Disusun Oleh:
Nama : DINA NUR FAIZATUL ILMIYAH
NUPTK : 4946764665300052
Jabatan : Guru RA
Menyetujui,
Mengesahkan,
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah Swt, yang telah melimpahkan Rahmat
dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Penelitian Tindakan Kelas yang
berjudul “Peningkatan Kemampuan Berhitung Melalui Media Lego pada Anak Kelompok A
RA Cenderawasih Kalianyar Kapas Bojonegoro Tahun Pelajaran 2021/ 2022
Terselesaikannya karya tulis ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak,
karena itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. ST Mahfudloh,S.Ag, Selaku KepalaRA Cenderawasih Kalianyar Kapas Bojonegoro
2. Teman-teman tercinta dan semua pihak yang penulis tidak bisa sebutkan satu persatu
yang telah membantu penulis untuk menyelesaikan karya tulis imiah ini.
Penulis sadar bahwa dalam karya tulis ilmiah ini masih banyak terdapat kekurangan-
kekurangan.Kekurangan tersebut tentunya dapat dijadikan peluang untuk peningkatan
penelitian selanjutnya.
Akhirnya penulis tetap berharap semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi
para pembacanya.
Penulis
3
4
DAFTAR ISI
Judul.......................................................................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN..................................................................................................................ii
KATA PENGANTAR..........................................................................................................................iii
BAB I…………………………………………………………………………………………………………………………………………………1
BAB II...................................................................................................................................................9
BAB III................................................................................................................................................15
METODE PENELITIAN...................................................................................................................15
A. Jenis dan Rancangan Penelitian..............................................................................................15
B. Populasi Dan Sample...............................................................................................................16
C. Teknik Pengumpulan Data.....................................................................................................16
D. Teknis Analisis Data...............................................................................................................17
BAB IV...............................................................................................................................................19
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN....................................................................................19
A. Deskripsi Data Prasiklus..........................................................................................................19
B. Deskripsi dan Interpretasi Hasil Penelitian..............................................................................19
C. Pembahasan HasilPenelitian...................................................................................................23
BAB IV...............................................................................................................................................24
KESIMPULAN DAN SARAN...........................................................................................................24
A. Kesimpulan..............................................................................................................................24
B. Saran........................................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................25
5
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah
Usia dini merupakan periode awal yang paling penting dan mendasar dalam
sepanjang rentang pertumbuhan serta perkembangan kehidupan manusia. Pada masa
ini ditandai oleh berbagai periode penting yang terjadi dalam kehidupan anak
selanjutnya sampai periode akhir perkembangannya. Salah satu periode yang menjadi
ciri masa usia dini adalah the Golden Age atau periode keemasan dimana
perkembangan anak untuk memperoleh proses pendidikan. Periode ini adalah tahun-
tahun berharga bagi seorang anak untuk mengenali berbagai macam fakta di
lingkungannya sebagai stimulus terhadap perkembangan kepribadian, psikomotor,
kognitif maupun sosialnya. Untuk itu perlu adanya pembinaan sejak dini melalui
pendidikan anak usia dini.
Undang- undang RI Nomor 20 tahun 2003 pasal I butir 14 tentang Sistem
Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa “ Pendidikan anak usia dini adalah
suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia
enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk
membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki
kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut ”.
Potensi anak usia dini berkembang paling cepat pada periode keemasan. Potensi-
potensi yang perlu dikembangkan pada anak usia dini antara lain perkembangan
kognitif, perkembangan bahasa dan perkembangan sosial emosional, serta
perkembangan motorik yaitu motorik kasar dan motorik halus anak. Salah satu
perkembangan yang paling berpengaruh pada anak usia dini ialah perkembangan
kognitif
Kemampuan kognitif adalah perkembangan dari pikiran. Pikiran adalah bagian
dari otak, bagian yang digunakan yaitu untuk pemahaman, penalaran, pengetahuan
dan pengertian. Kognitif adalah suatu proses berpikir, yaitu kemampuan individu
untuk menghubungkan, menilai, dan mempertimbangkan suatu kejadian atau
peristiwa. Proses kognitif berhubungan dengan tingkat kecerdasan (inteligensi) yang
menandai seseorang dengan berbagai minat terutama ditujukan kepada ide-ide dan
belajar (Ahmad Susanto 2011:47). Di PAUD pengembangan kognitif dikenal juga
6
dengan istilah daya fikir, yang merupakan potensi atau daya untuk memahami sesuatu
yang bersifat aktivitas atau perilaku.
