Anda di halaman 1dari 21

MODUL IV

PENYANDANG MASALAH KESEJAHTERAAN SOSIAL (PMKS),


POTENSI DAN SUMBER KESEJAHTERAAN SOSIAL (PSKS)
Dr. Siti Redjeki, M.Si
Waktu 4 jam pembelajaran x 45 menit = 180 menit (1 jam 45 menit)

A. DESKRIPSI SINGKAT
Modul ini dibuat sebagai upaya agar para pendamping sosial mengetahui
dan memahami tentang hakekat permasalahan kesejahteraan sosial.
Hakikatnya, permasalahan kesejahteraan sosial berkaitan dengan
fenomena sosial dalam masyarakat. Bagaimana kondisi sosial, ekonomi,
budaya dan kondisi geografis serta kondisi ekologis masyarakat sekitarnya
dapat dipahami. Pendamping sosial harus mampu memahami, apakah
Keluarga Keluarga Penerima Manfaat (KPM) dihadapkan pada hambatan
dalam mewujudkan kebutuhan sosial, ekonomi, budaya dan bagaimana
faktor geografis dan ekologi akan menghambat dalam memenuhi kebutuhan
tersebut?

Karenanya modul ini juga akan diarahkan pada upaya agar pendamping sosial
mampu mengidentifikasi permasalahan kesejahteraan sosial ditingkat lokal.
Sehingga sebagai bagian dari Sumber Daya Manusia (SDM) Kesejahteraan
Sosial, Pendamping Sosial dituntut memahami apa itu masalah sosial; siapa
saja disebut sebagai Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS);
serta apa itu Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS); dan jenisnya.
Pendamping sosial pada modul ini juga mengetahui dan memahami program
prioritas nasional Kementerian Sosial.

Maka muatan modul ini secara garis besar terbagi tiga yaitu bagian pertama
memuat unsur bahan bacaan. Bahan bacaan dimaksud sebagai upaya
memberi referensi bagi para peserta pembelajaran agar memahami secara
konsepsi tentang masalah sosial; penyandang masalah kesejahteraan
sosial; potensi dan sistem sumber kesejahteraan sosial; serta memahami
kearifan lokal masyarakat setempat. Setelah itu yang kedua, peserta
pembelajaran dalam hal ini pendamping sosial mampu mengidentifikasi
masalah kesejahteraan sosial dan potensi, sumber kesejahteraan sosial
sampai terampil membuat rencana aksi. Ketiga, peserta pembelajaran dalam
hal ini pendamping sosial mengetahui dan memahami program prioritas
nasional Kementerian Sosial.

B. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Kompetensi Dasar
Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diharuskan mampu memahami,
pertama apa itu masalah dan masalah sosial, apa perbedaan keduanya;
kedua, apa itu PMKS, PSKS dan bagaimana kriteria keduanya; Ketiga,
Program Prioritas Nasional Kementerian Sosial.
2. Indikator Keberhasilan Pembelajaran
mengikuti diklat pendampingan sosial masyarakat ini, peserta harus mampu
memahami:
a. Pengertian masalah dan masalah sosial, serta apa perbedaan
keduanya;
b. Pengertian dan jenis PMKS dan PSKS;

c. Program Prioritas nasional Kementerian Sosial

C. POKOK BAHASAN PEMBELAJARAN


1. Masalah dan masalah sosial, serta apa perbedaan keduanya;
2. Jenis PMKS, PSKS;
3. Program Prioritas Nasional Kementerian Sosial

D. S K E M A M O D U L

E. PERALATAN YANG DIPERLUKAN

1. Modul
2. Powerpoint (PPT)
3. Lembar Kerja (LK)
4. Kasus
5. Video

F. PROSES PEMBELAJARAN
1. Langkah 1 Pembukaan (15 menit):
a. Fasilitator mengucapkan salam, mengenalkan diri dan terima kasih
telah berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran dengan
menggunakan power point
b. Fasilitator menjelaskan tujuan pembelajaran dan pokok bahasan
yang akan dilakukan dengan menggunakan power point

2. Langkah 2 Perbedaan Masalah dan Masalah Sosial (30 menit):


a. Dibagi dua kelompok.
b. Setiap kelompok mendiskusikan beda pengertian masalah dan
masalah sosial.

c. Tiap kelompok menjelaskan tugas yang mana masalah dan yang


mana masalah sosial.
d. Fasilitator menguatkan/refleksi menggunakan power point dan
menjelaskan apa beda masalah dan masalah sosial?
Tools:
gambar-gambar yang dapat diambil dari google berkaitan dengan
masalah dan masalah sosial.

