i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan makalah
tentang Teori Selo Soemardjan sebagai alternative penyelesaian permasalahan
perubahan sosial di Indonesia dengan baik meskipun banyak kekurangan
didalamnya. Dan juga saya berterima kasih kepada Bapak Dr. Nasiwan, M.Si.
selaku Dosen mata kuliah Teori Sosial Indonesia yang telah memberikan tugas
ini.
Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu,
kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan, mengingat tidak
ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
penulis
ii
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 4
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 5
C. Tujuan Penulisan ....................................................................................... 5
D. Manfaat Penulisan ..................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 6
A. Biografi Selo Soemardjan .......................................................................... 6
B. Permasalahan perubahan social di Indonesia ......................................... 8
C. Implementasi pemikiran Selo Soemardjan untuk menghadapi
perubahan social di Indonesia ....................................................................... 20
BAB III PENUTUP .............................................................................................. 30
A. Kesimpulan ............................................................................................... 30
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 32
iii
BAB I
PENDAHULUAN
4
ataupun menyelesaikannya. Maka dibutuhkan upaya yang dapat memperkecil
masalah social tersebut. Namun disini kita dapat menggunakan pemikiran
Selo Soemardjan dalam mengahadapi permasalahan perubahan social
tersebut. Karena peubahan social yang mengedepankan nilai-nilai harmoni
akan berhasil membawa perubahan tanpa berdarah-darah. Dan harapannya
masyarakat Indonesia mendapatkan kesejahteraan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Biografi Selo Soemardjan?
2. Bagaimana permasalahan perubahan di Indonesia?
3. Bagaimana implementasi pemikiran Selo Soemardjan untuk menghadapi
perubahan social di Indonesia?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui biografi Selo Soemardjan.
2. Mengetahui permasalahan perubahan di Indonesia.
3. Mengetahui implementasi pemikiran Selo Soemardjan untuk menghadapi
perubahan social di Indonesia.
D. Manfaat Penulisan
1. Menambah sumbangan pemikiran bagi para pembaca.
2. Menambah khasanah keilmuan tentang permasalahan perubahan social
dan penerapan pemikiran Selo Soemardjan dalam menghadapi perubahan
social di Indonesia.
3. Dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan atau dikembangkan lebih
lanjut serta referensi terhadap penelitian yang sejenis.
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
tentang perubahan sosial di Indonesia pascakemerdekaan. (Nasiwan,
2016:178)
7
yang sangat pantas menyerukan hentikan praktik korupsi, kolusi dan
nepotisme (KKN). Pantas karena ia bukan tipe maling teriak maling. Ia orang
orang bersih yang dengan perangkat ilmu dan keteladanannya bisa
menunjukkan bahwa praktik KKN itu merusak tatanan sosial. Ia pantas
menjadi teladan kaum birokrat karena etos kerjanya yang tinggi dalam
mengabdi kepada masyarakat.
8
himpunan pokok manusia , perubahan-perubahan maha kemudian
mempengaruhi segi-segi struktur masyarakat lainnya.
9
tahap lainnya, karena itu perubahan sebagai proses dapat menunjukkan
perubahan social dan perubahan budaya, atau berlaku kedua-duannya pada
satu tuntutan proses itu.
10
sebgai kekurangan pangan, pakaian , atau perumahan, melainkan diukur
dengan tuntutan hidup yang semakin tinggi. Orang-orang modern akan merasa
miskin apabila belum memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya, baik
kebutuhan pokok maupun bukan. Kemiskinan yang menjadi pusat berkaitan
dengan kekurangan pangan dan rendahnya tingkat kesejahteraan yang banyak
dialami masyarakat.