Hasil pengamatan selama mengajar di RA Cenderawasih Kalianyar disimpulkan
bahwa ada sekitar 50 % anak yang belum berkembang kemampuan kognitifnya dari
100% jumlah anak dalam kemampuan berhitung, sedangkan sebagian anak lagi dapat
mengikuti kegiatan dengan baik. Hal ini ditunjukkan pada prilaku anak yang belum
menunjukkan perkembangan kognitif mereka berkembang dengan baik, misalnya:,
ada 16 dari 32 anak belum bisa berhitung,belum sesuainya tingkat capaian
perkembangan kognitif anak dengan keadaan yang ada dikelas.
Padahal idealnya tingkat capaian perkembangan kognitif anak usia 5-6 tahun
berlandaskan pada acuan standar Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2009 tentang
aspek kognitif Pendidikan Anak Usia Dini seharusnya anak : sudah mengenal
perbedaan berdasarkan ukuran, lebih dari, kurang dari, dan paling/ ter,
mengklasifikasikan benda berdasarkan warna, bentuk, dan ukuran (3 variasi), dapat
mengklasifikasikan benda yang lebih banyak kedalam kelompok yang sama atau
kelompok yang sejenis, atau kelompok berpasangan yang lebih dari 2 variasi, dan
dapat mengurutkan benda berdasarkan ukuran dari paling kecil ke paling besar atau
sebaliknya.
Adapun yang dilakukan guru pada saat anak melakukan hal itu adalah : Guru
langsung memberikan jawaban yang sebenarnya, seharusnya guru memberikan
contoh lebih banyak mengenai menghitung benda dengan leggo, guru hanya
memberikan pujian dan motivasi kepada anak, seharusnya guru memberikan hadiah
sebagai bentuk penghargaan untuk anak.
Berdasarkan hal diatas berkaitan dengan kognitif anak kemampuan kognitif pada
anak usia dini dapat dikembangkan melalui beberapa bentuk permainan. Karena pada
dasarnya bermain merupakan kegiatan yang melekat pada dunia anak. Salah satu
bentuk permainan yang dapat dilakukan adalah dengan cara bermain lego, bermain
lego dapat memberikan kebebasan kepada anak dalam membentuk dan menyusun
sebuah bangunan yang diinginkannya dalam memahami dengan mengenal warna
dasar (merah, kuning, biru), mengenal bentuk geometri (lingkaran, segitiga dan
segiempat atau persegi) dan menyusun lego dari besar-kecil atau kecil-besar. Jenis
lego bermacam- macam, lego juga berwarna-warni dan berbagai ukuran.
Dalam bermain lego, guru memberikan arahan dalam menggunakan lego sebagai
alat bermain, seperti menyusun lego dalam bentuk apa, warna apa saja yang
7
digunakan ataupun bentuk yang seperti apa yang digunakan dalam bermain.
Diharapkan dengan bermain lego, dapat meningkatkan kemampuan kognitif anak.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti melakukan penelitian yang berjudul
“Peningkatan Kemampuan Berhitung Melalui Media Lego Pada Anak Kelompok A RA
Cenderawasih Kalianyar Kapas Bojonegoro Tahun Pelajaran 2021/2022
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan Latar Belakang Masalah yang telah diuraikan di atas maka dapat
diidentifikasi masalah dalam penelitian ini, adalah :
a. Ada 16 dari 32 anak yang bisa membedakan warna dasar merah, kuning, biru,
berbagai macam ukuran dari panjang - pendek dan sebaliknya,
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk dapat“Peningkatan
Kemampuan Berhitung Melalui Media Lego Pada Anak Kelompok A RA Cenderawasih Kalianyar
Kapas Bojonegoro Tahun Pelajaran 2021/2022.”.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
9
A.Kemampuan Berhitung
1. Pengertian berhitung
Bagi anak usia dini, kemampuan tersebut disebut dengan kemampuan
berhitung permulaan, yakni kemampuan yang dimiliki setiap anak untuk
mengembangkan kemampuannya, karakteristik perkembangannya dimulai dari
lingkungan yang terdekat dengan dirinya, sejalan dengan perkembangan
kemampuannya anak dapat meningkat ke tahap pengertian mengenai jumlah, yang
berhubungan dengan penjumlahan dan pengurangan (Susanto, 2011).
