HERNIA
Pembimbing
dr. Dhanu Widodharmawan, Sp.B
Oleh :
Siti Maghfiroh Nimas Ayu Putri
202210401011060
tugas dalam rangka menyelesaikan studi kepaniteraan Dokter Muda di bagian Ilmu Bedah
Umum.
Pembimbing
dr. Danu
Widhodarmawan, Sp.B
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb.
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
Penyusunan referat ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan pada
Malang yang dilaksanakan di RSU Haji Surabaya. Ucapan terima kasih penulis sampaikan
kepada seluruh dokter pembimbing khususnya kepada dr. Dhanu Widodarmawan. atas
bimbingan, saran, petunjuk dan waktunya serta semua pihak terkait yang telah membantu
Penulis menyadari penyusunan referat ini masih jauh dari kesempurnaan. Dengan
kerendahan hati, penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya dan mengharapkan kritik dan
saran yang membangun. Semoga penyusunan referat ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Wassalamualaikum, Wr.Wb.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Hernia merupakan penonjolan isii suatu rongga bagian teremah dari bagian
muskuloaponeuotik dinding perut, hernia terdiri atas cincin, kantong dan isi hernia. Hernia
merupakan salah satu kasus di bagian bedah yang pada umumnya sering menimbulkan
masalah kesehatan dan memerlukan tindakan operasi. Hernia dapat terjadi akibat kelaianan
kongenetal maupun didapat.hasil penelitian pada populasi hernia ditemukan sekitar 10% yang
Hernia adalah tonjolan atau abnormalitas pada fasia dinding perut. Kelainan ini dapat muncul
di setiap area fasia dinding perut yang terdapat kelemahan anatomi. Hernia biasanya terletak
di dinding perut anterior (umbilikal) dan daerah selangkangan (inguinal dan femoralis).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Anatomi
2.2. Definisi
2.3. Epidemiologi
Menurut World Health Organization (2017), prevalensi penderita hernia adalah 350
per 1000 penduduk. Menurut data Riset Kesehatan Daerah di Indonesia tahun 2017, hernia
merupakan penyakit urutan kedua setelah batu saluran kemih yaitu mencapai 2245 kasus.
Proporsi penderita hernia di Indonesia didominasi oleh pekerja berat sebesar 70,9% (7.347),
terutama di Banten sebesar 76,2% (5.065) dan terendah di Papua sebesar 59,4% (2.563)
(Riskesdas, 2018; Kemenkes RI, 2019). Hernia inguinalis merupakan jenis hernia yang paling
banyak ditemukan, dengan estimasi 800.000 hernia inguinalis yang diperbaiki setiap tahun
dilakukan (Hammound M, 2022). Insiden hernia inguinalis menyumbang sekitar 75% dari
semua hernia dinding perut. Laki-laki menyumbang sekitar 90% dari semua hernia inguinalis
Hernia sering terjadi, dan diperkirakan 5% individu akan mengalami hernia dinding
perut selama hidup mereka. Hernia inguinalis kira-kira tujuh kali lebih banyak terjadi pada
pria daripada wanita. Jenis hernia yang paling umum pada pria dan wanita adalah hernia
inguinalis indirect. Meskipun hernia inguinalis juga paling sering terjadi pada pria, hernia
femoralis dan umbilikalis lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria. Hernia lebih
sering terjadi pada sisi kanan akibat keterlambatan atau kegagalan penutupan prosesus
vaginalis secara embriologis. Hernia femoralis juga lebih sering terjadi di sisi kanan, yang
mungkin disebabkan oleh kurangnya kolon sigmoid yang menutupi kanal femoralis. Hernia
meningkat seiring bertambahnya usia dan seringn terjadi tekanan pada dinding perut. Risiko
hernia menjadi inkarserata atau tercekik diperkirakan antara 1% sampai 3% seumur hidup
seseorang. Hernia femoralis dapat menjadi inkarserata hingga 30% dari waktu dan harus
selalu diperbaiki melalui pembedahan bila ditemukan (Pastorino & Alshuqayfi, 2021).
Dua faktor yang meningkatkan risiko hernia adalah otot perut yang lemah dan jaringan ikat
yang lemah. Beberapa orang terlahir dengan jaringan ikat yang lemah, sedangkan yang lain
menjadi lebih lemah di usia yang lebih tua. Penyakit atau pembedahan juga dapat
Menjadi sangat kelebihan berat badan meningkatkan tekanan di perut Anda. Tapi ini hanya
meningkatkan risiko hernia insisional dan umbilikalis. Itu tidak mempengaruhi risiko hernia
inguinalis. Tumor atau penumpukan cairan di perut juga dapat meningkatkan tekanan pada
dinding perut.
