Anda di halaman 1dari 7

ETIKA DALAM KERJA

Kelompok 1

1. Arum Mawarni (22507003)


2. Putri Asih (22507006)
3. Siti Herlindawati (22507010)
4. Yunita Mega Kurnia (22507007)

PROGAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN

STIKES MITRA RIA HUSADA JAKARTA


A. Latar Belakang
Kasus korupsi ini bermula Ketika mantan Menteri kelautan dan perikanan Edhy
Prabowo mengeluarkan surat keputusan yang ter tuang dalam Peraturan Menteri Kelautan
dan Perikanan Nomor 12 Tahun 2020. Pusaran Ekspor Benih Lobster Regulasi ini
mengatur pengelolaan hasil perikanan seperti lobster (Panulirus spp.), kepiting (Scylla
spp.), dan rajunfan (Portunus spp.) sehingga kegiatan ekspor pun dapat dilegalkan
kembali.
Melalui peraturan Menteri ini Edhy Prabowo memanfaatkan jabatan nya sebagai
Menteri kelautan dan perikanan untuk memperkaya diri sendiri dan kelompoknya.
Dengan cara memonopoli ekspor lobster. Untuk mengekspor benih lobster, para eksportir
harus menggunakan satu perusahaan tertentu yang ditetapkan oleh Kementerian Kelautan
dan Perikanan (KKP) sebagai penyedia layanan kargo (freight forwarder).
Meski pun kebijakan kementerian kelautan dan perikanan tersebut tidak secara
spesifik menyebutkan penyedia kargo tunggal dalam regulasi. Namun, dalam berbagai
pertemuan, oknum kementerian kelautan dan perikanan selalu mengarahkan penggunaan
perusahaan yang ia tunjuk sebagai freight forwarder. Imbasnya, bagi eksportir yang tidak
menggunakan perusahaan tersebut, Surat Keterangan Waktu Pengeluaran (SKWP) tidak
akan ditSurat Keterangan Waktu Pengeluaran tkan oleh Kementerian Kelautan dan
perikanan.
Padahal, Surat Keterangan Waktu Pengeluaran merupakan persyaratan utama bagi
eksportir agar bisa mengekspor benih lobster. Tak ada pilihan lain, agar Surat Keterangan
Waktu Pengeluaran bisa diterbitkan, terpaksa eksportir memakai jasa perusahaan freight
forwarder yang telah diarahkan tersebut.
Selain menyalah gunakan wewenang berkaitan dengan keluarnya Surat Keterangan
Waktu Pengeluaran (SKWP), keuntungan dari perusahaan yang ditunjuk sebagai freight
forwarder ini mengalir kepada Edhy Prabowo dan beberapa orang lain nya yang saat ini
telah ditetapkan sebagai tersangka.
Adapun hal yang memberatkan dalam pengambilan keputusan hakim dalam kasus
ini, perbuatan terdakwa Edhy tidak mendukung program pemerintah dalam
pemberantasan Korupsi Kolusi dan Nepotisme di Indonesia dan terdakwa Edhy selaku
penyelenggara negara, yaitu sebagai menteri kelautan dan perikanan tidak memberikan
teladan yang baik untuk masyarakat Indonesia.
Selain itu adapun hal yang meringankan dalam pengambilan putusan hakim dalam
kasus ini, terdakwa Edhy bersikap sopan dalam menjalani persidangan, beliau belum
pernah dihukum atau dipidana, dan sebagian aset Edhy telah disita. Jaksa juga menuntut
Majelis Hakim menjatuhkan pidana tambahan terhadap berupa pencabutan hak untuk
dipilih dalam jabatan publik selama 4 tahun dimulai Ketika Edhy selesai menjalani pidana
pokok nya.
B. Faktor-faktor penyebab
1. Faktor Internal
a. Sifat tamak/rakus
Faktor ini menjadi salah satu factor yang mendasari kasus korupsi ini, karena
sikap tamak dan rakus mendorong pelaku korupsi dengan segala cara dan upaya
agar dapat menambah harta benda.
b. Moral yang kurang kuat
Kurang nya moral yang kuat juga menjadi penyebab pelaku tergoda dan
melakukan Kerjasama dengan perusahaan freight forwarder tertentu sehingga
dapat melancarkan aksi monopoli pasar ekspor benih lobster. Dari sini lah kedua
belah pihak mendapat keuntungan dari penyalah gunaan wewenang Menteri
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN.
2. Fakto Eksternal
 Aspek sikap masyarakat terhadap korupsi
Masyarakat yang terlibat kurang menyadari bahwa dengan adanya kasus korupsi
benih lobster ini dapat merugikan negara dan masyarakat Indonesia. Diantaranya
resiko hilang nya lobster di Kawasan lautan negara Indonesia akibat kegiatan
ekspor yang besar-besaran dan hilang nya nilai ekonomi lobster untuk masyarakat
local.
C. Dampak
1. Ekonomi
Dampak Ekonomi yang timbul dari terungkapnya kasus korupsi ini adalah
menurunnya pemasukan atau income dari para nelayan local dalam memenuhi
kebutuhan sehari-hari. Budidaya lobster juga menjadi tidak maksimal akibat
maraknya eksport benih lobster yang sangat massive sehingga berpotensi merugikan
negara dimasa depan.
2. Sosial dan Kemiskinan
Akibat dari eksport benih lobster yang naik mengakibatkan sulit nya nelayan lobster
dalam mencari nafkahyang berimbas terjadinya penurunan kualitas hidup nelayan
lobster yang berujung dapat meningkatkan kemiskinan di kelompok nelayan.
3. Politik dan Demokrasi
Dampak dari kasus korupsi benih lobster ini menyebabkan tercabutnya hak untuk