Menurut Piaget, tujuan pembelajaran berhitung anak usia dini sebagai
logico-mathematical learning atau belajar berpikir logis dan matematis dengan
cara yang menyenangkan dan tidak rumit. Sehingga bukan agar anak dapat
menghitung sampai seratus atau seribu, tetapi memahami bahasa matematis dan
penggunaannya untuk berpikir (Suyanto, 2005).
Kegiatan berhitung untuk anak usia dini disebut pula kegiatan
menyebutkan urutan bilangan atau membilang buta. Anak menyebutkan urutan
bilangan tanpa menghubungkan dengan benda-benda konkret. Pada usia 4 tahun
mereka dapat menyebutkan urutan bilangan sampai sepuluh. Sedangkan usia 5
sampai 6 tahun dapat menyebutkan bilangan sampai seratus (Sriningsih, 2008).
10
melalui pengamatan terhadap alam sekitar.
b) Pengetahuan dan ketrampilan pada permainan berhitung diberikan secara
bertahap menurut tingkat kesukarannya, misalnya dari kongkret ke abstrak,
mudah ke sukar, dan dari sederhana ke yang lebih kompleks.
c) Permainan berhitung akan berhasil jika anak-anak diberi kesempatan
berpartisipasi dan dirangsang untuk menyelesaikan masalah-masalahnya
sendiri.
d) Permainan berhitung membutuhkan suasana menyenangkan dan
memberikan rasa aman serta kebebasan bagi anak. Untuk itu diperlukan
alat peraga/media yang sesuai dengan tujuan, menarik dan bervariasi,
mudah digunakan dan tidak membahayakan.
e) Bahasa yang digunakan di dalam pengenalan konsep berhitung seyogianya
bahasa yang sederhana dan jika memungkinkan mengambil contoh yang
terdapat di lingkungan sekitar anak.
f) Dalam permainan berhitung anak dapat dikelompokkan sesuai tahap
penguasaan berhitung yaitu tahap konsep, masa transisi dan lambang.
g) Dalam mengevaluasi hasil perkembangan anak harus dimulai dari awal
sampai akhir kegiatan. Pengenalan permainan berhitung harus
bertahap,menurut tingkat kesukarannya, anak terlibat langsung dalam
permainan tersebut,guru menggunakan bahasa yang mudah dimengerti,
suasana yang menyenangkan, dengan contoh-contoh yang ada disekitar
anak dan dievaluasi.
3. Tahap-Tahap Permainan Berhitung
Permainan berhitung di Taman Kanak-Kanak seyogianya dilakukan melalui
tiga tahapan pengusaan berhitung di jalur matematika, seperti berikut:
a) Pengusaan Konsep
Pemahaman atau pengertian tentang sesuatu dengan menggunakan benda dan
peristiwa kongkret, seperti pengenalan warna, bentuk dan menghitung
bilangan .
b) Masa Transisi
Proses berpikir yang merupakan masa peralihan dari pemahaman kongkret
menuju pengenalan lambang yang abstrak, dimana benda kongkret itu masih
ada dan mulai dikenalkan bentuk lambangnya. Hal ini harus dilakukan guru
secara bertahap sesuai dengan laju dan kecepatan kemampuan anak yang
secara individual berbeda. Misalnya, ketika guru menjelaskan konsep satu
dengan menggunakan benda (satu buah pensil), anak-anak dapat menyebutkan
benda lain yang memiliki konsep yang sama, sekaligus mengenalkan bentuk
lambang dari angka satu itu.
c) Lambang
Merupakan visualisasi dari berbagi konsep.Misalnya lambang 7 untuk
menggambarkan konsep bilangan tujuh, merah untuk menggambar konsep
warna, besar untuk menggambarkan konsep ruang, dan persegi empat untuk
11
menggambarkan konsep bentuk (Depdiknas, 2007:6).Kesenangan anak dalam
penguasaan konsep berhitung dapat dimulai dari diri sendiri ataupun akibat
rangsangan dari luar.
4. Pengertian media
Media adalah suatu sarana yang dapat digunakan untuk
menyampaikaninformasi kepada siswa. Media berasal dari bahasa Latin dan
merupakanbentuk jamak dari kata “Medium” yang secara harfiah berarti
“perantara”yaitu perantara sumber pesan (a source) dengan penerima pesan (a
receiver)(Heinich, dkk dalam Hermawan, 2007: 3). Kata media dalam bahasa
Arabadalah wasaai yang berarti perantara atau pengantar pesan dari
pengirimkepada penerima pesan (Arsyad 2002: 4).
