Anda di halaman 1dari 10

PROSEDUR BERACARA DI PENGADILAN AGAMA SUMBER

1.Pasal 121 HIR


2.Pasal 1796 KUHPerm
3.Ibid
4.Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Dalam Lingkungan Peradilan Agama
5.M. Yahya Harahap, S.H., Kedudukan Kewenangan Dan Acara Peradilan Agama, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009),
Hlm 337.
Pertama :
Pemohon / Penggugat datang menghadap ke Pengadilan Agama dengan
membawa surat gugatan atau permohonan.

Kedua :
Pemohon / Penggugat menghadap petugas Meja I dan menyerahkan surat
gugatan atau permohonan, 5 (lima) rangkap.
Ketiga :
Petugas Meja I (dapat) memberikan penjelasan yang dianggap perlu berkenaan
dengan perkara yang diajukan dan menaksir panjar biaya perkara yang kemudian
ditulis dalam Surat Kuasa Untuk Membayar (SKUM)1. Besarnya panjar biaya
perkara diperkirakan harus telah mencukupi untuk menyelesaikan perkara
tersebut, didasarkan pada pasal 182 ayat (1) HIR atau pasal 90 Undang Undang
Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2006 Tentang Perubahan Atas Undang
Undang Nomor : 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama.
Catatan :
 Bagi yang tidak mampu dapat diijinkan berperkara secara prodeo
(cuma-cuma). Ketidakmampuan tersebut dibuktikan dengan melampirkan surat
keterangan dari Lurah atau Kepala Desa setempat yang dilegalisasi oleh Camat.
 Bagi yang tidak mampu maka panjar biaya perkara ditaksir Rp. 0,00 dan
ditulis dalam Surat Kuasa Untuk Membayar (SKUM), didasarkan pasal 237 –
245 HIR.
 Dalam tingkat pertama, para pihak yang tidak mampu atau berperkara
secara prodeo. Perkara secara prodeo ini ditulis dalam surat gugatan atau
permohonan bersama-sama (menjadi satu) dengan gugatan perkara. Dalam
posita surat gugatan atau permohonan disebutkan alasan penggugat atau
pemohon untuk berperkara secara prodeo dan dalam petitumnya.
Keempat :
Petugas Meja I menyerahkan kembali surat gugatan atau permohonan kepada
Pemohon / Penggugat disertai dengan Surat Kuasa Untuk Membayar (SKUM)
rangkap 3 (tiga).
Kelima :
Pemohon / Penggugat menyerahkan kepada pemegang kas (KASIR) surat
gugatan atau permohonan tersebut dan Surat Kuasa Untuk Membayar (SKUM).2
Keenam :
Pemegang kas menandatangani Surat Kuasa Untuk Membayar (SKUM),
membubuhkan nomor urut perkara dan tanggal penerimaan perkara dalam Surat
Kuasa Untuk Membayar (SKUM) dan dalam surat gugatan atau permohonan.
Ketujuh :
Pemegang kas menyerahkan asli Surat Kuasa Untuk Membayar (SKUM) kepada

1.Pasal 121 HIR


2.Pasal 1796 KUHPerm
3.Ibid
4.Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Dalam Lingkungan Peradilan Agama
5.M. Yahya Harahap, S.H., Kedudukan Kewenangan Dan Acara Peradilan Agama, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009),
Hlm 337.
Pemohon / Penggugat sebagai dasar penyetoran panjar biaya perkara ke bank.
Kedelapan :
Pemohon / Penggugat datang ke loket layanan bank dan mengisi slip penyetoran
panjar biaya perkara. Pengisian data dalam slip bank tersebut sesuai dengan
Surat Kuasa Untuk Membayar (SKUM), seperti nomor urut, dan besarnya biaya
penyetoran. Kemudian Pemohon / Penggugat menyerahkan slip bank yang telah
diisi dan menyetorkan uang sebesar yang tertera dalam slip bank tersebut kepada
teller Bank.
Kesembilan :
Setelah Pemohon / Penggugat menerima slip bank yang telah divalidasi dari
petugas layanan bank, Pemohon / Penggugat menunjukkan slip bank tersebut dan
menyerahkan  Surat Kuasa Untuk Membayar (SKUM) kepada pemegang kas.3
Kesepuluh :
Pemegang kas setelah meneliti slip bank kemudian menyerahkan kembali kepada
Pemohon / Penggugat. Pemegang kas kemudian memberi tanda lunas dalam
Surat Kuasa Untuk Membayar (SKUM) dan menyerahkan kembali kepada pihak
berperkara asli dan tindasan pertama Surat Kuasa Untuk Membayar (SKUM)
serta surat gugatan atau permohonan yang bersangkutan.
Kesebelas :
Pemohon / Penggugat menyerahkan kepada petugas Meja II surat gugatan atau
permohonan  serta tindasan pertama Surat Kuasa Untuk Membayar (SKUM).
Keduabelas :
Petugas Meja II mendaftar/mencatat surat gugatan atau permohonan dalam
register bersangkutan serta memberi nomor register pada surat gugatan atau
permohonan tersebut yang diambil dari nomor pendaftaran yang diberikan oleh
pemegang kas.
Ketigabelas :
Petugas Meja Kedua menyerahkan kembali 1 (satu) rangkap surat gugatan atau
permohonan yang telah diberi nomor register kepada pihak berperkara.
PENDAFTARAN SELESAI
Pihak/pihak-pihak berperkara akan dipanggil oleh jurusita/jurusita pengganti
untuk menghadap ke persidangan setelah ditetapkan Susunan Majelis Hakim
(PMH) dan hari sidang pemeriksaan perkaranya (PHS).

