Process
REFERENSI :
▪ ADA. 2015. Nutrition Diagnosis. American Dietary Association
▪ DeBruyne, LK, Pinna, K, Whitney, E. 2008. Nutrition and Diet Therapy.
Thomson-Wadswort
▪ Mahan, L. Kathleen dan Sylvia Escott-Stump. 2008. Krause’s Food, Nutrition,
& Diet Therapy. Philadelphia. The Curtis Center
▪ Rolfes, Sharon R., Kathryn Pinna, Ellie Whitney. 2008. Understanding
Normal and Clinical Nutrition. Canada. WCL
▪ Staci, Nix. 2005. Williams’ Basic Nutrition and Diet Therapy. 12th Ed.
Elsevier Mosby
Penilaian
Quiz 10% • Tutorial 40% • Ujian Tengah Semester 25% • Ujian Akhir
Semester 25%
Pretest
1. Seorang ahli gizi melakukan proses suportif, menentukan rencana aksi dan
tujuan bersama dengan pasien untuk menyelesaikan permasalahan gizi pada
pasien. Proses tersebut dalam intervensi gizi termasuk dalam domain....
a. Interprofessional Collaboration
b. Coordination of Nutrition Care
c. Nutrition Education
d. Food and/or Nutrient Delivery
e. Nutrition Counseling
2. Ny. YU (27 th) MRS dengan diagnosis hepatitis akut. 1 HSMRS mengeluh
nyeri ulu hati, mual, lemas, pusing, demam, perut sebah, BAB dan BAK
cokelat, ikterus, dan perubahan pengecapan/penciuman. Os juga merasa sulit
menelan dan mengalami penurunan B8 tidak disengaja dalam 2 minggu
terakhir tetapi tidak diketahui berapa kg. Berdasarkan riwayat makan, os tidak
pernah memasak sendiri, tetapi selalu membeli makanan matang di warung
makan pinggir jalan atau di kaki lima.Hasil recall 24 jam dari diet RS
menunjukkan asupan energi 1093 kkal (2096 kkal), protein 44 g (70 g), lemak
33 g (60 g), karbohidrat 159 g (290 g). Berdasarkan pengukuran antropometri,
BB 47 kg dan TL 45 cm, LLA = 24 cm. Pemeriksaan biokimia menunjukkan
SGOT 356 U/L, SGPT 963 U/L, bilirubin direct 2,37, bilirubin indirect 2,01,
bilirubin total 4,38, monosit 16%, eusinofil 5.8%, dan LUC 9.8%. Pemeriksaan
fisik klinis menunjukkan kesan umum compos mentis dan lemah. TD 110/70
mmHg, respirasi 20x/menit, nadi 76x/menit, suhu 36,5 C. Pemeriksaan
penunjang USG upper and lower abdomen: hepatomegali, IgM anti HAV (+).
Terapi obat yang diberikan yaitu omeprazol, ranitidin, ulsafat, sistenoI, dan
curcuma. Diagnosis gizi domain behaviour yang tepat untuk kasus diatas
adalah...
a. Ketersediaan zat gizi dari pangan terbatas
b. Gangguan pola makan
c.Kepercayaan yang salah terkait makanan dan gizi
d. Akses makanan terbatas
e. Pemilihan makanan yang salah
3. An. R (15 th) seorang anak perempuan masuk RS dengan keluhan nyeri
perut setelah makan sejak 7 HSMRS, mual, batuk pilek, BAK banyak dan
lancar, serta demam fluktuasi sejak 2 minggu SMRS. setelah dilakukan
pemeriksaan An. R didiagnosa demam tiphoid. Data antropometri
menunjukkan BB = 34,5 kg, TB = 145,5 cm. Hasil pemeriksaan biokimia
menunjukkan Hb 10,8 g/dl; limfosit 19,9%, eusinofil 0%, hematocrit 31,9%,
LUC 79%, Tubex TF ㆍ 6 Pasien dalam keadaan compos mentis, tampak
pucat, lemas, TD 100/65 mmHg, nadi 90x/menit, suhu 389 C. Hasil recall 24
jam asupan pasien sebanyak E=1268 kkal, P=45 g, L=35,5, KH=170 g. Pada
kasus tersebut parameter outcome yang dapat dilakukan monitoring dan
evaluasi setiap hari adalah…
a. Berat badan
b. Asupan
c. Pengetahuan
d. Kadar hemoglobin
e. Tinggi badan
4. Ibu S usia 70 tahun TB 150 cm dan BB 50 kg, dirujuk ke klinik gizi oleh
dokter penyakit dalam dengan diagnosis paska stroke. Asupan oral hanya
bisa menghabiskan 50 %, Aktifitas sekarang di kursi roda, dan mengalami
penurunan berat badan 5% dalam 3 bulan terakhir. Ibu S sudah mengalami
dementia tingkat sedang.Alat skrining yang spesifik digunakan untuk pasien
sesuai kasus diatas adalah....
a. NRS
b. MUST
c. NRI
d. SNST
e. MNA-SF
6. An. R (15 th) seorang anak perempuan masuk RS dengan keluhan nyeri
perut setelah makan sejak 7 HSMRS, mual, batuk pilek, BAK banyak dan
lancar, serta demam fluktuasi sejak 2 minggu SMRS. setelah dilakukan
pemeriksaan An. R didiagnosa demam tiphoid. Data antropometri
menunjukkan BB = 34,5 kg, TB = 145,5 cm. Hasil pemeriksaan biokimia
menunjukkan Hb 10,8 g/dl; limfosit 19,9%, eusinofil 0%, hematocrit 31,9%,
LUC 79%, Tubex TF *6 Pasien dalam keadaan compos mentis, tampak pucat,
lemas, TD 100/65 mmHg, nadi 90x/menit, suhu 389 C. Hasil recall 24 jam
asupan pasien sebanyak E=1268 kkal, P=45 g, L=35,5, KH=170 g.Jenis diet
yang tepat untuk intervensi kasus An. R adalah...
a. Diet TETP
b. Diet rendah sisa
c. Diet DM
d. Diet RGTP
e. Diet lambung
7. Ny. R (43 th) seorang IRT masuk RS dengan keluhan nyeri ulu hati dan
rasa panas di lambung, nafsu makan turun 1 minggu terakhir, cepat merasa
kenyang saat makan, perut kembung dan sebah, sering cegukan, mual dan
muntah. Pasien memiliki riwayat gastritis kronis sejak 1 tahun terakhir dan
sering mengeluh nyeri pada ulu hati dan kambuh-kambuhan. Pemeriksaan
endoskopi memperlihatkan adanya ulcus lambung. Hasil recall asupan sehari
sebelum pasien masuk RS adalah E = 65%, P = 38%, L = 43%, KH = 59%.