Sedangkan kata media dalam “media pembelajaran” secara harfiahberarti
perantara atau pengantar, sedangkan kata pembelajaran diartikansebagai suatu
kondisi yang diciptakan untuk membuat seseorang melakukansesuatu belajar
(Riana, 2007: 5-5).Jadi media pembelajaran diartikan wahanapenyalur pesan atau
informasi belajar untuk mengkondisikan seseorang untukbelajar. Sedangkan
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (2005: 726)media pendidikan
adalah alat dan bahan yang digunakan dalam prosespengajaran atau pembelajaran
Menurut Mc.Luhan (Wibawa, 1991: 7) media ialah semua saluran pesanyang
dapat digunakan sebagai sarana komunikasi dari seseorang ke orang lainyang
tidak ada dihadapanya. Romiszowski (Wibawa, 1991: 8) berpendapat media ialah
pembawa pesan yang berasal dari suatu sumber pesan (yang dapatberupa orang
atau benda) kepada penerima pesan.
Sebagaimana yang telah dikemukakan Bruner (Aisyah, 2007: 1.6)bahwa
dalam proses belajar sebaiknya siswa diberikan kesempatan untukmemanipulasi
benda-benda atau alat peraga yang dapat diotak-atik, sehinggasiswa dapat
memahami konsep matematika dengan baik, misalnya dalamkonsep matematika,
materi pelajaran perlu disajikan dengan memperhatikantahap perkembangan
kognitif agar pengetahuan itu dapat divisualisasikandalam pikiran (struktur
kognitif) siswa tersebut.
Menurut Gagne dan Bringgs (Rahardjo, dkk 2006: 6) yang mengatakanbahwa
media adalah berbagai jenis komponen dan segala alat fisik dalamlingkungan
siswa yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk
Belajar.
12
Sedangkan media pembelajaran menurut Kemp & Dayton (Arsyad,2007: 19)
dapat memenuhi tiga fungsi utama apabila media digunakan untukperorangan,
kelompok, atau kelompok pendengar yang besar jumlahnya, yaitu(a) memotivasi
minat atau tindakan, (b) menyajikan informasi, dan (c)memberi instruksi.Media
pembelajaran dapat dikelompokkan sebagai berikut: (1) mediavisual, (2) media
audio, (3) media display, (4) pengalaman nyata dan simulasi,(5) media cetak, (6)
media terprogram, dan (7) pembelajaran melaluikomputer atau computer alded
instruction (CAI) (Klasek dalam Riana, 2007:5-7).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan media adalahsarana
atau perantara dalam menyampaikan informasi dari seseorang ke orang
lain. Informasi dalam hal ini adalah konsep pelajaran.
2. Pengertian lego
lego adalah seperangkat mainan bangunan susun yang terbuat dari plastik
berbentuk persegi panjang dan bergerigi, sehingga dapat disatukan sehingga dapat
dibangun menjadi berbagai bentuk. misalnya : berbentuk robot, mobil, pesawat, rumah,
gedung, dan lain-lain. Bermain bongkar pasang balok warna (LEGO) memang
mengasyikkan. 22 Permainan ini tidak mengenal batas usia. Mulai dari anak-anak hingga
orang dewasa senang bermain LEGO. permainan ini bisa meningkatkan kreativitas anak
karena bermain LEGO membutuhkan imajinasi dan daya pikir pemainnya. Model tertentu
yang diinginkan pemain seperti gedung, hewan, kapal, maupun bentuk lainnya menjadi
buah karya yang bisa memacu daya pikir otak.
Cara bermain lego tidak lah sulit, sama seperti konsep permainan bongkar pasang
lain nya jika anak masih kesulitan memainkannya, dapat diberikan contoh, setelah itu
mintaklah ia untuk memasangnya sendiri sesuai dengan kreativitas nya.
APE lego ini sudah dikenal banyak orang dengan berbagai banyak model yang
menarik. Cara bermainnya hampir sama dengan bongkar pasang balok hal ini lah yang
membutuhkan dan imajinasi dari pemakai permainan ini. karena tingkat kesulitannya
yang lumayan maka permainan ini secara tidak langsung dapat mengasah kreativitas anak
dan mengacu daya pikir otak anak.
3. Permainan Lego
13
Permainan lego adalah suatu permainan bongkar pasang yang berfokus pada
serangkaian permainan yang dapat dimainkan dari berbagai jenis. Permainan ini
merupakan kegiatan yang menyenagkan dilakukan oleh anak, dari permainan ini anak
mampu menciptakan sesuatu karya yang unik sesuai dengan pemikirannya.
