Makalah Media Pembelajaran Kelompok 3
Makalah Media Pembelajaran Kelompok 3
Dosen Pengampu :
DISUSUN OLEH :
RAMA DANI SILABAN ( 7202442012 )
AHMAD IDRIS SUAIDI LUBIS ( 7193342010 )
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................................................ ii
BAB I......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................................1
C. Tujuan Masalah...............................................................................................................1
BAB II........................................................................................................................................2
PEMBAHASAN........................................................................................................................ 2
B. Konsep Pola Intruksional...............................................................................................2
C. Pola-Pola Pembelajaran................................................................................................. 3
BAB III.....................................................................................................................................12
PENUTUP................................................................................................................................12
A. Kesimpulan...................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................12
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta hidayahNya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik
meskipun banyak kekurangan didalamnya. kami sangat berharap hasil makalah ini dapat
berguna bagi semua orang.
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam hasil ini terdapat kekurangan. Oleh
sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah
kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran
yang membangun.
Semoga hasil makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri
maupun orang lain. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari Anda demi
perbaikan hasilmakalah ini diwaktu yang akan datang.
Penulis
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Telaah teknologi pendidikan di antaranya tertuju pula pada pengembangan model atau
pola pembelajaran yang mampu memberikan alternatif pemecahan masalah belajar.
Pemecahan masalah belajar tentunya harus berdasarkan kondisi masalah yang ada, misalnya
masalah pembelajaran yang terjadi adalah miskinnya akan pola-pola pembelajaran khususnya
yang berkenaan dengan masalah komunikasi antara komponen pembelajaran.
Dengan demikian strategi pemecahan masalah pun harus sesuai dengan kondisi
tersebut, yaitu bagaimana kajian dan bidang garapan teknologi pendidikan mampu
memberikan alternatif pola-pola pembelajaran yang bisa mengadopsi semua inovasi bidang
ilmu lain yang bisa memberikan suasana dan model pola pembelajaran yang adaptif dan
mampu memecahkan masalah belajar yang ada.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian pola pembelajaran ?
2. Bagaimana konsep pola intruksional?
3. Apa saja pola-pola pembelajaran?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pola pembelajaran.
2. Untuk mengetahui konsep pola intruksional.
3. Untuk mengetahui pola-pola pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
Belajar adalah proses perubahan perilaku individu sebagai hasil dari pengalamannya
dalam berinteraksi dengan lingkungan. Belajar bukan hanya sekedar menghafal, melainkan
suatu proses mental yang terjadi dalam diri seseorang.
Pada hakikatnya yang dimaksud dengan pola dalam sistem pembelajaran akan
berhubungan dengan desain, sistem, strategi, pemanfaatan media, pendekatan pembelajaran
dan teknologi informasi dan komunikasi. Seiring dengan perkembangan dan adopsi teknologi
informasi dan komunikasi inilah maka pola-pola pembelajaran kadang cenderung mengarah
pada dehumanisasi dan sumber-sumber pembelajaran yang dimanfaatkan dan dikembangkan.
Namun demikian tidak lupa bahwa kedudukan, fungsi, dan peran dari pendidik akan menjadi
penentu dalam adaptabilitas dan optimalisasi komponen pembelajaran yang didesain untuk
suatu proses pembelajaran. Jika kembali pada ide seorang desainer pembelajaran, maka pola
intruksional adalah produk dari hasil pikir berdasarkan pendekatan sistem yang ia
kembangkan. Dengan demikian pola intruksional ini merupakan salah satu produk pada
tahapan dalam sebuah implementasi konsep intruksional teknologi dalam pembelajaran.
C. Pola-Pola Pembelajaran
1. Pola Pembelajaran Mikro dan Makro dalam Sistem Teknologi Informasi
a. Pola Pembelajaran Mikro
Dalam tren teknologi informasi dan komunikasi dalam dunia pendidikan dan
pembelajaran maka pola pembelajaran akan ditentukan oleh mampu tidaknya peserta didik
dalam melibatkan dirinya dalam sistem jaringan pembelajaran secara mikro mau makro.
Dalam pola pembelajaran secara mikro berarti ia harus mampu memperkenalkan dirinya pada
sistem pembelajaran komputer dalam setting stand alone. Melalui pola pembelajaran mikro
dalam sistem komputer ini jalur-jalur pemahaman informasi oleh peserta didik telah
terpolakan sedemikian rupa dalam bentuk prosedur pembelajaran individual.