Data antropometri menunjukkan BB = 47 kg, TB = 162 cm. Hasil pemeriksaan
biokimia menunjukkan Alb 3,0 g/dl; Hb 10,5 g/dl; asam urat 5,3 mg/dl; Na
135,5 mmol/L; dan K 3,5 g/dl. Pasien tampak pucat, lemas, kurus, mata
cekung, kulit keriput di bawah mata, lengan, dan daerah tulang
belikat.Penulisan diagnosis gizi yang tepat adalah …
8. An. E adalah anak balita dengan gizi buruk yang sudah diperbolehkan
pulang dari rumah sakit. Ahli gizi rumah sakit membuatkan catatan gizi untuk
diberikan kepada ahli gizi di Puskesmas oleh pasien/keluarganya saat controI
ke Puskesman. Proses tersebut dalam intervensi gizi termasuk dalam
domain....
a. Nutrition Education
b. Nutrition Counseling
c. Coordination of Nutrition Care
d. Interprofessional Collaboration
e. Food and /or Nutrient Delivery
10. Seorang ahli gizi mempunyai pasien dengan kesulitan mengunyah. Saat
ini diet yang diberikan dalam bentuk nasi. Ahli gizi merencanakan intervensi
gizi berupa diet dengan tekstur lunak. Intervensi gizi tersebut termasuk dalam
domain ND (_meal and snacks_) dengan kode ...
O a. ND-1.1 General/healthful diet
O b. ND-1.5 Other
c. ND-1.3 Schedule of food/fluids
d. ND-1.2 Composition of meals/snacks
e. ND-1.4 Specific foods/beverages or groups
Selasa, 16 Agustus 2022
Dr. Zuriati Ibrahim
Domains ND
Documentation of NCP
1. Dietitians should document all NCP steps in a standardisedformat used in their
institution
2. Documentation should be complete, clear, concise, objective, legible, and accurate
3. Entries should include the date, time, and service.
4. Complete sentence are not necessary, but grammar and spelling should be correct
5. Abbreviations that are unclear or which have multiple meanings should be avoided.
6. Personal opinions, comments critical on other team members should be avoided.
7. No one should ever sign the medical record for someone else
8. Documentation should be done at the time the service is formed and not in advance.
Documentation Style
Recomended style
- ADIME (Assessment-Diagnosis-Intervention-Monitoring-Evaluation)
Previously used
- SOAP (Sucjective-Objective-Assessment-Plan)
Other Style
- DAP (Diagnosis-Assessment-Plan)
- PIE (Problem-Intervention-Evaluation)
- PES (Problem-Etiology-Signs symtoms)
- IER (Intervention-Evaluation-Revision)
- SAP (Screen-Assess-Plan)
- Narrative
Follow up notes
Reassessment
- Begin with the PES statement
- Follow with new assessment data
- Determine if problem is resolve / improving
- Adjust nutrition prescription, as needed
- Adjust intervention, as needed
- Is there a new nutrition related problem?
DIETETICS CARE NOTES : FOLLOW UP
Skrining Gizi
30 Agustus 2022
• Defisiensi energi
• Defisiensi protein
• Penurunan masa bebas lemak
Digambarkan dengan kehilangan berat badan, indeks massa tubuh, dan kurangnya asupan
makanan.
Status gizi kurang pasien masuk RS Sardjito (Susetyowati dkk, 2009, 2011, 2012)
Penyebab Malnutrisi RS
Malnutrisi seperti suatu lingkaran. Malnutrisi ketika pasien masuk rumah sakit sekitar 28-34%
memungkinkan mengalami perawatan yang lebih panjang dan masuk kembali ke rumah sakit. 70%
pasien yang pulang dari rumah sakit mengalami kehilangan berat badan. Kondisi malnutrisi setelah
pulang lebih sering masuk rumah sakit atau kontrol ke GP. Lingkaran harus diputus dengan
mendeteksi kondisi malnutrisi secara dini.
Salah satu permasalahan adalah banyak pasien yang masuk rumah sakit beresiko malnutrisi dan
mempunyai organ yang kurang baik sehingga memperpanjang lama perawatan. Kemudian setelah
keluar dari rumah sakit, dapat menyebabkan penurunan berat badan dan beresiko kembali ke
rumah sakit.
• Alternative 1:
BMI < 18.5 kg/m2 (menunjukkan malnutrisi)
• Alternative 2:
1. Berat badan turun (tanpa disengaja) > 10% dari waktu yang tidak terbatas, atau > 5%
selama 3 bulan terakhir dikombinasikan dengan keduanya.
2. BMI < 20 kg/m2 jika < 70 tahun, atau < 22 kg/m2 jika ≥ 70 tahun.
3. FFMI (Fat Free Mass Index) < 15 dan 17 kg/m 2 pada wanita dan pria secara berurutan.
Outcome Malnutrisi
Meta Analisis 27 penelitian RCT (1710 pasien) dan 30 penelitian RCT (3250 pasien) → terdapat
• Komplikasi
• Infeksi
• Mortalitas
• Biaya perawatan tinggi
• Lama rawat panjang
Harus diketahui bahwa, manajemen nutrisi standar termasuk skrining risiko sistematis dan
penilaian juga dapat berkontribusi untuk mengurangi biaya perawatan kesehatan. Implementasi
yang memadai dan tepat waktu dari dukungan nutrisi telah dikaitkan d engan hasil yang
menguntungkan seperti penurunan lama perawatan di rumah sakit, penurunan angka kematian, dan
penurunan tingkat komplikasi yang parah, serta peningkatan kualitas hidup dan status fungsional.
Nutrition Care Algorithm
Pasien masuk rumah sakit harus dilakukan skrining gizi, kemudian akan terlihat berisiko atau
tidak. Apabila berisiko lanjut ke asesmen gizi dan tidak berisiko harus diskrining kembali.
Skrining bukan bagian dari NCP, skrining adalah langkah awal untuk NCP dilakukan. NCP wajib
dilakukan pada pasien yang berisiko mengalami malnutrisi.