Jadi permainan lego adalah seperangkat mainan susun bangun yang terbuat dari
plastik berbentuk persegi panjang dan bergerigi, sehingga dapat disatukan yang dapat
dibangun menjadi berbagai bentuk. misalnya : berbentuk robot, mobil, pesawat, rumah,
gedung, dan lain-lain. Permainan bongkar pasang balok (LEGO) memang mengasyikkan.
23 Permainan ini tidak mengenal batas usia. Mulai dari anak-anak hingga orang dewasa
senang bermain LEGO. Asyiknya, permainan ini bisa meningkatkan kreativitas karena
bermain LEGO membutuhkan imajinasi dan daya pikir pemainnya.
Cara bermain lego .
Pertama siapkan Lego yang harus dimainkan, kedua kita jelaskan terlebih dahulu tema
yang kita gunakan hari itu, ketiga ambil lego terlebih dahulu kita contoh kan kepada
anak-anak bagaimana cara memainkannya. Terakhir kita biarkan anak-anak memainkan
lego yang telah kita siapkan agar anak mampu mengeluarkan kreativitas atau ide yang
akan mereka buat sesuai tema yang kita jelaskan.
4. Manfaat lego untuk anak
Permainan lego membutuhkan kreativitas, logika dan analisis dari pemainnya.
Tidak hanya itu menyusun lego ternyata banyak pemainnya antara lain dapat menyatukan
ide bersama apabial permainan dilakukan bersama-sama. Selainitu, bermain lego dimulai
dengan suatu proses yang sistematis (bangunan apa yang dikehendaki), strategi
(bagaimana cara membangunnya agar kuat dan kokoh), sampai ART (seni dan
keindahannya). Melalui APE lego memberikan peluang bagi anak untuk aktif bermain,
anakanak akan lebih cepat untuk menprlajari suatu konsep dengan ketrlibatan secara aktif
yang di emolementasikan melalui aktifitas kerja tangan untuk membentuk, membuat garis
lurus menyusung menjadi menara bahkan menberikan kesempatan bagi anak untk
mengerjakan suatu pekerjaan berkelompok, sehingga anak berkomunikasi dan
berinteraksih denga kawan-kawannya.
Montolalu mengatakan bahwa, APE lego ini sangat fungsional untuk anak, seni
membentuk dengan memanfaatkan APE lego memiliki fungsi melatih daya kreativitas
dalam masa perkembangannya disamping itu, melalui 20 aktivitas bermain dengan lego
yang di emplementasikan melalui tindakan membentuk menyusun lego tampa disadari
anak telah digiring untuk berkonsentrasi dalam meperoleh keterampilan (skill) tertentu.
14
Manfaat permainan lego:
mengenal warna,ukuran,bentuk dan hitungan
meningkatkan kreatifitas dan kemampuan memecahkan masalah
melatih koordinasi tangan-mata dan keahlian motorik
meningkatkan kemampuan bersosialisasi dan kerja sama
mengembangkan logika
dan yang juga penting adalah belajar bersabar
Sedangkan menurut CNN indonesia
manfaat lego adalah:
a. Mengembangkan keterampilan
b. Kemempuan matematis
c. Meningkatkan kreativitas dan kemempuan memecahkan masalah
d. Kemempuan bersosialisasi
e. Meningkatkan kemampuan berbahasa.
15
BAB III
METODE PENELITIAN
Bagan 3.1
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan dalam PTK merupakan realisasi dan teori dan teknik
mengajar serta tindakan yang sudah di rencanakan sebelumnya.
3. Observasi
Pada tahap observasi, Peneliti mengamati jalannya proses
pembelajaran dan mengambil data–data yang di perlukan baik kualitatif
maupun kuantitatif.
4. Refleksi
Berdasarkan data data yang telah terkumpul ,maka di lakukan refleksi.
Apakah pelaksanaan tindakan dalam proses pembelajaran sudah mampu
mencapai semua indikator yang sudah dirumuskan dalam tujuan pembelajran
tersebut.guna menyempurnakan tindakan berikutnya.
Agar hasilyang diperoleh dalam penelitian ini benar-benar data yang akurat dan
dapat dipertanggung jawabkan, maka prosedur pengumpulan data dapat
dilakukandengan menggunakan teknik-teknik tertentu peneliti gunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Observasi (Pengamatan)
Observasi dilakukan untuk memperoleh informasi yang terjadi dalam
kenyataan.Observasi dilakukan pada saat proses belajar mengajar dengan
17
menggunakan pedoman observasi kegiatan pembelajaran, catatan lapangan.