3. Langkah 3 Penyandang Permasalahan Kesejahteraan Sosial (45


Menit):
a. Fasilitator menjelaskan pentingnya sistem sumber
kesejahteraan sosial dan bagaimana kerangka pemahaman
masyarakat tentang masalah sosial
b. Fasilitator menayangkan video
c. Peserta menanggapi apa yang telah ditayangkan
d. Kemudian fasilitator menjelaskan tentang PMKS menurut
Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 08 Tahun 2012
dengan menggunakan power point secara singkat.

4. Langkah 4 Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial (35 Menit):


a. Peserta diminta mengidentifikasi potensi dan sumber kesejahteraan
sosial apa yang ada dilingkungannya.

b. Dipandu fasilitator, setiap masalah sosial di kelompokkan menjadi


mana sistem sumber formal, informal atau kemasyarakatan.
c. Fasilitator menjelaskan tentang PSKS menurut Peraturan Menteri
Sosial Republik Indonesia Nomor 08 Tahun 2012 dengan
menggunakan power point

5. Langkah 5 Program Prioritas Nasional Kementerian Sosial


(35 Menit):

a. Peserta ditugaskan mengidentifikasi program prioritas Kementerian


sosial yang diketahuinya
b. Dipandu fasilitator, menjelaskan program prioritas nasional
Kementerian sosial dengan menggunakan powerpoint.

6. Langkah 6 Penutup (20 menit):

a. Fasilitator menanyakan apa yang sudah dapat diperoleh kepada


peserta
b. Fasilitator menanyakan apa yang akan dikerjakan setelah memperoleh
pemahaman tentang masalah, masalah sosial, PMKS dan PSKS?
c. Fasilitator menanyakan tentang program prioritas nasional
Kementerian Sosial yang pendamping sosial ketahui?
G. BAHAN BACAAN
Midgley (2005: 34) memandang bahwa pembangunan sosial seperti dua
sisi mata uang, sisi pertama pembangunan sosial harus memperhatikan
pembangunan kesejahteraan sosial dan sisi kedua pembangunan
sosial harus memperhatikan pembangunan ekonomi. Midgley
menawarkan pembangunan sosial harus dilihat dari perspektif makro
yang lebih fokus kepada peran komunitas dan masyarakat yang mampu
melakukan intevensi yang terencana, mengangkat pendekatan yang
berorientasi pada perubahan dinamis yang inklusif dan universal dan
mampu mengharmonisasikan intervensi sosial dengan usaha-usaha
pembangunan ekonomi. Midgley menyarankan harus mengurangi
pendekatan residual dan institusional. Makanya pentinglah bila peran
pendamping sosial harus lebih dioptimalkan. Pendamping sosial harus
ada digarda depan dalam pembangunan sosial terutama pembangunan
kesejahteraan sosial.

1. MASALAH DAN MASALAH SOSIAL


Pasal 34 Undang-Undang Dasar 1945 ayat 1 menjelaskan bahwa
Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara.
Negara dalam hal ini adalah pemerintah bertindak sebagai leading
sector dan penanggung jawab utama dalam memberikan pelayanan
dan pemberdayaannya. Karenanya menurut pasal 2, Negara perlu
mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan
memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai
dengan martabat kemanusiaan. Maka dalam konteks ini
penyandang masalah kesejahteraan sosial yang menjadi tanggung
jawab pemerintah adalah mereka yang lemah dan tidak mampu
secara ekonomi mengatasi masalahnya. Mereka adalah anak
terlantar yang miskin, korban penyalahgunaan napza yang miskin,
wanita rawan ekonomi dll.