Hernia dinding perut juga lebih sering terjadi pada wanita hamil. Merokok dan penyakit
seperti diabetes dapat membuat luka lebih sulit sembuh dengan baik setelah operasi, yang
Mengangkat benda berat, batuk dan mengejan bisa membuat hernia yang ada bertambah
besar. Apakah hal-hal ini juga dapat menyebabkan hernia mungkin tergantung pada jenis
2.5. Patofisiologi
Anatomi dinding perut sangat penting saat mengevaluasi pasien hernia. Dinding perut
dibentuk oleh beberapa lapisan jaringan adiposa, fasia, dan otot. Di garis tengah, otot rektus
abdominis memanjang dari simfisis pubis ke tulang dada dan tulang rusuk. Di bagian lateral
terdapat tiga lapisan otot yang berjalan dengan pola miring untuk mencegah herniasi dinding
perut. Oblique eksternal, oblique internal, dan transversus abdominus bersatu membentuk
Ada titik lemah di dinding perut di mana lapisan otot dan fasia dilemahkan. Di kanal
inguinalis, beberapa batas anatomi akan membantu menggambarkan jenis hernia yang ada.
Segitiga Hasselbach dibatasi oleh rektus abdominis di medial, kanalis inguinalis inferior di
lateral, dan pembuluh darah epigastrium inferior di superior. Hernia inguinalis langsung
terjadi dalam segitiga ini. Hernia yang terjadi di lateral pembuluh epigastrium inferior dan
sepanjang cincin inguinalis diklasifikasikan sebagai hernia inguinalis tidak langsung. Ada
kelemahan di sini karena penipisan oblik eksternal dan internal membentuk aponeurosis.
Kelemahan ini meninggalkan fasia transversalis dan peritoneum tanpa dukungan otot
tambahan. Hernia femoralis terjadi lebih rendah dari kanalis inguinalis di dalam ruang
1. Hernia bawaan/kongenetal
2. Hernia dapatan/akuisita
1. Hernia reponibel
2. Hernia irreponibel
1. Hernia inkarserata
2. Hernia strangulata
1. Hernia interna
2. Hernia eksterna
1. Hernia inguinal
2. Hernia femoralis
3. Pintu masuk hernia femoralis adalah anulus femoralis. Selanjutnya, isi hernia masuk
ke dalam kanalis femoralis yang berbentuk corong sejajar dengan vena femoralis
sepanjang kurang lebih 2 cm dan keluar pada fosa ovalis. Kanalis femoralis terletak di
tepi medial femoral sheath/sarung femoralis, yang berisi arteria femoralis, vena
femoralis, dan nodi lymphatici. Leher canalis femoralis sangat sempit dan sering
menjadi lokasi terjepitnya intestinum di dalam saccus, sehingga pada hernia tipe ini
intestinum. Hernia femoralis biasanya didapat, dan paling sering terjadi pada populasi
usia pertengahan dan lanjut. Selain itu, biasanya karena wanita memiliki pelvis yang
lebih lebar dibandingkan pria, wanita lebih sering terkena hernia femoralis (Richard,
2012).