1) Asesmen gizi
2) Diagnosis gizi
3) Intervensi gizi
4) Monitoring & evaluasi
Skrining Gizi
Skrining gizi → merupakan proses yang sederhana dan cepat → bersifat sensitif untuk
Skrining
Mengidentifikasi apakah seorang pasien malnutrisi atau berisiko malnutrisi sehingga dapat
ditentukan apakah memerlukan asesmen gizi lebih lanjut.
Asesmen
Biasanya, Nutritional Screening dilakukan oleh perawat dan dokter; sedangkan pengukuran atau
asesmen dilakukan oleh ahli gizi.
Tambahan:
Seseorang dengan kegemukan terlihat tidak mengalami malnutrisi, tetapi apabila mengalami
penurunan berat badan (tidak disengaja) 7% selama 3 bulan. Hal tersebut menggambarkan kondisi
tidak stabil dan kemungkinan berisiko malnutrisi.
1. Cepat dan Mudah untuk digunakan → dapat digunakan pada populasi dewasa heterogen,
sederhana, cepat, mudah pengisiannya oleh tenaga staf (bukan professional), tidak inv asif,
murah, & berguna.
2. Sensitivitas & Spesifisitas → kemampuan mengidentifikasi secara tepat orang yang benar-
benar malnutrisi dan yang benar-benar tidak malnutrisi.
3. Validitas dan Reliabilitas → Valid: Akurasi mengidentifikasi masalah gizi yang
dimaksudkan. Reliabel: kemampuan untuk menghasilkan data yang sama (konsisten).
Kriteria Validitas Screening Tools
Kriteria Diagnostik untuk malnutrisi yang ditentukan oleh ESPEN Consensus Statement
Grup Konsensus ini tidak merekomendasikan alat yang divalidasi secara spesifik, selama alat
tersebut divalidasi untuk pengaturan dimana alat tersebut diterapkan.
Untuk berdasarkan umurnya juga, alat skrining nutrisi juga dibedakan menjadi 3:
1. Anak-anak
- PYMS
- PNRS
- STAMP
- STRONG Kids
2. Dewasa
- NRS
- MST
- MUST
- SNAQ
- SNST
3. Geriatri
- NRI
- GNRI
- MNA-SF
- NSI
Parameter Skrining Gizi pada Berbagai Alat Skrining Gizi untuk Dewasa
• Parameters
a. Perubahan berat badan
b. Asupan terakhir, berada pada risiko jika score-nya 2
• Penelitian Perkembangan (development study)
408 inpatients (rata-rata usia 58 tahun); standard untuk perbandingan : SGA
spesifisitas 93%, sensitivitas 93%
• Penenlitian validitas (validation studies)
a. SGA: (Sensitivitas 92%; spesifisitas 61%)
b. MNA: (sensitivitas 92%; spesifisitas 72%)
Formulir MST
Malnutrition Universal Screening Tool (MUST), Advisory Group, BAPEN (2003), United
Kingdom
• Populasi:
a. Pasien dewasa dengan penyakit akut
b. Komunitas
• Kriteria Risiko malnutrisi
Skor 0-3 untuk masing-masing parameter
b. 1 = risiko sedang
c. 0 = risiko rendah
• Waktu pemakaian/pengguna
Dilakukan pada saat pasien masuk rumah sakit dapat digunakan oleh seuruh anggota.
Formulir MUST
Guideline MUST
Nutrition Risk Screening (NRS), Kondrip et al. (2003)
• Populasi
a. Pasien dewasa dengan penyakit akut
• Kriteria risiko malnutrisi
a. Skor 0 – 3 untuk masing-masing parameter;
b. Dimana >3 = risiko malnutrisi (butuh dukungan nutrisi)
• Waktu pemakaian/pengguna
a. Dilakukan pada saat pasien masuk rumah sakit
b. Dapat digunakan oleh tenaga medis
• Validitas prediktif
NRS memiliki tingkat prediksi yang tinggi terhadap dampak dukungan nutrisi dan
mengurangi lama rawat pasien.
Formulir NRS
- Parameter status gizi berdasarkan IMT/LILA, penurunan asupan, penurunan berat badan
(yang paling mudah dilakukan atau ditanyakan adalah penurunan asupan dapat
memberikan skor 3)
- Pada skrining lanjut harus memilih yang terburuk atau terberat dari parameter status gizi.
6 pertanyaan dikatakan berisiko apabila skornya diatas 3, setelah itu skor harus disimpulkan
dengan analisis statistik.
Cut-Off Malnutrisi pengembangan Skrining SNST
Parameter Skrining Gizi pada Berbagai Alat Skrining Gizi untuk Anak
Screening Tool for Risk of Impaired Nutritional Status and Growth (STRONGkids)
Sifat dari STRONGkids adalah → valid, reliabel, mudah digunakan, dan cepat (rata-rata waktu
Kuisioner STRONGkids
Mini Nutritional Assessment – Short Form (MNA-SF), Rubenstein et al. (2001), US.
• Populasi
Untuk pasien usia lanjut
• Kriteria Risiko Malnutrisi
Skor 0 – 3 untuk masing-masing parameter; dengan kriteria, 11 = berisiko malnutrisi
• Waktu pemakaian/pengguna
a. Saat pasien masuk rumah sakit
b. Pengguna alat skrining tidak dinyatakan
Yang harus diperhatikan ketika menggunakan MNA adalah skor tinggi menunjukkan kondisi baik
sedangkan skor rendah menunjukkan kondisi semakin buruk. Pada usia lanjut ditambah dengan
mobilitas
Formulir MNA
QnA
1. Bagaimana cara melakukan skrining apabila pasien tidak sadar selama 24 jam?
Jawab:
Pertama melihat kepentingan skrining. Permasalahan malnutrisi besar apabila dibiarkan
risikonya sangat tinggi pada saat perawatan berkaitan dengan mortilitas, psikologi, infeksi,
perawatan yang lebih panjang, biaya yang banyak sehingga mata rantai tersebut harus
diputus dengan mendeteksi malnutrisi sedini mungkin. Selanjutnya diberikan intervensi
sedini mungkin dengan pemberian intervensi gizi yang tepat supaya tidak masuk tahap
malnutrisi lebih lanjut. Kondisi tidak sadar harus diberikan intervensi yang jelas pemberian
makan melalui paranteral atau enteral. Pada kondisi tidak sadar tidak usah dilakukan
skrining atau dicari risiko malnutrisi. Pada instrumen skrining, poin penyakit dikaitkan
dengan pemenuhan asupannya. Apabila pemenuhan gizi pasien hanya bisa dipenuhi
melalui paranteral dan enteral sudah masuk dalam skor 3 (berisiko malnutrisi) dan
intervensi gizi harus jelas.
