Anda di halaman 1dari 78

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS

DENGAN METODE BERMAIN BALOK PADA ANAK


USIA DINI DI RA RAUDHATUL JANNAH NGAPUS
JAPAH BLORA TAHUN 2022/2023

SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Anak Usia
Dini Dalam Ilmu Tarbiyah

Ditulis oleh :
ROHMATUL HAMDIYAH
NIM : 2219.110.026
NIRM : 19/X/20.2.3/5127

PROGRAM STUDY S1 PIAUD


JURUSAN TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM AL MUHAMMAD CEPU
2022
PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertandatangan dibawah ini:


Nama : Rohmatul Hamdiyah
NIM : 2219.110.026
Jurusan : Tarbiyah/Piaud

Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul:


“Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Dengan Metode
Bermain Balok Pada Anak Usia Dini Di Ra Raudhatul Jannah
Ngapus Japah Blora Tahun 2022/2023”

Secara keseluruhan adalah hasil penelitian/karya saya


sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya.

Cepu, 2022
Pembuat Pernyataan,

ROHMATUL HAMDIYAH
NIM : 2219.110.026
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan
kemampuan motorik halus anak melalui permainan balok di
RA Raudhatul Jannah Ngapus Japah Blora tahun pelajaran
2022/2023.Penelitian ini penelitian tindakan kelas
dilaksanakan dua siklus setiap siklus meliputi: perencanaan,
pelaksanaan, observasi dan refleksi. Objek penelitian
kemampuan motorik halus. Subjek penelitian ini adalah anak
didik dan guru. Data dikumpulkan menggunakan metode
observasi, wawancara, dan dokumentasi. Penelitian ini
dilakukan dalam II siklus yaitu setiap siklus terdiri dari dua
kali pertemuan. Hasil prosentase sebelum adanya tindakan
sebesasar 38,19 % dan setelah adanya tindakan dalam siklusI
meningkat menjadi 60,41% dari yang ditetapkan sebesar 80%
sampai akhirnya siklus II mencapai 86,46%. Berdasarkan data
tersebut anak mengalami peningkatan dari prasiklus, siklus I
dan kesiklus II. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan, melalui
permainan balok di RA Raudhatul Jannah Ngapus Japah Blora
dapat mengembangkan kemampuan motorik halus tahun
pelajaran 2022/2023.

Kata Kunci= kemampuan motorik halus, permainan balok


KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan
Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini yang disusun untuk diajukan
dan dipertahankan dalam ujian mempertahankan skripsi
pada Prodi PIAUD.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak


mendapat bimbingan dari berbagai pihak, terutama Dosen
Pembimbing yaitu Ibu Sri Purnomowati,M.Psi dan Ibu
Ana Nur Ayu Laily, M.pd. Dalam kesempatan ini, penulis
mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing,
yang telah banyak meluangkan waktu, pikiran, dan
bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh


dari kesempurnaan, maka dari itu penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun. Semoga hasil dari
skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi mahasiswa
baik sebagai sumber bacaan maupun sebagai sumber
perbandingan sehingga akhirnya dapat meningkatkan
pemahaman dan pengetahuan mahasiswa tentang
Peningkatan motorik halus anak melalui permainan balok.
Akhir kata, penulis mohon maaf apabila adanya kesalahan
dalam penulisan skripsi ini. Atas perhatiannya penulis
mengucapkan terima kasih.
DAFTAR ISI
Halaman Cover........................................................
Pernyataan Keaslian................................................
Abstrak....................................................................
Kata Pengantar........................................................
Lembar persetujuan pembimbing................................
Daftar isi......................................................................
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah....................................
B. Identifikasi Masalah...........................................
C. Pembatasan Masalah..........................................
D. Rumusan Masalah..............................................
E. Tujuan Penelitian...............................................
F. Manfaat Penelitian..............................................
G. Sistematika Penulisan........................................
BAB II : KAJIAN TEORI
A. Teori Pembelajaran............................................
B. Penelitian Yang Relevan ...................................
C. Kerangka Pemikiran...........................................
D. Hipotesis............................................................
E. Indikator Keberhasilan.......................................
BAB III : METODE PENELITIAN
A. Lokasi Dan Subjek Penelitian ...........................
B. Jenis Dan Pendekatan Penelitian........................
C. Tempat Dan Waktu Penelitian...........................
D. Sumber Data......................................................
E. Prosedur Penelitian ............................................
F. Variabel Penelitian.............................................
G. Teknik Pengumpulan Data.................................
H. Teknik Analisis Data.........................................
BAB IV : DESKRISI DAN HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data (Prasiklus, Siklus I,
Siklus II).................................................................
B. Pembahasan.......................................................
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................
B. Saran..................................................................
DAFTAR PUSTAKA..............................................

LAMPIRAN............................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Anak usia dini sebagai makhluk sosial dan kaya akan


potensi memiliki dunia serta karakteristik sendiri yang
jauh berbeda dengan orang dewasa. Anak sangat aktif,
dinamis, antusias dan hamper selalu ingin tahu terhadap
apa saja yang dilihat dan didengarnya, serta seolah-olah
anak tak pernah berhenti belajar. Anak usia dini adalah
sosok individu yang sedang menjalani proses
perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi
kehidupan selanjutnya sehingga pada usia dini ini disebut
juga dengan usia emas (golden age), yang merupakan
“masa peka” dan hanya datang satu kali sehingga
menuntut perkembangan anak secara optimal. Rasulullah
shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ُ‫ِّب ال َّر ُج ُل َولَ َدهُ َخ ْي ٌر لَه‬


َ ‫ {أِل ْن يَُؤ د‬:‫صاَل ةُ َوال َّساَل ُم‬َّ ‫َوقَا َل َعلَ ْي ِه ال‬
}‫اع‬ ٍ ‫ص‬ َ ِ‫ق ب‬ َ ‫ص َّد‬
َ َ‫أن يَت‬ ْ ‫ ِم ْن‬.

“Seseorang mendidik anaknya itu lebih baik


baginya dari pada ia menshadaqahkan (setiap hari) satu
sha’.” Hadis ini diriwayatkan oleh imam At-Tirmidzi
dari sahabat Jabir bin Samurah r.a. Menurut Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang berbunyi :
anak usia dini adalah kelompok manusia yang berusia 0-6
tahun, mereka adalah kelompok yang berada dalam
proses pertumbuhan dan perkembangan (koordinasi
motoric halus dan kasar, intelegensia (daya piker,daya
cipta kecerdasan emosi dan kecerdasan spriritual, sosial
emosional sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan
komunikasi yang khusus sesuai dengan tingkat
pertumbuhan dan perkembangan anak. Berkaitan
dengan pendidikan anak usia dini, berdasarkan Undang-
Undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional dengan pendidikan anak usia dini tertulis pada
pasal 28 ayat satu yang yang berbunyi pendidikan anak
usia dini diselenggarakan bagi anak sejak lahir sampai
dengan 6 tahun dan bukan merupakan persyaratan untuk
mengikuti pendidikan kan dasar. Selanjutnya pada bab 1
Pasal 1 ayat ditegaskan bahwa pendidikan anak usia dini
adalah suatu upaya pembinaan yang yang ditujukan
kepada Anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang
yang dilakukan melalui Pemberian rangsangan
pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki
kesiapan dalam memasuki pendidikan kan lebih lanjut.
Pendidikan kan merupakan Usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan dan
proses pembelajaran agar peserta didik aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
sepiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang yang
diperlukan dirinya, masyarakat bangsa, dan negara.
pendidikan anak usia dini dalam pembelajarannya
mengembangkan beberapa aspek perkembangan yaitu itu
tentang keagamaan, moral dan sosial emosional, aspek
bahasa, aspek kognitif, dan aspek seni. Ada juga
perkembangan untuk anak yang menggambarkan perilaku
yaitu kemampuan motorik halus.
Kemampuan motorik halus merupakan bagian
dari kemampuan kasar dan halus. Mtorik halus adalah
gerakan yang yang dilakukan oleh bagian-bagian tubuh
tertentu yang tidak membutuhkan tenaga besar tetapi
hanya melibatkan sebagian anggota halus yaitu
menggenggam, memasukkan benda ke dalam lubang,
membuat menara dari balok melipat menggunting,
menggambar, menganyam dan menyusun. kemampuan
motorik halus sangat berguna bagi anak untuk
menyelesaikan kegiatan dalam kehidupannya terutama
yang yang berkaitan dengan keterampilan. pengembangan
motorik halus akan melatih anak agar terampil
menggunakan tangan dan jari jemari serta
mengkoordinasikan mata dengan seimbang. kemampuan
motorik halus juga akan membantu kemampuan yang lain
seperti kognitif, bahasa, sosial emosional dll. Hal ini
karena dalam melakukan kegiatan dan keterampilan
membutuhkan ketelitian, konsentrasi kesabaran serta
kreativitas.1
Salah satu kegiatan untuk mengembangkan motorik
halus anak-anak adalah dengan melalui kegiatan
menyusun balok. Berdasarkan pengamatan yang peneliti
lakukan di RA Raudhatul Jannah Ngapus Japah Blora
dapat dikembangkan Melalui kegiatan Menggambar dan

1
Ismail (2009:84), “bab i”
article,2020,https://stahnmpukuturan.ac.id/jurnal/index.php/JPA
UD/article/download/583/616
dan mewarnai sedangkan untuk menyusun balok menjadi
menara masih belum maksimal.Terlihat masih banyak
anak yang kurang dapat mengikuti kegiatan menyusun
balok yang dicontohkan oleh guru bahkan ada ada
beberapa apa anak yang tidak menyelesaikan kegiatan.
Tingkat kemampuan motorik halus anak melalui kegiatan
ini ini yang diberikan guru dari 10 anak ada dua anak
yang sudah bisa tetapi kadang juga masih dibantu dan
sisanya masih banyak dibantu bahkan ada 2 anak yang
sama sekali tidak bisa jadi di kira-kira 20% anak yang
yang bisa mengerjakan tetapi masih dibantu. hal ini
terjadi karena anak merasa sulit untuk menyeimbangkan
saat menyusun balok menjadi menara. 
Dari uraian penyebab di atas peneliti akan mencoba
mengatasi masalah dengan melatih gerakan-gerakan
halus, meningkatkan keterampilan tubuh dan koordinasi,
serta meningkatkan keterampilan tubuh dan cara hidup
sehat melalui kegiatan permainan balok. alasan kegiatan
permainan balok ini dapat melatih menggerakkan jari-jari
tangan dan dan mengasah otak untuk dapat
menyeimbangkan penyusunan balok. berhubungan
dengan hal tersebut tujuan kegiatan adalah untuk
mengembangkan kemampuan motorik halus anak di RA
Raudhatul Jannah Ngapus Japah Blora dengan metode
permainan balok.
Berdasarkan uraian masalah faktor penyebab dan apa
yang akan diatasi serta alasannya yang terjadi di RA
Raudhatul Jannah Dan perlunya untuk meningkatkan
mutu pembelajaran maka peneliti mengambil judul :
“Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Dengan
Metode Bermain Balok Pada Anak Usia Dini Di RA
Raudhatul Jannah Ngapus Japah Blora Tahun
2022/2023.”