Observasi dilakukan untuk memperoleh informasi tentang kelakuan manusia
seperti terjadi dalam kenyataan. Observasi dapatdibedakan menjadi dua
yaitu:
1. Observasi partisipan, merupakan observasi dimana pengamat ikut serta
terlibat dalam kegiatan yang dilakukan oleh subjek yang diteliti atau
yang diamati, seolah-olah merupakan bagian dari mereka.
2. Observasi tak partisipan, merupakan observasi dimana pengamat
berada diluar subjek yang diteliti dan tidak ikut dalam kegiatan-
kegiatan yang mereka lakukan.
a. Dokumentasi
Dokumentasiadalah dokumen yang menyangkut para partisipan penelitian
akan menyediakan kerangka bagi data yang mendasar. Seperti koleksidan analisis
buku teks, kurikulumdan pedoman pelaksanaannya, arsip penerimaan murid baru,
catatanrapat, catatan tentangsiswa, rencana pelajaran dan catatan guru dan hasil
karya siswa.
Siswa individu dianggap tuntas jika daya serap siswa mencapai 65%
( Depdikbud:1994 )
Jumlah siswa
18
terhadap materi yang diajarkan .Siswa secara berkelompok dianggap tuntas belajar
jika ketuntasan kelas mencapai 85% dari jumlah siswa yang mencapai daya serap
65% ( Depdikbud:35)
41 – 40% = Cukup
Terkait dengan data aktifitas guru dan anak peneliti menggunakan skala
pengukuran Rating Scale.Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan
sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat
ukur,sehingga alat ukur tersebut jika digunakan akan menghasilkan data kuantitatif
( Sugiono,2010:113 ).Sedangkan Rating Scale menurut Sugiono (2010:141)
mengungkapkan Rating Scalemerupakan data mentah yang diperoleh berupa angka
kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif.
19
BAB IV
Tabel.4.1
Hasil pengamatan meningkatkan kemampuan berhitung pada anak pada pra siklus
c. TahapObservasi
Dari subyek penelitian yang berjumlah 32 anak .hasil pada siklus I
merupakan hasil kemampuan anak dalam meningkatkan kemampuan berhitung
anak . Hasil pasa siklus I ini dapat dijadikan tolak ukur untuk meningkatkan
kemampuan berhitung pada anak.
Adapununtukhasilobservasi aktifitas untuk meningkatkan kemampuan anak
selama siklus 1 , pengamatan kemampuan berhitung anak pada siklus I dapat di
lihat seperti tabel dibawah ini:
Tabel.4.2
d. RefleksiSiklus I
Refleksi siklus I Peneliti mengulas secara kritis perubahan yang terjadi baik
pada peserta didik maupun apada suasana kelas .Ada hal hal yang positiv dan
negativ atau kendala yang dihadapi pada siklus ini. Adapun hal baik atau positif
antara lain ,(1) ada hal yang baru atau suasana yang baru ketika anak anak diajak
menghitung menggunakan Leggo yang belum pernah di lakukan di sebelumya ,(2)
anak merasa lebih senang dan antusias melihat dan menghitung Lego ,sedangkan
kendala negativnya adalah adalah anak yang mempunyai gaya belajar kinestetik
dia tidak menyukai dengan media gambar yang visual jadi dia cenderung tidak
mendengarkan dan bermain sendiri.
Siklus II
a. Tahap perencanaan tindakan siklus II
Pada tahap perencanaan peneliti menyiapkan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran Harian ( RPPH ),Menyiapkan Media Lego dan menyiapkan
instrumen Penilaian
b. TahapPelaksanaanSiklus II
Pelaksanaan pembelajaran pada siklus II ini di laksanakan oleh peneliti
yang membutuhkan waktu satu hari yaitu pada hari rabu tanggal 12 Agustus
2021,pada pra siklus ini, peneliti meneliti 32 orang anak. Adapun langkah
langkah pelaksanaanya sebagai berikut :
Siklus II ini di Fokuskan pada kemampuan anak dalam menghitung,
adapun proses pembelajarannya adalah sebagai berikut :
Pada hari ini peneliti mengawali kegiatan Pada pukul 07.00 kegiatan anak
anak di mulai dengan Sholat dhuha bersama sama lalu di lanjutkan dengan
Kegiatan Cicle Time dan permainan pagi .selama ± 30 menit di lanjutkan dengan
Kegiatan Reguler : Calistung selama ±30 menit .dan break Time (pada saat break
time peneliti menyiapkan peralatan untuk kegiata pijakan saat main)
Kegiatanselanjutnya adalah masuk pada pijakan sebelum main ±30 menit
Pada kegiatan awal, guru mengawali dengan mengucapkan salam dan menyapa
anak, kemudian anak diajak untuk berdoa sebelum belajar secara bersama-
sama ,menjelaskan tentang tema hari ini dan kegiatan kegiatan yang akan di
lakukan hari ini .