2. Apabila beberapa orang melakukan skrining dan termasuk malnutrisi apakah ada
perbedaan intervensi?
Jawab:
Ada alat skrining dikembangankan untuk berbagai macam upaya. Alat skrining hampir
sama menyimpulkan berisiko atau tidak dan harus asesmen lanjut serta segera dilakukan
intervensi. Dari hasil skor masing-masing alat skrining dapat dilakukan intervensi yang
berbeda. Semakin tinggi skor semakin parah kondisi pasien sehingga intervensinya harus
dibedakan.
3. Kapan dilakukan skrining dan NCP? Apabila pasien tidak sadar diri dan tidak bisa
diberikan asupan oral kapan ahli gizi perannya diperlukan?
Jawab:
Penanggung jawab pelayanan gizi di rumah sakit dipegang oleh dokter yang disebut DPJP
(Dokter Penanggung Jawab Pasien). Tenaga kesehatan bekerja secara kolaborasi. Skrining
dilakukan 24 jam pertama dna dilakukan oleh perawat. Dari hasil skrining, ahli gizi
melakukan asesmen. Kemudian dilakukan diskusi lebih lanjut untuk intervensi.
KUIS SLIDO
1. Salah satu komponen utama skrining gizi adalah kondisi sekarang, contoh indik ator
komponen tersebut adalah
a. IMT
b. Penurunan asupan
c. Kenaikan BB
d. Jenis penyakit
2. Berikut yang termasuk dalam kategori alternatif nomer 2 untuk mendiagnosis seorang
pasien berisiko malnutrisi adalah
a. BMI >18,5 kg/m2
b. FFMI <15 kg/m2 pada laki laki
c. BMI <20 kg/m2 pada pasien berusia > 70 tahun
d. Penurunan berat badan (yang tidak disengaja) >5% dalam waktu 3 bulan terakhir
3. Menurut JCAHO, skrining gizi dilakukan minimal dalam waktu 24 jam saat pasien masuk
rumah sakit
a. 1 x 24 jam
b. 3 x 24 jam
c. 5 x 24 jam
d. 6 x 24 jam
4. Yang tidak termasuk dalam outcome malnutrisi adalah
a. Komplikasi
b. Mortalitas
c. Biaya perawatan menurun
d. Infeksi meningkat
5. Yang termasuk dalam alat skrining untuk pasien geriatri adalah
a. PYMS
b. SNST
c. SNAQ
d. MNA-SF
Penilaian Status Gizi/ Nutrition Assessment
Jumat, 2 September 2022
Aviria Ermamilia
Nutrition assessment
Tujuan : mengumpulkan dan menginterpretasikan informasi yang relevan untuk
identifikasi dengan masalah yang berkaitan dengan nutrisi dan penyebabnya
-- melihat sampai ke faktor resiko yang mungkin dapat menjadi intervensi nantinya
--contoh gizi buruk-- secara bb/tb wasting stunting dll, disimpulkan gizi buruk, fase
apa? Di awal, ada hipoglikemi hiponatremi, kemungkinan di fase stabilisasi. Perlu
lihat juga kenapa bisa terjadi malnutrisi? Apakah ekonomi, pola asuh dll, ini nanti
harus diperhatikan buat intervensi
Dysphagia
Permasalahan terkait menelan, kita bisa tau kemampuan menelan pasien, kalo
pasien stroke biasanya ada tes menelan
-lokasi
--oropharyngeal dysphagia, seringnya terkait neuromuscular
--esophageal dysphagia, masalah struktual, karena syaraf atau gangguan otot
--odynophagia : sakit saat menelan, karena infeksi atau inflamasi esophagus
Diskusi
T : Terkait kasus anak gizi buruk dengan fasilitas seadanya di daerah, kami
menggunakan apk who antro, dari situ kemudian menarik diagnosanya, mau tanya
yang jadi masalah di anak yang ada bawaan misal ibu normal anak bblr, kedua rata
rata pasien dibawah 2 tahun bb dibawah 7 kg kenapa tidak bisa makanan padat
selain susu padahal umurnya sudah bisa makan?
J : - Terkait gizi buruknya, bblr faktornya memang gaselalu dari status gizi ibu,
terkait misal pernah anemia tidak, kedua infeksi penyakit pada ibu, kalo ada penyakit
kan berarti kalori buat ibu lebih besar dan jadi kurang ke janin, ada yang terkait juga
sama pola makan, tinggi lemak dan gula tidak terlalu meningkatkan bb janin, pola
makan buat janin itu protein cukup buah sayur cukup, keseimbangan zat gizi, kalori
seperti apa yang ditambah, aktivitas fisik
- Who antro memang sudah sesuai , boleh dipakai
- kemampuan makan, tergantung pada belajar makan saat MP ASI, tahapannya
kurang tepat pas MP ASI, bisa konsul sama fisioterapi anak juga
T : kasus pasien kritis masuk ugd lalu icu lalu gimana peran ahli gizinya
J : terkait ICU itu sebenernya sama alurnya, masuk ICU dokter nanti menghubungi
dietisien , dietisien harus langsung tetep assessment, ICU fisik klinis termasuk
menilai kesadaran , langsung itu jadi wewenang ahli gizi, kolaborasi kalo ada
masalah klinis, khusus NGT trus residu warna hitam ini nanti diserahkan sepenuhnya
ke DPJP buat parenteral, pasien tidak sadar pun ahli gizi tetep berperan,kalo pasien
tidak sadar tidak pake BB kecuali ada bed scale, kalo gaada kita bisa pakai alternatif
lain kayak LLA, bisa pake TB trus BB ideal
T : terkait AD, menemukan kasus pasien disebilitas fisik, kasusnya tidak bisa
melakukan pengukuran
J : bisa pakai yang bukan antropometri pengukuran, bisa pake komposisi tubuh kalo
posisi bisa berdiri, kalo gabisa relakan saja antropometri langsung fisik klinis
Senin, 5 September 2022
HO NCP PERTEMUAN 6
NUTRITION DIAGNOSIS (PROBLEM GIZI DOMAIN INTAKE)
Dosen: Dr. Susetyowati, DCN, M.Kes.