VERZET
Verzet4 adalah Perlawanan Tergugat atas
Putusan yang dijatuhkan secara Verstek.
Tenggang Waktu untuk mengajukan
Verzet / Perlawanan :

1.Pasal 121 HIR


2.Pasal 1796 KUHPerm
3.Ibid
4.Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Dalam Lingkungan Peradilan Agama
5.M. Yahya Harahap, S.H., Kedudukan Kewenangan Dan Acara Peradilan Agama, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009),
Hlm 337.
1. dalam waktu 14 hari setelah putusan
diberitahukan (pasal 129 (2) HIR
2. Sampai hari ke 8 setelah teguran
seperti dimaksud Pasal 196 HIR ; apabila
yang ditegur itu datang menghadap
3. Kalau tidak datang waktu ditegur
sampai hari ke 8 setelah eksekutarial (pasal
129 HIR). (Retno Wulan SH. hal 26).
Perlawanan terhadap Verstek, bukan
perkara baru
Perlawanan merupakan satu kesatuan yang
tidak terpisah dengan gugatan semula. Oleh
karena itu, perlawanan bukan gugatan atau
perkara baru, tetapi tiada lain merupakan
bantahan yang ditujukan kepada
ketidakbenaran dalil gugatan, dengan alasan
putusan verstek yang dijatuhkan, keliru dan
tidak benar. Putusan MA No. 494K/Pdt/1983
mengatakan dalam proses verzet atas verstek,
pelawan tetap berkedudukan sebagai tergugat
dan terlawan sebagai Penggugat(Yahya
Harahap,Hukum acara Perdata, hal 407).
Pemeriksaan Perlawanan (Verzet)
A. Pemeriksaan berdasarkan gugatan
semula.
Dalam Putusan MA No. 938K/Pdt/1986,
terdapat pertimbangan sebagai berikut :
Substansi verzet terhadap putusan verstek,
harus ditujukan kepada isi pertimbangan
putusan dan dalil gugatan terlawan /
penggugat asal.
Verzet yang hanya mempermasalahkan alasan
ketidakhadiran pelawan/tergugat asal
menghadiri persidangan, tidak relevan, karena
forum untuk memperdebatkan masalah itu
sudah dilampaui.
Putusan verzet yang hanya
mempertimbangkan masalah sah atau tidak
ketidakhadiran tergugat memenuhi panggilan
sidang adalah keliru. Sekiranya pelawan