Selanjutnya Kegiatan pada pijakan saat main ± 60
menit( sentraPersiapan).Padakegiataninisebelum anak diberi tugas terlebih dahulu
penelitimengajak anak anak untuk membacakan aturan main sentra, ada 3 pilihan
kegiatan yang dapat di pilih oleh anak pada pijakan saat main hari ini :
Menghitung angka (menggunakan media Lego).
- Guru meminta anak anak bergantian maju ke depan kelas mengambil
kartu angka dan kemudian untuk menghitung menggunakan media
Leggo
- mengelompokkan Benda berdasarkan warna
- mengelompokkan benda berdasarkan angka
- menyusun leggonya keatas sesuai dengan jumlah angka yang didapat
Selanjutnya adalah pijakan setelah main ±30 menit menanyakan bagaimana
perasaan anak anak hari ini , kemudian dilanjutkan dengan Recalling dan di
tutupdengando’a.
c. TahapObservasi
Dari subyek penelitian yang berjumlah 32 anak .hasil pada siklus II
merupakan hasil kemampuan anak dalam meningkatkan kemampuan
berhitunganak . Pada siklus II ini terjadi peningkatan yang baik .Adapun untuk
hasil observasi selama siklus II dapat di lihat pada tabel di bawah ini
Tabel.4.3
Hasil pengamatan meningkatkan kemampuan berhitung pada anak pada Siklus II
d. RefleksiSiklus II
Refleksi siklus II Peneliti mengulas secara kritis perubahan yang terjadi
baik pada peserta didik maupun pada suasana kelas .Suasana kelas menjadi tertib
anak anak merasa senang dan gembira .pada siklus II ini kemampuan berhitung
anak mengalami peningkatan yang segnifikan.
C. Pembahasan HasilPenelitian
Berdasarkan hasil analisa yang dilakukan oleh peneliti pada peserta didik
kelompok A RA Cenderawasih Kalianyar Kapas Bojonegoro tahun pelajaran
2019/2020 menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan berhitung menggunakan
media Leggo oleh karena itu hasil analisis pada penelitian ini dapat diinterpretasikan
bahwa hasil data prasiklus,siklus I dan siklus II dengan peningkatan yang
segnifikan.Peningkatan tersebut dapat dilihat lebih rinci dari rata rata nilai yang di
perolehanak.
Padasiklus I Pembelajaran anak belum maksimal sesuai dengan perencanaan yang
di buat oleh peneliti,.pada siklus ini di peroleh hasil 75%.
PadaSiklus II terjadi peningkatan yang segnifikan, hasil prosentase pada silus II
adalah 90% .
Berikut ini dapat peneliti gambarkan tabel akumulasi dan grafik hubungan
kemampuan dengan prosentase hasil belajarpada saat siklus I dan siklus I dengan
rincian sebagai berikut :
Tabel 4.4
Grafik 4.2
Rekapitulasi hasil penelitian kemampuan berbahasa anak pada prasiklus, siklus I dan siklus II
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dari penelitian tentang Penggunaan Media Leggo untuk
Meningkatkan Kemampuan berhitung Pada Anak Kelompok A di RA Cenderawasih
Kalianyar Kapas Tahun pelajaran 2019/2020, maka dapat diambil kesimpulan Sebagai
berikut :
1. Kemampuan berhitung anak kelompok A RA Cenderawasih Kalianyar Kapas
Bojonegoro sudah berkembang dengan baik dibuktikan dengan anak -anak mampu
menghitung jumlah angka.
2. Keterampilan berhitung pada anak kelompok A RA Cenderawasih Kalianyar Kapas
Bojonegoro pada tahun pelajaran 2019/2020 mengalami peningkatan,hal ini dapat
dilihat pada hasil Kemampuan berhitung anak pada siklus I 75% dan pada siklus II
mendapat hasil 90% ,jadi ada peningkatan sebesar 15% pada kemampuan berhitung
anak.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat dikemukakan saran
yang diharapkan dapat berguna bagi semua pihak,yaitu:
1. Untuk meningkatkan pembelajaran, dalam membuat kegiatan hendaknya guru
menggunakan media pembelajaran yang mampu meningkatkan kemampuan
anak,dan menggunakan media pembelajaran yang menarik bagi anak.