dipilih untuk menduduki jabatan public selama 4 tahun dimulai Ketika Edhy selesai
menjalani pidana pokok nya.
4. Kerusakan Lingkungan
Akibat pada lingkungan adalah terganggunya rantai makanan dari lobster yang
dapat mengancam kepunahan dari salah satu species dari rantai makanan lobster.
D. Kesimpulan
Korupsi berkaitan dengan kekuasaan karena dengan kekuasaan itu penguasa dapat
menyalahgunakan kekuasaannya untuk kepentingan pribadi, keluarga dan kroninya.
Korupsi selalu bermuladan berkembang di sector public dengan bukti-bukti yang nyata
bahwa dengan kekuasaan itulah pejabat public dapat menekan atau memeras para pencari
keadilan atau mereka yang memerlukan jasa pelayanan dari pemerintah. Korupsi di
Indonesia sudah tergolong kejahatan yang merusak, tidak saja keuangan Negara dan
potensi ekonomi Negara, tetapi juga telah meluluhlantakkan pilar-pilar sosial budaya,
moral, politik dan tatanan hokum dan keamanan nasional.
E. Cara Mencegah Terjadinya Korupsi Di Indonesia
Upaya pemberantasan kejahatan korupsi melalui penegakan hukum yang
berkeadilan saat ini tampak masih memerlukan perjuangan berat. Karena kejahatan
korupsi merupakain kejahatan luar biasa (extra ordinary crime) yang berbeda dari
kejahatan pidana biasa, maka upaya yang harus dilakukan memerlukan sistem yang
terpadu dan luar biasa pula. Sebagai kejahatan luar biasa (extra ordinary crime)
pemberantasan korupsi, memerlukan kemaun politik luar biasa sehingga Presiden sebagai
kepala Negara menjadi figur penting dalam menggerakan dan mengordinasikan peran
Polisi, Jaksa, Pengadilan, dan KPK menjadi kekuatan dahsyat, sehingga praktek KKN,
seperti penyogokan, penggelembungan harga, gratifikasi, dan penyalah gunaan
kewenangan lainnya dilakukan oknum aparat PNS atau pejabat negara, baik di tingkat
pusat maupun daerah dapat dipersempit ruang geraknya melalui cara-cara penegakan luar
biasa dan terpadu.
1. Peran Serta Pemerintah Dalam Memberantas Korupsi:
Partisipasi dan dukungan dari masyarakat sangat dibutuhkan dalam mengawali
upaya-upaya pemerintah melalui KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) dan aparat
hukum lain.
KPK yang ditetapkan melalui Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang
Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi untuk mengatasi, menanggulangi, dan
memberan-tas korupsi, merupakan komisi independen yang diharapkan mampu
menjadi “martir” bagi para pelaku tindak KKN. Adapun agenda KPK adalah sebagai
berikut :
a. Membangun kultur yang mendukung pemberantasan korupsi.
b. Mendorong pemerintah melakukan reformasi public sector dengan
mewujudkan good governance.
c. Membangun kepercayaan masyarakat.
d. Mewujudkan keberhasilan penindakan terhadap pelaku korupsi besar.
e. Memacu aparat hukum lain untuk memberantas korupsi.
2. Peran serta mayarakat dalam upaya pemberantasan korupsi di indonesia:
Bentuk – bentuk peran serta mayarakat dalam pemberantasan tindak pidana
korupsi menurut UU No. 31 tahun 1999 antara lain adalah SBB :
a. Hak Mencari, memperoleh, dan memberikan informasi adanya dugaan tindak
pidana korupsi
b. Hak untuk memperoleh layanan dalam mencari, memperoleh, dan memberikan
informasi adanya dugaan telah tindak pidana korupsi kepada penegak hukum
c. Hak menyampaikan saran dan pendapat secara bertanggung jawab kpada penegak
hukum yang menangani perkara tindak pidana korupsi
d. Hak memperoleh jawaban atas pertanyaan tentang laporan yg di berikan kepada
penegak hukum waktu paling lama 30 hari
e. Hak untuk memperoleh perlindungan hukum
f. Penghargaan pemerintah kepada mayarakat
3. Upaya yang dapat ditempuh dalam pemberantasan korupsi:
Ada beberapa upaya yang dapat ditempuh dalam memberantas tindak korupsi
di Indone-sia, antara lain sebagai berikut :
a. Upaya Pencegahan (Preventif)
1) Menanamkan semangat nasional yang positif dengan mengutamakan
pengabdian pada bangsa dan negara melalui pendidikan formal, informal dan
agama.
2) Melakukan penerimaan pegawai berdasarkan prinsip keterampilan teknis.
3) Para pejabat dihimbau untuk mematuhi pola hidup sederhana dan memiliki
tang-gung jawab yang tinggi.
4) Para pegawai selalu diusahakan kesejahteraan yang memadai dan ada jaminan
masa tua.
5) Menciptakan aparatur pemerintahan yang jujur dan disiplin kerja yang tinggi.
6) Sistem keuangan dikelola oleh para pejabat yang memiliki tanggung jawab
etis tinggi dan dibarengi sistem kontrol yang efisien.
7) Melakukan pencatatan ulang terhadap kekayaan pejabat yang mencolok.
8) Berusaha melakukan reorganisasi dan rasionalisasi organisasi pemerintahan
mela-lui penyederhanaan jumlah departemen beserta jawatan di bawahnya.