11
Masalah sosial yang paling merusak adalah peperangan. Semakin
maju masyarakat, maka semakin canggih teknologi peperangan, sehingga
semakin besar kerusakan yang ditimbulkan. Perang merupakan wujud nyata
adanya konflik terbuka antara dua masyarakat ataulebih. Apabila konflik tidak
menemukan jalan lain untuk pemecahannya, maka perang dijadikan jalan
keluarnya. Apabila salah satu pihak ada yang kalah, barulah terjadi
akomodasi. Akan tetapi, perlu diingat bahwa perang senantiasa menimbulkan
berbagai dampak buruk di berbagai bidang kehidupan. Berbagai infrastruktur
sosial ekonomi menjadi rusak, kehidupan sosial menjadi porak-poranda,
berbagai produk kebudayaan hancur, dan banyak keluarga kehilangan
anggotanya. Perang sebagai bentuk konflik antarmasyarakat dapat dikaji
sebab dan prosesnya secara sosiologis.
12
menyebabkan kerusakan fungsi reproduksi, dan penyakit AIDS menyebabkan
kerusakan sistem kekebalan tubuh.
13
besar merupakan sumber daya pembangunan. Namun, bila persebarannya
menumpuk pada suatu lokasi tertentu saja akan mengakibatkanberbagai
persoalan sosial. Kesejahteraan penduduk menurun karena lingkungan padat,
kumuh, kurang sarana dan prasarana kehidupan, dan persaingan hidup terlalu
tinggi.
14
besar , maka tidak heran jika angka kemiskinan di Indonesia juga tinggi.
Permasalahan utama tingginya pengangguran di Indonesia terjadi karena
jumlah lapangan pekerjaan yang tersedia tidak sebanding dengan besarnya
pencari pekerjaan. Sayangnya, kebanyakan orang Indonesia tidak berani
mengambil keputusan untuk bewira usaha dengan alasan takut terhadap
resiko, tidak adanya modal yang cukup, takut rugi dan sebagainya. Padahal
dengan mengambil langkah berwira usaha, angka pengangguran dan
kemiskinan dapat ditekan.
15
a. Toleransi
16
e. Karakter masyarakat
f. Pendidikan
Masalah perubahan adalah masalah yang sejauh mana sikap
menerima dan mengubah sikap merupakan masalah pendidikan.,
mengubah sikap dilakukan melalui pendidikan. Ini berarti pedidikan
memberi dorongan mengubah masyrakat. Pendidikan mengajarkan kepada
individu aneka macam kemampuan, memberikan nilai-nilai tertentu bagi
manusi , terutama dalam membuka pikirannya serta menerima hal-hal
baru dan juga bagaimana cara berpikir secara ilmiah.
g. Ideology
Ideology merupakan sitem niali yang didarah-dagingkan sesuatu
anggota masyarakat untuk mengatur tingkah laku bermasyarakat. Ideology
merupakan penjelmaan dari suatu hasil consensus bersama dari berbagai
kelompok tentang realitas hidup dalam masyarakat. Di samping itu ,
ideology melukiskan kemampuan guna memberi harapan kepada berbagai
kelompok untuk mengubah kehidupan bersama yang lebih baik serta
membangun masa depan yang lebih cerah.
Adapun factor pengambat dalam perubahan social:
17
Perubahan terjadi jika ada kontak antara satu sama yang lain, dan
dengan adanya kontak dimungkinkan adanya interaksi. Dalam interaksi
terjadi saling pengaruh mempengaruhi anatara lain bias berbentuk
ideology, penemuan baru, sehingga salah satu menerima atau menolak
ideology atau penemuan baru tersebut. Kontak dalam komunikasi ini tidak
akan mungkin bagi masyarakat yang terisolasi. Kondisi daerah yang
terisolasi dari jalur komunikasi memantapkan status quo, merupakan
factor yang menghambat untuk terjadinya perubahan social.
b. Perkembangan Ilmu Pengetahuan Yang Terlambat
Ilmu pengetahuan membuka mata untuk menyesuaikan diri kepada
kondisi baru atas dasar penalaran. Perkembangan ilmu pengetahuan juga
diperoleh melalui interaksi kontak masyarakat yang satu dengan
masyarakat yang lain. Di suatu daerah tertentu , terdapat adanya
perkembangan ilmu penegtahuan yang terlambat. Hal ini mungkin
disebabkan hidup masyarakat tersebut terasing atau terisolasi, juga
dimungkinkan masyarakat tersebut sering menutup diri terhadap
perkembangan perubahan yang terjadi atas dasar memelihara kemurnian
budayanya.