Adapun peran pendidik terlihat pada fase dimana sistem atau pola pembelajaran ini
didesain dan dikembangkan sebelum peserta didik terlibat dalam pola pembelajaran ini.
Desain pembelajaran ini melibatkan guru, programmer, pakar kurikulum dan pakar ICT serta
komunikasi. Melalui pola ini kemungkinan peran dari teknologi pendidikan akan terlihat jelas
ketika sistem komputer dengan logika program yang dibangun mampu membawa dan
mengondisikan situasi belajar pada peserta didik. Dari pola ini terdapat suatu hasil analisis
kelemahan dan kelebihan. Kelemahan yang diperoleh menunjukkan bahwa pola pembelajaran
terlalu individual tidak melibatkan proses interaksi secara luas antara beberapa peserta didik.
Kondisi seperti ini memungkinkan terjadinya learning shock. Dimana kondisi ini bisa
dirasakan oleh peserta didik yang sudah terlalu lama belajar satu pola dengan alur program
yang sama pada akhirnya peserta didik akan merasa bosan dan tidak mau aktif lagi dalam
mengikuti logika program pembelajaran yang ada.
Sedangkan kelebihan dari pola ini memungkinkan peserta didik mampu dengan cepat
mengontrol dan mengetahui kemampuan berpikir otomatis dan kemampuan
mengklasifikasikan pesan-pesan sejenis yang sudah biasa ia temukan, disamping juga
memahami pembelajaran mikro dengan berbasis teknologi komputer dengan logika alur
belajar yang terpola dengan tetap cukup mendukung dalam menanamkan pengetahuan yang
sifatnya otomatis, rutinitas, dan aplikasi dalam menjalankan, mengoperasikan sesuatu pola-
pola pembelajaran seperti ini banyak ditemukan di lembaga pendidikan dan latihan kursus-
kursus pendek, training-training operator perusahaan tertentu.
Pertukaran informasi pembelajaran melalui pola pembelajaran makro ini akan terjadi
bukan hanya antara peserta didik dan logika berpikir program yang ada dalam sistem
komputer akan tetapi juga dilanjutkan dan komunikasi yang melalui sistem logika interaksi
antara komputer yang satu dengan lainnya. Baik pada pola pembelajaran secara mikro dan
makro yang berbasis sistem komputer ini memungkinkan informasi antara pihak yang terlibat
dalam upaya peningkatan kualitas pembelajaran peserta didik dengan mudah dijalin. Pola
pembelajaran ini mampu memberikan kontrol kesiapan siswa dalam memahami informasi
pembelajaran baru yang harus ia pelajari selanjutnya.
Pola pembelajaran diatas menunjukkan bahwa keterlibatan peserta didik sangat mendasar dari
aspek perilaku yang selama ini belum digali oleh pendidik atau guru, khususnya ketika
teknologi pembelajaran mereka adopsi. Maka melalui model ini pola pembelajaran pada
jenjang SD minimal bisa dioptimalkan pada tatanan mikro.
Pola yang membedakan dengan jenjang sekolah dasar dari pola di atas ternyata
pemberdayaan kemampuan peserta didik sangat diutamakan. Analisis kemampuan personal
menuntut adalah perbedaan prosedur yang dipilih oleh guru sehingga pola pembelajaran lebih
kompleks dari pola sebelumnya. Berdasarkan analisis terhadap pola pembelajaran ini maka
peserta didik jenjang SMP akan mampu menciptakan pola belajar pada tataran mikro maupun
makro bergantung dari pada sistem teknologi pendidikan dalam hal ini pemanfaatan ICT
yang dimiliki oleh sekolah.
Pola pembelajaran pada jenjang yang lebih tinggi lagi seperti pada perguruan tinggi
sebagaimana diilustrasikan diatas ternyata kehadiran dan hasil analisis terhadap mapping
concept, kemandirian dalam belajar serta kolaboratif sumber belajar cukup memberikan
warna yang menunjukkan bahwa pola pembelajaran lebih sempurna.
Khusus untuk kemandirian mengindikasikan bidang garapan bahwa pengaruh dari
pengemasan pesan pembelajaran darri bidang garapan teknologi intruksional cukup
memberikan dampak yang berarti bahwa pola pembelajaran bisa diciptakan sendiri oleh
pesera didik. Demikian pula dengan dampaknya terhadap desain logika sistem pembelajaran
dalam model-model yang disajikan secara otomatis, baik pada tataran mikro maupun makro
akan menjadi target yang seharusnya terwujud dalam proses pembelajaran yang
diselenggarakan.
