah merelokasi penduduk
pemukiman tersebut untuk tinggal di rumah susun yang sudah
disediakan pemerintah.
f. Banyaknya pengangguran di perkotaan akibat kurangnya
lapangan pekerjaan. Solusinya adalah memberikan pelatihan
untuk berwirausaha.
g. Perceraian akibat perselingkuhan yang terjadi dalam
keluarga. Solusi yang diberikan adalah meluangkan waktu
untuk keluarga agar mencegah terjadinya perceraian.
h. Penelantaran anak yang menjadi korban perceraian orang
tua. Solusi yang bisa dilakukan adalah memediasi kedua
orang tua agar tidak menelantarkan anak mereka.
i. Kelaparan yang melanda beberapa daerah akibat distribusi
bahan pangan tidak merata. Solusi yang ditawarkan adalah
membangun infrastruktur untuk memperlancar distribusi
bahan pangan.
j. Pesta narkoba yang dilakukan oleh beberapa remaja untuk
merayakan kelulusan. Solusi yang dilakukan adalah
mengarahkan mereka tentang bahaya narkoba dan akibat

BHABINKAMTIBMAS 47
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS BINMAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

yang ditimbulkan dari pemakaian narkoba.


k. Aborsi yang dilakukan oleh remaja akibat pergaulan
bebas. Solusi yang diberikan adalah memberi perhatian lebih
kepada remaja tersebut agar tidak melakukan kesalahan
tersebut.
l. Penggusuran rumah warga untuk membebaskan lahan yang
diklaim sebagai laha pmerintah. Solusi yang bisa dilakukan
adalah memfasilitasi penduduk korban penggusuan utnuk
menempati rumah susun.
m. Tawuran antar pelajar dengan maksud menunjukkan siswa
manakah yang paling kuat di daerah tersebut. Solusi yang
bisa dilakukan adalah memberikan pengarahan agar
melakukan kompetisi dalam bentuk prestasi.
n. Kebiasaan masyarakat membuang sampah di sungai. Solusi
yang bisa dilakukan adalah menyediakan tempat
pembuangan sampah sementara di sekitar wilayah penduduk,
serta memberikan penyuluhan akan bahayanya membuang
sampah sembarangan.
o. Munculnya tempat-tempat praktek prostitusi di beberapa
wilayah. Solusi yang bisa dilakukan adalah memberikan
penyuluhan agar penduduk lokasi terebut mencari pekerjaan
yang lebih baik dan membrikan pembekalan terkait pelatihan
kerja, serta melakukan relokasi terhadap tempat praktek
prostitusi.

Rangkuman
1. Psikologi Sosial merupakan ilmu tentang perilaku individu
fokusnya pada perilaku individu dan dalam kaitannya dengan
situasi sosial. Dengan demikian apapun definisi mengenai
psikologi sosial itu, tidak lepas dari adanya situasi sosial atau
interaksi sosial dan fokusnya adalah perilaku individu.
2. fungsi psikologi sosial dalam tugas Kepolisian adalah
Kemampuan Pengendalian Diri, Kesiap-siagaan, Kemampuan
menilai situasi, Kemampuan mengukur tindakan dan
Kemampuan negosiasi/persuasi
3. Interaksi sosial adalah berbagai hubungan sosial yang berkaitan
dengan hubungan antar individu, antar individu dengan
kelompok serta kelompok dengan kelompok
4. penyesuaian diri adalah suatu kemampuan untuk membuat
hubungan yang serasi dan memuaskan antara individu dan
lingkungannya

48 BHABINKAMTIBMAS
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS BINMAS
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

5. Permasalahan sosial adalah keadaan yang tidak kondusif yang


terjadi di dalam lingkungan masyarakat, yang kemudian
menimbulkan problematika/masalah sehingga ditakutkan
mengancam jalannya proses kehidupan yang sudah ada.
6. Adapun faktor penyebab permasalahan sosial adalah sebagai
berikut: urbanisasi, kemiskinan, ledakan penduduk, diskriminasi
gender, kurangnya pendidikan dan Kurangnya perhatian
terhadap remaja.

Soal Latihan
1. Jelaskan pengertian psikologi sosial !
2. Jelaskan tentang fungsi psikologi dalam tugas Kepolisian !
3. Jelaskan objek psikologi sosial dalam pelaksanaan tugas
Kepolisian !
4. Jelaskan interaksi sosial masyarakat !
5. Jelaskan adaptasi diri dalam kehidupan sosial masyarakat !
6. Jelaskan situasi dan permasalahan sosial di masyarakat !

BHABINKAMTIBMAS 49
HPP-LAT BINTARA FUNGSI TEKNIS BINMAS

Anda mungkin juga menyukai