b. Upaya Penindakan (Kuratif)


1) Upaya penindakan, yaitu dilakukan kepada mereka yang terbukti melanggar
dengan dibe-rikan peringatan, dilakukan pemecatan tidak terhormat dan
dihukum pidana. 
c. Upaya Edukasi Masyarakat/Mahasiswa:
1) Memiliki tanggung jawab guna melakukan partisipasi politik dan kontrol
sosial terkait dengan kepentingan publik.
2) Tidak bersikap apatis dan acuh tak acuh.
3) Melakukan kontrol sosial pada setiap kebijakan mulai dari pemerintahan desa
hingga ke tingkat pusat/nasional.
4) Membuka wawasan seluas-luasnya pemahaman tentang penyelenggaraan
peme-rintahan negara dan aspek-aspek hukumnya.
5) Mampu memposisikan diri sebagai subjek pembangunan dan berperan aktif
dalam setiap pengambilan keputusan untuk kepentingan masyarakat luas
d. Upaya-upaya yang harus dilakukan dalam pemberantasan korupsi di
Indonesia
1) Dengan memperhatikan faktor-faktor yang menjadi penyebab korupsi dan
hambatan-hambatan yang dihadapi dalam pemberantasannya, dapatlah
dikemukakan beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk menangkalnya,
yakni :
2) Menegakkan hukum secara adil dan konsisten sesuai dengan peraturan
perundang-undangan dan norma-norma lainnya yang berlaku.
3) Menciptakan kondisi birokrasi yang ramping struktur dan kaya fungsi.
Penambahan/rekruitmen pegawai sesuai dengan kualifikasi tingkat kebutuhan,
baik dari segi kuantitas maupun kualitas.
4) Optimalisasi fungsi pengawasan atau kontrol, sehingga komponen-komponen
tersebut betul-betul melaksanakan pengawasan secara programatis dan
sistematis.
5) Mendayagunakan segenap suprastruktur politik maupun infrastruktur politik
dan pada saat yang sama membenahi birokrasi sehingga lubang-lubang yang
dapat dimasuki tindakan-tindakan korup dapat ditutup.
6) Adanya penjabaran rumusan perundang-undangan yang jelas, sehingga tidak
menyebabkan kekaburan atau perbedaan persepsi diantara para penegak
hukum dalam menangani kasus korupsi.
7) Semua elemen (aparatur negara, masyarakat, akademisi, wartawan) harus
memiliki idealisme, keberanian untuk mengungkap penyimpangan-
penyimpangan secara objektif, jujur, kritis terhadap tatanan yang ada disertai
dengan keyakinan penuh terhadap prinsip-prinsip keadilan.
8) Melakukan pembinaan mental dan moral manusia melalui khotbah-khotbah,
ceramah atau penyuluhan di bidang keagamaan, etika dan hukum. Karena
bagaimanapun juga baiknya suatu sistem, jika memang individu-individu di
dalamnya tidak dijiwai oleh nilai-nilai kejujuran dan harkat kemanusiaan,
niscaya sistem tersebut akan dapat disalahgunakan, diselewengkan atau
dikorup.

Anda mungkin juga menyukai