343-Article Text-959-1-10-20220714
343-Article Text-959-1-10-20220714
2 2021
Nani Harnaeni
Program Studi Bisnis Jasa Universitas Mitra Karya
Abstrak
Kajian ini membahas tentang pertimbangan perpajakan dalam Islam. Tujuan studi dari penelitian ini
adalah untuk mengidentifikasi konsep pajak dalam terminologi Syariah dan untuk memperjelas
pertimbangan Syariah dalam penerapannya di negara-negara Islam. Untuk mencapai tujuan
penelitian, peneliti menggunakan pendekatan deskriptif analitis. Di antara hasil terpenting yang
dicapai oleh peneliti dalam penelitian ini adalah: pertama, bahwa tidak ada teks Syariah, baik dalam
Quran maupun Sunnah, yang menjelaskan makna pajak dalam Islam. Kedua, para ahli hukum
syariah terbagi menjadi dua bagian dalam masalah kebolehan perpajakan, ada yang membolehkan
dan ada yang melarang. Ketiga, pendapat yang paling dominan adalah diperbolehkan untuk
memaksakannya dalam ketentuan. Penelitian ini diakhiri dengan serangkaian rekomendasi, yang
paling penting adalah peneliti merekomendasikan perlunya memperhatikan ketentuan fikih Islam
ketika menyetujui undang-undang perpajakan di negara-negara Islam, peneliti juga
merekomendasikan otoritas pajak terkait di dunia Islam untuk meningkatkan laju kerjasama dengan
berbagai badan dan organisasi dalam rangka mengesahkan aturan perpajakan berdasarkan ketentuan
syariah, dan memperhatikan kepentingan rakyat.
Abstract
The Concept Of Taxation Law In Islam
This study discusses the considerations of taxation in Islam. The purpose of this study is to identify
the concept of tax in Sharia terminology and to clarify the considerations of Sharia in its application
in Islamic countries. To achieve the research objectives, the researcher used a descriptive analytical
approach. Among the most important results achieved by the researcher in this study are: first, that
there is no Shari'ah text, neither in the Quran nor the Sunnah, which explains the meaning of tax in
Islam. Second, sharia jurists are divided into two parts on the issue of tax permissibility, some allow
and some prohibit. Third, the most dominant opinion is that it is permissible to impose it in the
provisions. This study concludes with a series of recommendations, the most important of which is
the researcher recommends the need to pay attention to the provisions of Islamic fiqh when
approving tax laws in Islamic countries, the researcher also recommends the relevant tax authorities
in the Islamic world to increase the pace of cooperation with various agencies and organizations in
order to ratify taxation rules based on sharia provisions, and pay attention to the interests of the
people.
yang] mendirikan shalat dan memberi SWT, Allah berfirman: “Hai orang-
zakat; [orang-orang yang] menepati orang yang beriman, janganlah kamu
janjinya ketika mereka berjanji; dan memakan harta satu sama lain secara
[orang-orang] yang sabar dalam zalim, melainkan hanya [dalam bisnis
kemiskinan dan kesulitan dan dalam yang halal] dengan kesepakatan
pertempuran. Mereka itulah orang- bersama. Dan janganlah kamu
orang yang benar, dan mereka itulah membunuh dirimu sendiri [atau satu
orang-orang yang bertakwa” (Al- sama lain]. Sesungguhnya Allah itu
Baqarah , 177). Maha Penyayang untukmu.” (Surat
Dalil dalam ayat tersebut di atas An-Nisa, ayat 29), dan “Dan
adalah bahwa Allah SWT janganlah kamu memakan harta satu
membedakan antara memberi zakat sama lain secara zalim atau
dan memberikan uang kepada mengirimkannya [dalam suap]
kerabat, anak yatim dan orang yang kepada penguasa agar [mereka dapat
membutuhkan. Yang melegalkan membantu] kamu [untuk]
tergantung pada fakta bahwa mengkonsumsi sebagian dari
perbedaan ini menegaskan bahwa kekayaan orang-orang yang berdosa,
memberi uang tidak sama dengan padahal kamu mengetahui [hal itu
zakat, meskipun ada pendapat tentang haram].” (Surat Al-Baqarah, ayat
itu. Oleh karena itu, jika zakat tidak 188). Dalil dari ayat-ayat sebelumnya
cukup untuk memenuhi kebutuhan adalah bahwa Allah SWT melarang
orang miskin, mereka mengizinkan mengkonsumsi uang orang secara
penguasa untuk mengenakan tidak adil. Para pelanggar
kekayaan orang kaya pajak yang menganggap bahwa menugaskan
memenuhi kebutuhan orang miskin orang untuk melakukan apa yang
atau kepentingan umum (Al-Ajl, Allah tidak perintahkan dari uang
2006). mereka adalah salah satu cara
mengkonsumsi uang mereka secara
2. Pelarang Perpajakan tidak sah (Al-Salihin, 2011).
Mereka yang menerapkan Adapun dalil-dalil mereka dari
pandangan ini percaya bahwa satu- Sunnah, adalah apa yang
satunya hak yang wajib adalah uang diriwayatkan oleh Abu Huraira ra,
adalah zakat, maka barang siapa yang bahwa seorang Badui datang kepada
membayarnya telah memenuhi Rasulullah, sallallahu alaihi wa
kewajibannya, dan setelah itu tidak sallam, dan berkata: "Arahkan aku ke
boleh mengambil dari uang yang suatu perbuatan yang dengannya aku
dimilikinya. Dia mungkin tidak berhak masuk surga. Atas hal ini dia
diwajibkan untuk membayar pajak (Nabi Suci) berkata: Kamu
apapun kecuali dia secara sukarela menyembah Allah dan tidak pernah
melakukannya untuk mencari pahala mempersekutukan-Nya, mendirikan
Allah (Al-Qaradawi, 1973). shalat wajib, dan membayar zakat
Mereka yang memegang yang diwajibkan atasmu, dan
pendapat ini telah menyimpulkan menjalankan puasa Ramadhan. Dia
bukti dari Al-Qur'an dan Sunnah (orang Badui) berkata: Demi Dzat
Nabi. Adapun dalil dari firman Allah yang hidupku di tangan-Nya, aku