c. Sikap masyarakat yang sangat tradisioanal
Sikap merupakan kecenderungan bertindak terhadap sesuatu
obyek. Masyarakat yang sangat tradisional selalu bersikap memuji tradisi
yang diwariskan turun-temurun. Masyarakat yang sangat tradisional,
beranggapan bahwa bila mengubah tradisi akan mendatangkan
marabahaya. Sikap yang mengagung-agungkan tradisi dan masa lampau ,
serta beranggapan bahwa tradisi secara mutlak tak dapat diubah, maka hal
yang demikian itu menghambat jalannya proses perubahan.
d. Adanya kepentingan yang tertanam
Masyarakat yang merasa aman dalam keadaan masa kini akan
menolak perubahan, terlebih-lebih anggota masyarakat yang memperoleh
18
kedudukan atas dasar garis keturunan. Mereka takut akan kehilangan hak-
hak istimewa bila perubahan diadakan. Oleh karena itu, mereka akan
menghambat bahkan menolak perubahan. Kondisi yang demikian
biasanya terjadi pada masyarakat yang sedang mengalami transisi,
sehingga sulit sekali bagi mereka yang memiliki hak-hak istimewa untuk
melepaskan kedudukannya di dalam suatu proses perubahan.
e. Adanya prasangka
Prasangka merupakan sikap terhadap kelompok atau golongan
tertentu yang bukan kelompok atau golongan sendiri. Sikap ini
menimbulkan diskriminasi tanpa dasar objektif. Perubahan dalam
mendukung pembangunan membutuhkan kerjasama, sedangkan suasana
prasangka menimbulkan ketidakbersamaan. Disamping itu, kebanyakan
unsur-unsur baru berasal dari Barat, dank arena pengalaman selama
penjajahan meninggalkan bekas pahit, maka apa saja yang dari Baratselalu
dicurigai.
f. Adat istiadat atau kebiasaan
Adat istiadat atau kebiasaan merupakan pola-pola perilaku bagi
anggota masyarakat di dalam memenuhi segala kebutuhan pokoknya.
Adat istiadat bersumber dari nilai tradisional yang telah didarah-
dagingkan. Masyarakat merasakan kenikmatan menggunakan adat istiadat
ini dalam mengatur tata kelakuan. Dengan berdiri diatas landasan nilai
adat dirasakan ketenteraman. Dengan adanya perubahan, maka nilai-nilai
tradisional yang irasional akan diganti dengan nilai-nilai yang objektif
rasional. Pergantian yang lama dengan yang baru menimbulkan rasa-was-
was sehingga dianggap perubahan membongkar adat istiadat atau
kebiasaan dengan demikian krisis akan muncul dan dan menghambat
perubahan.
19
C. Implementasi pemikiran Selo Soemardjan untuk menghadapi perubahan
social di Indonesia
a. Teori Siklus
20
kesalahannya untuk mencapai tingkat peradaban yang tinggi. Salah satu
contoh adalah kemajuan teknologi di suatu masyarakat umumnya terjadi
karena proses belajar dari kebudayaan lain.
Kita dapat melihat kebenaran teori siklus ini dari kenyataan social
sekarang. Misalnya, dari perilaku mode pakaian, dan gaya kepemimpinan
politik. Sebagai contoh, dalam perubahan mode pakaian, seringkali kita
melihat mode pakaian terbaru kadang-kadang merupakan tiruan atau
mengulang model pakaian zaman dulu. Dalam bidang politik, kita juga
melihat adanya perubahan bersifat siklus. Sering kita melihat upacara-
upacara sosial yang dilakukan pemimpin suku di zaman kuno dilakukan
kembali oleh pemimpin politik masyarakat modern sekarang, misalnya
melakukan upacara-upacara yang sifatnya memuja dan memelihara tradisi
turun-temurun.
21
berkembang dari primitif, tradisional, dan bersahaja menuju masyarakat
modern.