DIAGNOSIS GIZI
• Merupakan identifikasi dan penetapan masalah yang menggambarkan
kondisi saat ini/sekarang, berdasarkan data assessment dari assessment
gizi yang dilakukan sebelumnya.
• Statemen diagnosis gizi harus:
o Menyatakan problem dengan jelas dan singkat.
o Berbicara dengan fakta (ada buktinya).
o Menetapkan masalah yang paling penting dan berkaitan (dari beberapa
pilihan kemungkinan masalah, pilih yang paling prioritas. Masalah
prioritas ialah yang harus segera diintervensi dan dapat memberikan
dampak perubahan pada signs & symptoms).
TUJUAN DIAGNOSIS GIZI
• Menjelaskan dan menggambarkan masalah gizi spesifik yang ditemukan
pada individu (sesuai dengan kondisi assessment), faktor penyebab atau
etiologi, serta dibuktikan dengan adanya gejala/tanda yang terjadi pada
individu.
• Ingat bahwa diagnosis gizi adalah langkah kedua setelah nutrition assessment,
di mana data-data dari nutrition assessment dapat digunakan untuk
menegakkan diagnosis gizi dengan menggunakan statemen yang jelas serta
bahasa terstandar yang disebut dengan PES (Problem, Etiology, Signs &
Symptoms).
o Signs → tanda yang menggambarkan data obejektif.
o Symptoms → gejala yang dirasakan oleh individu/klien.
Relationship
• Dalam menentukan PES pada diagnosis gizi, perlu memastikan hal berikut:
o Problem → masalah yang benar-benar dapat dipecahkan oleh
nutritionis/disetisien.
o Etiology → akar masalah apa yang benar-benar ada; apakah
nutritionis/disetisien dapat memecahkan masalah berdasarkan akar
masalah tersebut; dan apakah intervensi terhadap etologi/akar masalah
tersebut dapat mengurangi signs & symptoms.
o Signs & Symptoms → harus menunjukkan perkembangan masalah dan
menunjukkan etiologi yang spesifik (misal: asupan klien inadekuat
berarti dalam signs dan symptoms harus menunjukkan bukti berapa
banyak asupan makan klien sehingga dikatakan inadekuat).
KATA KUNCI DIAGNOSIS GIZI
• Identifikasi masalah
o Identifikasi masalah apa saja yang mungkin timbul berdasarkan hasil
assessment gizi
• Menentukan penyebab/kontribusi faktor risiko
• Tanda/gejala
• Dokumentasi
PERBEDAAN DIAGNOSIS GIZI DENGAN DIAGNOSIS MEDIS
DIAGNOSTIC TOOL
→ Untuk menentukan problem, harus menggunakan kode serta bahasa baku yang
telah disediakan pada:
• ICD X (International Classification of Diseases) → untuk diagnosis
penyakit/kondisi sakit klinis
• NDT (Nutrition Diagnostic Terminology) → untuk problem yang berkaitan
dengan nutrisi/gizi
Gambaran sekilas isi buku IDNT (bisa dilihat ada domain intake yang ditandai
dengan kode NI, domain klinis dengan kode NC, domain behaviour dengan kode NB)
GUIDELINE PENYUSUNAN PES
Prinsipnya: masalah yang ditulis merupakan masalah prioritas klien saat ini yang
harus diintervensi, dan intervensi yang diberikan akan berdampak terhadap perbaikan
pada signs & symptoms.
• Pada saat menentukan masalah/problem yang prioritas, itu akan
memungkinkan banyak sekali problem yang dapat dipilih, di mana ketika
terdapat beberapa problem yang sifatnya equal maka kita harus memilih,
apakah memilih diagnosis gizi intake, klinis, atau behavior apabila domain
berbeda.
o Kita harus mempertimbangkan diagnosis intake sebagai pilihan,
sepanjang intervensi yang diberikan sama dan sepanjang perubahan
atau perbaikan yang dimonitoring sama. Namun, apabila terdapat
diagnosis intake dan klinis yang memiliki intervensi yang berbeda, maka
keduanya harus dituliskan.
• Diagnosis gizi → untuk membuat intervensi.
• Signs & symptoms → harus bisa diukur; bisa menunjukkan problemnya; dan
bisa diperbaiki. Sehingga, jangan menuliskan signs & symptoms hanya
penyakit.
CRITICAL THINKING
→ Keterampilan yang harus dikuasai oleh dietisien dalam menentukan diagnosis gizi:
• Menemukan pola dan hubungan antara data dan kemungkinan penyebabnya,
misalnya: kalau ada beberapa kemungkinan diagnosis, keputusan intervensi
yang harus diambil adalah yang sifatnya harus diprioritaskan, paling tidak harus
ada satu intervensi yang dilakukan.
• Membuat kesimpulan → statemen harus jelas.
• Menyatakan setiap masalah dengan jelas dan tunggal → misalnya jenis
intake-nya apa, penulisannya harus jelas dan tidak digabung jadi satu.
• Memutuskan atau mengesampingkan diagnosis spesifik.
• Mengidentifikasi etiologi untuk setiap masalah yang dapat diselesaikan,
dikurangi, atau dikelola oleh intervensi.
• Mengidentifikasi tanda dan gejala yang dapat diukur atau perubahannya dapat
dilacak → tanda dan gejala harus bisa diukur karena nanti akan masuk pada
monitoring dan evaluasi.
• Memprioritaskan masalah yang teridentifikasi → dari beberapa kemungkinan
diagnosis harus dapat membuat skala prioritas yang mana yang harus
didahulukan.
DOMAIN INTAKE (NI)
● Masalah aktual yang berhubungan dengan asupan energi, zat gizi, cairan,
substansi bioaktif dari makanan baik yang melalui oral atau parental.
● Terdiri dari 5 kelas dan beberapa subkelas.
KELAS DALAM DOMAIN INTAKE
● Contoh:
❖ Problem: NI-5.6.1 Asupan Protein Inadekuat
→ Lower in take of protein compared to established reference
standards or recommendations based on physiological needs.
❖ Etiologi:
1. Penyebab fisiologis yang meningkatkan kebutuhan gizi karena
penyakit katabolik kronis, malabsorpsi, dan faktor usia.
2. Penurunan kemampuan untuk mengonsumsi protein dalam
jumlah cukup.
3. Keterbatasan akses makanan karena kondisi ekonomi dan
pembatasan makanan kepada orang tua atau anak-anak.