a. Pengertian
Sebelum menjelaskan tentang penyandang masalah
kesejahteraan sosial, lebih dulu pendamping sosial memahami
batasan dari masalah dan masalah sosial. Menurut Jensen (Edi
Suharto, 2005: 83), secara umum sesuatu dikatakan masalah
bila ada perbedaan antara yang ideal dan real atau ada
kesenjangan antara situasi yang ada dengan situasi yang
seharusnya. Sedangkan secara khusus difokuskan kepada
masalah sosial. Dikatakan sebagai suatu masalah sosial, Horton
dan Leslie, menggambarkan masalah sosial sebagai suatu
kondisi yang dirasakan banyak orang yang tidak menyenangkan
serta menuntut pemecahan aksi sosial secara kolektif.
Sedangkan, menurut Soerjono Soekanto (1986: 344)
permasalahan sosial akan muncul bila diri manusia atau suatu
kelompok mengalami kekurangan ekonomi, biologis,
biopsikologis dan budaya. Selain itu masalah sosial akan muncul
karena ada penyimpangan terhadap nilai atau norma yang ada di
masyarakat sekitarnya.

Dari beberapa pemahaman batasan masalah sosial ada


beberapa komponen penting bila sesuatu itu merupakan masalah
sosial yaitu (1) masalah itu bertahan untuk suatu periode tertentu;
(2) dirasakan dapat menyebabkan berbagai kerugian fisik atau
mental, baik pada individu maupun masyarakat; dan (3) ada
pelanggaran atau ada penyimpangan terhadap nilai-nilai/norma
atau standar sosial dari satu atau beberapa sendi kehidupan
dalam masyarakat.
Sedangkan menurut Zastrow, batasan masalah mempunyai
unsur-Unsur yaitu pertama, kelompok yang berpengaruh
terhadap kebijakan sosial suatu negara. Tingkatan kelompok
yang berpengaruh dapat diukur berdasarkan 3 faktor yang
saling berelasi yaitu jumlah yang mengungkap masalah,
kekuatan dari masalah yang diungkap dan kekuasaan dari
pengungkapan masalah tersebut; kedua, Adanya kondisi sosial
yang secara nyata tidak diinginkan dapat disebut sebagai suatu
masalah sosial; Ketiga, masalah sosial yang mempengaruhi
banyak orang, bila tidak mempengaruhi banyak orang maka
disebut sebagai masalah pribadi (personal problem); dan
Keempat, pemecahannya dilakukan melalui aksi secara kolektif.

b. Karakteristik Masalah Sosial


Apakah sesuatu dipandang sebagai masalah atau masalah
sosial? Setiap orang tentunya akan memandang berbeda
karakteristik masalah sosial. Menurut Suharto (2005: 84-95)
dikatakan sebagai masalah sosial bilamana mengandung
karakteristik (1) kondisi yang dirasakan banyak orang. Tidak
ada batasan berapa jumlah banyaknya orang tapi menurut
Suharto, jika dua saja merasakan sesuatu itu masalah maka itu
sudah dikatakan sebagai masalah sosial; (2) kondisi sosial yang
dinilai tidak menyenangkan. Setiap masyarakat mempunyai
ukuran yang berbeda tentang kondisi yang tidak menyenangkan.
Bisa saja masalah narkoba bagi masyarakat tertentu bukan
sebagai masalah sosial, semuanya tergantung pada aturan atau
nilai yang dibangun suatu masyarakat; dan (3) kondisi yang
menuntut pemecahan masalah sosial; serta (4) Pemecahan
sosial harus segera melelaui aksi sosial secara kolektif.

c. Sistem Sumber Kesejahteraan Sosial


Menurut Pincus (1973: 3), “the focus of sosial work practice is
on interaction between people and system in the sosial
environment”. Pandangan Pincus, dapat diterjemahkan bahwa
fokus praktek pekerjaan sosial adalah interaksi antara orang-
orang dengan lingkungan sosialnya. Lingkungaan sosial bisa
dipandang sebagai system sumber. Ada 3 sistem sumber
menurut Pincuss yaitu pertama, system sumber alamiah atau
informal. “Informal or natural resources system consist of family,
friends, neighbor, co-worker, bartenders and other helper”.
kedua, sumber formal. “Formal resource system are
membership organizations which promote the interest of their
numbers”. Ketiga, sumber kemasyarakatan. “Through public
activities and voluntary citizen action, society has eshtablished
a great variety of societal resources system”.