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat
dibuat suatu identifikasi masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana keadaan perkembangan motorik halus anak
di RA Raudhatul Jannah Ngapus Japah Blora?
2. Bagaimana metode apa yang di gunakan untuk
mencapai kemampuan motorik halus anak di RA
Raudhatul Jannah?
3. Kurang berkembangnya motorik halus anak terutama
dalam kegiatan menggerakan jari tangan maupun
kemampuan untuk menggenggam dan memegang
benda.
C. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini memperoleh kajian yang mantap
perlu dibatasi masalahnya. Dalam hal ini masalah dititik
beratkan pada upaya pengembangan kemampuan
motorik halus anak melalui permainan balok di RA
Raudhatul Jannah Ngapus Japah Blora Tahun Ajaran
2022/202.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang
ada ada maka dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu :
1. Bagaimana kemampuan motorik halus anak usia dini di
RA Raudhatul Jannah Ngapus Japah Blora?
2. Bagaimana peningkatan kemampuan motorik halus anak
melalui metode permainan balok pada anak usia dini di
RA Raudhatul Jannah?
3. Apakah melalui kegiatan permainan balok motorik halus
anak dapat ditingkatkan di RA Raudhatul Jannah?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan di
atas, maka tujuan penelitian ini adalah :
1. Mengetahui kemampuan motorik halus di RA Raudhatul
Jannah
2. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan motorik halus
Melalui permainan balok pada anak usia dini di RA
Raudhatul Jannah
3. Untuk mengetahui proses peningkatan motorik halus
Melalui permainan balok
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat bagi siswa
Siswa mendapat pengalaman langsung untuk
mengembangkan koordinaasi antara otak dan mata serta
mengembangkan krativitas anak dalam permainan balok
yang menyenangkan.
2. Manfaat bagi guru
Untuk menambah pengetahuan, keterampilan atau
kegiatan guru dalam menggunakan metode dan alat
pembelajaran yang tepat.
3. Manfaat bagi sekolah
Dapat dijadikan dasar bagi sekolah dalam pemilihan
pendekatan pembelajaran yang sesuai.

G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam tugas akhir ini,
disusun sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang masalah, permasalahan,
pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, serta
sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi gambaran Pengadilan Negeri Semarang dan
deskripsi antrian.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini menjelaskan variabel penelitian, metode
pengumpulan data, waktu dan tempat penelitian, dan
prosedur analisis data.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Bagian ini berisi analisis dari hasil pengolahan data dan
pembahasan mengenai model antrian pada persidangan
pelanggaran lalu lintas tertentu (tilang) di Pengadilan
Negeri Semarang.
BAB V KESIMPULAN
Pada bab ini berisikan beberapa kesimpulan dari hasil
penelitian.
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Teori Pembelajaran
1. Pengertia Motorik halus
Motorik halus adalah gerakan yang melibatkan
bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot-otot
kecil serta memerlukan koordinasi yang cermat. 2 Sedangkan
menurut Bambang, (2012:1.14) menyatakan “Gerakan
motorik halus adalah gerakan hanya melibatkan bagian-
bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil,
seperti keterampilan menggunakan jari jemari tangan dan
gerakan pergerakan tangan yang tepat”.Menurut Santrock
(2007:127) mengatakan “Pada usia 4 tahun, koordinasi
motorik halus anak lebih tepat. Saat berumur 5 tahun
koordinasi motorik halus anak semakin meningkat. Tangan,
lengan, dan jari semua bergerak bersama di bawah perintah
mata”.
Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia
dalam (Tanti, 2012) “motorik halus anak adalah aspek yang
berhubungan dengan kemampuan anak melakukan gerakan
yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan
oleh otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang
cermat seperti mengamati sesuatu, menjimpit, menulis dan
sebagainya”.

2
Jojoh & Cicih,(2016:122), BAB II,
2019,http://eprints.umg.ac.id/3276/3/BAB%202.pdf
Motorik halus adalah gerakan yang dilakukan oleh
bagian-bagian tubuh tertentu dan hanya melibatkan sebagian
kecil otot tubuh. Gerakan ini tidak memerlukan tenaga, tapi
perlu adanya koordinasi antara mata dan tangan. Gerak
motorik halus merupakan hasil latihan dan belajar dengan
memperhatikan kematangan fungsi organ motoriknya.3
Dari uraian di atas dapat disimpulkan motorik halus
merupakan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh
tertentu yang dilakukan oleh otot-otot kecil dengan
menggunakan jari jemari tangan dan gerakan pergelangan
tangan yang tepat.

2. Pengertian Perkembangan Motorik

Umur lima tahun adalah merupakan masa pesatnya


perkembangan motorik anak. Perkembangan motorik
merupakan proses tumbuh kembang kemampuan gerak
seorang anak. Pada dasarnya perkembangan ini sejalan
dengan kematangan saraf dan otot.

Menurut Bambang dkk, (2012:1.12) “Perkembangan


motorik adalah proses seorang anak belajar untuk terampil
menggerakkan anggota tubuh”. Hal yang sama juga
dinyatakan oleh Santrock (2007:218) “perkembangan
motorik adalah penggunaan tangan, pilihan menggunakan
satu tangan tertentu dan bukan lainnya”.

Menurut Rini dkk, (2014:3.12) menyatakan bahwa


“Perkembangan motorik adalah perubahan secara progresif
pada kontrol dan kemampuan untuk melakukan gerakan

3
Suyadi, Psikolosi Belajar PAUD, (Yogyakarta:
pedagogia,2010),hlm.69
yang diperoleh melalui interaksi antara faktor genetik
(bawaan) dan kematangan (maturation) serta
latihan/pengalaman (experiences) selama kehidupan yang
dapat dilihat melalui perubahan/ pergerakan yang
dilakukan”. Menurut Hurlock dalam (Marliza, 2012)
menyatakan bahwa “perkembangan motorik adalah suatu
perkembangan pengendalian gerak jasmaniah melalui
kegitan pusat syaraf, urat syaraf, dan otot yang
terkoordinasi”.Sedangkan menurut Beaty, (2013:236)

Perkembangan motorik halus berkaitan dengan


perkembangan kemampuan dalam menggunakan jari-jari
tangan untuk melakukan berbagai kegiatan. Misalnya,
kemampuan memindahkan benda dari tangan, mencoret-
coret, menyusun balok, menggunting, menulis dan
sebagainya. Perkembangan motorik halus dipandang penting
untuk dipelajari, karena baik secara langsung maupun tidak
langsung akan mempengaruhi perilaku anak setiap hari.4

“Perkembangan motorik halus melibatkan otot-otot halus


yang mengendalikan tangan dan kaki, terkait dengan anak
kecil sebaiknya memberikan perhatian lebih kepada kontrol,
koordinasi, dan ketangkasan dalam menggunakan tangan dan
jemari”. Dari uraian tersenut dapat disimpulkan bahwa
perkembangan motorik adalah proses seorang anak belajar
untuk terampil menggerakkan anggota tubuh dan proses

4
Wahyu Nanda Eka Saputra dan Indah Setianingrum,
Perkembangan Motorik Halus Anak Usia 3-4 Tahundi Kelompok
Bermain Cendekia Kids School Madiun dan
berkembang sejalan dengan kematangan pusat syaraf, urat
syaraf, dan otot yang terkoordinasi.

3. Karakteristik Perkembangan Motorik

Menurut Rini dkk, (2014:3.17) anak usia 4-6 tahun,


yang mulai memasuki masa prasekolah, memiliki banyak
keuntungan dalam hal fisik- motorik. Sejalan dengan
perkembangan fisik yang terjadi, mereka dapat membuat
tubuh melakukan apa yang mereka inginkan. Hal tersebut
didukung oleh adanya perkembangan pada area sensoris dan
motorik dikorteks (otak) yang memungkinkan koordinasi
yang lebih baik antara apa yang diinginkan anak dengan apa
yang mampu dilakukannya.

Menurut Bambang dkk, (2012:1.3) dalam buku anak


prasekolah (2000) tertulis bahwa “masa lima tahun pertama
adalah masa pesatnya perkembangan motorik anak”. Motorik
adalah semua gerakan yang didapatkan oleh seluruh tubuh,
sedangkan pengendalian gerak tubuh dan perkembangan
unsur kematangan disebut sebagai perkembangan motorik. 5

Menurut Departemen Pendidikan Nasional (2007:6)


karakteristik perkembangan yang berhubungan dengan
motorik halus adalah:
a. Dapat mengoles mentega pada roti
b. Dapat membentuk dengan menggunakan tanah
liat atau plastisin

5
Implikasinya pada Layanan Konseling, Jurnal Care Volume
03 Nomor 2 Januari 2016 PG PAUD IKIP PGRI Madiun, h. 2.
c. Memegang kertas dengan satu tangan dan
mengguntingnya
d. Meniru melipat kertas satu-dua kali lipatan
e. Mewarnai gambar sesukanya
f. Memegang krayon atau pensil dengan diameter
sesukanya
g. Menyusun balok.6

Berikut ini akan diuraikan tingkat pencapaian


perkembangan anak yang dapat dicapai anak usia 4-5 tahun
dalam perkembangan motorik halusnya. Menurut
Permendikbud Nomor 137 tahun 2014 tingkat pencapaian
perkembangan motorik halus anak usia 4-5 tahun adalah:
a. Mengkoordinasikan mata dan tangan untuk melakukan
gerakan yang rumit.
b. Mengekspresikan diri dengan berkarya seni
menggunakan berbagai media.
c. Melakukan gerakan manipulatif untuk menghasilkan
suatu bentuk dengan menggunakan berbagai media.
d. Membuat garis vertikal, horizontal, lengkung
kiri/kanan, miring kiri/kanan, dan lingkaran.
e. Mengontrol gerakan tangan yang menggunakan otot
halus (menjumput, mengelus, mencolek, mengepal,
memelintir, memilin, memeras).
f. Menjiplak bentuk.
Dari uraian di atas peneliti hanya meneliti kontrol
gerakan tangan yang menggunakan otot halus serta

