Disusun Oleh :
Kelompok 3
1. Nella
2. Kurniah
3. Dian
4. Majid Arahman
KALIMANTAN BARAT
B. Sistem Pengolahan Makanan Awetan Hewani
1. Prinsip Pengolahan
Beberapa prinsip pengawetan yang bisa dilakukan dalam proses pengolahan makanan,
sebagai berikut.
a. Pengawetan dengan suhu tinggi, bisa dilakukan dengan pengeringan (sinar matahari),
pengeringan buatan misalnya dengan oven dan pengasapan.
b. Pengawetan dengan suhu rendah, bisa dilakukan dengan proses pendinginan dan
pembekuan.
Sebagai contoh adalah ikan asin. Ikan asin adalah produk makanan awetan yang
berbahann baku ikan, dimana dalam pengolahan nya mengkombinasikan dua metode
pengawetan(penambahan garam dan pengeringan). Ikan asin merupakan makanan
awetan dari bahan hewani yang biasanya banyak dilakukan terutama di daerah
pantai, yang ekat dengan sumber bahan bakunya.
3. Pengemasan
Kemasan makanan berfungsi menjaga agar produk tetap higienes dan awet, mudah
dikonsusmi dan mudah didistribusikan.
a. Kemasan harus dapat melindungi isi dari pengaruh lingkungan dan saat distribusi.
Misal kripik akan lembek jika kemasan nya tidak dapat menahan H2O yang termasuk
melalui pori-pori.
b. Kemasan harus menjadi media penandaan terhadap barang yang dikemas sehingga
pelabelan harus dicetak jelas dan komplit.
c. Kemasan harus mudah dibuka dan ditutup kembali serta berdesain atraktif.
d. Kemasan harus dapat mempromosikan diri sendiri bila dipajang di etalase toko atau
swalayan.
e. Bahan kemasan akan lebih ramah lingkungan dan dapat di daur ulang.
Delapan hal yang wajib ada pada label harus dicantumkan lengkap.
c. Berat bersih atau isi bersih (bergantung pada bentuk produk, padat dan cair, untuk
padat digunakan berat bersih, dan cair isi bersih, untuk pasta boleh keduanya.
d. No pendafataran (bisa diperoleh BOPM dan P-IRT di Dinas Kesehatan Kota/kab,
MD/ML untuk industri menengah besar dan P-IRT untuk industri mitro kecil).
e. Nama dan Alamat produsen (yang wjib dicantumkan: nama perusahan, nama kota
tempat produksi, kode pos dan nama negara untuk ekspor)
h. Kode produksi (kode yng dipakai untuk internal perusahaan untuk kepentingan
pengawasan mutu produk).
Sistem penjualan konsinyasi adalah salah satu sistem transaksi penjualan dimana
Terdapat suatu perjanjian antara keduan pelah pihak yang berisi penyerahan barang (produk) dari
pihak pertama (pemilik barang) kepada pihak kedua (pemilik toko) untu menjualkan kembali
kepada konsumen dengan harga dan syarat yang sudah diatur dalam perjanjian. Dalam perjanjian
ini, biasanya pihak kedua (pemilik toko) akan mendapatkan komisi dari pihak pertama (pemilik
barang), jika barang/produknya laki terjual.
a. Resiko kerugian relatif kecil. Kemungkina terburuk bagi pemilik toko adalah tidak
akan mendapatkan komisi jika barang rusak atau tidak laku terjual.
2. Kerugian bagi pihak pemilik toko (consignee) : harus merawat dan menjaga barang yang
dititipkan dengan benar dan harus rajin melakukan pemantauan stok. Karena biasanya dalam
perjanjian kesepakatan, kehilangan barang merupakan tanggung jawab pihak pemilik toko dan
akan ditagihkan sebagai barang yang laku terjual oleh pemilik barang (consignor).
1. Pilihlah toko yang letaknya strategis dan ramai konsumen. Bagi pemilik barang
(consignor),hal ini bertujuan agar produknya menjadi terkenal dan cepat laku/terjual di
pasaran
2. Menjalin hubungan yang baik dengan pemilik toko. Anda bisa menawarkan
margin keuntungan yang menarik dan hadiah pada pemilik toko jika dapat melakukan
penjualan dalam jumlah maksimal