d. Kerangka Pemahaman Masyarakat dan Masalah Sosial. Lingkup


pengabdian seorang pendamping sosial sangat berhubungan
dengan masyarakat. Karenanya pendamping sosial ini harus
memahami bagaimana kerangka tatanan sosial dan masalah
sosialnya. Gambaran konseptualisasi masyarakat dibutuhkan
agar seorang pendamping mempunyai referensi
bagaimana melakukan pendekatan terhadap masyarakat.
Edi Suharto (2005:86) telah merumuskan matrik
kerangka pemahaman masyarakat dan masalah sosial.

FOKUS TUGAS
1. Pengidentifikasian 1. Memahami karakteristik
sasaran anggota populasi masyarakat

2. Penentuan 2. Mengidentikasi batas-batas


karakteristik populasi masyarakat
sasaran 3. Menggambarkan masalah-
masalah sosial
4. Memahami nilai-nilai
dominan
3. Pengakuan 5. Mengidentifikasi
perbedaan-perbedaan mekanisme-mekanisme penindasan
yang tampak dan formal
6. Mengidentifikasi bukti- bukti
diskriminasi
4. Pengidentifikasian 7. Memahami lokasi-lokasi
struktur kekuasaan
8. Menentukan ketersediaan sumber
9. Mengidentifikasi pola-pola
pengawasan sumber dan
pemberian pelayanan.

2. PENYANDANG MASALAH KESEJAHTERAAN SOSIAL (PMKS)


a. Pengertian PMKS
Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 08
Tahun 2012 Tentang Pedoman Pendataan Dan
Pengelolaan Data Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial
Dan Potensi Dan Sumber Kesejahteraan Sosial Bab I Pasal 1
ayat 3 mendefinisikan penyandang masalah kesejahteraan
sosial yang selanjutnya disebut PMKS adalah
perseorangan, keluarga, kelompok, dan/atau masyarakat yang
karena suatu hambatan, kesulitan, atau gangguan, tidak dapat
melaksanakan fungsi sosialnya, sehingga tidak dapat terpenuhi
kebutuhan hidupnya baik jasmani, rohani, maupun sosial
secara memadai dan wajar.

Perseorangan, keluarga, kelompok dan/atau masyarakat disebut


sebagai penyandang masalah kesejahteraan sosial bilamana
yang bersangkuutan mengalami hambatan, kesulitan, dan
gangguan baik berupa kemiskinan, ketelantaran, kecacatan,
ketunaan sosial, keterbelakangan, keterasingan/ketertinggalan,
dan bencana alam maupun bencana sosial (Pusdatin, 2009).
b. Jenis dan kriteria PMKS
Lampiran Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 08
Tahun 2012 Tentang Pedoman Pendataan Dan Pengelolaan
Data Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial serta Potensi
dan Sumber Kesejahteraan Sosial memuat gambaran jenis dan
kriteria PMKS yaitu sebagai berikut:

1) Anak Balita Telantar adalah seorang anak berusia 5 (lima)


tahun ke bawah yang ditelantarkan orang tuanya
dan/atau berada di dalam keluarga tidak mampu oleh orang
tua/keluarga yang tidak memberikan pengasuhan, perawatan,
pembinaan dan perlindungan bagi anak sehingga hak-hak
dasarnya tidak terpenuhi, serta dieksploitasi untuk tujuan
tertentu.

2) Anak Telantar adalah seorang anak berusia 6 (lima) sampai


18 (delapan belas) tahun yang mengalami perlakuan salah dan
ditelantarkan oleh orang tua/keluarga atau anak kehilangan
hak asuh dari orang tua/keluarga.

3) Anak berhadapan dgn hukum adalah seorang anak yang


berusia 12 (dua belas) sampai 18 (delapan belas) tahun dan
belum menikah, 1) yang diduga, disangka, didakwa, atau
dijatuhi pidana karena melakukan tindak pidana; 2) yang
menjadi korban tindak pidana atau melihat dan/atau mendengar
sendiri terjadinya suatu tindak pidana.