6
Kementrian pendidikan dan kebudayaan, Peraraturan Menteri
Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Tentang Standar Nasional
Pendidikan Anak Usia Dini, (Jakarta: kementerian pendidikan dan
kebudayaan republic Indonesia, 2014), hal.22
mengekspresikan diri dengan menggunakan berbagai media,
melakukan gerakan manipulatif untuk menghasilkan suatu
bentuk dengan menggunakan berbagai media,
menkoordinasikan mata dan tangan untuk melakukan
gerakan yang rumit, serta membuat garis.
4. Kemampuan Motorik halus
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kemampuan
berasal dari kata “mampu” yang berarti kuasa, bisa, sanggup.
Kemampuan adalah suatu kesanggupan, kecakapan dan
kekuatan dalam melakukan sesuatu.7Sujiono
mengemukakakn kemampuan merupakan daya untuk
melakukan suatu tindakan sebagai hasil dari pembawaan dan
latihan. Kemampuan juga menunjukkan bahwa suatu
tindakan (performance) dapat dilakukan sekarang.8 Motorik
halus adalah gerakan yang dilakukan oleh bagian- bagian
tubuh tertentu dan hanya melibatkan sebagian kecil otot
tubuh. Gerakan ini tidak memerlukan tenaga, tapi perlu
adanya koordinasi antara mata dan tangan. Gerak motorik
halus merupakan hasil latihan dan belajar dengan
memperhatikan kematangan fungsi organ motoriknya.9
Sujiono menyatakan motorik halus adalah gerakan
yang hanya melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan
dilakukan oleh otot-otot kecil, seperti keterampilan
menggunakan jari jemari tangan dan gerakan pergelangan
tangan yang tepat. Sumantri menyatakan keterampilan
motorik halus adalah pengorganisasian penggunaan
sekelompok otot-otot kecil seperti jari- jemari dan tangan
7
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta: Balai Pustaka, 2007),H.707
8
Sujiono dkk, Metode Pengembangan Fisik, (Jakarta: Universitas
Terbuka,2008),h.63
9
Suyadi, Psikologi Belajar PAUD, PEDAGOGIA, Yogyakarta,2010, h.69
yang sering membutuhkan kecermatan dan koordinasi mata
dengan tangan, keterampilan yang mencakup pemanfaatan
dengan alat-alat untuk bekerja dan obyek yang kecil dan
atau pengontrolan terhadap mesin misalnya mengetik,
menjahit dan lain-lain.
Kemampuan motorik halus adalah kemampuan yang
berhubungan dengan keterampilan fisik yang melibatkan otot
kecil dan koordinasi mata dan tangan.18Untuk
mengembangkan keterampilan ada tiga hal yang penting
yaitu kesempatan untuk berlatih, rangsangan untuk belajar,
contoh yang baik untuk ditiru dan bimbingan yang baik
untuk meyakinkan bahwa peniruan yang dilakukan itu benar.
5. Pengertian Metode Bermain
Metode merupakan bagian dari strategi kegiatan.
Metode dipilih berdasarkan stategi kegiatan yang sudah
dipilih dan ditetapkan. Metode merupakan cara yang dalam
bekerjanya merupakan alat untuk mencapai tujuan kegiatan.
Setiap guru akan menggunakan metode sesuai gaya
melaksanakan kegiatan. Namun yang perlu diperhatikan,
anak-anak memiliki ciri yang khas. Oleh karena itu, ada
metode-metode yang lebih sesuai untuk anak-anak dibanding
dengan metode-metode yang lain.
Metode bermain adalah salah satu metode yang
diterapkan dalam pembelajaran di tingkat usia dini.
Mengingat masa anak-anak khususnya anak usia dini adalah
masa bermain, maka kiranya metode yang tepat diterapkan
dalam pembelajaran adalah metode bermain.10
Sebelum membahas lebih mendalam tentang metode
bermain, terlebih dahulu kita pelajari sejarahnya.
10
Novi Mulyani, Dasar-Dasar Pendidikan anak usia dini,
(Yogyakarta: Kalimedia,2016),80.
Kelihatannya sepele, tapi hal ini sangat penting dipelajari,
setidaknya dengan belajar dari sejarah, ada sebuah refleksi
dan evaluasi untuk sebuah proses pembelajaran supaya hari
ini lebih baik dari sebelumya dan kalau ada kesalahan dalam
metode mendidik anak, tidak jatuh pada lubang kesalahan
yang sama.
Seiring berkembangnya pengetahuan tentang
psikologi perkembangan anak dan meningkatnya perhatian
terhadap perkembangan anak, maka orang semakin
menyadari pentingnya bermain. Tokoh yang mengawali
pentingnya bermain adalah Plato, seorang filsuf yang
berasal dari Yunani. Menurut Plato, memberikan apel
kepada anak-anak akan memudahkan mereka belajar
aritmatika. Sedangkan pemberian mainan berupa miniature
balok-balokan akan mengajarkan anak akan ilmu bangunan.
Aristoteles merupakan filsuf lain yang berpendapat
bahwa anak-anak perlu diberi dorongan untuk bermain yang
tentunya disesuaikan dengan minat serta tahap
perkembangannya. Sebagaimana Plato dan Aristoteles,
Frobel juga menganggap bermain sebagai kegiatan yang
mempunyai nilai praktis. Artinya bermain digunakan
sebagai media untuk meningkatkan kemampuan dan
keterampilan tertentu pada anak.11
Dunia anak adalah dunia bermain, yang merupakan
fenomena sangta menarik perhatian bagi para pendidik,
psikolog, dan ahli filsafat sejak zaman dahulu.3 Menurut
pendidik dan ahli psikologi, bermain merupakan pekerjaan

11
Martuti, Mengelola PAUD: dengan Aneka
Permainan Meraih Kecerdasan Majemuk. (Yogyakarta:
Kreasi Wacana, 2009), 1-2.
masa kanak-kanak dan cermin pertumbuhan anak, bermain
merupakan kegiatan yang memberikan kepuasan pada diri
sendiri. Melalui bermain anak memperoleh pembatasan dan
memahami kehidupan. Bermain merupakan kegiatan yang
memberikan kesenangan dan dilaksanakan untuk kegiatan
itu sendiri, yang lebih ditekankan pada caranya daripada
hasil yang diperoleh dari kegiatan itu. Kegiatan bermain
dilaksanakan tidak serius dan fleksibel.12
6. Konsep Bermain Dalam Islam
Dalam konsep Islam, bermain sangat dianjurkan
oleh Rasulullah SAW. Dan setiap orangtua hendaknya
selalu menyempatkan diri untuk bermain bersama anaknya
sebagai wujud kasih sayang orangtua pada anak.
Rasulullah SAW seringkali bercanda dan bermain-main
dengan anak-anak. Disebutkan dalam sebuah riwayat
bahwa beliau sering menggendong Hasan dan Husein di
atas punggung beliau kemudian bermain kuda-kudaan.
Dalam riwayat yang lain juga disebutkan bahwa Umar bin
Khattab r.a., ia pernah berjalan di atas tangan dan kedua
kakinya (merangkak), sementara anak-anaknya bermain-
main di atas punggungnya. Umar berjalan membawa
mereka seperti layaknya seekor kuda.13
Dalam ajaran islam sendiri menganjurkan tentang
bermain. Imam Ja’far Shadiq berkata, “Biarkanlah anak
bebas bermain hingga usia tujuh tahun.”Sementara
Rasulullah SAW berkata, “Biarkanlah mereka bermain.
Bumi adalah padang rumput bagi anak-anak.” Anton
12
Moeslichatoen, Metode Pengajaran Di Taman Kanak-
Kanak, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004),32.
13
Novi Mulyani, Dasar-Dasar Pendidikan anak usia dini,
(Yogyakarta: Kalimedia,2016),88.
Semonowich Makarno, seorang pakar pengasuhan anak
terkemuka di Rusia berkata, “Bila seseorang cakap dalam
permainan dan bermain dimasa kecilnya, ia akan
merefleksikan kualitas yang sama dalam kehidupan
dewasanya. Bermain dengan baik itu seperti melakukan
pekerjaan yang baik. Setiap permainan memerlukan
kecakapan mental dan fisik. Perhatikanlah anak yang
sedang bermain dan lihatlah bagaimana ia telah
memformulasikan strateginya untuk berhasil dalam
permainan tersebut. Dalam permainan, perasaan dan
sentiment anak itu autentik. Orang-orang dewasa
semestinya memperhatikan hal ini.”

Jadi, berikanlah kesempatan pada anak untuk


menikmati permainannya hingga ia berusia tujuh tahun.
agar saat ia dewasa nanti, tidak lagi bermain-main dengan
pekerjaannya.
7. Fungsi Bermain
Sesuai dengan pengertian bermain yang merupakan
tuntutan dan kebutuhan bagi perkembangan anak usia TK,
ada 8 fungsi bermain bagi anak, sebagai berikut:
1) Menirukan apa yang dilakukan oleh orang dewasa.
Contohnya, meniru ibuk memasak di dapur, dokter
mengobati orang sakit, dan sebagainya.
2) Untuk melakukan berbagai peran yang ada di dalam
kehidupan nyata seperti guru mengajar di kelas, sopir
mengendarai bus, petani menggarap sawah, dan
sebagainya.
3) Untuk mencerminkan hubungan dalam keluarga dan
pengalaman hidup yang nyata. Contohnya ibu memandikan
adik, ayah membaca koran, kakak mengerjakan tugas
sekolah, dan sebagainya.
4) Untuk menyalurkan perasaan yang kuat seperti memukul-
memukul kaleng, menepuk-nepuk air, dan sebagainya.
Selain itu bermain juga berfungsi untuk
mempermudah perkembangan kognitif anak. Dengan
bermain akan memungkinkan anak meneliti lingkungan,
mempelajari sesuatu, dan memecahkan masalah yang
dihadapinya. Bermain juga meningkatkan perkembangan
sosial anak. Dengan menampilkan bermacam peran, anak
berusaha untuk memahami peran orang lain dan
menghayati peran yang akan diambilnya setelah ia dewasa
kelak.14
Manfaat bermain penting sekali untuk perkembangan
kemampuan kecerdasan. Dalam bermain anak-anak dapat
bereksperimen tanpa gangguan, sehingga dengan demikian
akan mampu membangun kemampuan yang kompleks.
Salah satu hipotesis yang popular dalam psikologi
perkembangan bahwa bermain dapat membantu
perkembangan kecerdasan.15 Pada usia dini, anak
memahami dunia sekitarnya secara alami melalui bermain.
Bagi anak, bermain bukan sekadar kesenangan, juga sarana
belajar untuk mendapatkan pengetahuan, pembentukan
watak dan sosialisai. Jean Piaget mengatakan bahwa
komponen terpenting dalam perkembangan intelektual
anak melibatkan partisipasi. Anak dapat belajar dengan
baik tidak hanya dengan mempelajari sesuatu, juga dengan

14
Moeslichatoen, Metode Pengajaran Di Taman Kanak-
Kanak, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004),
33-34.
15
Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Islam,
(Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2009), 151.
mengalami sesuatu yang dipelajarinya. Selain itu, belajar
akan lebih baik lagi jika dengan melakukan kegiatan yang
memang menarik untuk sang anak.
Selain menyenangkan, bermain memiliki peranan
penting dalam perkembangan kecerdasan/ kognitif dan
fisik anak. Anak belajar untuk memahami hal-hal baru di
lingkungannya, seperti warna, bentuk, dan berat. Secara
fisik, bermain juga membantu perkembangan motorik anak
dalam melakukan koordinasi otak dan otot untuk
melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginannya.
Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas anak dan dunia
anak adalah bermain. Bermain sangat bermanfaat bagi
anak usia dini, sehingga melalui bermain anak dapat
belajar perilaku seperti kerjasama, saling membantu dan
berbagi. Selain itu, anak usia dini juga dapat mempelajari
dan belajar banyak hal, dapat mengenal aturan,
bersosialisasi, menempatkan diri, menata emosi, toleransi
dan menjunjung sportivitas. Selain belajar tentang
bagaimana sosialisasi, sportivitas, toleransi dan lainnya,
dengan bermain pula anak dapat memperoleh sesuatu
dengan cara bereksplorasi dan bereksperimen tentang
dunia sekitarnya dalam rangka membangun pengetahuan
diri sendiri.16