Teori ini dapat kita lihat di antaranya dalam karya sosiolog Herbert
Spencer, Emile Durkheim, dan Max Weber. Herbert Spencer seorang
sosiolog Inggris, berpendapat bahwa setiap masyarakat berkembang
melalui tahapan yang pasti. Herbert Spencer mengembangkan teori
evolusi Darwin untuk diterapkan dalam kehidupan sosial. Menurut
Spencer orang-orang yang cakap akan memenangkan perjuangan hidup,
sedangkan orang-orang lemah akan tersisih sehingga masyarakat yang
akan datang hanya diisi oleh manusia-manusia tangguh yang
memenangkan perjuangan hidup. Emile Durkheim mengetengahkan
teorinya yang terkenal bahwa masyarakat berkembang dari solidaritas
mekanik ke solidaritas organik. Solidaritas mekanik merupakan cara hidup
masyarakat tradisional yang di dalamnya cenderung terdapat keseragaman
sosial yang diikat oleh ide bersama. Sebaliknya, solidaritas organik
merupakan cara hidup masyarakat lebih maju yang berakar pada
perbedaan daripada persamaan. Masyarakat terbagi-bagi secara beragam
atau terjadi proses diferensiasi kerja. Teori revolusioner dapat kita lihat
dalam karya Karl Marx sebagai sosiolog. Karl Marx juga melihat
masyarakat berubah secara linier, namun bersifat revolusioner. Semula
masyarakat bercorak feodal lalu berubah secara revolusioner menjadi
masyarakat kapitalis. Kemudian, berubah menjadi masyarakat sosialis-
komunis sebagai puncak perkembangan masyarakat. Max Weber
berpendapat bahwa masyarakat berubah secara linier dan masyarakat yang
diliputi oleh pemikiran mistik menuju masyarakat yang rasional. Terjadi
perubahan dari masyarakat tradisional yang berorientasi pada tradisi
turun-temurun menuju masyarakat modern yang rasional. (Jacobus, 2015)
22
Perubahan social yang merupakan pemikiran dari Selo Soemardjan
merupakan bagian dari ilmu sosiologi yang mencoba memotret dinamika
social masyarakat. Perubahan social dalam konsep pemikiran Selo
Soemardjan adalah perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga
masyarakat yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk nilai-nilai
social, sikap dan pola tingkah laku antar kelompok dalam masyarakat.
Dengan demikian, dalam teori, konsep perubahan social ini bias
dibedakan dari perubahan kultural, seperti halnya konsep masyarakat bias
dibedakan dengan kebudayaan. Perubahan social dan perubahan kultural
mempunyai satu segi persamaan, yaitu kedua-duanya menyangkut suatu
adaptasi atau perbaikan dalam cara masyarakat memenuhi kebutuhan-
kebutuhannya. Dalam konteks ini perubahan social memunculkan dua
aspek penting tentang dugaan bahwa perubahan sosial ini disengaja atau
tidak disengaja. Perubahan sosial yang disengaja adalah perubahan yang
telah diketahui dan direncanakan sebelumnya oleh anggota masyarakat
yang berperan sebagai pelopor perubahan. Adapun perubahan yang tidak
disengaja adalah perubahan yang terjadi tanpa diketahui atau direncanakan
sebelumnya oleh anggota masyarakat. Dalam perubahan sosial di
Yogyakarta, perubahan sosial yang disengaja adalah perubahan
pemerintahan, sedangkan perubahan yang tidak disengaja adalah pola
semakin kuatnya masyarakat padukuhan, termasuk pula hilangnya kaum
bangsawan secara berangsur-angsur dari kedudukan kelas atas dalam
masyarakat. Perubahan ini yang disengaja di dalam proses pemerintahan
dimulai dari yang sangat sentralisir dan otokratis menjadi pemerintahan
yang didesentralisir dan demokratis. Menurut Selo Sumardjan (2009),
pada tahun 1957 pemerintah propinsi mengeluarkan keputusan untuk
memberi para pemilik tanah di pedesaan hak waris dalam memiliki tanah.