4) Anak Jalanan adalah seorang anak yang berusia 5 - 18 tahun,


dan anak yang bekerja atau dipekerjakan di jalanan, dan/atau
anak yang bekerja dan hidup di jalanan yang menghabiskan
sebagian besar waktunya untuk melakukan kegiatan hidup
sehari-hari.

5) Anak dengan Kedisabilitasan (ADK) adalah seseorang


berusia 18 tahun ke bawah yang mempunyai kelainan fisik atau
mental yang dapat mengganggu atau merupakan rintangan
dan hambatan bagi dirinya untuk melakukan fungsi-fungsi
jasmani, rohani maupun sosialnya secara layak, terdiri dari
anak dengan disabilitas fisik, disabilitas mental, serta
disabilitas fisik dan mental (disabilitas ganda).

6) Anak yang menjadi korban tindak kekerasan atau


diperlakukan salah adalah anak yang terancam secara fisik &
non fisik karena tindak kekerasan, diperlakukan salah atau tidak
semestinya dalam lingkungan keluarga atau lingkungan sosial
terdekatnya, sehingga tidak terpenuhi kebutuhan dasarnya
dengan wajar baik secara jasmani, rohani maupun sosial.

7) Anak yang memerlukan perlindungan khusus adalah anak


usia 0-18 tahun dalam situasi darurat, anak korban
perdagangan/penculikan, anak korban kekerasan baik fisik
dan/atau mental, anak korban eksploitasi, anak dari
kelompok minoritas dan terisolasi serta dari komunitas adat
terpencil, anak yang menjadi korban penyalahgunaan
narkotika, alkohol, psikotropika dan zat adiktif lainnya
(NAPZA), serta anak yang terinfeksi HIV/AIDS.

8) Lanjut Usia Telantar adalah seseoran berusia 60 tahun atau


lebih yang tidak dapat memenuhi kebutuhan dasarnya baik
secara jasmani, rohani maupun sosial.

9) Penyandang Disabilitas adalah setiap orang yang mempunyai


kelainan fisik dan/atau mental, yang dapat mengganggu atau
merupakan rintangan dan hambatan bagi dirinya untuk
melakukan fungsi-fungsi jasmani, rohani maupun sosialnya
secara layak, yang terdiri dari penyandang disabilitas fisik,
penyandang disabilitas mental, dan penyandang disabilitas fisik
dan mental.
10) Tuna Susila adalah seseorang yang melakukan
hubungan seksual dengan sesama atau lawan jenis secara
berulang-ulang dan bergantian di luar perkawinan yang
sah dengan tujuan mendapatkan imbalan uang, modul atau
jasa.

11) Gelandangan adalah orang-orang yang hidup dalam keadaan


tidak sesuai dengan norma kehidupan yang layak dalam
masyarakat setempat, serta tidak mempunyai pencaharian dan
tempat tinggal yang tetap, serta mengembara di tempat umum.

12) Pengemis adalah orang-orang yang mendapat


penghasilan meminta-minta di tempat umum dengan berbagai
cara dan alasan untuk mengharapkan belas kasihan orang
lain.

13) Pemulung adalah orang-orang yang melakukan


pekerjaan dengan cara mengais langsung dan pendaur ulang
barang-barang bekas.

14) Kelompok Minoritas adalah kelompok yang


mengalami gangguan keberfungsian sosialnya akibat
diskriminasi dan marginalisasi yang diterima, karena
keterbatasannya menyebabkan dirinya rentan
mengalami masalah sosial, seperti homo (gay), waria, dan
lesbian.

15) Bekas Warga Binaan Pemasyarakatan (BWBP) adalah


seseorang yang telah selesai atau dalam 3 bulan segera
mengakhiri masa hukuman pidana sesuai dgn keputusan
pengadilan dan mengalami hambatan menyesuaikan diri
kembali dlm kehidupan masyarakat, sehingga kesulitan untuk
mendapat pekerjaan atau melaksanakan kehidupannya secara
normal.
16) Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) adalah seseorang yang
telah terinfeksi HIV dan membutuhkan pelayanan sosial,
perawatan kesehatan, dukungan dan pengobatan untuk
mencapai kualitas hidup yang optimal.