8. Pengertian Anak Usia Dini


Anak usia dini memiliki batasan usia tertentu,
karakteristik yang unik, dan berada pada suatu proses
perkembangan yang sangat pesat dan fundamental bagi
kehidupan berikutnya. Selama ini orang dewasa
16
Novi Mulyani, Dasar-Dasar Pendidikan anak usia dini,
(Yogyakarta: Kalimedia,2016), 84-86.
mengidentikkan anak usia dini sebagai orang dewasa mini,
masih polos dan belum bisa berbuat apa-apa karena belum
mampu berpikir. Pandangan ini berdampak pada pola
perlakuan yang diberikan pada anak, antara lain sering

memperlakukan anak sebagaimana orang dewasa.Saat


mendidik atau membimbing anak dipaksa mengikuti pola
pikir dan aturan orang dewasa.
Namun, seiring dengan berkembangnya ilmu
pengetahuan dan banyaknya studi tentang anak usia dini,
orang dewasa semakin memahami bahwa anak usia dini
bukanlah orang dewasa mini, dan berbeda dengan orang
dewasa. Menurut definisi ini anak usia dini merupakan
kelompok manusia yang berada pada proses pertumbuhan
dan perkembangan. Hal ini mengisyaratkan bahwa anak
usia dini adalah individu yang unik yang memiliki pola
pertumbuhan dan perkembangan fisik, kognitif, sosio-
emosional, kreativitas, bahasa dan komunikasi yang khusus
sesuai dengan tahapan yang sedang dilalui oleh anak
tersebut.
Anak usia dini, dilihat dari rentang usia menurut
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional ialah anak sejak lahir sampai usia
enam tahun. Menurut undang-undang, anak usia tujuh dan
delapan tahun tidak termasuk dalam kategori usia dini
karena mereka dianggap sudah masuk pada usia sekolah
dasar. Oleh karena itu program perawatan pengasuhan,
pendidikan, dan pembelajaran untuknya diberikan seperti
layaknya untuk orang dewasa.17
Pendidikan anak usia dini adalah pendidikan yang
diselenggarakan dengan tujuan untuk memfasilitasi
pertumbuhan dan perkembangan anak secara menyeluruh
atau menekankan pada pengembangan kepribadian dan
potensi secara maksimal. Secara institusional, pendidikan
anak usia dini jua dapat diartikan sebagai salah satu bentuk
penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada
peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan,
baik koordinasi motorik, kecerdasn emosi, kecerdasan
jamak maupun kecerdasan spiritual. Sesuai dengan
keunikan dan pertumbuhan anak usia dini, penyelenggara
pendidikan anak usia dini disesuaikan dengan tahap-tahap
perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.18

B. Penelitian Yang Relevan


1. Lina Faridatul Hasanah, dengan jurnal “Analisis
Kemampuan Perilaku Sosial Anak dalam Kegiatan
Bermain Balok pada Anak Usia 4-6 Tahun di TPA Pena
Prima”. Penelitian ini menggunakan penelitian
kualitatif, penelitian kualitatif adalah metode penelitian
yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme,
digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang
alamiah. Metode pengumpulan data menggunakan
observasi, dokumentasi dan wawancara.
Teknik keabsahan data menggunakan

17
Dadan Suryana, Dasar-Dasar Pendidikan TK,
(Jakarta:Universitas Terbuka, 2012), hlm. 1.5-1.7
18
Suyadi Dan Maulidya Ulfa, Konsep Dasar PAUD,
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013),Hal 17
trianggulasi.Teknik analisis data menggunakan
pengumpulan data, seleksi data, menyajikan data dan
penarikan kesimpualan. Hasil penelitian menunjukkan
adanya perbedaan perilaku sosial pada masing-masing
anak dalam melakukan kegiatan bermain balok baik
dalam perilaku meniru, persaingan, kerja sama, simpati,
empati, dukungan sosial, membagi, dan perilaku
akrab.Saran yang peneliti berikan sebaiknya orang tua
mengajarkan anak untuk berperilaku baik, menjadi
model buat anak untuk berperilaku baik, serta
menjelaskan tentang perilaku baik dan perilaku
buruk.Bagi guru mengajarkan pada anak berperilaku
baik saat pembelajaran maupun diluar pembelajaran.
Bagi sekolah menyediakan fasilitas yang mendukung
untuk bermain balok.19
2. Pasca Hadi Pradana, dengan jurnal “Pengaruh
Permainan Balok Angka terhadap Kemampuan
Mengenal Lambang Bilangan pada Anaka Usia Dini”.
Berdasarkan hasil analisis data, dimana data-data yang
terkumpul dianalisa dan disimpulkan bahwa ada
pengaruh permainan media balok angka terhadap
kemampuan mengenal lambang bilangan anak di RA
Al- badri Kecamatan Kalisat Kabupaten Jember.
Jumlah respondennya adalah38 dan menggunakan taraf
kesalahan 5%, maka harga r tabel sebesar = 0,320.
Sedangkan besar korelasi Product momen-nya adalah
0,487. Selanjutnya membandingkan r hitung dengan r
tabel. Ternyata setelah dibandingkan r hitung lebih

19
Lina Faridatul Hasanah, Analisis Kemampuan Perilaku Sosial Anak dalam
Kegiatan Bermain Balokpada Anak Usia 4-6 Tahun di TPA Pena Prima.
jurnal pendidikan anak usia dini,2012. Vol 1 no 1
besar dari pada r tabel. Maka akibatnya Ho ditolak dan
Ha diterima. Dengan diterimanya hipotesis kerja
tersebut, dapat di simpulkan bahwa bermain balok
angka berpengaruh dalam mengembangkan kemampuan
mengenal lambang bilangan anak usia dini.20

C. Kerangka Pemikiran
Salah satu kemampuan yang harus di kembangkan
pada anak usia dini adalah perkembangan motorik halus.
Perkembangan motorik halus berkaitan dengan
kemampuan anak dalam menggerakan atau menggunakan
jari-jari tangan untuk melakukan berbagai kegiatan.
Misalkan memindahkan benda, mencoret-coret kertas,
menyusun balok dan sebagainya. Perkembangan motorik
halus dipandang sangat penting untuk dipelajari karena
secara tidak langsung akan mempengaruhi perilaku anak
setiap hari. Salah satu upaya yang dapat dikembangkan
oleh guru atau pendidik dalam mengembangkan
kemampuan motorik halus anak adalah dengan kegiatan
permainan balok atau menyusun balok.
Melalui kegiatan permainan balok ini anak akan
mampu untuk mengkoordinasi antara indra mata dan
aktivitas tangan. Metode yang digunakan dalam kegiatan
permainan balok ini adalah menyusun balok menjadi
menara, hal ini dilakukan dengan mengetahui
kemampuan motorik halus anak di RA Raudhatul Jannah
Desa Ngapus Kecamatan Japah Kabupaten Blora yang
masih relatif rendah. Permasalahn ini dapat dilihat dari

20
Pascalian Hadi Pradana, “Pengaruh Permainan Balok Angka Terhadap
Kemampuan Mengenal Lambing Bilangan Pada Anak Usia Dini’’ Jurnal
PAUD Tambusai,2016. Vol 2 N0 2.
jumlah 10 anak masih terdapat 5 anak atau 50% yang
belum berkembang dalam aspek perkembanagn motorik
halus, 5 anak atau 50% sudah mulai berkembang, 3 anak
berkembang sesuai harapan dan hanya 2 anak yang
berkembang sangat baik. Dengan demikian masih ada 5
anak yang masih belum berkembang atau memiliki
kemampuan rendah dalam aspek perkembangan motorik
halus,.
Oleh karena itu peneliti memilih kegiatan permainan
balok ini sebagai upaya dalam perkembanagn motorik
halus anak, karena selain belajar anak juga dapat bermain
dalam upaya ini sehingga anak tidak menjadi bosan.

Kondisi Motorik
Guru belum
Awal halus belum
menggunak
berkembang
an metode
Siklus I
Guru
Tindakan menggunakan Menggunak
metode an metode
permainan
bermain
Siklus
balok II

Kondisi Motorik Menggunak


Akhir halus anak an metode
sudah bermain
berkembang balok
secara
kelompok

Gambar 0.1 Bagan alur kerangka pemikiran


meningkatkan
kemampuan motorik halus anak.

D. Hipotesis
Sugiyono menyatakan bahwa “Hipotesis diartikan
sebagai jawaban sementara terhadap perumusan masalah
penelitian”.
Hipotesis dalam penelitian ini adalah kemampuan
motorik halus anak di RA Raudhatul Jannah Desa Ngapus
Kecamatan Japah Kabupaten Blora meningkat setelah
melakukan kegiatan permainan atau menyusun balok.

E. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan dalam meningkatkan motorik halus
anak dengan menggunakan media permaiana balok adalah
sebaagai berikut:
1. Anak mampu mengelompokan bentuk-bentuk balok
sesuai bentuk ( segitiga, segiempat dan persegi
panjang)
2. menyusun bangunan rumah dari balok
3. Anak mampu menyusun balok dari yang terbesar
sampai terkecil.
4. Anak mampu menyusun susunan balok abjad.

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN
B. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif.
Penelitian kualitatif menurut Kirk & Miller pada mulanya
bersumber pada pengamatan kualitatif yang
dipertentangkan dengan penelitian kuantitatif. Lalu
mereka mendefinisikan bahwa metode kualitatif adalah
tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan social yang
secara fundamental bergantung pada pengamatan pada
manusia dalam kesannya sendiri dan terhubung dengan
orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam
peristilahannya.
Denzim & Lincoln menuturkan bahwa penelitian
kualitatif meliputi studi yang menggunakan dan
mengumpulkan beragam studi kasus bahan empiris,
pengalaman pribadi, introspektif, cerita kehidupan,
wawancara, observasional, historical, interaksional, dan
teks visual yang menggambarkan peristiwa rutinitas dan
problematic dan makna dari kehidupan individual.
Penelitian tindakan kelas (PTK) bertujuan untuk
meningkatkan kinerja guru serta hasil belajar peserta
didik. PTK bertujuan tidak hanya mengungkapkan
penyebab dari berbagai permasalahan yang dihadapi,
kesulitan siswa dalam memahami pokok-pokok bahasa ,
tetapi yang lebih penting lagi adalah memberikan solusi
berupa tindakan untuk mengatasi permasalahannya
(Sarwiji Suswandi, (2011). Penelitian ini menggunakan
rancangan dari Arikunto (2010) yaitu berbentuk bagan
dari siklus ke siklus berikutnya, yang mulai dari
perencanaan, tindakan, observasi, refleksi. 21

C. Tempat dan Waktu Penelitian


1. Tempat Penelitian
Tempat pelaksanaan penelitian ini adalah di Lembaga
di bawah naungan Kemenag yaitu di RA Raudhatul
Jannah yang beralamat di Dukuh Tembelangan Desa
Ngapus Kecamatan Japah Kabupaten Blora Jawa
Tengah.
2. Waktu Penelitian
Waktu yang digunakan peneliti untuk penelitian ini
dilaksanakan sejak tanggal dikeluarkannya ijin
penelitian dalam kurun waktu kurang lebih 1 bulan,2
minggu pengumpulan data dan 2 minggu pengolahan
data yang meliputi penyajian dalam bentuk skripsi dan
proses bimbingan berlangsung.