Seiring dengan temuan dan perkembangan software dan hardware dalam upaya
mewujudkan konsep pembelajaran-pembelajaran modern, maka di era tahun 1997- sekarang
ini, kelompok software intellegence ini berhasil menemukan pola-pola berpikir dan
pemberdayaan kemampuan otak manusia yang mampu mengimbangi kecepatan
kerja hardware intellegence, mereka inilah yang memunculkan konsep-konsep belajar
quantum, accelerated learning, integrated learning.
manusia, maka teknologi informasi akan menampilkan apa yang tidak mampu dilihat atau
didengar dengan alat indra. Disisi lain ia juga coba menguraikan apa yang tidak bisa
diuraikan dengan kemampuan peta konsep manusia yang masih terbatas dengan
pengalamannya, dengan demikian keluasan pengalaman akan mampu dibantu oleh analisis
kerja teknologi informasi ini.
Barry Morris (1963: 11) yang dikutip dalam bukunya Rusman mengklasifikasikan
empat pola pembelajaran yang digambarkan dalam bentuk bagan sebagai berikut:
1. Pola pembelajaran Tradisional 1
Pola pembelajaran guru dengan siswa tanpa menggunakan alat bantu/bahan
pembelajaran dalam bentuk alat peraga. Pola pembelajaran ini tergantung pada kemampuan
guru dalam mengingat bahan pembelajaran dan menyampaikan bahan tersebut secara lisan
kepada siswa.
Dalam pola pengajaran tradisional ini, pengajar (guru) memegang peran utama dalam
menentukan isi dan metode pengajaran, termasuk dalam menilai kemajuan belajar siswa.
Guru merupakan satu-satunya sumber belajar bagi siswa. Dalam pola interaksi edukatif ini,
guru kelas mendominasi kegiatan belajar mengajar.
Pola pengajaran seperti ini belum atau tidak memberikan peluang pada penggunaan
teknologi dalam pengajaran., buku-buku, papan tulis, media pengajaran, perpustakaan belum
berperan dalam proses belajar mengajar. Pola pengajaran seperti ini tida memberikan ruang
bagi pengembangan teknologi dalam pengajaran.
Pola pengajaran tradisional dalam pengajaran bahasa asing akan lebih bertumpu pada
keterampilan menulis. Keterampilan menyimak dan berbicara hanya kadang-kadang.
Dampak munculnya input dalam pengajaran ini, maka pla pengajaran mempunyai
komponen-komponen baru berupa peralatan yang dipergunakan oleh guru sebagai sarana
untuk membantu pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Alat bentu pengajaran tersebut
kemudian dikenal sebagai media pengajaran.
Munculnya media pengajaran merupakan sumber belajar lian selain guru di dalam
pola pengajaran model ini. Dalam pola ini, guru masih tetap memegang peranan menentukan
dalam mengontrol kegiatan belajar mengajar dikelas, nemun tidak mutlak 100% karena sudah
didukung oleh sumber belajar lain, yaitu media.
Dalam pengajaran bahasa asing, guru juga dituntut untuk mampu mengoperasikan
media pengajaran yang ada, baik tinggal mmanfaatkan ataupun media yang harus dibuat.
Implikasi yang ditimbulkan dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
perkembangan umat manusia dari generasi ke generasi juga menuntut sistem pendidikan dan
kepelatihan yang sangkil dan mangkus. Segala macam pengetahuan dan pesan, baik yang
verbal maupun nonverbal, perlu ditransformasikan dalam sistem baru. Oleh sebab itu, maka
kemudian media bukan saja merupakan hasil pengetahuan manusia, namun juga merupakan
Standarisasi pada input yang telah muncul pada pola pengajaran yang dibantu dengan
media,pada perkembangannya ternyata belum dapat menjamin hasil belajar yang optimal.
Oleh sebab itu diperlukan standarisasi lain dalam proses belajar mengajar. Muncullah
kecenderungan sistem belajar lain (selain guru) yang dirancang sumber belajar tersebut
berbentuk media yang disusun oleh sekelompok ahli media. Jadi pola pengajaran yang
berbentuk ini adalah pola yang menghadirkan guru di satu sisi, dan guru dengan media di sisi
lain, dan bersama-sama berinteraksi dengan siswa. Dalam hal ini, kehadiran guru berfungsi
untuk melakukan kontrol terhadap disiplin dan minat belajar siswa. Sumber belajar yang
berbentuk media akan mengontrol penyajian materi pelajaran.