17) Korban Penyalahgunaan Napza adalah seseorang


yang tidak sengaja menggunakan NAPZA, karena dibujuk,
diperdaya, ditipu, dipaksa dan/atau diancam untuk
menggunakan NAPZA.
18) Korban Trafficking adalah seseorang yang mengalami
penderitaan psikis, mental, fisik, seksual, seksual, ekonomi
dan/atau sosial yang diakibatkan tindak pidana perdagangan
orang (UU Nomor 21 Tahun 2007 tentang pemberantasan
tindak pidana perdagangan orang).

19) Korban Tindak Kekerasan adalah orang (baik individu,


keluarga maupun kelompok) yang mengalami tindak
kekerasan, baik sebagai akibat penelantaran, perlakuan salah,
eksploitasi, diskriminasi dan bentuk kekerasan lainnya maupun
orang berada dalam situasi yang membahayakan dirinya
sehingga menyebabkan fungsi sosialnya terganggu.

20) Pekerja Migran Bermasalah Sosial (PMBS) adalah


pekerja migran internal dan lintas negara yang mengalami
masalah sosial seperti tindak kekerasan, eksploitasi,
penelantaran, pengusiran (deportasi), ketidakmampuan
menyesuaikan diri di tempat kerja baru atau di negara
tempatnya bekerja, sehingga mengakibatkan terganggunya
fungsi sosial.

21) Korban Bencana Alam adalah orang atau sekelompok


orang yang menderita atau meninggal dunia akibat bencana
yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa
alam, berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir,
kekeringan, angin topan, tanah longsor, dll.

22) Korban Bencana Sosial adalah orang atau


sekelompok orang yang menderita atau meninggal dunia
akibat bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa oleh manusia yang meliputi konflik sosial
antar kelompok, antar komunitas masyarakat, dan teror.

23)Perempuan Rawan Sosial Ekonomi adalah seorang


perempuan dewasa berusia 18-59 tahun belum menikah atau
janda dan tidak mempunyai penghasilan cukup untuk dapat
memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari.

24) Fakir Miskin adalah seseorang atau kepala keluarga yang


sama sekali tidak mempunyai sumber mata pencaharian dan
atau tidak mempunyai kemampuan untuk memenuhi
kebutuhan pokok atau orang yang mempunyai sumber mata
pencaharian tetapi tidak dapat memenuhi kebutuhan pokok
keluarga yang layak bagi kemanusiaan.

25) Keluarga bermasalah Sosial Psikologis adalah keluarga


yang hubungan antar anggota keluarganya terutama antara
suami-istri, orang tua dengan anak kurang serasi, sehingga
tugas dan fungsi keluarga tidak dapat berjalan dengan wajar.

26) Komunitas Adat Terpencil adalah kelompok orang atau


masyarakat yang hidup dalam kesatuan sosial kecil yang
bersifat lokal dan terpencil, masih sangat terikat pada sumber
daya alam, serta habitatnya secara sosial budaya terasing
dan terbelakang dibanding dengan masyarakat Indonesia
pada umumnya, sehingga memerlukan pemberdayaan
dalam menghadapi perubahan lingkungan secara luas.

3. POTENSI DAN SUMBER KESEJAHTERAAN SOSIAL (PSKS)


a. Pengertian PSKS
Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 08
Tahun 2012 Tentang Pedoman Pendataan Dan Pengelolaan
Data Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial dan Potensi
Dan Sumber Kesejahteraan Sosial Bab I Pasal 1 ayat 4
mendefinisikan Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial yang
selanjutnya disebut PSKS adalah perseorangan, keluarga,
kelompok, dan/atau masyarakat yang dapat berperan serta
untuk menjaga, menciptakan, mendukung, dan memperkuat
penyelenggaraan kesejahteraan sosial.

b. Jenis-Jenis dan kriteria PSKS


Lampiran Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor
08 Tahun 2012 Tentang Pedoman Pendataan Dan Pengelolaan
Data Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial Dan Potensi
Dan Sumber Kesejahteraan Sosial memuat gambaran jenis dan
kriteria PSKS yaitu sebagai berikut:
1) Pekerja Sosial Profesional adalah seseorang yang bekerja,
baik di lembaga pemerintah maupun swasta yang memiliki
kompetensi dan profesi pekerjaan sosial, serta kepedulian
dalam pekerjaan sosial yang diperoleh melalui pendidikan,
pelatihan, dan/atau pengalaman praktek Peksos utk
melaksanakan tugas- tugas pelayanan dan penanganan
masalah sosial.