4. Semua hernia femoralis memerlukan pembedahan kecuali terdapat kelainan lokal atau
Penggunaan jahitan yang tidak dapat diserap,(3) Hernioplasti dengan perbaikan defek
transversal Fasia dengan ligamen atau mesh Cooper, bertujuan untuk mempersempit
prosedur ini lebih disukai pada wanita.Akses inguinalis diperoleh dengan membuka
dilakukan pada laki-laki, karena hernia femoralis pada laki-laki sering disertai dengan
untuk hernia femoralis inkarserata, hernia berulang, atau kombinasi dengan hernia
5. Hernia diafragmatika
6. Hernia umbilikalis
7. Hernia epigastrika
8. Hernia lumbalis
2.7. Diagnosis
Diagnosis hernia inguinalis dapat ditegak- kan berdasarkan gejala klinis. Pasien dengan
hernia inguinalis dapat memberikan gambaran klinis seperti munculnya penonjolan di bagian
inguinal pada saat adanya peningkatan tekanan intraabdominal seperti saat mengejan, mena-
ngis, atau defekasi.9 Pada kasus hernia inkar- serata gejala klinis seperti muntah dan distensi
abdomen dapat muncul karena adanya obstruksi.10 Selain dari gejala klinis yang dikeluhkan
pasien, penegakan diagnosis pada hernia inguinalis juga berdasarkan hasil dari anamnesis,
Pada anamnesis dapat ditanyakan kepada orang tua pasien mengenai keluhan pasien seperti
lokasi, awal terjadinya keluhan, dan bagaimana urutan kejadiannya serta usaha yang
dilakukan pasien dan orang tua pasien dalam mengatasi keluhan pasien. Bila yang dikeluhkan
ialah adanya benjolan di lipat paha saat batuk atau bersin dan menghilang saat berbaring
reponibel. Jika orang tua pasien mengeluhkan adanya benjolan yang menetap kemudian
pasien terlihat gelisah, rewel, dan disertai mual atau muntah maka dapat dicurigai sebagai
hernia inkarserata.4 Penting juga ditanyakan adanya riwayat benjolan yang hilang timbul
pada daerah inguinal atau skrotal pada pasien bayi yang datang dengan keluhan perut kem-
Pemeriksaan fisik dimulai dari inspeksi, dapat dilihat bila ada benjolan dari regio inguinalis
sampai ke skrotum, atau bila tidak ada benjolan namun saat batuk atau bersin kemudian
muncul benjolan di inguinal. Pada palpasi dapat dinilai bila ada benjolan yang keluar maka
pemeriksa dapat mencoba mendorong isi hernia untuk menilai apakah dapat direposisi atau
tidak. Namun jika tidak ada benjolan saat menangis, maka dapat dilakukan pemeriksaan
funikulus spermatikus untuk memperkirakan penebalannya (silk glove sign). Pemeriksaan ini
dilakukan dengan cara meletakan satu jari di atas funikulus spermatikus setinggi tuberkel
pubis kemudian jari digosok dari sisi ke sisi di atas tuberkel pubis. Tes glove sign positif
ditandai dengan struktur korda di kanalis inguinalis lebih tebal dibanding sisi yang
sehat.4.6,7,8
Tes transiluminasi yang sederhana dapat digunakan untuk membedakan hernia inguinal- lis
dan hidrokel. Namun tes ini dapat memberi- kan hasil positif palsu pada inkarserasi usus
sonografi merupakan pemeriksaan penunjang yang umum digunakan karena memiliki keun-
tungan seperti cepat, non-invasif, dan bebas komplikasi. Ultrasonografi juga berpotensi da-
pat berguna pada evaluasi preoperatif dari sisi kontralateral pasien hernia uni- lateral.11,12
lktua jkm lem`cgkm terselut kakm oembdigkmb ligk pemjeritkimi jkgko pcsisi tijur. Kjk
akgkmyk aegudkm lerupk lem`cgkm ykmb jkpktaegukr oksua ji jkerkd aeokgukm (pkjk gkai-
gkai ji sarctuo jkm pkjkwkmitk ji gkliuo okycr). Akjkmb-akjkmb terksk aeoemb. Lem`cgkm
aetiak lerlkrimb (irrepcmiligis). Aegudkm myeri `krkmb ji`uopki, akgku kjk likskmyk
Myeri ykmb jisertki oukg ktku oumtkd lkru tiolug akgku ter`kjiimakrserktk akremk igeus
(jembkm bkolkrkm clstruasi usus jkmbkmbbukm aeseiolkmbkm fkirkm egeatrcgit jkm ksko
(oembkmbakt lelkm lerkt, ktget kmbakt lesi, temtkrk,augi lkmbumkm, jgg) c Xemykait
ktkupum aebkmkskm arcmis (LXD, lktua arcmis, ksfites,ktku suskd LKL) c Nkatcr usik,
2.8. Tatalaksana
Pembedahan adalah satu-satunya pilihan pengobatan untuk hernia. Ini melibatkan mendorong
kantung hernia kembali ke perut atau mengeluarkannya, dan menutup celah di dinding perut
dengan jahitan. Jala sintetis halus biasanya juga dipasang di area yang terkena, untuk
Dalam operasi terbuka, operasi dilakukan melalui sayatan yang lebih besar di tempat hernia
berada. Dalam operasi invasif minimal (juga disebut operasi laparoskopi atau lubang kunci),
beberapa sayatan kecil dibuat. Perut atau dinding perut dioperasi dengan memasukkan
instrumen bedah dan tabung halus dengan kamera yang terpasang padanya (laparoskop)
melalui luka. Kamera memungkinkan ahli bedah untuk melihat bagian dalam perut di layar.