4. Praktik kebudayaan/adat yang memengaruhi kemampuan dalam
mengakses makanan.
5. Pengetahuan yang kurang terkait makanan dan gizi, terutama
sumber protein.
6. Penyebab fisiologis seperti depresi dan gangguan makan.
❖ Sign & symptoms:
o A & B: -
o C: edema, kegagalan tumbuh pada bayi/anak, otot lemah,
kulit kering, kurus, dan rambut mudah rontok.
o D: asupan protein kurang dari kebutuhan, kebudayaan/adat
yang membatasi asupan protein, keterbatasan akses
makanan karena faktor ekonomi, diet rendah protein jangka
panjang, kurangnya pengetahuan mengenai kebutuhan
protein.
o Riwayat klien: kondisi yang berhubungan dengan diagnosis
atau perawatan seperti malabsorbsi protein pada reseksi
usus.
❖ Contoh statemen diagnosisnya: NI-5.6.1 Asupan protein inadekuat
berkaitan dengan peningkatan kebutuhan karena peningkatan
katabolisme pada penyakit infeksi dibuktikan oleh hasil recall asupan
protein 36,8% .
5.8 Karbohidrat dan Serat
● Masalah gizi
5.9 Vitamin; 5.10 Mineral; 5.11 Multinutrien
● Masalah gizi
QUIZ TIME
1. Yang tidak termasuk dalam komponen diagnosis gizi adalah...
a. Problem
b. Etiologi
c. Evaluation
d. Sign/Symptoms
2. Yang membedakan antara diagnoosis gizi dan diagnosis medis adalah...
a. Bersifat sementara, sesuai dengan perubahan respon pasien
b. Penyakit/patologi organ tertentu
c. Tidak berubah sepanjang kondisinya masih ada
d. Mencerminkan tingkat kesehatan atau respons terhadap penyakit atau
proses patologis, status emosional, fenomena sosiokultural
3. Berikut ini yang merupakan kelas dari domain intake (NI) adalah...
a. Functional
b. Food safety and access
c. Biochemical
d. Bio-active substances
4. Tanda/gejala yang dapat mendukung permasalahan gizi NI 2.1 Asupan oral
inadekuat menjadi sebuah diagnosis antara lain adalah...
a. Pantangan makan/ketertarikan makan rendah
b. Bukti klinis kekurangan vitamin/mineral
c. Estimasi asupan energi dari makanan kurang dari kebutuhan
d. Pembatasan energi dari makanan
5. Tanda/gejala pada asesmen nutrition-focused physical findings yang dapat
mendukung permasalahan gizi NI 5.6.1 Asupan protein inadekuat menjadi
sebuah diagnosis antara lain...
a. Otot lemah dan kurus
b. Asupan protein kurang dari kebutuhan
c. Albumin di bawah normak
d. LLA <23,5 cm
QnA
1. Apakah diagnosis yang berkaitan dengan vitamin dan mineral itu didasarkan
pada hasil pemeriksaan biokimia atau bagaimana? Jika memang begitu, maka
pada setting klinis nanti, apakah pemeriksaan biokimia akan selalu dilakukan
sebagai monitoring apakah ada progress dari intervensi yg kita berikan?
Jawab:
Untuk kekurangan asupan vitamin dan mineral yang menjadi sign &
symptoms itu salah satunya bisa dari hasil pemeriksaan. Untuk pemeriksaan
mineral, kalau di kita sesekali masih melakukan, namun untuk pemeriksaan
vitamin itu datanya tidak banyak (misal kekurangan vitamin B, vitamin D, dll)
karena kita tidak melakukan pemeriksaan sedalam itu. Jadi, paling tidak kalau
data dari lab nya tidak ada, yang bisa kita masukkan adalah bukti asupan
vitamin dan mineral dibandingkan dengan AKG nya. Misal, kalau natriumnya
berlebih maka bisa dilihat dari AKG misal AKG nya kurang lebih 2300,
kemudian dilihat konsumsinya berapa banyak, dan bisa juga ditunjukkan dari
pola makan yang banyak mengandung pengawet. Data-data tersebut bisa
dijadikan bukti secara kualitatif dan kuantitatif dari sisi asupan/makanan. Kalau
data biokimia ada maka bisa dimasukkan, kalau tidak ada maka tidak perlu
sampai kemudian tidak ada signs & symptoms nya, karena intinya signs &
symptoms ini yang bisa kita perbaiki, bisa dari biokimia nya maupun dari
makanannya.
Dalam monitoring dan evaluasi, disitu kita harus memasukkan
targetnya. Misal, buktinya adalah gula darah, maka targetnya adalah terjadi
penurunan, lalu penurunannya berapa lama. Dalam biokimia ada yang kita
sebut sebagai masa paruh pengukuran. Sebagai contoh, albumin yang masa
paruhnya 14-20 hari, sehingga tidak mungkin untuk diukur setiap hari, karena
perubahannya bukan hanya dari faktor makanannya, bisa jadi berubah karena
faktor kehilangan protein, dehidrasi, atau overload cairan, tapi intinya kalau dari
faktor makanan itu masa paruhnya panjang. Masa paruh kolesterol juga lebih
panjang lagi, bisa sampai 3 bulan terjadi perubahannya. Sehingga, yang paling
mudah kita bisa melihat segala perubahannya adalah dari sisi asupan,
sehingga asupan paling tidak harus ada di dalam signs & symptoms. Namun
kalau ada pemeriksaan laboratorium ya kita masukkan, tetapi dalam rencana
targetnya pengukurannya tentu tidak sehari kita ukur, karena asupan harus
setiap hari diukur, sementara data lab gabisa kita ukur setiap hari, kecuali gula
darah yang dapat berubah setiap harinya.
2. Setelah pasien dirasa sudah tidak memiliki diagnosis gizi, dari segi asupan dll
sudah baik, lalu intervensi yang diberikan itu seperti apa?