Kriteria:
(a) telah bersertifikasi pekerja sosial profesional; dan
(b) melaksanakan praktek pekerjaan sosial.

2) Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) adalah warga


masyarakat yang atas dasar rasa kesadaran &
tanggung jawab sosial, serta didorong oleh rasa
kebersamaan, kekeluargaan & kesetiakawanan sosial secara
sukarela mengabdi di bidang kesejahteraan sosial.
Kriteria:
(a) Warga Negara Indonesia;
(b) laki-laki atau perempuan usia minimal 18 (delapan
belas) tahun;
(c) setia dan taat pada Pancasila dan Undang- Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
(d) bersedia mengabdi untuk kepentingan umum;
(e) berkelakuan baik;
(f) sehat jasmani dan rohani;
(g) telah mengikuti pelatihan PSM; dan
(h) berpengalaman sebagai anggota Karang Taruna

sebelum jadi PSM.

3) Taruna Siaga Bencana (Tagana) adalah seorang


relawan yang berasal dari masyarakat yang memiliki
kepedulian dan aktif dalam penanggulangan bencana

Kriteria untuk dapat diangkat menjadi Tagana:


(a) generasi muda berusia 18 (delapan belas) tahun
sampai dengan 40 (empat puluh) tahun
(b) memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam
penanggulangan bencana;
(c) bersedia mengikuti pelatihan yang khusus terkait
dengan penanggulangan bencana;
(d) bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; dan
(e) setia dan taat pada Pancasila dan UUD Negara R.I
Tahun 1945

4). Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS) adalah organisasi


sosial atau perkumpulan sosial yang melaksanakan
penyelenggaraan kesejahteraan sosial yang dibentuk oleh
masyarakat, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak
berbadan hukum.

Kriteria:
a) mempunyai nama, struktur dan alamat organisasi
yang jelas;
b) mempunyai pengurus dan program kerja;
c) berbadan hukum atau tidak berbadan hukum; dan
d) melaksanakan/mempunyai kegiatan dalam bidang
penyelenggaraan kesejahteraan sosial.
5) Taruna adalah Organisasi sosial kemasyarakatan
sebagai wadah dan sarana pengembangan setiap anggota
masyarakat yang tumbuh dan berkembang atas dasar
kesadaran dan tanggung jawab sosial dari, oleh dan untuk
masyarakat terutama generasi muda di wilayah
desa/kelurahan terutama bergerak di bidang usaha
kesejahteraan sosial.

Kriteria:
a) organisasi kepemudaan berkedudukan di desa/kelurahan;
b) laki-laki atau perempuan yang berusia 13 (tiga belas) tahun
sampai dengan 45 (empat puluh lima) tahun dan
berdomisili di desa;
c) mempunyai nama dan alamat, struktur organisasi
dan
susunan kepengurusan; dan
d) keanggotaannya bersifat stelsel pasif.

6) Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3) adalah


Suatu Lembaga/Organisasi yang memberikan pelayanan
konseling, konsultasi, pemberian/penyebarluasan informasi,
penjangkauan, advokasi dan pemberdayaan bagi keluarga
secara profesional, termasuk merujuk sasaran ke lembaga
pelayanan lain yang benar-benar mampu memecahkan
masalahnya secara lebih intensif.
Kriteria:
a) organisasi sosial;
b) aktifitas memberikan jasa layanan konseling, konsultasi,
informasi, advokasi, rujukan;
c) didirikan secara formal; dan
d) memiliki struktur organisasi dan pekerja sosial, serta
tenaga fungsional yang profesional.