Pilihan operasi akan bergantung pada hal-hal seperti jenis dan ukuran hernia.
Hernia tidak selalu harus dioperasi. Jika tidak menimbulkan masalah dan risiko
komplikasinya rendah, pembedahan tidak diperlukan. Ini juga berlaku pada orang yang
sangat tua, lemah atau sakit parah dan memiliki hernia yang tidak menimbulkan risiko akut.
Sebaliknya, orang yang menderita hernia inguinalis biasanya disarankan untuk menjalani
operasi.
Penyangga hernia atau sabuk hernia (ketat, perban seperti sabuk) sering digunakan di masa
lalu untuk mencoba menghentikan hernia agar tidak menonjol keluar dari perut. Hal ini tidak
dianjurkan saat ini, karena tidak membuat hernia hilang dan dapat memiliki efek samping
Pada bayi yang mengalami hernia inker- serata, reduksi manual dapat dilakukan sebagai
pertolongan pertama dengan syarat tidak ada tanda-tanda peritonitis. Bayi dibaringkan dan
diusahakan agar tenang tanpa diberi makanan, dan kaki dielevasikan jika memungkinkan.
Pemeriksa berdiri di sisi ipsilateral hernia atau mengahadap bagian kaki bayi dan meletakkan
jari telunjuk dan jari tengah tangan kanan pada sisi ipsilateral spina iliaka anterior superior
dan menyapukan jari-jari ke bawah kanalis ingui- nalis menuju skrotum sisi ipsilateral,
sambil menjaga tekanan di testis, massa inguinal, atau kulit skrotum dengan tangan kiri. Pada
cincin internal ipsilateral, digunakan jari telunjuk dan ibu jari tangan kanan untuk
memberikan
tekanan pada kedua sisi leher hernia. Dengan melakukan hal tersebut dan traksi pada
skrotum, akan membantu meluruskan dan menjaga agar cincin internal dan eksternal tetap
terbuka. Selanjutnya, dengan tangan kiri di puncak massa, dan tekanan konstan pada cincin
internal dari jari telunjuk dan ibu jari tangan kanan, jari-jari tangan kiri digerakkan perlahan-
lahan ke atas inguinal menuju cincin internal, dengan menjaga tekanan konstan pada bagian
bawah isi hernia. Jika berhasil, isi hernia akan secara bertahap menghilang ke dalam cincin
internal. Reduksi usus tidak direkomendasikan di bawah anestesi umum karena cedera usus
dapat terjadi. Usus gangren juga dapat terdorong kembali ke dalam rongga peritoneum dan
tidak dikenali. Seringkali penggunaan sedasi saja mungkin cukup untuk mendorong reduksi
spontan. Dalam melaku- kan reduksi usus sebaiknya, anak diawasi di rumah sakit selama 24
jam setelah kesulitan reduksi. Perbaikan definitif hernia ditunda paling tidak selama 24-48
jam untuk mem- biarkan edema sembuh.4 Jika hernia pada anak tidak bisa direduksi maka
tindakan yang harus dilakukan ialah tindakan operatif.15 Berbeda halnya dengan hidrokel
kongenital yang dapat sembuh dengan sendirinya, hernia inguinal pada bayi jika dibiarkan
Sebelum operasi, pasien dipersiapkan de- ngan cara diberikan cairan intravena sesuai
kebutuhan dan untuk koreksi bila ada dehi- drasi. Selanjutnya untuk memantau ketercu-
kupan cairan dilakukan evaluasi urine output setiap jam. Pemberian antibiotik spektrum luas
dapat diindikasikan. Untuk dekompresi akibat adanya obstruksi maka dilakukan pemasangan
nasogastric tube (NGT). Persiapan ini harus dilakukan sebelum pasien dirujuk bilamana,
Daftar Pustaka
Hammoud M, Gerken J. Inguinal Hernia. [Updated 2022 Jun 7]. In: StatPearls [Internet].
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK513332/
Pastorino A, Alshuqayfi AA. Strangulated Hernia. 2021 Dec 28. In: StatPearls [Internet].
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK555972/