D. Sumber Data
Penelitian secara mendasar merupakan aktivitas
melakukan pencarian data, serta penggalian data yang
wajib didasarkan oleh sumber. Sejumlah data yang
menjadi rujukan pada penelitian didapatkan oleh
beragam sumber yang terdiri dari primer serta
sekunder.
1. Data Primer
21
Suharsimi Arikunto dkk,Penelitian
Tindakan Kelas, (Jakarta: Bumi Aksara,
2010), h. 58.
Data primer merupakan data yang perolehannya
secara langsung melalui subjek penelitian serta
pemanfaatan alat ukur ataupun mengambil data secara
langsung dengan subjek yang menjadi sumber
informasi yang dibutuhkan.22Sumber data berjenis
primer memiliki sifat umum ataupun secara langsung
yang terkait pada objek yang dilakukan penelitian.
Sumber ini adalah hasil pendeskripsian ataupun yang
telah dijelaskan secara langsung mengenai informasi
yang diberikan seseorang melalui penggunaan teoritis
pertama kalinya. Di samping hal tersebut konseptual
dari data primer memiliki makna yang dekat dengan
pendekripsian data, dikarenakan penelitian ini secara
tepat apabila memanfaatkan penggunaan pendekatan
berjenis kualitatif. Pada pendekatan kualitatif
bermaksud menjadi penelitian yang mendapatkan
penemuan bukan didapatkan lewat prosedural
perhitungan ataupun mengandung angka-angka.5 Data
primer yang diperoleh secara langsung dari kepala dan
guru RA Raudhatul Jannah Desa Ngapus Japah Blora
terkait dengan Peningkatan motorik halus anak melalui
permainan balok .
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang
perolehannya lewat pihak lainnya ataupun secara
perwakilan, di mana perolehannya melalui subjek
penelitiannya. pada umumnya data ini berbentuk data
yang didokumentasikan ataupun pelaporan yang sudah
disediakan. Sumber data ini memiliki kegunaan untuk
menjadi penunjang data primer serta memberikan
bantuan terhadap peneliti agar informasi yang sudah

22
Juliet Corbin Anselm Staurus, Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif
Tata Langkah Dan Teknik-Teknik Teoritisasi Data,
(Yogyakarta;Pustaka Pelajar,2003.
didapatkan menjadi lebih kuat. 23Data sekunder pada
penelitian ini bersumber dengan perolehan pada data-
data dan informasi serta dokumen RA Raudhatul
Jannah Ngapus Japah Blora.

E. Prosedur Penelitian
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas terdiri dari 2
siklus untuk melihat peningkatan hasil belajar anak
melalui kegiatan permainan balok.Masing-masing
siklusnya terdiri dari empat tahapan kegiatan, yaitu: tahap
perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap pengamatan atau
observasi dan tahap refleksi.
Berikut ini gambar tahapan dalam siklus penelitian
tindakan kelas:

23
Hamidi, Metode Penelitian Kualitatif Aplikasi Praktis Pembuatan
Proposal dan Laporan Penelitian, (Malang: UMM: 2005), 72
Sumber :

Model Siklus Classroom


Action Research Dari Suharsimi Arikunto24
Gambar 0.2

1. Siklus I
Berdasarkan pengamatan awal, hasil yang di dapat yaitu
rendahnya kemampuan motorik halus anak di RA
Raudhatul Jannah Ngapus Japah Blora. Penerapan siklus I
bertujuan untuk mengetahui adanya peningkatan
kemampuan motorik halus anak melalui kegiatan
permainan balok. Langkah-langkah pada siklus I
dilaksanakan berdasarkan 4 tahapan, yaitu.
a. Perencanaan adalah persiapan yang dilakukan untuk
pelaksanaan penelitian tindakan kelas, antara lain sebagai
berikut:
1) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran harian
(RPPH)
2) Menyiapkan media pembelajran yang diperlukan
24
Suharsimi Arikunto, Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik
(Jakarta: PT Rineka CIPTA, 2013),137.
b. Tahap Pelaksanaan
1) Kegiatan Awal
a. Anak-anak baris di halaman
b. Berdo’a dan bernyanyi
c. Guru menanyakan kabar anak-anak
2) Kegiatan Inti
a. Guru menunjukan media pemelajaran kepada anak
b. Guru memberi contoh cara menyusun balok menjadi
bentuk rumah dan lainnya.
c. Guru membimbing dan mendampingi anak untuk
menyusun balok
3) Kegiatan Akhir
a. Menghafal surat al ikhlas, menghafal do’a kedua orang
tua, menghafal do’a sebelum tidur
b. Diskusi Kegiatan satu hari
c. Pesan-pesan
d. Do’a, salam pulang

c. Tahap Pengamatan
Pada tahap ini dilaksanakan observasi yaitu
pencatatan dan pengamatan kegiatan pembelajaran yang
dicatat dalam lembar observasi. Hal ini bertujuan untuk
memperoleh dan mengumpulkan informasi dari awal
kegiatan pembelajaran hingga akhir proses pembelajaran.
d. Tahap Refleksi
Berdasarkan observasi terhadap tindakan kelas yang
telah dilakukan, maka pada tahap refleksi dilihat hal-hal
yang perlu dilakukan untuk mengetahui tingkat
keberhasilan dan kegagalan. Setelah hasil observasi
dikumpulkan dan dianalisis, maka dilakukan perencanaan
pada siklus berikutnya jika proses pembelajaran belum
sesuai.25

2. Siklus II
Siklus II dilakukan apabila belum memperoleh hasil
yang diharapkan pada siklus I. Penerapan siklus II bertujuan
untuk memperbaiki kekurangan yang ada pada siklus I dan
pemantapan dari kemampuan motoric halus pada anak di RA
Raudhatul Jannah Ngapus Japah Blora. Adapun langkah-
langkah pada siklus II hamper sama dengan siklus I hanya ada
beberapa perbedaan di dalamnya.
Berikut tahapan pada penerapan siklus II:
a. Perencanaan, ada beberapa kegiatan yang akan dilaksanakan
pada tahap perencanaan penelitian yaitu sebagai berikut:
1) Menyusun kembali perangkat pembelajaran yang di perlukan
2) Menyiapkan media pembelajaran yang di perlukan
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini peneliti melakukan tindakan yang telah
dirumuskan di RPPH (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Harian), yang meliputi kegiatan awal, kegiatan inti dan
kegiatan penutup.
c. Tahap Pengamatan
Peneliti melakukan pengamatan terhadap aktivitas
belajar anak di dalam kelas.
d. Tahap Refleksi
Peneliti melakukan refleksi terhadap pelaksanaan siklus II dan
meganalisis serta membuat kesimpulan atas pelaksanaan
pembelajaran yang telah di rencanakan dengan

25
Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai
Pengembangan Pfofesi Guru (Jakarta: PT Raha Grafindo Persada,
2008), 129-130.
melaksanakan tindakan tertentu. Apakah pembelajaran
yang telah dikemas dengan tindakan tertentu dapat
meningkatkan atau memperbaiki masalah yang diteliti. Jika
ternyata hasil yang diperoleh pada siklus II meningkat
dibandingkandengan hasil sebelumnya maka penelitian
dianggap berhasil dan tidak dilanjutkan pada siklus
selanjutnya.
F. Variabel Penelitian
Dinamakan variabel karena adanya variasi, untuk
dapat bervariasi maka penelitian harus didasarkan dari
kelompok sumber data atau objek yang bervariasi.
Variabel dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel Independen
Variabel independen atau yang sering disebut sebagai
variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau
yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya
variabel dependen atau variabel terikat. Variabel bebas
(X) dalam penelitian ini adalah metode permainan balok
dengan sub variabelnya adalah terampil menggunakan
tangan kanan dan kiri dalam berbagai aktivitas. 26
Sedangkan dalam sub variabel ada beberapa indikator
diantaranya yaitu anak terampil menggunakan jari-jemari
tangan kanan dan kiri dalam aktivitas, menyusun balok dan
menyeimbangkan balok serta membuat atau menyusun
balok menjadi berbagai bentuk.

2. Variabel Dependen

26
Sugiyono, Metode Penelitian....., hal. 81
Variabel dependen atau yang biasa disebut dengan
variabel terikat merupakan variabel yang
dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena
adanya variabel bebas.
Variabel terikat (Y) dalam penelitian ini adalah
kemampuan motorik halus anak, dengan indikator
yang disesuaikan melalui Standar Tingkat
Pencapaian Perkembangan Anak (STPPA)
kurikulum 2013, Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia. Lingkup
perkembangan anak terhadap kemampuan motorik
halus adalah sebagai berikut:
a. Menggambar sesuai gagasannya.
b. Meniru bentuk.
c. Melakukan eksplorasi dengan berbagai media dan.
d. Menggunakan alat tulis dan alat makan dengan benar.
e. Menggunting sesuai dengan pola.
f. Menyusun balok.
g. Mengekspesikan diri melalui gerakan menggambar
secara rinci.27

G. Teknik Pengumpulan data


Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk
mengumpulkan data dalam penelitian ini menggunakan
observasi, dokumentasi dan penugasan dalam
mengembangkan pembelajaran yang diberikan:
1. Observasi (Pengamatan)
Observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan
27
Kementrian pendidikan dan kebudayaan, Peraraturan Menteri
Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Tentang Standar
Nasional Pendidikan Anak Usia Dini, (Jakarta: kementerian
pendidikan dan kebudayaan republic Indonesia, 2014), hal.22
cara pengamatan langsung serta ikut terlibat dalam
pengamatan tersebut. Observasi dilakukan dengan
menggunakan lembar observasi tentang objek yang
diteliti,
pengamat mencatat apa yang terjadi selama proses kegiatan
berlangsung. Peneliti melakukan pengamatan untuk
memahami apa yang terjadi pada anak selama proses
belajar mengajar.28 Observasi dilakukan untuk
mengumpulkan informasi tentang perilaku anak dalam
mengikuti proses pembelajaran. Selain itu, Observasi juga
dapat digunakan untuk mendapatkan informasi atau data
tentang keadaan atau kondisi tertentu. Seperti kondisi
ruangan kelas dan kantor.29