Keputusan ini tidak lebih dari suatu keberlanjutan logis dari perubahan
yang disengaja yaitu untuk memberi kaum tani hak waris untuk
23
menggarap sawah. Perubahan ini mendorong demokratisasi dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dengan kata lain, pemikiran ini
justru bersumber dari permasalahan di masyarakat akibat kurangnya hak
atas tanah yang kemudian diselesaikan melalui pemikiran yang demokratis
dan kontekstual pada masanya.
24
kondisi yang lebih sejahtera. Pada dasarnya cara mengatasi masalah social
harus dimulai dari menuntaskan masalah kualitas hidup dari tiap individu.
Jika hal ini dapat dilaksanakan secara totalitas, baik pada hal yang
berbentuk fisik maupun non fisik maka manusia secara keseluruhan akan
terhindar dari masalah social yang dapat mengganggu ketentaraman hidup.
25
masyarakat yang hasilnya luar biasa bagi perkembangan dan dinamika
masyarakat khususnya di Yogyakarta.
26
untuk bisa menampung suatu perubahan sosial. Penggantian secara
berangsur-angsur bahasa Jawa yang berstratifikasi dengan bahasa
Indonesia yang tanpa stratifikasi sebagai respon terhadap perubahan
sistem kelas dari yang tertutup ke yang terbuka dan perubahan
pemerintahan menuju demokrasi, adalah salah satu contohnya. Setiap
warga harus menerima perubahan sosial itu dan menyesuaikan orientasi
psikologisnya pada lembaga sosial yang telah berubah itu, kalau tidak
ingin menderita karena disorganisasi yang sifatnya psikologis.
(Soemardjan,1981:306)
27
4. Orang-orang yang tertekan cenderung untuk menjadi lebih agresif.
Hal ini disebabkan mereka semakin menyadari adanya
kesenjangan antara keadaan hidup sekarang dengan keadaan yang
diinginkan.
5. Proses perubahan social di kalangan para pelopor-pelopornya
bermula dari pemikiran ke sesuatu di luar (eksternal). Di kalangan
para warga masyarakat lainnya, proses itu berlangsung dari sesuatu
di luar (eksternal) ke sesuatu yang bersifat kelembagaan.
6. Harta kekayaan yang diinginkan, tetapi tidak bisa lagi diperoleh
karena jalan itu tertutup oleh kekuatan-kekuatan luar sehingga
telah kehilangan nilai sosialnya oleh rasionalisasi. Dalam hal yang
ekstrim, harta kekayaan itu tidak dihargai.
7. Rakyat menolak perubahan karena berbagai alasan, antara lain:
a. Mereka tak memahaminya,
b. Perubahan itu bertentangan dengan nilai-nilai serta
normanorma yang ada,
c. Para anggota masyarakat yang berkepentingan dengan keadaan
yang ada (vested interest) cukup kuat menolak perubahan,
d. Resiko yang terkandung dalam perubahan itu lebih besar dari
pada jaminan sosial dan ekonomi yang bisa diusahakan,
e. Pelopor perubahan ditolak
8. Perubahan-perubahan yang tidak merata pada berbagai sektor
kebudayaan masyarakat cenderung menimbulkan
keteganganketegangan yang mengganggu keseimbangan sosial,
9. Dalam proses perubahan social, kebiasaan-kebiasaan lama
dipertahankan dan diterapkan pada inovasi sehingga tiba saatnya
kebiasaan-kebiasaan baru yang lebih menguntungkan
menggantikan yang lama,
28
10. Kalau rakyat terus menerus tidak diberi kesempatan untuk
memuaskan kebutuhan-kebutuhan sosialnya, mereka cenderung
beralih merenungkan hal bukan keduniawian untuk mendapatkan
ketentraman jiwa. Dalam hal sebaliknya, mereka cenderung untuk
menjadi lebih sekuler dalam sistem kepercayaannya,
11. Suatu perubahan sosial yang diprakarsai dan dilaksanakan oleh
pelopor yang berlawanan dengan kepentingan-kepentingan pribadi
(vested interests) cenderung untuk berhasil,
12. Perubahan yang dimulai dengan pertukaran pikiran secara bebas
diantara para warga masyarakat yang terlibat, cenderung mencapai
sukses yang lebih lama daripada perubahan yang dipaksakan
dengan dekrit pada mereka,
13. Perubahan dari sistem kelas tertutup ke kelas terbuka akan disertai
dengan perubahan dari sistem komunikasi vertical satu arah ke
arah sistem komunikasi vertikal dua arah,
14. Perubahan dari sistem kelas tertutup ke kelas terbuka cenderung
untuk mengalihkan orientasi rakyat dari tradisi. Maka, mereka
menjadi lebih mudah menerima perubahanperubahan yang lainnya,
15. Semakin lama dan semakin berat penderitaan yang telah dialami
oleh rakyat karena berbagai ketegangan psikologis dan frustasi,
maka semakin tersebar luas dan cepat kecenderungan perubahan
yang akan menuju pada kelegaan.