7) Keluarga pioner adalah keluarga yang mampu mengatasi


masalahnya dengan cara-cara efektif dan bisa dijadikan
panutan bagi keluarga lainnya.

Kriteria:
a) keluarga yang mampu melaksanakan fungsi- fungsi
keluarga;
b) keluarga yang mempunyai prilaku yang dapat dijadikan
panutan;
c) keluarga yang mampu mempertahankan keutuhan
keluarga dengan prilaku yang positif; dan
d) keluarga yang mampu & mau menularkan perilaku

kepada keluarga lainnya.

8) Wahana Kesejahteraan Sosial Keluarga Berbasis


Masyarakat (WKSBM) adalah Sistem kerjasama antar
keperangkatan pelayanan sosial di akar rumput yang terdiri
atas usaha kelompok, lembaga maupun jaringan
pendukungnya.

Kriteria:
a) adanya sejumlah perkumpulan, asosiasi,
organisasi/kelompok yang tumbuh dan berkembang di
lingkunganRT/RW/Kampung/Desa/kelurahan/nagari/banja
r atau wilayah ada
b) jaringan sosial yang berada di RT/RW/Kampung/Desa/
Kelurahan/nagari/banjar atau wilayah adat; dan
c) masing-masing perkumpulan, asosiasi, organisasi
kelompok tersebut secara bersama-sama melaksanakan
penyelenggaraan kesejahteraan sosial secara sinergis di
lingkungan

9) Wanita pemimpin kesejahteraan sosial adalah wanita yang


mampu menggerakkan dan memotivasi penyelenggaraan
kesejahteraan sosial di lingkungannya.

Kriteria:
a) berusia 18 sampai dengan 59 tahun;
b) berpendidikan minimal SLTP;
c) wanita mempunyai potensiuntuk menjadi/sudah menjadi
pemimpin & diakui oleh masyarakat setempat;
d) telah mengikuti pelatihan kepemimpinan wanita di
bidang kesejahteraan sosial; dan
e) memimpin usaha kesejahteraan sosial terutama
yang dilaksanakan oleh wanita di wilayahnya

10) Penyuluh Sosial, baik Penyuluh Sosial Fungsional


maupun Penyuluh sosial yang diberi tugas, tanggung jawab
wewewang dan hak untuk melakukan kegiatan penyuluhan
bidang penyelenggaraan kesejahteraan sosial.

11) Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK) adalah


Tenaga inti pengendali kegiatan penyelenggaraan
kesejahteraan sosial di kecamatan.

Kriteria:
a) berasal dari unsur masyarakat;
b) berdomisili di kecamatan dimana ditugaskan;
c) pendidikan minimal SLTA, diutamakan D3/S1;
d) diutamakan aktifis karang taruna atau PSM;
e) berusia 25 sampai dengan 50 tahun;
f) berbadan sehat (keterangan dokter/ puskesmas);
g) diutamakan yang sudah mengelola UEP; SK ditetapkan
oleh Kementerian Sosial.

12) Dunia usaha adalah organisasi yang bergerak di bidang


usaha, industri atau produk barang atau jasa, serta BUMN,
BUMD, serta/atau wirausahawan beserta jaringannya yang
peduli dan berpartisipasi dalam penyelenggaraan
kesejahteraan sosial sebagai wujud tanggung jawab sosial.

Kriteria:
a) peduli dan berpartisipasi dalam penyelenggaraan
kesejahteraan sosial;
b) membantu penanganan masalah sosial.
DAFTAR PUSTAKA

Midgley, James, Pembangunan Sosial Perpektif Pembangunan


Dalam Kesejahteraan Sosial, Direktorat Perguruan Tinggi
Agama Islam (Ditperta) Departemen Agama RI, 2005.

Pincus, Allen dan Anne Minahan, Sosial Work Practice: Model dan
Method, F.E. Peacock Publisher, Inc. Itaska, Illinois. 1973

Soekanto, Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar, Penerbit PT.


Rajawali, Jakarta, Edisi Baru Kedua 1986

Suharto, Edi, Ph.D. Membangun Masyarakat Memberdayakan


Rakyat, PT. Refika Aditama, Bandung 2005.

Anda mungkin juga menyukai