2. Dokumentasi
Teknik dokumentasi untuk mengumpulkan
data yang bersumber dari arsip dan dokumen. Menurut
Arikunto (2010) metode dokumentasi data mengenai hal-
hal atau variabel yang berupa catatan. Dalam penelitian ini
teknik dokumentasi yang dilakukan berupa dokumentasi
foto kegiatan pembelajaran anak dan dokumentasi hasil
karya anak. Teknik dokumentasi dilakukan peneliti agar
membantu peneliti dalam mengumpulkan data seperti
silabus, laporan-laporan diskusi, berbagai macam hasil
ujian, laporan rapat, laporan tugas siswa, RPPH (Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran Harian), dan hasil karya siswa.30
28
Ibid, hal 23.
29
Ibid,86
30
Kunandar, Langkah Mudah,185.
H. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan
jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data,
memilah-milahnya menjadi satuan- satuan yang dapat
dikelola, mensintesisnya dan mencari pola, menemukan
apa yang penting dan dipelajari, dan memutuskan apa yang
dapat diceritakan kepada orang lain.31
Subjek penelitian ini adalah peserta didik RA
Raudhatul Jannah Ngapus Japah Blora. Peneliti untuk
meneliti RA Raudhatul Jannah yang usia 4-5 tahun, di RA
Raudhatul Jannah memiliki satu 2 kelas yaitu kelas a dan
kelas b. Jumlah anak didiknya yang di teliti adalah 25
anak, terdiri dari kelas a 15 anak dan kelas b 10 anak.
Penentuan subjek penelitian tersebut dikarenakan pada
RA Raudhatul Jannah kegiatan mengembangkan motorik
halus anak melalui media permainan balok terjadi suatu
masalah yaitu kemampuan motorik halus yang masih
kurang sehingga perlu dicari pemecahan masalah.
Dalam penelitian tindakan ini penulis menggunakan
analisis deskritif kualitatif yaitu suatu metode penelitian
yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai
dengan data yang diperoleh, dan tujuan untuk mengetahui
peningkatan motorik halus anak serta mengetahui
peningkatan keterampilan pendidik dalam mengolah
kelas.
Diperkuat dengan hasil wawancara pada saat pra
survey yang dilakukan peneliti dengan guru yang ada di
31
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif,
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008),
h. 248.
RA Raudhatul Jannah Ngapus Japah Blora dan RPPH
(Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian) yang
menjadi dokumen analisis saat melakukan penelitian,
Dan semua data tersebut dianalisis karena penelitian ini
menggunakan penelitian kualitatif, jadi terdapat tiga
langkah yaitu, reduksi data, penyajian data, verifikasi
atau penarikan kesimpulan:
1. Reduksi Data
Reduksi data merupakan proses menyeleksi,
menentukan fokus, menyederhanakan, meringkas, dan
mengubah bentuk data mentah yang ada dalam catatan
lapangan. Dalam proses ini dilakukan penajaman,
pemfokusan, penyisihan data yang kurang bermakna
dan menatanya sedemikian rupa sehingga kesimpulan
akhir dapat ditarik dan diverivikasi.
2. Display Data
Setelah data direduksi maka langkah selnjutnya adalah
menyajikan data (Display Data). Dengan mendisplaykan
data, maka akan memudahkan untuk memahami apa
yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan
apa yang telah difahami tersebut. Dalam melakukan
display data, selain dengan teks yang naratif, juga dapat
berupa grafik.

3. Menarik Kesimpulan/Verivikasi
Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat
sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-
bukti yang kuat yang mendukung pada tahap
pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan
yang dikemukakan pada tahap awal didukung oleh
bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti
kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka
kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan
yang kredibel.

BAB IV

DESKRIPSI DAN HASIL PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian dan Subjek Penelitian


1. Lokasi Penelitian
Lokasi yang digunakan dalam melaksanakan
penelitian ini adalah kelompok B RA Raudhatul Jannah,
yang beralamat di Dk. Tembelangan, Kelurahan Ngapus,
Kecamatan Japah, Kabupaten Blora, Provinsi Jawa
Tengah. Secara garis besar profil singkat mengenai RA
Raudhatul Jannah antara lain sebagai berikut:
a. Sejarah Singkat RA Raudhatul Jannah
RA Raudhatul Jannah didirikan pada tahun
1999 atas usulan dari masyarakat sekitar karena di
lokasi tersebut belum terdapat arena bermain bagi anak-
anak terutama usia dini. RA Raudhatul Jannah di
dirikan oleh Yayasan Muslimat NU dan yang menjadi
kepala sekolah pertama adalah Bapak Pujiono dan
Kelapa Sekolah saat ini yaitu Ibu Titik Muryani.
Suasana RA Raudhatul Jannah cukup nyaman, asri,
kondusif, tenang.
b. Proses Pembejaran
Proses pembelajaran di Artha Kencana lebih
banyak menggunakan metode pembelajaran klasikal,
dan cenderung menekankan pada bidang
pengembangan persiapan ke jenjang pendidikan sekolah
dasar seperti aktivitas membaca menulis dan berhitung.
c. Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Pendidik dan tenaga kependidikan di RA
Raudhatul Jannah antara lain sebagai berikut:

No. Nama Pendidikan Jabatan


1. Titik Muryani,S.Pd S1 Kepala
Sekolah
2. Purwati,S.pd S1 Pendidik
3. Sumarno SLTA Tenaga
Kependidikan
Tabel 0.1 Daftar pendidik dan tenaga pendidikan

2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah anak didik di RA
Raudhatul Jannah kelas B yang berjumlah 10 orang
yang terdiri dari anak perempuan sebanyak 9 orang,
sedangkan jumlah anak laki-laki sebanyak 4 orang.
Adapun daftar peserta didik yang menjadi subjek
dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut:
No. Nama Jenis Kelamin
1. Aril Laki-laki
2. Arya Laki-laki
3. Andi Laki-laki
4. Andik Laki-laki
5. Dafa Laki-laki
6. Erwan Laki-laki
7. Kenzo Laki-laki
8. Kholifah Perempuan
9. Tama Laki-laki
10. Shela Perempuan
Tabel 0.2 Daftar anak kelas b RA Raudhatul jannah

B. Deskripsi Data
1. Deskripsi Prasiklus
Deskripsi prasiklus merupakan tahap
orientaso yaitu sebelum peneliti melaksanakan
penelitian tindakan kelas. Keguatan pra siklus ini di
lakukan dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan
motorik halus anak di RA Raudhatul Jannah Ngapus
Japah Blora. Peneliti melakukan pengamatan terhadap
tingkat keterampilan motorik halus anak sebagai
langkah awal sebelum diadakan penelitian tindakan
kelas. Hasil yang diperoleh pada kemampuan awal
sebelum tindakan pada akhirnya akan dibandingkan
dengan hasil setelah tindakan melalui kegiatan
permainan balok pada anak.Perbandingan bertujuan
untuk menunjukan adanya peningkatan sebelum dan
sesudah dilakukan tindakan.
Observasi prasiklus dilakukan pada hari rabu
tanggal 12 Desember 2022, pada saat itu tema
pembelajarannya adalah lingkungan dengan sub tema
rumahku. Pada tahap ini peneliti dan guru kolaborator
melakukan bimbingan dan stimulasi untuk
mengoptimalkan keterampilan motorik halus anak di
RA Raudhatul Jannah Ngapus Japah Blora. Hasil
kemampuan prasiklus pada tanggal 12 Desember 2022
dengan menggunakan lembar observasi ceklis yaitu
sebagai berikut :

Tabel 0.3 Kemampuan motorik halus anak prasiklus

Keterangan aspek yang diamati


A : Menirukan permainan dari guru
B : Kerapihan menirukan
C : Menyusun bentuk rumah dari balok

Hasil Penilaian
BB : 5 anak
MB : 4 anak
BSH : 1 anak
Nama Aspek yang
No diamati Bintang Kriteria
anak
A B C

1 Aril √ √ 2 MB
2 Arya √ √ 2 MB
3 Andi √ 1 BB
4 Andik √ 1 BB
5 Dafa √ 1 BB
6 Erwan √ √ √ 3 BSH

7 Kenzo √ 1 BB
8 Kholifah √ 1 BB
9 Tama √ √ 2 MB
10 Shela √ √ 2 MB
Berdasarkan 3 aspek yang peneliti amati pada prasiklus
dapat disimpulkan bahwa dalam melakukan kegiatan permainan
balok yang paling mudah dilakukan oleh anak yaitu pada aspek
a yaitu menirukan permainan yang diberikan guru. Semua anak
mampu melakukan aspek menirukan permainan sesuai contoh
yang diberikan guru, sedangkan pada aspek b yaitu kerapihan
hanya ada 2 anak yang mampu melakukannya. Pada aspek c
yaitu membuat rumah dari balok ada 5 anak yang mampu
melakukannya.
Berdasarkan data yang sudah diperoleh pada prasiklus
dapat diketahui bahwa keterampilan motorik halus anak belum
berkembang secara maksimal. Hal ini yang menjadi landasan
peneliti untuk meningkatkan keterampilan motorik halus anak di
RA Raudhatul Jannah Ngapus Japah Blora.
2. Deskripsi Penelitian siklus 1
a) Perencanaan
Perencanaan tindakan Siklus I dengan perencanaan
pelaksanaan pembelajaran yang disusun secara bersama
dengan guru kelas yang lainnya, kemudian dikonsultasikan
untuk mendapat persetujuan dari kepala sekolah. Adapun
tahap perencanaan pada siklus I meliputi kegiatan sebagai
berikut :
1) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran harian
(RPPH) sebagai acuan peneliti dalam melaksanakan
penelitian.
2) Mempersiapkan instrumentpenelitian,instrument yang
digunakan berupa lembar observasi.
3) Menyiapkan media yang dibutuhkan berupa cat
pewarna dan kertas gambar.

b) Pelaksanaan
Pelaksanaan siklus I terdiri dari 2 kali pertemuan.
Dimulai dari pukul 07.30-10.00 WIB. Pertemuan pertama
dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 15 Desember 2022,
Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 16
Desember 2022. Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari
kamis tanggal 15 Desember 2022, dimulai dari pukul 07.30-
10.00 WIB. Sebelum dilaksanakan penelitian, peneliti
mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan dalam
penelitian. Media yang digunakan dalam kegitan permainan
balok.