Jawab:
Dari terminologi terbaru, ada 1 diagnosis yang disebut N0, yang artinya
belum ada diagnosis pada saat sekarang. Kalau dilihat dari konsep NCP, dari
hasil skriningnya tidak ada risiko, kemudian tidak lanjut ke masalah berikutnya
berarti dia tidak ada masalah gizinya, sehingga biasanya paling tidak diberikan
makanan standar. Namun, kembali lagi ke skriningnya, artinya dari situ harus
dilakukan pengukuran lagi besoknya. Jadi perubahannya bersifat sementara,
misal hari ini dia (pasien/klien) tidak ada masalah, besoknya bisa jadi tiba-tiba
dia muntah-muntah misalnya, sehingga kemudian ini bisa jadi masalah. Oleh
karena itu, memang harus dilakukan monitoring terus, karena bisa jadi terjadi
perubahan. Perubahan itu bisa terjadi dalam hitungan sehari, misalnya faktor
asupan maupun faktor gastrointestinal yang dapat cepat berubah.
GOOD LUCK!
KELAS FUNGSIONAL (NC-1)
Perubahan pada fungsi fisik atau mekanik
yang mengganggu atau menghalangi hasil zat
NUTRITION DIAGNOSTIC TERMINOLOGY gizi/nutrisi yang diinginkan
Intake Energy balance Masalah gizi:
Oral or nutrition support intake
Fluid intake
Bioactive substance
Nutrient
Fat and cholesterol
Protein
Carbohydrate and fiber
Vitamin Kesulitan menelan (NC-1.1)
Mineral Etiologi:
Clinical Functional 1. Penyebab mekanik
Biochemical Contoh: inflamasi; tindakan bedah;
Weight penyumbatan; atau tumor oral, faring
Malnutrition Disorder atau esofagus; aktivitas ventilasi
Behavioral/ Knowledge and beliefs mekanik
Environmental Physical activity and 2. Penyebab motoric
Function Contoh: gangguan neurologi atau
Food safety and access muskular, seperti cerebral palsy,
stroke, sclerosis, scleroderma; atau
A. Domain Klinis (NC) prematuritas, perubahan mengisap,
BAYI bayi)
6. Iritasi
Dietary Bayi
7. Kesulitan menelan
● Batuk
8. Pengenalan makanan melalui botol
● Menangis, sering
atau jalur lain
melepas saat disusui,
IBU
dada berdebar
1. Payudara /puting terasa sakit
● Penurunan frekuensi
2. Payudara/puting tidak normal
/durasi makan,
3. Mastitis
penghentian awal
3. Berkurangnya fungsi GI tract,
makan, dan resistensi
Contoh: short-bowel syndrome
makanan
Tanda dan Gejala
● Kelesuan
Ibu Antropometri ● Penurunan berat badan
● Hasil pompa ASI sedikit
● Kurang percaya diri atas ≥ 5 % dalam 1 bulan, ≥
B. DOMAIN BEHAVIORAL-
Malnutrisi (NC-4.1)
Terdiri dari 5 sub-kelas: ENVIRONMENTAL (NB)
1. Starvasi yang terkait malnutrisi (NC- Masalah gizi terkait pengetahuan,
4.1.1) sikap, kepercayaan, dan lingkungan
Starvasi sedang terkait fisik atau ketersediaan dan keamanan
malnutrisi (NC-4.1.1.1) pangan
Terdiri atas 3 kelas
AKTIVITAS FISIK DAN FUNGSIONAL
(NB-2)
Aktivitas fisik aktual, self care, dan masalah
kualitas hidup yang dilaporkan, diamati, atau
didokumentasikan
Masalah gizi:
Sebelum melakukan rencana intervensi gizi ada baiknya untuk menentukan prioritas
diagnosis.
A. Model dan Proses Asuhan Gizi Terstandar
D. Intervensi Gizi
• Intervensi gizi adalah tindakan terencana yang dirancang untuk
mengubah perilaku, kondisi lingkungan terkait gizi atau aspek-aspek
kesehatan dari individu termasuk keluarga dan pengasuh, kelompok
sasaran tertentu atau masyarakat tertentu ke arah yang positif.
• Pemilihan tindakan intervensi gizi dilakukan berdasarkan diagnosis gizi
dan etiologinya. Namun bila etiologi tidak dapat dipecahkan oleh
seorang dietisien, maka intervensi gizi diarahkan untuk meminimalkan
tanda/ gejala masalahnya.
• Langkah ini meliputi proses perancangan preskripsi diet termasuk tujuan
asuhan serta implementasi rencana intervensi.
• Dalam melakukan proses intervensi gizi, seorang dietisien melakukan
kerja sama dengan pasien, keluarga dan/atau pengasuh pasien, dan
berkolaborasi dengan petugas Kesehatan dan/atau institusi yang lain.
Strategi intervensi terdiri dari domain pemberian makanan/diet; edukasi;
konseling; koordinasi asuhan gizi (koordinasi dengan tenaga kesehatan
yang memiliki skala berbeda).
* tidak semua ke 4 domain ada dlm satu pasien (disesuakian keadaan pasien
tersebut)
Strategies (2)
Prioritas: mual, asupan oral inadekuat, peningkatan kebutuhan energi dan protein.
Jika ada gangguan klinik (GI), untuk peningkatan kebutuhan energi dan protein tidak
diberikan pada hari itu
Preskripsi diet: TETP (pemberian per oral, bentuknya bisa lunak dg porsi kecil dan
sering)
Asupan oral meningkatkan asupan intake pasien ND: bentuk makanan dan modifikasi
inadekuat, yang disesuaikan dengan (ND-1.2), porsi kecil tp sering (ND-
keterbatasan peningkatan kebutuhan pasien 1.3)
penerimaan
makanan, mual RC: pemberian obat anti mual
(diskusi, kolaborasi, rekomendasi)
Peningkatan Memenuhi kebutuhan zat gizi yang ND: energy modified diet (ND-1.2.2)
kebutuhan energi meningkat pada kondisi infeksi
dan protein
Asupan makan yang Menyimpan makanan dengan baik Lebih ke E dan C berupa cara
tidak aman kaitannya dan benar penyimpanan makanan yang baik
dengan proses dan benar
penyimpanan
SEMANGAT
Nutrition Monitoring, Evaluation, and Documentation
27 September 2022
Proses monev adalah kegiatan terakhir dari NCP , setelah itu ada proses re-
assesment untuk melihat perubahan” dari diagnosis, intervensi, atau parameter
monev. NCP : siklus yang berlangsung secara kontinu.