2. Merancang strategi ,aturan dan cara main sebelum menentukan model dan metode
pembelajaran pelajaran yang akan di gunakan ,agar dalam proses pembelajaran
tidak menemui kendala dan dapat berjalan dengan tertib serta suasana belajar
menjadi menyenangkan .
25
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan, 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi ketiga, Jakarta:Balai
Pustaka.
B Uno, Hamzah. 2012. Menjadi Peneliti PTK yang Profesional (Jakarta: Bumi
Aksara).
Badru Zaman, 2009. Media dan Sumber Belajar TK, Jakarta: Universitas
Terbuka.
Ema Pratiwi, 2015. “Pembelajaran Calistung Bagi Anak Usia Dini Antara
Hamzah B Uno Al, 2012.Menjadi Peneliti PTK Yang Profesional, Jakarta: Bumi
Aksara.
Mukhtar Latif, 2013. Orientasi Baru Pendidikan Anak Usia Dini, Jakarta:
Abir Syamsudin Makmun 2003. Teori Belajar Mengajar. Surabaya : Gaung Persada.
Perencanaan
Pelaksanaan
Pengamatan SIKLUS I
Refleksi
Perencanaan
Pelaksanaan
SIKLUS II
Pengamatan
Refleksi
?
Tabel.4.1
pra siklus
Jumlah
NamaA Indikator Prosen
No skor Ket
nak tase
A B C D
Belum
1. Akbar 2 1 1 2 6 37,5%
tuntas
Belum
3. Aura 2 1 1 2 6 37,5%
tuntas
Belum
4. Fatan 2 2 2 2 8 50 %
Tuntas
Belum
5. Delisha 2 3 2 3 10 62,5%
Tuntas
Belum
6. Killa 2 2 1 1 6 37,5%
Tuntas
Belum
7. Firda 2 2 1 1 6 37,5%
Tuntas
Belum
9. Bilkis 2 2 2 1 7 43,75%
Tuntas
Belum
10. Kinara 2 2 1 1 6 37,5%
Tuntas
Belum
11. Lubna 2 2 2 2 8 50 %
Tuntas
12. Asrof 4 3 3 4 14 87,5% Tuntas
13. Arka 4 4 3 4 15 93,75% Tuntas
Belum
15. Abyan 2 2 2 2 8 50 %
Tuntas
Syauqil Belum
20. la 2 2 2 2 8 50 %
Tuntas
Belum
21. Adiba 2 2 2 2 8 50 %
Tuntas
Belum
28. Nafisa 2 2 2 2 8 50 %
Tuntas
Belum
29. Naura 2 2 2 2 8 50 %
Tuntas
30. Ara 4 4 3 4 15 93,75 % Tuntas
Belum
31. Syla 2 2 2 2 8 50 %
Tuntas
Belum
32. Restu 2 2 2 2 8 50 %
Tuntas
KeteranganIndikator:
Siklus I
Jumlah
NamaA Indikator Prosen
No skor Ket
nak tase
A B C D
Belum
33. Akbar 2 1 1 2 6 37,5%
tuntas
Belum
35. Aura 2 1 1 2 6 37,5%
tuntas
Belum
38. Killa 2 2 1 1 6 37,5%
Tuntas
Belum
41. Bilkis 2 2 2 1 7 43,75%
Tuntas
Belum
42. Kinara 2 2 1 1 6 37,5%
Tuntas
Belum
43. Lubna 2 2 2 2 8 50 %
Tuntas
Syauqil
52. la 4 2 4 3 13 81,25% Tuntas
Belum
60. Nafisa 2 2 2 2 8 50 %
Tuntas
Belum
63. Syla 2 2 2 2 8 50 %
Tuntas
KeteranganIndikator:
KeteranganIndikator:
Siklus II
Jumlah
NamaA Indikator Prosen
No skor Ket
nak tase
A B C D
Belum
70. Bilkis 2 2 2 1 7 43,75%
Tuntas
Belum
71. Kinara 2 2 1 1 6 37,5%
Tuntas
Belum
72. Lubna 2 2 2 2 8 50 %
Tuntas
Syauqil
81. la 4 4 3 4 15 93,75 % Tuntas
KeteranganIndikator:
Tabel 4.4
No Masalah yang diukur Siklius I Siklus II
1 Ketuntasan Hasil Belajar 75% 90%
100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%