1.Pasal 121 HIR


2.Pasal 1796 KUHPerm
3.Ibid
4.Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Dalam Lingkungan Peradilan Agama
5.M. Yahya Harahap, S.H., Kedudukan Kewenangan Dan Acara Peradilan Agama, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009),
Hlm 337.
hanya mengajukan alasan verzet tentang
masalah keabsahan atas ketidakhadiran
tergugat memenuhi panggilan, PN yang
memeriksa verzet harus memeriksa kembali
gugatan semula, karena dengan adanya verzet,
putusan verstek mentah kembali, dan perkara
harus diperiksa sejak semula.
A. Surat Perlawanan sebagai jawaban
tergugat terhadap dalil gugatan.
Berdasarkan Pasal 129 ayat (3) HIR,
perlawanan diajukan dan diperiksa dengan
acara biasa yang berlaku untuk acara perdata.
Dengan begitu, kedudukan pelawan sama
dengan tergugat. Berarti surat perlawanan
yang diajukan dan disampaikan kepada PN,
pada hakikatnya sama dengan surat jawaban
yang digariskan Pasal 121 ayat (2) HIR.
Kualitas surat perlawanan sebagai jawaban
dalam proses verzet dianggap sebagai jawaban
pada sidang pertama. (Yahya Harahap,Hukum
acara Perdata, hal 409 – 410).

PROSEDUR PENGAJUAN BANDING5


1 Permohonan banding harus disampaikan
secara tertulis atau lisan kepada
Pengadilan Agama Sumber dalam
tenggang waktu :
2 a.14 (empat belas) hari, terhitung mulai
hari berikutnya dari hari pengucapan
putusan,  pengumuman/pemberitahuan
putusan kepada yang berkepentingan;
3 b. 30 (tiga puluh) hari bagi Pemohon
yang tidak bertempat di kediaman di
wilayah hukum pengadilan agama yang
memutus perkara tingkat pertama. (Pasal
7 UU No. 20 Tahun 1947).
4 Membayar biaya perkara banding (Pasal
7 UU No. 20 Tahun 1947, Pasal 89 UU

1.Pasal 121 HIR


2.Pasal 1796 KUHPerm
3.Ibid
4.Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Dalam Lingkungan Peradilan Agama
5.M. Yahya Harahap, S.H., Kedudukan Kewenangan Dan Acara Peradilan Agama, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009),
Hlm 337.
No. 7 Tahun 1989).
5 Panitera memberitahukan adanya
permohonan banding (Pasal 7 UU No.
20 Tahun 1947)
6 Pemohon banding dapat mengajukan
memori banding dan Termohon banding
dapat mengajukan kontra memori
banding (Pasal 11 ayat (3) UU No. 20
Tahun 1947)
7 Selambat-lambatnya 14 (empat belas)
hari setelah permohonan diberitahukan
kepada pihak  lawan, panitera memberi
kesempatan kepada kedua belah pihak
untuk melihat surat-surat berkas perkara
di Pengadilan Agama Sumber Pasal 11
ayat (1) UU No. 20 Tahun 1947).
8 Berkas perkara banding dikirim ke
Pengadilan Tinggi Agama Jawa Barat
oleh Pengadilan Agama Sumber
selambat-lambatnya dalam waktu 1
(satu) bulan sejak diterima perkara
banding.
9 Salinan putusan banding dikirim oleh
Pengadilan Tinggi Agama Jawa Barat ke
Pengadilan  Agama Sumber untuk
disampaikan kepada para pihak.
10 Pengadilan Agama Sumber
menyampaikan salinan putusan kepada
para pihak. 9. Setelah  putusan
memperoleh kekuatan hukum tetap
maka panitera :
11 a. Untuk perkara cerai talak :
1) Memberitahukan tentang Penetapan
Hari Sidang penyaksian ikrar talak
dengan memanggil    Pemohon dan
Termohon.
12 2) Memberikan Akta Cerai sebagai surat
bukti cerai selambat-lambatnya dalam

1.Pasal 121 HIR


2.Pasal 1796 KUHPerm
3.Ibid
4.Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Dalam Lingkungan Peradilan Agama
5.M. Yahya Harahap, S.H., Kedudukan Kewenangan Dan Acara Peradilan Agama, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009),
Hlm 337.
waktu 7 (tujuh)    hari.
13 b. Untuk perkara cerai gugat :
Memberikan Akta Cerai sebagai surat
bukti cerai selambat-lambatnya dalam
waktu 7 (tujuh)    hari.

PROSES PENYELESAIAN PERKARA :


Berkas perkara banding
1. dicatat dan diberi nomor
register;
Ketua Pengadilan Tinggi
Agama Jawa Barat
2. membuat Penetapan
Majelis Hakim yang akan
memeriksa berkas;
Panitera menetapkan
3. panitera pengganti yang
akan membantu majelis;
Panitera pengganti
4. menyerahkan berkas
kepada ketua majelis;
Panitera pengganti
mendistribusikan berkas
5.
perkara ke Majelis Hakim
Tinggi;
Majelis Hakim Tinggi
6. memutus perkara
banding;
Salinan putusan
dikirimkan kepada kedua
7. belah pihak melalui
Pengadilan Agama
Sumber.

PROSEDUR PENGAJUAN KASASI


1 Mengajukan
permohonan kasasi
secara tertulis atau lisan
melalui Pengadilan
Agama Sumber dalam

1.Pasal 121 HIR


2.Pasal 1796 KUHPerm
3.Ibid
4.Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Dalam Lingkungan Peradilan Agama
5.M. Yahya Harahap, S.H., Kedudukan Kewenangan Dan Acara Peradilan Agama, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009),
Hlm 337.
tenggang waktu 14
(empat belas) hari
sesudah
penetapan/putusan
Pengadilan Tinggi
Agama Jawa Barat
diberitahukan kepada
Pemohon (Pasal 46 ayat
(1) UU No. 14 Tahun
1985 yang telah diubah
dengan UU No. 5 Tahun
2004).
2 Membayar biaya perkara
kasasi (Pasal 46 ayat (3)
UU No. 14 Tahun 1985
yang telah diubah
dengan UU No. 5 Tahun
2004).
3 Panitera Pengadilan
Agama Sumber
memberitahukan secara
tertulis kepada pihak
lawan, selambat-
lambatnya 7 (tujuh) hari
setelah permohonan
kasasi terdaftar.
4 Pemohon kasasi wajib
menyampaikan memori
kasasi dalam tenggang
waktu 14 (empat belas)
hari setelah
permohonannya
didaftar (Pasal 47 ayat
(1) UU No. 14 Tahun
1985 yang telah diubah
dengan UU No. 5 Tahun
2004).
5 Panitera Pengadilan
Agama Sumber

1.Pasal 121 HIR


2.Pasal 1796 KUHPerm
3.Ibid
4.Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Dalam Lingkungan Peradilan Agama
5.M. Yahya Harahap, S.H., Kedudukan Kewenangan Dan Acara Peradilan Agama, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009),
Hlm 337.
memberitahukan dan
menyampaikan salinan
memori kasasi kepada
pihak lawan dalam
waktu selambat-
lambatnya 30 (tiga
puluh) hari sejak
diterimanya memori
kasasi (Pasal 47 ayat (2)
UU No. 14 Tahun 1985
yang telah diubah
dengan UU No. 5 Tahun
2004).
6 Pihak lawan dapat
mengajukan surat
jawaban terhadap
memori kasasi kepada
Mahkamah Agung
selambat- lambatnya
dalam tenggang waktu
14 (empat belas) hari
sejak tanggal
diterimanya salinan
memori kasasi (Pasal 47
ayat (3) UU No. 14 Tahun
1985 yang telah diubah
dengan UU No. 5 Tahun
2004).
7 Panitera Pengadilan
Agama Sumber
mengirimkan berkas
kasasi kepada
Mahkamah Agung
selambat- lambatnya
dalam tenggang waktu
30 (tiga puluh) hari sejak
diterimanya
memorikasasi dan
jawaban memori kasasi
(Pasal 48 UU No. 14

1.Pasal 121 HIR


2.Pasal 1796 KUHPerm
3.Ibid
4.Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Dalam Lingkungan Peradilan Agama
5.M. Yahya Harahap, S.H., Kedudukan Kewenangan Dan Acara Peradilan Agama, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009),
Hlm 337.
Tahun 1985 yang telah
diubah dengan UU No. 5
Tahun 2004).
8 Panitera Mahkamah
Agung mengirimkan
salinan putusan kepada
Pengadilan Agama
Sumber untuk
selanjutnya
disampaikan kepada
para pihak. 9. Setelah
putusan disampaikan
kepada para pihak maka
Panitera Pengadilan
Agama Sumber;
9 1. Memberitahukan
tentang Penetapan Hari
Sidang penyaksian ikrar
talak dengan memanggil
kedua belah pihak.
2. Memberikan Akta
Cerai sebagai surat bukti
cerai selambat-
lambatnya 7 (tujuh) hari.

1.Pasal 121 HIR


2.Pasal 1796 KUHPerm
3.Ibid
4.Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Dalam Lingkungan Peradilan Agama
5.M. Yahya Harahap, S.H., Kedudukan Kewenangan Dan Acara Peradilan Agama, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009),
Hlm 337.

Anda mungkin juga menyukai