1. Definisi
o Nutrition Monitoring — Tinjauan dan pengukuran yang direncanakan
sebelumnya dari indikator perawatan nutrisi yang dipilih dari status klien yang
relevan dengan kebutuhan yang ditentukan, diagnosis nutrisi, intervensi
nutrisi, dan hasil.
o Nutrition Evaluation — Perbandingan sistematis temuan saat ini dengan status
sebelumnya, tujuan intervensi gizi, rekomendasi, efektivitas perawatan gizi
secara keseluruhan, atau standar referensi.
o Nutrition Care Outcomes — Hasil asuhan gizi yang berhubungan langsung
dengan diagnosis gizi dan tujuan rencana intervensi. Hasil jangka pendek dan
jangka panjang yang diantisipasi dapat ditentukan. Contohnya : perbaikan
gula darah, perubahan kolesterol darah, outcome jangka panjang seperti
gejala kronis pasien, profil metabolic pasien, kualitas hidup pasien.
o Nutrition Care Indicators — Penanda yang dapat diukur dan dievaluasi untuk
mengetahui efektivitas asuhan gizi.
▪ Indikator dan outcome bisa jadi hal yang sama seperti kadar gula
darah, tekanan darah.
2. Health Care Outcomes
o Health and Disease Outcomes — Perubahan tingkat keparahan, durasi,
atau perjalanan suatu kondisi atau penyakit; perubahan tingkat risiko;
pencegahan kejadian yang merugikan; atau pemeliharaan kesehatan.
o Cost Outcomes — Perubahan faktor-faktor yang mempengaruhi biaya
pelayanan kesehatan seperti rawat inap, lama rawat inap, hari ICU;
jumlah kunjungan rawat jalan; perawatan di rumah, menengah, dan
jangka panjang; prosedur diagnostik dan pengobatan; dan obat-obatan
serta peralatan yang digunakan. Selalu mempertimbangkan biaya yang
dikeluarkan untuk menentukan intervensi gizi yang paling ideal untuk
diberikan pada pasien.
o Client Outcomes — Perubahan indikator yang berpusat pada klien yang
mencerminkan hal-hal seperti tingkat kecacatan, status fungsional,
kualitas hidup, dan kepuasan dengan perawatan. Ahli gizi dapat
menghubungkan harapan pasien dengan dampak intervensi gizi yang
diberikan agar pasien lebih relate untuk melakukan perubahan.
Terminology
Tujuan : untuk membantu kita dalam memastikan parameter yang ideal bagi pasien
1. Monitor Progress
o Periksa pemahaman dan kepatuhan klien dengan rencana
o Tentukan apakah intervensi sedang dilaksanakan seperti yang
ditentukan
o Berikan bukti bahwa rencana/strategi intervensi mengubah atau tidak
mengubah perilaku atau status klien
o Identifikasi hasil positif atau negatif lainnya
o Kumpulkan informasi yang menunjukkan alasan kurangnya kemajuan
o Buat kesimpulan, dukung kesimpulan dengan bukti
2. Measure Outcomes
o Pilih indikator perawatan nutrisi untuk mengukur hasil yang diinginkan
o Indikator yang dipilih relevan dengan diagnosis gizi atau tanda atau gejala,
tujuan gizi, diagnosis medis, hasil, dan tujuan manajemen mutu
o Gunakan indikator perawatan gizi standar untuk meningkatkan validitas dan
reliabilitas pengukuran perubahan
o Harus melihat outcome berdasarkan diagnosis gizi terkait etiologi dan sign
& symptomsnya
o Bisa juga berkaitan dengan intervensi gizi yang kita berikan
o Tergantung dari kondisi pasien (rawat jalan biasanya outcome jangka
panjang, kalau rawat inap biasanya lebih banyak yang jangka pendek.
Meningkatkan status gizi pasien biasanya pada pasien rawat jalan, kalau
rawat inap bisa ditentukan tapi mustahil untuk dicapai, paling tidak yang bisa
dilakukan mempertahan status gizi, kalaupun meningkat intakenya baru
bisa terlihat setelah minggu atau lebih)
o Melihat usia pasien, kalau lansia tidak muluk-muluk. Tidak mengharapkan
kualitas hidupnya kembali seperti semula, tetapi lebih ke memastikan paling
tidak gejala atau penyakit yang diderita symptomnya semakin minimal,
membantu pasien bisa independen kembali (sesuatu yang lebih rasional)
o Time frame penting untuk melihat perubahan. Harus yang rasional,
misalnya BB naik sekian kilo dalam 3 hari itu tidak rasional.
Reassessment Activities
Assessment vs monev
Dokumentasi
Sebagai indikator, rekaman, bukti bahwa intervensi gizi sudah dilakukan dan sebagai
bukti bahwa ada dasar dalam melakukan intervensi gizi dan kira-kira perubahannya
seperti apa.
What to document
Sebelum ada NCP digunakan metode SOAP, dengan adanya NCP merubah
subjective & objective menjadi asesmen, langsung hasil asesmen berisi
kesimpulan ABCD. Kemudian diagnosis gizinya apa, intervensi yang diberikan
apa, rencana monev parameter apa yang digunakan.
o Semua langkah proses asuhan gizi harus didokumentasikan
o Assessment
➢ Antropometri
➢ Biokimia (parameter yang relevan)
➢ Klinis (rincian yang relevan)
➢ Diet (unik bagi profesi gizi sehingga dipilih detail informasi yang
dibutuhkan sesuai kondisi saat itu, tidak semua hasil secara lengkap,
hanya kesimpulannya aja)
➢ Sosial/perilaku
o Diagnosis
o Intervensi gizi
o Monitoring & Evaluasi
Beberapa rumah sakit akan memiliki daftar singkatan yang 'disetujui' misalnya.
Unapproved abbreviations
How to document
Contoh Dokumentasi
Communicate Findings
Rekam medis menjadi alat untuk mengkomunikasikan apa yang kita temukan,
membantu untuk bisa berkomunikasi dengan yang lain, memastikan apa yang sudah
dilakukan sesuai dengan apa yang diharapkan dan sesuai dengan kebutuhan pasien.
o Indikator yang diukur dan diamati serta metode untuk memperoleh pengukuran
o Kriteria yang dibandingkan dengan indikator (yaitu, standar referensi,
rekomendasi, tujuan, atau tindakan sebelumnya atau dasar)
o Faktor-faktor yang memfasilitasi atau menghambat kemajuan
o Hasil positif atau negatif lainnya
o Rencana masa depan untuk perawatan nutrisi, pemantauan nutrisi, dan tindak
lanjut atau pemulangan
➢ Ketika melakukan follow up dari rekam medis entry yang selanjutnya bisa
dituliskan seperti gambar di atas.