29
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setiap masyarakat selama hidupnya, akan mengalami yang namanya
perubahan. Terjadinya perubahan social diakibatkan dari perubahan yang
berkembang dengan pesat dari pengaruhnya pembangunan, selain itu juga
karena adanya pengaruh kebudayaan dari luar yang masuk dengan mudah
akibat dari proses pembangunan. dalam perubahan social akan menimbulkan
dampak social, dampak social ini ada yang bersifat negative dan ada yang
bersifat positif. Dampak social yang bersifat negative akan menimbulkan
masalah-masalah social. Nilai social dan norma social menjadi ukuran moral
di dalam masyarakat, sedangkan lembaga-lembaga kemasyarakatan sebagai
saluran pemenuhan kebutuhan manusia. Masalah social mengganggu
kelestarian fungsi-fungsi dalam masyarakat. Berlawanan dengan hukum, dan
bersifat merusak, sehingga perlu diatasi. Berbagai masalah social yang
muncul antara lain kejahatan, konflik antar kelompok etnik, kemiskinan,
pengangguran, penyakit, perceraian, kejahatan, pelacuran, kenakalan anak,
dan lain-lain. Dengan adanya masalah social ini maka diharapkan upaya untuk
mengatasinya agar masalah social dapat berkurang dan tidak menimbulkan
dampak negative bagi bangsa Indonesia.
Dalam implementasinya, perubahan yang dikupas oleh Selo
Soemardjan tidak melihat pada proses perubahan masyarakat yang yang
diakibatkan oleh berbagai proses perkembangan biologis, seperti pertumbuhan
penduduk dan pergantian generasi. Keseimbangan sosial menjadi syarat yang
harus dipenuhi agar suatu masyarakat bisa berfungsi sebagaimana mestinya.
Dimana segenap lembaga sosial utama berfungsi dan saling tunjang
30
menunjang. Dalam keadaan seperti ini tiap warga masyarakat bisa
memperoleh ketenteraman batin karena tidak ada konflik norma dan nilai
dalam masyarakat. Setiap keseimbangan sosial terganggu, ia akan menolak
kekuatan pengganggu itu atau menata kembali lembaga-lembaganya untuk
memasukkan unsur baru tersebut ke dalam strukturnya. Dengan demikian
suatu perubahan sosial tidak lain adalah penyimpangan kolektif dari pola-pola
yang telah mapan dan karena itu menimbulkan gangguan pada keseimbangan
sosial yang ada. Bisa juga terjadi bahwa suatu perubahan dipaksakan pada
satu masyarakat dari luar dan tidak bisa ditolak karena kuatnya pelopor
perubahan , akan tetapi sebenarnya masyarakat tidak siap atau tidak mau
menerimanya. Penyesuaian kelembagaan juga harus dibedakan dengan
penyesuaian perorangan warga masyarakat. Setiap warga harus menerima
perubahan sosial itu dan menyesuaikan orientasi psikologisnya pada lembaga
sosial yang telah berubah itu, kalau tidak ingin menderita karena disorganisasi
yang sifatnya psikologis.
31
DAFTAR PUSTAKA
32