Kegiatan awal pembelajaran dimulai dengan berbaris


dihalaman lalu berdoa, kemudian melakukan apersepsi tentang
tema pembelajaran hari itu. Anak dikondisikan untuk menyimak
penjelasan peneliti. Sebelum masuk pada materi pembelajaran,
anak diajak menyanyi dan menghafal surat-surat pendek.
kegiatan selanjutnya yaitu kegiatan inti, peneliti menjelaskan
tentang tema pembelajaran tersebut yaitu kebutuhanku dengan
sub tema rumahku. Lalu, peneliti menjelaskan tentang
bagaimana rumah dibentuk. Selanjutnya peneliti menjelaskan
cara membuat atau menyusun rumah dengan balok. Selama
proses kegiatan pembelajaran berlangsung, peneliti
membimbing dan memotivasi anak-anak yang mengalami
kesulitan dalam mengikuti langkah-langkah menyusun balok.
Setelah selesai anak diajak untuk mencuci tangannya sampai
bersih. Pada kegiatan akhir, peneliti melakukan evaluasi, Tanya
jawab tentang kegiatan pada hari itu, lalu bersiap-siap berdoa
untuk pulang dan salam.

Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Jumat


tanggal 16 Desember 2022. Sebelum dilaksanakan penelitian,
peneliti mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan dalam
penelitian. Media yang digunakan dalam kegiatan adalah
balok.Kegiatan awal pembelajaran dimulai dengan berbaris
dihalaman, berdoa, lalu menyanyi lagu kesukaan anak.
kemudian peneliti membimbing anak-anak untuk menghafal
surat pendek satu persatu, menghafal nama-nama malaikat dan
menghafal huruf hijaiyah. Lalu, mempersilahkan anak untuk
bercerita bersama dengan teman-temannya. Dan dilanjutkan
dengan menerangkan materi pembelajaran. Anak dikondisikan
untuk menyimak penjelasan peneliti.

Kegiatan selanjutnya yaitu kegiatan inti, peneliti


menjelaskan tentang tema pembelajaran tersebut, dan
menjelaskan cara menyusun balok menjadi menara. Selama
proses kegiatan pembelajaran berlangsung, peneliti
membimbing dan memotivasi anak-anak yang mengalami
kesulitan dalam mengikuti langkah- langkah melukis pola buah
jeruk tersebut. Setelah selesai anak diajak untuk mencuci
tangannya sampai bersih. Lalu, anak-anak bermain balok di
dalam kelas. Pada kegiatan akhir, peneliti melakukan evaluasi,
Tanya jawab tentang macam-macam pohon, lalu bersiap-siap
berdoa untuk pulang dan salam.

c) Tahap Pengamatan

Hasil pengamatan pertemuan pertama dengan


menggunakan lembar observasi yang menyebutkan bahwa
keterampilan motorik halus anak di RA Raudhatul Jannah
Ngapus Japah Blora yaitu anak yang belum berkembang ada 5
dari 10 anak, mulai berkembang ada 4 dari 10 anak,
berkembang sesuai harapan ada 1 dari 10 anak, dan yang
berkembang sangat baik ada 1 dari 17 anak.

Hasil pengamatan pertemuan kedua dengan


menggunakan lembar observasi yang menyebutkan bahwa
keterampilan motorik halus anak di RA Raudhatul Jannah yaitu
anak yang belum berkembang ada 4 dari 10 anak, mulai
berkembang ada 2 dari 10 anak, berkembang sesuai harapan
ada 4 dari 10 anak,Hasil pengamatan keterampilan motorik
halus pada siklus I dari pertemuan pertama, kedua,disetiap
pertemuannya mengalami peningkatan, penelitian ini dikatakan
berhasil apabila 10 anak mampu mencapai krireria
perkembangan BSH (Berkembang Sesuai Harapan). Berikut
ini lembar observasi peningkatan keterampilan motorik halus
anak pada siklus I :
Tabel 0.4 Kemampuan mootik halus anak siklus 1

Keterangan aspek yang di amati:


A : Menirukan permainan dari guru
B : Kerapihan menirukan
C : Menyusun bentuk rumah dari balok

Hasil Penelitian
BB: 4 anak,
MB: 2 anak,
BSH: 4 anak
Nama Aspek yang
No diamati Bintang Kriteria
anak
d) Refleksi
Berdasarkan hasil penelitian siklus I Peneliti menyimpulkan
bahwa perkembangan motorik halus anak melalui kegiatan
permainan balok masih kurang berkembang. Hal ini dikarenakan
jari-jari anak belum lentur. Untuk itu peneliti melakukan refleksi
terhadap kegiatan pada siklus I yang hasilnya diperoleh sebagai
berikut :
a) Beberapa anak mengalami kesulitan saat menyusun balok.
b) Masih banyak yang belum bias menyusun balok
e) Peneliti harus memperhatikan dan memotivasi anak serta
memberikan komunikasi yang baik bagi anak yang
membutuhkannya.
Karena hasil dari siklus I kurang memuaskan dan belum
mencapai kriteria perkembangan yang peneliti harapkan, maka
peneliti melanjutkan pada siklus II dengan tujuan agar anak
dapat meningkatkan motorik halus anak secara maksimal
melalui kegiatan permainan balok.

3. Deskripsi Penelitian Siklus II


a) Perencanaan
Peneliti memperbaiki rencana pembelajaran yang akan
dilakukan, pada siklus II diharapkan lebih baik lagi dalam
meningkatkan kemampuan motorik halus anak di RA Raudhatul
Jannah Ngapus Japah Blora. Perlu adanya rencana langkah-
langkah perbaikan yang akan dilakukan pada siklus II, langkah-
langkah perbaikan tersebut diantaranya yaitu sebagai berikut :
1. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran harian (RPPH)
sebagai acuan peneliti dalam melaksanakan penelitian.
2. Mempersiapkan instrument penelitian instrument
yang digunakan berupa lembar observasi.
3. Menyiapkan media yang dibutuhkan berupa cat pewarna
dan kertas gambar.
4. Menggunakan meja belajar agar anak tidak kesulitan dalam
melakukan kegiatan permainan balok.

2) Pelaksanaan
Pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari Senin 19
Desember 2022 dimulai dari pukul 07.30-10.00. Sebelum
dilaksanakan penelitian, peneliti mempersiapkan segala sesuatu
yang dibutuhkan dalam penelitian. Media yang digunakan dalam
kegitan permainan balok yaitu balok warna warni.
Kegiatan awal pembelajaran dimulai dengan berbaris
dihalaman, berdoa, lalu menyanyi lagu kesukaan anak.
Kemudian peneliti membimbing anak-anak untuk menghafal
pancasila satu persatu, menghafal rukun islam, rukun iman, dan
menghafal huruf abjad. Lalu, mempersilahkan anak untuk
bercerita bersama dengan teman-temannya. Dan dilanjutkan
dengan menerangkan materi pembelajaran. Anak dikondisikan
untuk menyimak penjelasan dari peneliti.
Kegiatan selanjutnya yaitu kegiatan inti, peneliti
menjelaskan tentang tema pembelajaran tersebut, dan
menjelaskan cara menyusun balok menjadi bermacam-macam
bentuk seperti menara,rumah dll. Selama proses kegiatan
pembelajaran berlangsung, peneliti membimbing dan
memotivasi anak dalam mengikuti langkah-langkah menyusun
balok tersebut. Setelah selesai anak diajak untuk menceritakan
apa bentuk yang sudah mereka buat. Lalu, anak-anak bermain
dihalaman kelas. Pada kegiatan akhir, peneliti melakukan
evaluasi, Tanya jawab tentang macam-macam pohon, lalu
bersiap-siap berdoa untuk pulang dan salam.
3) Tahap Pengamatan
Hasil pengamatan pertemuan pertama dengan
menggunakan lembar observasi yang menyebutkan bahwa
keterampilan motorik halus anak di RA Raudhatul Jannah
Ngapus Japah Blora yaitu anak yang belum berkembang ada 5
dari 10 anak, mulai berkembang ada 4 dari 10 anak,
berkembang sesuai harapan ada 1 dari 10 anak. Hasil
pengamatan pertemuan kedua dengan menggunakan lembar
observasi yang menyebutkan bahwa keterampilan motorik
halus anak di RA Raudhatul Jannah yaitu anak yang belum
berkembang ada 4 dari 10 anak, mulai berkembang ada 2 dari 10
anak,berkembang sesuai harapan ada 4 dari 10 anak.
Hasil pengamatan pertemuan ketiga dengan
menggunakan lembar observasi yang menyebutkan bahwa
keterampilan motorik halus anak di RA Raudhatul Jannah
Ngapus Japah Blora yaitu 10 anak sudah mampu mencapai
kriteria BSH (Berkembang Sesuai Harapan). Hal tersebut
menunjukan bahwa keterampilan motorik halus anak di RA
Raudhatul Jannah Ngapus Japah sudah berkembang secara
optimal, berikut ini lembar observasi peningkatan keterampilan
motorik halus anak pada siklus II :
Nama Aspek yang
No diamati Bintang Kriteria
anak
A B C
1 Aril √ √ √ 3 BSH

2 Arya √ √ √ 3 BSH

3 Andi √ √ 2 BSH

4 Andik √ √ 2 BSH

5 Dafa √ √ √ 3 BSH

6 Erwan √ √ √ 3 BSH

7 Kenzo √ √ √ 3 BSH

8 Kholifah √ √ √ 3 BSH

9 Tama √ √ 2 BSH

10 Shela √ √ 2 BSH

Tabel 0.5 Kemampuan motorik halus anak siklus II

Keterangan Aspek yang diamati:


A : Menirukan permainan dari guru
B : Kerapihan menirukan
C : Menyusun bentuk rumah dari balok

Hasil Penilaian
BB : -
MB : -
BSH : 10
4) Refleksi
Berdasarkan hasil evaluasi kegiatan permainan balok di
RA Raudhatul Jannah Ngapus Japah Blora mampu
meningkatkan keterampilan motorik halus anak. Perbaikan yang
dilakukan pada siklus II sangat mempengaruhi keterampilan
motorik halus dengan menambah perlakuan yang memberi
kesempatan kepada anak untuk mengulang kembali kegiatan
menyusun berbagai bentuk dari balok agar anak memiliki
keterampilan sendiri tanpa bimbingan guru. Hasil observasi pada
Siklus II menunjukkan peningkatan keterampilan motorik halus
anak di RA Raudhatul Jannah Ngapus Japah Blora telah
mencapai kriteria pekembangan BSH (Berkembang Sesuai
Harapan).
B. Pembahasan
Hasil penelitian pada Siklus I dan II menunjukkan adanya
peningkatan keterampilan motorik halus anak di RA Raudhatul
Jannah Ngapus Japah Blora yang mengalami peningkatan pada
setiap pertemuan. Berikut ini adalah hasil akhir keterampilan
motorik halus anak melalui kegiatan permainan balok pada
prasiklus, siklus I, dan siklus II yang digambarkan melalui
diagram batang dibawah ini :