Dalam pengajaran bahasa asing, guru akan tetap muncul dan hadir di kelas, namun
media juga turut dikembangkan dengan detail secara bersama-sama. Terlebih lagi dalam
pengajaran keterampilan berbahasa, yang menuntut penguasaan reseptif meupun produktif
lisan dan tulis.
Pola pengajaran ini muncul sebagai jawaban akan semakin meningkatnya kebutuhan
dalam kegiatan belajar mengajar, baik dari segi jumlah maupun mutu. Munculnya tuntutan
profesionalisme tenaga guru yang berkualitas tinggi. Jadi jumlah tenaga pengajar yang
tebatas juga turut memberi andil akan hadirnya pola pengajaran ini. Sementara penambahan
jumlah tenaga pengajar profesional tidak dapat dilakukan secara kilat. Maka muncul upaya
untuk menemukan dan mengembangkan media pengajaran.
Lalu dimana letak tugas pengajar pada pola ini? Tenaga pengajar yang profesional
dapat diberi tugas untuk mempersiapkan bahan pengajaran secara sistematis dan terprogram
dalam bentuk modul atau paket belajar. Keadaan siswa yang telah cenderung belajar dengan
sistem mandiri, akan memudahkan mereka dalam berinteraksi langsung dengan media
pengajaran yang telah dipersiapkan oleh para ahli media dan guru.
Dalam pengajaran bahasa asing, pola ini tidak mewajibkan bahkan meniadakan guru.
Pengajaran berlangsung dengan media pengajaran, misalnya dalam proses belajar mengajar
dengan modul, mesin pengajaran, dan pengajaran berprogram dalam belajar mandiri.
Kelemahan dari pola ini adalah bahwa dalam kenyataannya, media tidak dapat mendidik
siswa. Dengan pola pengajaran ini, kehadiran guru dapat digantikan oleh media yang
diciptakannya.
Sekarang ini atau dimasa yang akan datang, peran guru tidak hanya sebagai director
of learning, yaitu sebagai pengelola belajar yang memfasilitasi kegiatan belajar siswa melalui
pemanfaatan dan optimalisasi berbagai sumber belajar. Bahkan, bukan tidak mungkin dimasa
yang akan datang peran media sebagai sumber informasi utama dalam kegiatan pembelajaran
(pola pembelajaran bermedia), seperti halnya penerapan pembelajaran berbasis
komputer (computer based instruction), disini peran guru hanya sebagai fasilitator belajar
saja.
Dalam versi lain menyebutkan bahwa, pola interaksi guru dengan murid dalam
kegiatan belajar mengajar sangat beraneka ragam coraknya, mulai dari gerakan yang di
dominasi oleh guru sampai kapan kegiatan yang dilakukan oleh murid itu sendiri. Pola
interaksi dapat berbentuk klasikal, kelompok, dan perorangan. Sedangkan variasi kegiatan
bisa berupa mendengarkan informasi, menelaah materi, diskusi, latihan atau demonstrasi.
Dalam mengadakan variasi, guru perlu mengingat prinsip-prinsip penggunaannya yang
meliputi: kesesuaian, kesewajaran, kelancaran, dan kesinambungan, perencanaan bagi alat
atau bahan yang memerlukan penataan khusus.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pola pembelajaran merupakan suatu bentuk pelaksanaan pembelajaran yang
melibatkan jalur atau peta dan aturan suatu aktivitas pembelajaran, baik tanpa ataupun
dengan bantuan media pembelajaran.
Pada hakikatnya yang dimaksud dengan pola dalam sistem pembelajaran akan
berhubungan dengan desain, sistem, strategi, pemanfaatan media, pendekatan pembelajaran
dan teknologi informasi dan komunikasi. Jika kembali pada ide seorang desainer
pembelajaran, maka pola intruksional adalah produk dari hasil pikir berdasarkan pendekatan
sistem yang ia kembangkan. Dengan demikian pola intruksional ini merupakan salah satu
produk pada tahapan dalam sebuah implementasi konsep intruksional teknologi dalam
pembelajaran.
Pola-Pola Pembelajaran terdiri dari: pola pembelajaran mikro dan makro dalam sistem
teknologi informasi, pola pembelajaran berdasarkan analisis perilaku psikologi dan biologi,
pola pembelajaran berdasarkan teknologi komunikasi dan informasi.
DAFTAR PUSTAKA
Abdulhak, Ishak dan Deni Darmawan. 2013. Teknologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.