BB
MB
BSH

Prasiklus Siklus I Siklus II

Gambar 0.3 Perbandingan motorik halus pada Pra Siklus,Siklus


I,
Siklus II
Berdasarkan hasil penelitian dan pengamatan yang dilakukan
hingga selesai menunjukan bahwa adanya peningkatan
kemampuan motorik halus anak dalam kegiatan permainan
balok. Hal ini membuktikan adanya dampak positif dari kegiatan
ini. Selain itu, dari hasil penelitian ini peneliti mengamati
beberapa perubahan yang timbul pada saat kegiatan berlangsung
antara lain :
1. Dalam kegiatan permainan balok dapat menimbulkan
semangat baru bagi anak dalam berkarya seni.
2. Membantu anak dalam mengembagkan motorik halusnya,
seperti mengkoordinasikan gerakan jari tangan dan mata.
Perkembangan ini dilihat dari kegiatan anak dalam
melaksanakan kegiatan menysusn balok menjadi bentuk
rumah.
Dengan demikian berdasarkan penelitian tindakan dan observasi
yang telah dilakukan terbukti bahwa kegiatan permainan
balok dapat meningkatkan keterampilan motorik halus anak di
RA Raudhatul Jannah Ngapus Japah Blora pada tahun ajaran
2022/2023.
BAB V

PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan,
diketahui bahwa kegiatan permainan balok dapat meningkatkan
keterampilan motorik halus di RA Raudhatul Jannah Ngapus
Japah Blora. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil penilaian siklus
II yang menunjukan bahwa keterampilan motorik halus anak
sudah mencapai kriteria perkembangan yang diharapkan yaitu
BSH (Berkembang Sesuai Harapan). Hal tersebut juga dapat
diilihat saat proses kegiatan permainan balok berlangsung, anak
sudah dapat mengkoordinasi mata dan tangannya. Hal ini terlihat
dari anak sudah dapat menggunakan tangan dan jari-jarinya
untuk menyusun balok dengan baik dan rapi serta mata anak
nampak lebih fokus pada saat kegiatan.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, baik berdasarkan
perolehan data maupun yang peneliti peroleh, maka dapat
dikemukakan beberapa saran yang mudah- mudahan bermanfaat
bagi pembaca maupun bagi peneliti sendiri.Sebagai akhir dari
penulisan, Peneliti menyampaikan saran sebagai berikut :
1. Bagi Guru
Guru dapat menggunakan kegiatan permainan balok untuk
mengembangkan kemampuan motorik halus anak, sehingga
dalam proses pembelajaran menarik dan terasa
menyenangkan.
2. Bagi Kepala Sekolah
Diharapkan kepala sekolah dapat menyediakan fasilitas
dalam kegiatan pembelajaran khususnya yang dapat
mengembangkan kemampuan motorik halus anak.
3. Bagi Peneliti Lain
Penelitian ini dapat menjadi referensi atau acuan dalam
mengembangkan penelitian yang sejenis.
DAFTAR PUSTAKA

Apsari, TH. Eri Retno. (2013). Upaya Meningkatkan


Kemampuan Kognitif Anak Melalui Kartu Angka
Dan Gambar Pada Kelompok B Di Kansius
Klaten. Skripsi. FKIP UMS.

Arikunto,S., Prosedur Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta.


Arikunto,S.Suhardjono,Supardi. 2012,Penelitian
Tindakan Kelas, Jakarta:Bumi

Berry, D., & O’Connor,E. (2012). Behavioral risk,


teacher-child relationships, and social skill
development across middle childhood: A child
by-environmenr.

Dacholfany, M. Ihsan, dan Hasanah, Uswatun.


Pendidikan Anak Usia Dini Menurut
Konsep Islam. Jakarta: Amzah, 2018.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat


Jenderal Pendidikan Anak UsiaDini dan
Pendidikan Masyarakat, Pedoman Penilaian
Pembelajaran AnakUsia Dini. Jakarta: Direktorat
Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini, 2015.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan,


Direktorat Jenderal Pendidikan Anak
UsiaDini dan Pendidikan Masyarakat,
Pedoman Penilaian Pembelajaran AnakUsia
Dini. Jakarta: Direktorat Pembinaan
Pendidikan Anak Usia Dini, 2015.
LN, Yusuf Syamsu. Perkembangan Peserta Didik.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013.
LN, Yusuf Syamsu. Perkembangan Peserta
Didik. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2013.

Muklis, Yunnas. Kreasi Seru Jari Tangan. Jakarta:


Erlangga, 2016.
Mulyani, Novi. Pengembangan Seni Anak Usia
Dini. Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2017.

Mulyani, Novi. Pengembangan Seni Anak Usia


Dini. Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2017.

Mursid, pengembangan pembelajaran paud, (Bandung :


PT Remaja Rosdakarya, 2015), hal. 78

Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja.


Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2016.

Rudiyanto, Ahmad. Perkembangan Motorik Halus


dan Kasar Anak Usia Dini.
Sumadyo, Samsu. Penelitian Tindakan Kelas.
Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013.
Sumanto, 2012, Pengembangan Kreativitas Seni
Rupa Anak TK,Jakarta: Diretur Pembinaan
Pendidikan Tenaga Kependidikan dan
Ketenagaan Perguruan Tinggi.
Susanto, Ahmad. Bimbingan dan Konseling di
Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Prenada
Media Group, 2015.
LAMPIRAN
Lembar Observasi
Penelitian perkembangan motorik halus anak di RA Raudhatul
Jannah Ngapus Japah Blora, Pada
Hari/Tanggal :
Siklus :
Berikan tanda centang (√) pada aspek yang sesuai dengan
kriteria keterangan aspek yang diamati :
A. Menirukan permaina dari guru
B. Kerapian menirukan
C. Menyusun bentuk rumah dari balok

Kriteria Pemberian Capaian Perkembangan

Bintang Kriteria Deskripsi


Belum Berkembang : bila
BB anak melakukannya harus
dengan bimbingan dari guru.
Mulai Berkembang : bila
anak melakukannya masih di
MB ingatkan atau di bantu oleh
guru
Berkembang Sesuai Harapan:
bila anak sudah dapat
melakukannya secara mandiri
BSH dan konsisten tanpa harus di
ingatkan atau di bantu oleh
guru.
Nama Aspek yang
No diamati Bintang Kriteria
anak
A B C

1 Aril √ √ 2 MB
2
3
4
5
6

7
8
9
10

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH)


Nama Lembaga : RA Raudhatul Jannah
Alamat : Dk. Tembelangan Ds. Ngapus
Hari/tanggal : Rabu, 12 Desember 2022
Kelompok : Kelas B
Sub Tema : Rumahku

MATERI PEMBELAJARAN
 Ciptaan Tuhan
 Lingkungan
 Sikap Kreatif
 Sikap Estetis
 Sikap Jujur
 Kebutuhanku
 Mengenali Lingkungan

ALAT DAN BAHAN


 Mainan balok
 Gambar bentuk menara

PEMBUKAAN
 Mengajak anak untuk berbaris dihalaman dan bernyanyi
 Mengajak anak untuk berdoa

INTI
 Guru menunjukan media pembelajaran kepada anak
 Guru memberi conoh bentuk rumah dari balok yang
sudah jadi
 Guru membimbing anak-anak yang mengalami
kesulitan dalam menyusun balok

PENUTUP
 Tanya jawab kegiatan sehari-hari
 Bernyanyi/bercerita
 Menginformasikan kegiatan untuk esok hari
 Berdo’a setelah belajar

Mengetahui Kepala Ngapus, 12 Desember 2022


RA Raudhatul Jannah Peneliti

Titik Muryani,S.Pd.I Rohmatul Hamdiyah


Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH)

Nama Lembaga : RA Raudhatul Jannah


Alamat : Dk. Tembelangan Ds. Ngapus
Hari/tanggal : Rabu, 15 Desember 2022
Kelompok : Kelas B
Sub Tema : Rumahku

MATERI PEMBELAJARAN
 Ciptaan Tuhan
 Lingkungan
 Sikap Kreatif
 Sikap Estetis
 Sikap Jujur
 Kebutuhanku
 Mengenali Lingkungan

ALAT DAN BAHAN


 Mainan balok
 Gambar bentuk menara

PEMBUKAAN
 Mengajak anak untuk berbaris dihalaman dan bernyanyi
 Mengajak anak untuk berdoa

INTI
 Guru menunjukan media pembelajaran kepada anak
 Guru memberi conoh bentuk rumah dari balok yang
sudah jadi
 Guru membimbing anak-anak yang mengalami
kesulitan dalam menyusun balok
PENUTUP

 Tanya jawab kegiatan sehari-hari


 Bernyanyi/bercerita
 Menginformasikan kegiatan untuk esok hari
 Berdo’a setelah belajar

Mengetahui Kepala Ngapus, 15 Desember 2022


RA Raudhatul Jannah Peneliti

Titik Muryani,S.Pd.I Rohmatul Hamdiyah


Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH)

Nama Lembaga : RA Raudhatul Jannah


Alamat : Dk. Tembelangan Ds. Ngapus
Hari/tanggal : Rabu, 16 Desember 2022
Kelompok : Kelas B
Sub Tema : Rumahku

MATERI PEMBELAJARAN
 Ciptaan Tuhan
 Lingkungan
 Sikap Kreatif
 Sikap Estetis
 Sikap Jujur
 Kebutuhanku
 Mengenali Lingkungan

ALAT DAN BAHAN


 Mainan balok
 Gambar bentuk menara

PEMBUKAAN
 Mengajak anak untuk berbaris dihalaman dan bernyanyi
 Mengajak anak untuk berdoa

INTI
 Guru menunjukan media pembelajaran kepada anak
 Guru memberi conoh bentuk rumah dari balok yang
sudah jadi
 Guru membimbing anak-anak yang mengalami
kesulitan dalam menyusun balok
PENUTUP

 Tanya jawab kegiatan sehari-hari


 Bernyanyi/bercerita
 Menginformasikan kegiatan untuk esok hari
 Berdo’a setelah belajar

Mengetahui Kepala Ngapus, 16 Desember 2022


RA Raudhatul Jannah Peneliti

Titik Muryani,S.Pd.I Rohmatul Hamdiyah


Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH)

Nama Lembaga : RA Raudhatul Jannah


Alamat : Dk. Tembelangan Ds. Ngapus
Hari/tanggal : Rabu, 19 Desember 2022
Kelompok : Kelas B
Sub Tema : Rumahku

MATERI PEMBELAJARAN
 Ciptaan Tuhan
 Lingkungan
 Sikap Kreatif
 Sikap Estetis
 Sikap Jujur
 Kebutuhanku
 Mengenali Lingkungan

ALAT DAN BAHAN


 Mainan balok
 Gambar bentuk menara

PEMBUKAAN
 Mengajak anak untuk berbaris dihalaman dan
bernyanyi
 Mengajak anak untuk berdoa

INTI
 Guru menunjukan media pembelajaran kepada anak
 Guru memberi conoh bentuk rumah dari balok yang
sudah jadi
 Guru membimbing anak-anak yang mengalami
kesulitan dalam menyusun balok

PENUTUP

 Tanya jawab kegiatan sehari-hari


 Bernyanyi/bercerita
 Menginformasikan kegiatan untuk esok hari
 Berdo’a setelah belajar

Mengetahui Kepala Ngapus, 19 Desember


2022
RA Raudhatul Jannah Peneliti

Titik Muryani,S.Pd.I Rohmatul Hamdiyah

Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai