PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jurusan Gizi merupakan institusi yang mendidik tenaga professional dalam bidang
tentang Standar Profesi Gizi dan Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Program D
III Gizi tahun 2008 (SK Kepala Badan PPSDM Kesehatan Kemenkes RI nomor
salah satunya adalah pelaku asuhan gizi klinik, penyuluhan gizi, konseling giziserta pelaku
Kompetensi lulusan Diploma III Gizi (Ahli Madya Gizi) didasarkan pada Keputusan
kompetensi yang harus dikuasai oleh lulusan Diploma III Gizi. Kompetensi tersebut
terbagi dalam 3 (bidang) kompetensi yaitu Gizi Klinik, Gizi Masyarakat, dan Manajemen
2008, mengamanatkan bahwa mahasiswa diwajibkan untuk mengikuti Asuhan Gizi Klinik
(AGK) di semester VI. Praktik Kerja Lapangan ini merupakan bentuk pembelajaran untuk
mempratikkan teori dalam rangka mencapai jenjang Ahli Madya Gizi (AMG) dan juga
1
Praktik kerja lapangan AGK memberikan pengalaman kerja di Rumah Sakit tipe
A/B/C dalam melaksanakan kegiatan manejemen asuhan gizi klinik (Nutritional care
Process/NCP) pada pasien rawat inap dan rawat jalan dengan bimbingan instruktur menuju
Praktik kerja lapangan ini sekaligus sebagai persiapan uji kompetensi mahasiswa.
Hasil PKL ini juga sebagai manifestasi dari Penilaian Pencapaian Kompetensi (PPK) di
semester VI,oleh karena itu pada pada kegiatan PKL ini, mahasiswa diwajibkan
Logbook PKL.
dietetic masyarakat, kelompok, individu atau klien yang merupakan suatu kegiatan yang
gizi, makanan dan dietetic dalam rangka mencapai status kesehatan optimal dalam kondisi
1 Tujuan Umum
Terciptanya sistem pelayanan gizi rumah sakit dengan memperhatikan berbagai aspek
gizi dan penyakit, untuk meningkatkan dan mengembangkan mutu pelayanan Gizi di Rumah
Sakit.
2
2 Tujuan Khusus
1) Melakukan skrining mandiri pada pasien baru rawat inap dengan metode subyektif
Global Asessment (SGA) atau metode lain yang diunakan dirumah sakit lokasi praktik.
kesehatan umum misalnya hipertensi, jantung, obesitas (melanjutkan pasien yang sudah
menetapkan rencana terapi diet, melakukan intervensi gizi dan melakukan monitoring.
4) Melakukan monitoring, evaluasi intervensi gizi dan tidak lanjut minimal 2 pasien studi
6) Menerapkan prinsip etika profesi gizi selama kegiatan pelayanan gizi dalam praktik
baru, pengkajian dan data pasien, asuhan gizi pada pasien tanpa komplikasi, konseling
8) Menggunakan teknologi informasi dan komunikasi tepat guna pada kegiatan : skrining
gizi pasien baru, asuhan gizi pada pasien, pengkajian data pasien, konseling dan monev
3
9) Membangun kerjasama, koordinasi dan berparsisipasi dan tim kerja aperti :
mengkomunikasikan perubahan diet, asuhan gizi pasien kepada perawat, DPJP dan atau
10) Melakukan penyusunan laporan harin, laporan studi kasus (1 pasien) dan laporan PKL
Tahapan langkah proses terapi gizi terdiri dari skrining atau penapisan, kajian, diagnosa
medis dan diagnosa gizi (penentuan masalah gizi) formulasi terapi (intervensi gizi),
pelaksanaan terapi, pemantauan dan evaluasi terapi, penyusunan rencana ulang terapi atau
penghentian terapi. Rangkaian langkah tersebut bertujuan untuk memberi dampak terapi
yang optimal bagi pasien dan mempunyai keefektifan biaya. Adapun langkah – langkah
Skrining atau penapisan gizi merupakan salah satu cara untuk dapat menentukan
status gizi seseorang. Skrining gizi bertujuan mengidentifikasi status gizi pasien yang
masuk dalam kategori malnutrisi atau resiko malnutrisi sehingga membutuhkan kajian
gizi yang lebih mendalam. Metode skrining dan kategori malnutrisi ditetapkan oleh tim
yang berwenang.
Skrining sebaiknya bersifat sederhana dan cepat. Data skrining umumnya meliputi
umur, gender, diagnose medis, berat badan, tinggi badan, perubahan berat badan dan diet
yang sedang dijalankan. Pelaksanaan skrining dapat dilakukan oleh anggota tim yang
4
Skrining pasien baru yang dilakukan di RSUD Klungkung menggunakan form
skrining yang mencangkup semua data pokok dan data penunjang gizi seperti
pasien. Skrining ini dilakukan oleh pihak yang berwenang yaitu ahli gizi ruangan yang
bertugas pada masing – masing ruangan.di RSUD Klugkung ahli gizi ruangan yaitu
terdapat di Ruang A, E,F dan VIP. Hasil skrining tersebut akan menjadi bahan pokok
untuk melakukan asuhan gizi terhadap pasien tersebut yang mencangkup monitoring
evaluasi terhadap asupan makan pasien selama pasien dirawat di RSUD Klungkung dan
2. Kajian gizi
Kajian gizi atau pengkajian gizi dilakukan kepada pasien yang baru. Kajian gizi
merupakan proses sistematis dalam pengambilan, verifikasi dan interpretasi data untuk
menetapkan masalah gizi yang berkaitan dengan penyakitnya, status gizi dan perubahan
metaboliknya. Pengkajian gizi merupakan satu rangkaian dalam proses skrining gizi.
Pengkajian gizi merupakan suatu dasar dalam menegakkan asuhan gizi pasien sesuai
a. Antropometri
Setiap pasien baru akan diukur data antropometri seperti mengukur beratbadan
(BB), tinggi badan (TB), Lingkar Lengan Atas (LILA), Lingkar Kepala. Lingkar dada,
Tinggi lutut ataupun data antropometri lainnya sesuai dengan kebutuhan yang akan
digunakan dan disesuaikan dengan kondisi pasien. Pasien yang tidak bisa ditimbang
untuk mengetahui berat badannya bisa menggunakan LILA, ataupun pasien yang tidak
bisa diukur tinggi badannya bisa menggunakan tinggi lutut. Alat yang digunakan
5
dalam melakukan pengukuran antropometri digunakan sesuai dengan alat yang
tersedia seperti berat badan menggunakan timbangan injak ataupun timbangan bayi
(jika pasien adalah seorang bayi), untuk mengukur tinggi badan menggunakan meteran
1,5 m.
Pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan melihat secara langsung tampak fisik
pasien saat itu seperti kesadaran pasien, kesulitan menelan, kesulitan mengunyah,
konstipasi, sesak, diare, anoreksia, mual dan muntah. Selain pemeriksaan fisik,
dilakukan juga pemeriksaan klinis yaitu meliputi tekanan darah, nadi, repirasi dan
suhu tubuh. Dari data fisik klinis tersebut dapat diketahui kemampuan pasien untuk
menerima makanan sehingga bisa diketahui jenis diet ataupun bentuk makanan yang
bisa diterima oleh pasien saat itu sehingga kebutuhan gizi pasien terpenuhi secara
optimal.
c. Laboratorium
dalam rangka mendukung diagnosa penyakit, serta menegakkan masalah gizi pasien.
Data pemeriksaan laboratorium yang berhubungan dengan status gizi dan penyakit
misalnya kadar Hb, albumin darah, glukosa, profil lipid, creatinne, ataupun data
3. Riwayat Gizi
Setiap pasien rawat inap akan dianalisis mengenai kebiasaan makan sebelum dirawat
yang meliputi asupan zat gizi, pola makan, bentuk dan frekuensi makan, serta pantangan
6
makan. Asupan zat gizi dianalisis dengan menggunakan daftar analisa bahan makanan
kebutuhan gizi dalam sehari. Setiap pasien rawat inap akan dianamnesis untuk
mengetahui asupan makanan sebelum dirawat yang meliputi asupan zat gizi, pola makan,
Dari anamnesa gizi ini dapat diketahui kebiasaan makan pasien setiap hari dan dapat
diidentifikasi masalah gizi yang tekait dengan kejadian penyakit pasien. Selain itu,
melalui anamnesa diet, dapat digali patangan ataupun alergi pasien terhadap suatu
makanan.
4. Diagnosis Gizi
Diagnosa gizi merupakan kegiatan mengidentifikasi dan memberi nama masalah gizi
yang aktual dan atau beresiko menyebabkan masalah gizi yang merupakan tanggung
jawab dietesien untuk menanganinya secara mandiri. Diagnose gizi diuraikan atas
komponene mmasalah gizi (Problem), penyebab masalah (Etiologi) serta tanda dan gejala
adanya masalah (Signs & Symptoms). Diagnosis gizi berbeda dengan diagnosis medis,
baik dari sifatnya maupun cara penulisannya. Diagnosis gizi dapat berubah sesuai dengan
respon pasien, khususnya terhadap intervensi gizi yang dilakukan. Sementara diagnosis
medis, lebih menggambarkan kondisi penyakit atau patologi dari suatu organ tertentu dan
tidak berubah selama kondisi patologis pasien itu ada. Dari aspek penulisan, pernyataan
diagnosis gizi disusun dengan kalimat yang terstruktur sesuai dengan komponennya yaitu
Problem (P), Etiologi (E) dan Signs & Symptoms (S) yang disingkat dengan kata P-E-S.
7
Adapun komponen dala diagnosis gizi yaitu
a. Problem
dibuat:
intervensi gizi
b. Etiology
banyaknya faktor yang berkaitan dengan masalah gizi tersebut, maka penetapan
etiologi ini harus dilakukan secara berhati – hati dan sebaiknya secara tim.
Dengan demikian, dapat diketahui faktor penyebab yang paling utama. Etiologi
atau kegawatan kondisi pasien. Signs pada umumnya merupakan data obyektif,
sementara symptoms atau gejaa merupakan data subyektif. Data – data tersebut
8
diambil dari hasil pengkajian gizi yang dilakukan sebelumnya. Signs & Symptoms
domain disebut domain yaitu domain asupan, domain klinis, domain prilaku-
Domain Asupan
Problem gizi utama yang berkaitan dengan ketidaksesuaian asupan energi, zat
Domain Klinis
Domain ini menjelaskan mengenai kondisi fisik atau klinis yang berdampak
gangguan gastrointestinal)
Domain perilaku-lingkungan
makanan di rumah tangga, dan hal lainnya dapat mempengaruhi asupa gizi.
kepercayaan, aktifitas fisik dan fungsi keamanan makanan dan akses makanan
9
5. Penentuan Kebutuhan Gizi
Penentuan kebutuhan gizi diberikan kepada klien/pasien atas dasar status gizi,
pemeriksaan klinis, dan data laboratorium. Selain itu perlu juga memperhatikan
kebutuhan untuk penggantian zat gizi, kebutuhan harian, kebutuhan tambahan karena
kehilangan serta tambahan untuk pemulihan jaringan atau organ yang sedang sakit.
rencana diet dan bila sudah sesuai selanjutnya akan menterjemahkan kedalam menu dan
porsi makanan serta frekuensi makan yang akan diberikan. Makanan diberikan dalam
berbagai bentuk atau konsistensi (biasa, lunak, cair, dan sebagainya). Sesuai dnegan
kebutuhan dengan memperhatikan zat gizi yang dibutuhkan serta macam dan jumlah
bahan yang digunakan. Apabila dari rencana diet tersebut diperlukan penyesuaian, maka
dan mengkomunikasikan rencana asuhan gizi kepada pasien dan tenaga kesehatan
ataupun tenaga lain yang terkait. Secara singkat kesimpulan dari implementasi gizi adalah
Fase pelaksanaan
Aspek lain
Pemantauan dan evaluasi terapi gizi bertujuan untuk menilai proses dan keberhasilan
implementasi terapi gizi serta rencana tindak lanjut terapi. Pemantauan dan evaluasi
Dampak pemberian makanan terhadap status gizi, toleransi saluran cerna dan status
Faktor-faktor yang mempengaruhi asupan gizi seperti : kondisi nafsu makan, jumlah
makanan yang tidak dimakan (sisa), makanan dari luar rumah sakit yang
9. Konseling
merubah prilaku diet sesuai dengan yang dianjurkan. Konseling diberikan kepada pasien
dan atau keluarganya yang membutuhkan untuk mendapatkan penjelasan tentang diet
11
yang harus dilaksanakan oleh pasien sesuai dengan penyakit dan kondisinya. Konseling
Di RSUD Klungkung, ahli gizi ruangan telah melakukan kegiatan asuhan gizi pada
pasien rawat inap sesuai dengan PAGT (Proses Asuhan Gizi Terstandar), sehingga mampu
memberikan asuhan gizi yang tepat sesuai dengan penyakit pasien saat ini.
Pelayanan gizi rumah sakit adalah kegiatan pelayanan gizi di rumah sakit untuk
memenuhi kebutuhan gizi masyarakat rumah sakit (pasien) baik rawat inap maupun rawat
kelainan metabolisme, dalam rangka upaya preventif, kuratif, rehabilitative, dan promotif.
Hal ini sejalan dengan perkembangan iptek di bidang kesehatan, dimana telah berkembang
terapi gizi medis yang merupakan kesatuan dari asuhan medis, asuhan keperawatan, dan
Instalasi gizi mempunyai tugas melaksanakan pelayanan gizi secara efektif dan
efisien dengan kualitas yang optimal, produksi dan distribusi makanan, terapi gizi,
konsultasi dan penyuluhan gizi, pendidikan dan pelatihan, pengkajian, pengembangan dan
penelitian gizi terapan melalui perencanaan, penggerakan, serta pengendalian sarana dan
d) Anggota – anggotanya menjalankan tugas profesinya sesuai kode etik yang berlaku
12
e) Anggota – anggotanya bebas mengambil keputusan dalam menjalankan profesinya.
f) Anggota – anggotanya wajar menerima imbalan jasa atas pelayanan yang diebrikan
a) Ahli Gizi
6) Pelaksana peneliti
13
3) Penyelia sistem penyelenggaraan makanan institusi atau masal
Kepala unit pelayanan gizi adalah penanggung jawab umum organisasi unit
pelayanan gizi disebuah rumah sakit, yang ditetapkan oleh pimpinan rumah sakit
dengan berdasarkan ketentuan dan peraturan kepegawaian yang berlaku. Kepala nit
rumah sakit, yang pada umumnya bertanggung jawab kepada Direktur Bidang
Penunjang Medis.
Sesuai dengan tujuan dan kegiatan pelayanan gizi rumah sakit, umumnya tugas
4) Melaksanakan pemantauan
14
b. Koordinator Bidang Logistik
persediaan logistik pelaksanaan gizi di rumah sakit mulai dari pemesananan sampai
Koordinator bidang pengawasan mutu bertanggung jawab atas segala hal yang
menyangkut keamanan pangan atau makanan yang diproduksi oleh Instalasi gizi di
RSUD Klungkung. Pengawasan mutu dilakukan mulai dari pengawasan mutu bahan
d. Pengawas
berada dibawah pengawasan ahli gizi yang diberikan tugas sebagai pengawas.
RSUD Klungkung yang bertugas sebagai pengawas adalah ahli gizi dan berjumlah
sebanyak 3 orang yang dibagi menjadi 3 shift yaitu shift subuh, pagi dan sore.
e.Pekarya
15
boga, SMA dan D1 boga. Adapun tugas dari masing – masing pekarya dengan shift
a. Tugas pekarya shift subuh yaitu melakukan pengolahan untuk menu makan
b. Tugas pekarya shift pagi yaitu melakukan distribusi untuk makan pagi, snack
c. Tugas pekarya shift sore yaitu melakukan pengolahan untuk makan sore hari ,
snack sore , melakukan persiapan bahan makanan untuk makan pagi besok
Tenaga kerja yang terdapat di Instalasi gizi RSUD Klungkung yaitu sebanyak
22 orang dimana terdiri dari 10 orang ahli gizi yang bertugas sebagai ahli gizi
ruangan sebanyak 4 orang (ahli gizi ruangan A, ruangan E, ruangan F dan VIP) ,
pengawasan mutu 1 orang dan sebagai kelapa instalai gizi 1 orang. Ahli gizi ersebut
dibantu oleh pekarya berjumlah 12 orang yang dibagi menjadi 3 shift yaitu shift
subuh, pagi dan sore pekarya tersebut bertugas sebagi juru masak sekaligus pekarya
A. Tujuan Program
Refleksi dari fase social dan epidemiologi berupa pernyataan tentang apa yang akan
dicapai dalam periode tertentu yang berhubungan dengan status kesehatan. Tujuan
program ini juga disebut tujuan jangka panjang dari promosi kesehatan yang dilakukan.
B. Tujuan Pendidikan
Pembelajaran yang harus dicapai agar tercapai perilaku yang diinginkan. Tujuan ini
C. Tujuan Perilaku
Gambaran perilaku yang akan dicapai dalam mengatasi masalah kesehatan. Tujuan ini
bersifat jangka pendek, berhubungan dengan pengetahuan, sikap, tindakan yang diberikan
Kegiatan PKL di RSUD Klungkung mencakup kegiatan PKRMS ini dengan sasaran
yang meliputi keluarga pasien atau pengunjung pasien baik pasien rawat inap ataupun pasien
rawat jalan. Dalam kegiatan ini, promosi kesehatan yang dilakukan dalam bentuk
penyuluhan mengenai diet penyakit tertentu yang dilaksanakan di beberapa ruang di RSUD
17
Klungkung yaitu Ruang A, Ruang F dan Poliklinik Anak. Adapun Materi yang disampaikan
Penyuluhan dilakukan oleh mahasiswa yang didampingi oleh ahli gizi ruangan yang
bersangkutan, perwakilan pihak instalasi gizi, koordinator tim PKRS RSUD Klungkung,
koordinator tim PPI RSUD Klungkung serta kepala ruangan yang bersangkutan. Deskripsi
dengan sasaran keluarga pasien atau penunggu pasien. Kegiatan ini dilaksanakan
pada hari sabtu, 30 Mei 2015 pukul 10.00 Wita, dimana membahas mengenai
hemoroid dan makanan yang dianjurkan atau dihindari oleh penderita hemoroid.
dengan sasaran keluarga pasien atau penunggu pasien. Kegiatan ini dilaksanakan
pada hari sabtu, 30 Mei 2015 pukul 11.30 Wita, dimana membahas mengenai
diet untuk penyakit CKD dan lebih memfokuskan pada makanan yang dihindari
Poliklinik Anak dengan sasaran orang tua pasien yang mengantarkan anaknya
18
di ruang tunggu pasien membahas tentang gizi seimbang seperti pengertian gizi
informasi kepada pasien dan keluarga untuk meningkatkan pengetahuan serta memberikan
pemahaman tentang diet yang diberikan kepada pasien sesuai dengan penyakit pasien saat
ini sehingga informasi yang diterima dapat diterapkan oleh pasien. Dari kegiatan penyuluhan
yang telah dilakukan baik di Ruang A, Ruang F dan Poliklinik Anak, keluarga pasien sangat
aktif dalam proses penyuluhan tersebut. Hal tersebut diketahui melalui setiap acara
penyuluhan yang dilakukan pasien aktif bertanya ataupun menjawab pertanyaan. Selain
menjelaskan tentang materi pokok, dalam proses penyuluhan juga selalu diawali dengan
menjelaskan tata tertib rumah sakit serta mendemontrasikan 6 langkah cara mencuci tangan
yang baik dan benar yang didampingi oleh tim PKRS dan tim PPI sehingga keluarga pasien
yang menunggu pasien memahami tatatertib yang harus ditaati dan dapat menerapkan
dilakukan oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada individu yang mengalami sesuatu
masalah (disebut konseling) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi klien.
pendapat atau nasihat dalam penerapan pemilihan penggunaan suatu teknologi atau
kesimpulan yang sebaik-baiknya. Adapun ciri-ciri pokok konseling adalah sebagai barikut :
19
a. Dilakukan oleh seorang konselor yang kompeten dan ahli dalam menangani konflik atau
masalah.
c. Menggunakan berbagai model interaksi multi dimensional, tidak terbatas pada dimensi
verbal saja.
d. nteraksi antara konselor dan klien berlangsung dalam waktu yang relatif lama dan
f. Konseling merupakan proses yang dinamis, dimana individu klien dibantu untuk dapat
mengembangkan dirinya.
h. Konseling bersifat formal, professional dan terarah antara konselor dengan konseli.
Di RSUD Klungkung, biaya konsultasi gizi telah ditetapkan dari peraturan Bupati
Klungkung. Dari PKL yang telah dilakukan, Mahasiswa Jurusan Gizi Poltekkes Denpasar
melakukan konseling pada dua jenis perawatan yang berbeda – beda yaitu pada rawat inap
dan rawat jalan sengan jumlah pasien sebanyak yaitu rawat inap 3 pasien dan rawat jalan 2
pasien pada masing – masing mahasiswa. Dengan konseling yang dilakukan diharapkan
mampu memecahkan dan mencari jalan keluar tentang masalah yang sedang dialami oleh
anak dan poliklinik gizi . Setiap mahasiswa melakukan konseling sesuai dengan jadwal
yang telah diberikan dengan bergantian tempat konseling. Masing masing mahasiswa
20
memiliki target konseling minimal 2 pasien pasien rawat jalan. Pasien yang melakukan
materi yang diberikan. Adapun hasil kegiatan konseling yang dilaksanakan selama PKL
Tabel 1
Kegiatan Konsultasi Pasien Rawat Jalan
No Nama NIM Nama pasien Diagnosa Media
Mahasiswa
1 PT Yogi Nefrotik Leaflet
Ni Kadek Resita Mayuni P07131012009 Permana Syndrome
Oka Arya KDS Leaflet
Kt.Dharma DM Leaflet
2 Kadek Dita Lucyanthyka P07131012006 Mega Dana DHF Leaflet
A Widiasa Nefrotik Leaflet
Syndrome
Ratna Dwi DM Leaflet
3 Luh Pt Novi Prityatni P07131012011 Sudianta CHF Leaflet
Pt Gea Anita GEA Leaflet
Putri
4 I Putu Cipta Pebriawan P07131012015 Nyoman DM Leaflet
Dharma
Km.Ariyantini Epilepsi Leaflet
5 Ni Kadek Puspa Diana P07131012018 Md Ayu Gz.Kurang Leaflet
dan susah
makan
Dalton DM + HT Leaflet
6 Desak Ayu Santiari Dewi P07131010013 Suardana DM Leaflet
Leaflet
21
Selain konseling rawat jalan, kegiatan konseling rawat inap gizi juga merupakan
salah satu pelayanan gizi RSUD Klungkung. Sebelum konseling gizi diberikan, ahli gizi
harus melakukan pengkajian gizi terlebih dahulu. Setelah itu, konseling diberikan sesuai
dengan hasil pengkajian gizi. Disamping itu juga berdasarkan saran dokter, pasien
dirujuk ke ahli gizi untuk mendapatkan konsultasi berdasarkan hasil sesuai dengan
penyakitnya.
mahasiswa jika ada kekurangan penyampaian kepada pasien akan ditambahkan oleh ahli
gizi ruangan. Adapun penjabaran konseling yang dilakukan di RSUD Klungkung yaitu
Tabel 2
Kegiatan Konsultasi Pasien Rawat Inap
No Nama Mahasiswa Nama Pasien Diagnose Media
Suartini HT
1 Ni Kadek Resita Mayuni Khalifah HT + DM Leaflet
Nym.Diarta DM + DF
Hariyanto Obesitas +
2 Kadek Dita Lucyanthyka A luka bakar Leaflet
Nym.Mastri DM + DF
Luh Pariyanti HT
Ida Bagus DM + DF
3 Luh Putu Novi Priyatni Nyeneng Leaflet
Ngh Sudiasih DM + DF
Putu Suwirta SH +HT
Wayan Sudi CKD + HD +
4 I Putu Cipta Pebriawan HT Leaflet
Nymn Sukra HT
Ngh Degdeg Tumor Anus
Swahana Dita Bronkitis
5 Ni Kadek Puspa Diana Suarjana Low intake Leaflet
Ruging CHF + CKD
Nia pratiwi KDS
6 Desak Ayu Santiari Dewi Ernayanti Anemia Leaflet
Suriati CKD + HT
22
BAB II
LAPORAN KHUSUS
A. Tinjauan Pustaka
1. Diabetes Melitus
Diabetes adalah penyakit kronis yang akan terjadi ketika pankreas tidak cukup
menghasilkan insulin yang cukup, atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif
Tabel 3
Kadar Glukosa Darah Sewaktu dan Puasa
Sebagai Patokan Penyaring dan Diagnosis DM (mg/dl)
Penderita
Kadar glukosa darah Bukan DM Diduga DM
DM
Sewaktu (mg/dl)
Plama vena <100 100-199 ≥ 200
Darah kapiler <90 90-199 ≥ 200
Puasa
<100 100-125 ≥ 126
Plama vena <90 90-99 ≥ 100
23
Darah kapiler
(Sumber : Konsesus Pengelolaan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia 2006, Perkeni, 2006)
Secara umum gejala dan tanda penyakit DM dibagi dalam dua kelompok, yaitu
2) Sering kencing (poliuri) pada malam hari dengan jumlah air seni yang banyak.
ganti kacamata.
2) Gangguan saraf tepi berupa rasa kesemutan, terutama pda malam hari sering
3) Gatal-gatal dan bisul. Gatal umumnya dirasakan pada daerah lipatan kulit di
ketiak, payudara dan alat kelamin. Bisul dan luka lecet terkena sepatu atau
4) Rasa tebal pada kulit yang meyebabkan penderita lupa memakai sandal dan
sepatunya.
24
5) Gangguan fungsi seksual. Dapat berupa gangguan ereksi, impoten yang
(testoteron).
6) Keputihan. Pada penderita wanita, keputihan dan gatal sering dirasakan, hal ini
a) Tujuan penatalaksanaan
tekanan darah, berat badan dan profil lipid, melalui pengelolaan pasien secara
(Perkeni, 2006).
b) Pilar penatalaksanaan DM
1) Edukasi
Diabetes tipe 2 umumnya terjadi pada saat pola gaya hidup dan perilaku telah
25
kesehatan mendampingi pasien menuju perubahan perilaku. Edukasi dapat
(Perkeni, 2006).
dari anggota tim (dokter, ahli gizi, petugas kesehatan yang lain dan pasien itu
kadar gula darah seperti bahan makanan dengan indeks glikemik tinggi.
\\\\\\\\\\darah yaitu
a. Indeks Glikemik
Indeks glikemik (IG, glycemic index) adalah ukuran seberapa besar efek
diperkenalkan pada tahun 1981 oleh Jenkins dkk sebagai cara fisiologis
yaitu
26
Karbohidrat dengan indeks glikemik ≥ 70 merupakan indeks glikemik
glikemik tinggi yaitu roti putih, roti gandum, oatmel instan, nasi, dan
semangka
nasi beras merah, oatmeal non instan, jus buah tanpa pemanis, susu
kedele, talas.
b. Beban Glikemik
Beban glikemik (BG) atau bobot glikemik atau dalam bahasa inggris
disebut glycemic load (GL) adalah jumlah estimasi seberapa banyak suatu
makanan tersebut. Satu satuan beban glikemik kira-kira setara dengan efek
100
3) Latihan jasmani
28
Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani secara teratur (3-4 kali
seminggu selama kurang lebih 30 menit), merupakan salah satu pilar dalam
seperti: jalan kaki, bersepeda santai, jogging, dan berenang. Latihan jasmani
2006).
4) Intervensi farmakologis
menyeimbangkan asupan makanan dengan insulin, dengan obat penurun glukosa oral
Memberi cukup energi untuk mempertahankan atau mencapai berat badan normal
seperti hipoglikemia, komplikasi jangka pendek, dan jangka lama serta masalah yang
29
Meningkatkan derajat kesehatan secara keseluruhan melalui gizi yang optimal
Sumber karbohidrat kompleks seperti nasi, mie, kentang, singkong, ubi dan sagu
Sumber protein rendah lemak, seperti ikan, ayam tanpa kulit, susu skim, tempe, tahu
dan kacang-kacangan
Sumber lemak dalam jumlah yang terbatas yaitu bentuk makanan yang mudah
dicerna. Makanan terutama diolah dengan cara dipanggang, dikukus, disetup, direbus
Bahan makanan yang tidak dianjurkan, dibatasi, atau dihindari untuk diet diabetes
Sirop, jam, jeli, buah-buahan yang diawetkan dengan gula, susu kental manis,
Mengandung banyak lemak, seperti : cake, makanan siap saji (fast food), gorengan
Mengandung banyak natrium, seperti : ikan asin, telur asin, makanan yang diawetkan
30
Kaki diabetes adalah kelainan tungkai kaki bawah akibat diabetes mellitus yang
tidak terkendali dengan baik yang disebabkan olah gangguan pembuluh darah,
gangguan persyarafan dan infeksi. Kaki diabetes merupakan gambaran secara umum
dari kelainan tungkai bawah secara menyeluruh pada penderita diabetes mellitus yang
diawali dengan adanya lesi hingga terbentuknya ulkus yang sering disebut dengan
ulkus kaki diabetika yang pada tahap selanjutnya dapat dikategorikan dalam gangrene,
yang pada penderita diabetes mellitus disebut dengan gangrene diabetik (Misnadiarly,
2006).
Tanda dan gejala ulkus kaki diabetes seperti sering kesemutan, nyeri kaki saat
istirahat, sensasi rasa berkurang, kerusakan jaringan (nekrosis), penurunan denyut nadi
arteri dorsalis pedis, tibialis dan poplitea, kaki menjadi atrofi, dingin dan kuku
Salah satu akibat komplikasi kronik atau jangka panjang diabetes mellitus adalah
ulkus kaki diabetes. Ulkus kaki diabetes disebabkan adanya tiga faktor yang sering
disebut trias yaitu : iskemik, neuropati, dan infeksi. Pada penderita diabetes mellitus
apabila kadar glukosa darah tidak terkendali akan terjadi komplikasi kronik yaitu
kecepatan induksi, parastesia, menurunnya reflek otot, atrofi otot, keringat berlebihan,
kulit kering dan hilang rasa, apabila penderita diabetes mellitus tidak hati-hati dapat
31
terjadi trauma yang akan menyebabkan lesi dan menjadi ulkus kaki diabetes
(Waspadji, 2006).
Faktor risiko terjadi ulkus diabetika yang menjadi gambaran dari kaki diabetes
pada penderita diabetes mellitus terdiri atas faktor-faktor risiko yang tidak dapat
diubah dan faktor-faktor risiko yang dapat diubah (Tambunan, 2006; Waspadji, 2006).
1. Umur
Pada usia tua fungsi tubuh secara fisiologis menurun karena proses aging terjadi
terhadap pengendalian glukosa darah yang tinggi kurang optimal. Proses aging
pembuluh darah besar atau sedang di tungkai yang lebih mudah terjadi ulkus kaki
Ulkus kaki diabetes terutama terjadi pada penderita diabetes mellitus yang
telah menderita 10 tahun atau lebih, apabila kadar glukosa darah tidak terkendali,
32
/luka pada kaki penderita diabetes mellitus yang sering tidak dirasakan karena
Kadar glukosa darah yang tinggi semakin lama akan terjadi gangguan mikro
sirkulasi, berkurangnya aliran darah dan hantaran oksigen pada serabut saraf yang
mengakibatkan degenerasi pada serabut syaraf yang lebih lanjut akan terjadi
neuropati. Syaraf yang rusak tidak dapat mengirimkan sinyal ke otak dengan baik,
sehingga penderita dapat kehilangan indra perasa selain itu juga kelenjar keringat
menjadi berkurang, kulit kering dan mudah robek. Neuropati perifer berupa
hilangnya sensasi rasa yang berisiko tinggi menjadi penyebab terjadinya lesi yang
2006).
2. Obesitas.
Pada obesitas dengan index massa tubuh ≥ 23 kg/m2 (wanita) dan IMT (index
massa tubuh) ≥ 25 kg/m2 (pria) atau berat badan ideal yang berlebih akan sering
terjadi resistensi insulin. Apabila kadar insulin melebihi 10 μU/ml, keadaan ini
besar pada tungkai yang menyebabkan tungkai akan mudah terjadi ulkus / ganggren
3. Hipertensi.
33
Hipertensi (TD > 130/80 mm Hg) pada penderita diabetes mellitus karena
adanya viskositas darah yang tinggi akan berakibat menurunnya aliran darah
sehingga terjadi defesiensi vaskuler, selain itu hipertensi yang tekanan darah lebih
dari 130/80 mmHg dapat merusak atau mengakibatkan lesi pada endotel. Kerusakan
pada endotel akan berpengaruh terhadap makroangiopati melalui proses adhesi dan
sistemik dengan protein plasma termasuk hemoglobin dalam sel darah merah.
pengikatan oksigen oleh sel darah merah yang mengakibatkan hipoksia jaringan
yang selanjutnya terjadi proliferasi pada dinding sel otot polos sub endotel
trigliserida ≥ 150 mg/dl, kolesterol total ≥ 200 mg/dl dan HDL ≤ 45 mg/dl akan
34
pembuluh darah yang akan menyebabkan gangguan sirkulasi jaringan sehingga
suplai darah ke pembuluh darah menurun ditandai dengan hilang atau berkurangnya
denyut nadi pada arteri dorsalis pedis, tibialis dan poplitea, kaki menjadi atrofi,
dingin dan kuku menebal. Kelainan selanjutnya terjadi nekrosis jaringan sehingga
timbul ulkus yang biasanya dimulai dari ujung kaki atau tungkai (Tambunan, 2006;
Waspadji, 2006).
6. Kebiasaan Merokok.
penderita diabetes mellitus yang tidak merokok. Kebiasaan merokok akibat dari
insufisiensi vaskuler sehingga aliran darah ke arteri dorsalis pedis, poplitea, dan
Kepatuhan diet diabetes mellitus merupakan upaya yang sangat penting dalam
Kepatuhan diet penderita diabetes mellitus mempunyai fungsi yang sangat penting
35
yaitu mempertahankan berat badan normal, menurunkan tekanan darah sistolik dan
sehingga akan memperbaiki kadar glukosa darah. Dengan kadar glukosa darah
terkendali maka akan mencegah komplikasi kronik diabetes mellitus. Olah raga
termasuk senam kaki. Senam kaki dapat membantu memperbaiki sirkualsi darah
dan memperkuat otot - otot kecil kaki dan mencegah terjadinya kelainan bentuk
kaki (deformitas), selain itu dapat meningkatkan kekuatan otot betis dan otot paha
sendi.
saat ini belum ada obat yang dapat dianjurkan secara tepat untuk memperbaiki
vaskularisasi perifer pada penderita Diabetes Mellitus, namun bila dilihat dari
36
penelitian tentang kelainan akibat arterosklerosis ditempat lain seperti jantung dan
otak, obat seperti aspirin dan lainnya yang sejenis dapat digunakan pada pasien
Diabetes Mellitus meskipun belum ada bukti yang cukup kuat untuk menganjurkan
Perawatan kaki penderita diabetes mellitus yang teratur akan mencegah atau
mengurangi terjadinya komplikasi kronik pada kaki. Acuan dalam perawatan kaki
pada penderita diabetes mellitus yaitu meliputi seperti selalu menjaga kaki dalam
keadaan bersih, membersihkan dan mencuci kaki setiap hari dengan air suam-suam
kuku dengan memakai sabun lembut dan mengeringkan dengan sempurna dan hati-
hati terutama diantara jari-jari kaki, memakai krem kaki yang baik pada kulit yang
kering atau tumit yang retak-retak, supaya kulit tetap mulus, dan jangan menggosok
antara jari-jari kaki (contoh: krem sorbolene), tidak memakai bedak, sebab ini akan
3. Luka Bakar
Luka bakar adalah rusak atau hilangnya jaringan yang disebabkan kontak dengan
sumber panas seperti kobaran api di tubuh (flame), jilatan api ketubuh (flash), terkena
air panas (scald), tersentuh benda panas (kontak panas), akibat sengatan listrik, akibat
Luka bakar merupakan luka yang unik diantara bentuk bentuk luka lainnya ,
karena luka tersebut meliputi sejumlah besar jaringan mati (eskar) yang tetap berada
37
pasda tempatnya untuk jangka waktu. Dengan cepat luka bakar akan didiami oleh
bakteri patogen; mengalami eksudasi dengan perembasan sejumlah besar air, protein
serat elektrolit; dan seringkali memerlukan pencangkokan kulit dari bagian tubuh yang
B. Etiologi
Menurut penyebabnya , luka bakar dapat dibagi dalam beberapa jenis, meliputai
Luka bakar suhu tinggi(Thermal Burn) disebabkan oleh gas, cairan, dan bahan
padat. Luka bakar thermal burn biasanya disebabkan oleh air panas
(scald) ,jilatan api ketubuh (flash), kobaran api di tubuh (flam), dan akibat
terpapar atau kontak dengan objek-objek panas lainnya (logam panas, dan lain-
Luka bakar kimia biasanya disebabkan oleh asam kuat atau alkali yang biasa
digunakan dalam bidang industri militer ataupu bahan pembersih yang sering
Listrik menyebabkan kerusakan yang dibedakan karena arus, api, dan ledakan.
38
kerusakan berada jauh dari lokasi kontak, baik kontak dengan sumber arus
Luka bakar radiasi disebabkan karena terpapar dengan sumber radio aktif. Tipe
injury ini sering disebabkan oleh penggunaan radio aktif untuk keperluan
matahari yang terlalu lama juga dapat menyebabkan luka bakar radiasi
(Moenadjat, 2001).
C. Patofisiologi
Luka bakar suhu pada tubuh terjadi baik karena kondisi panas langsung atau
kerusakan bermakna, kecepatan kerusakan jaringan berlipat ganda untuk tiap drajat
kenaikan temperatur. Saraf dan pembuluh darah merupakan struktur yang kurang
lumen pembuluh darah, dalam hal ini bukan hanya cairan tetapi protein plasma dan
elektrolit. Pada luka bakar ekstensif dengan perubahan permeabilitas yang hampir
Luka bakar juga dapat menyebabkan kematian yang disebabkan oleh kegagalan
organ multi sistem. Awal mula terjadi kegagalan organ multi sistem yaitu terjadinya
39
kerusakan kulit yang mengakibatkan peningkatan pembuluh darah kapiler,
tekanan onkotik dan tekanan cairan intraseluler menurun, apabila hal ini terjadi terus
terjadinya gangguan perfusi jaringan. Apabila sudah terjadi gangguan perkusi jaringan
maka akan mengakibatkan gangguan sirkulasi makro yang menyuplai sirkulasi orang
organ organ penting seperti : otak, kardiovaskuler, hepar, traktus gastrointestinal dan
berupa eritema, tidak dijumpai pula nyeri karena ujung –ujung syaraf sensorik
teriritasi, penyembuhannya terjadi secara spontan dalam waktu 5 -10 hari (Brunicardi
et al., 2005).
Kerusakan terjadi pada seluruh lapisan epidermis dan sebagai lapisan dermis,
berupa reaksi inflamasi disertai proses eksudasi. Dijumpai pula, pembentukan scar,
dan nyeri karena ujung –ujung syaraf sensorik teriritasi. Dasar luka berwarna merah
atau pucat. Sering terletak lebih tinggi diatas kulit normal (Moenadjat, 2001).
40
3) Bula mungkin tidak terbentuk beberapa jam setelah cedera, dan luka bakar
pada mulanya tampak seperti luka bakar derajat I dan mungkin terdiagnosa
4) Ketika bula dihilangkan, luka tampak berwarna merah muda dan basah.
4) Juga dijumpai bula, akan tetapi permukaan luka biasanya tanpak berwarna
merah muda dan putih segera setelah terjadi cedera karena variasi suplay darah
dermis (daerah yang berwarna putih mengindikasikan aliran darah yang sedikit
atau tidak ada sama sekali, daerah yg berwarna merah muda mengindikasikan
5) Jika infeksi dicegah, luka bakar akan sembuh dalam 3 -9 minggu (Brunicardi,
2005)
dalam, tidak dijumpai bula, apendises kulit rusak, kulit yang terbakar berwarna
putih dan pucat. Karena kering, letak nya lebih rendah dibandingkan kulit
41
sekitar. Terjadi koagulasi protein pada epidermis yang dikenal sebagai scar,
tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensasi, oleh karena ujung –ujung syaraf
tidak ada proses epitelisasi spontan dari dasar luka (Moenadjat, 2001).
Luka full thickness yang telah mencapai lapisan otot, tendon dan ltulang
dengan adanya kerusakan yang luas. Kerusakan meliputi seluruh dermis, organ-
organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar keringat
mengalami kerusakan, tidak dijumpai bula, kulit yang terbakar berwarna abu-abu
dan pucat, terletak lebih rendah dibandingkan kulit sekitar, terjadi koagulasi
protein pada epidemis dan dermis yang dikenal scar, tidak dijumpai rasa nyeri
dan hilang sensori karena ujung-ujung syaraf sensorik mengalami kerusakan dan
1. Usia
inflamasi,dan fagositosis mudah rusak pada orang terlalu muda dan orang tua,
sehingga risiko infeksi lebih besar. Kecepatan pertuumbuhan sel dan epitelisasi
pada luka terbuka lebih lambat pada usia lanjut sehingga penyembuhan luka juga
2. Nutrisi
Diet yang seimbang antara jumlah protein, karbohidrat, lemak, mineral dan
42
vitamin yang adekuat diperlukan untuk meningkatkan daya tahan tubuh terhadap
patogen dan menurunkan risiko infeksi. Pembedahan, infeksi luka yang parah, luka
bakar dan trauma, dan kondisi defisit nutrisi meningkatkan kebutuhan akan nutrisi.
lainnya yang diperlukan pada proses penyembuhan. Selain itu pada obesitas
penyatuan jaringan lemak lebih sulit, komplikasi seperti dehisens dan episerasi
3. Oksigenasi
2. Infeksi
inflamasi, dan memproduksi zat kimia serta enzim yang dapat merusak jaringan
(Delaune & Ladner, 2002). Resiko infeksi lebih besar jika luka mengandung
jaringan nekrotik, terdapat benda asing dan suplai darah serta pertahanan
3. Merokok
43
oksigenasi jaringan. Sehingga merokok menjadi penyulit dalam proses
4. Diabetes Melitus
darah dapat merusak fungsi luekosit dan fagosit. Lingkungan yang tinggi akan
kandungan glukosa adalah media yang bagus untuk perkembangan bakteri dan
5. Sirkulasi
Aliran darah yang tidak adekuat dapat mempengaruhi penyembuhan luka hal
ini biasa disebabkan karena arteriosklerosis atau abnormalitas pada vena (DeLaune
6. Faktor Mekanik
7. Steroid
cedera dan menghambat sintesa kolagen. Obat obat antiinflamasi dapat menekan
sintesa protein, kontraksi luka, epitelisasi dan inflamasi (DeLaune & Ladner,
2002).
8. Antibiotik
yang resisten, dapat menigkatkan resiko infeksi (Delaune & Ladner, 2002).
44
F. Kebutuhan zat gizi dan cairan
Menurut Almatsier (2004) Prinsip diet luka bakar adalah memberi makanan
dalam bentuk cair sedini mungkin. Penatalaksanaan diet luka bakar bertujuan
mempertahankan status gizi secara optimal selama proses penyembuhan dengan cara :
enternal dini.
b. Kebutuhan Energi
4. Lemak sedang 15-20% dari total energi. Pemberian lemak yang tinggi
45
terkena infeksi.
- Vitamin E 200 SI
7. Mineral tinggi, terutama zat besi, seng, natrium, kalium, kalsium, fosfor,
aman dan berguna pada luka bakar dalam menurunkan risiko infeksi,
8. Cairan tinggi. Akibat luka bakar terjadi kehilangan cairan dan elektrolit
secara intensif. Pada saat ini, perhitungan pemberian cairan resusitasi yang
46
5. STOKE (SH)
A. Pengertian Stroke
Stroke adalah kondisi yang terjadi ketika sebagian sel-sel otak mengalami
kematian akibat gangguan aliran darah karena sumbatan atau pecahnya pembuluh
darah di otak. Aliran darah yang terhenti membuat suplai oksigen dan zat makanan
ke otak juga terhenti, sehingga sebagian otak tidak dapat berfungsi sebagaimana
Stroke dengan defisit neurologik yang terjadi tiba-tiba dapat disebabkan oleh
iskemia atau perdarahan otak. Stroke iskemik disebabkan oleh oklusi fokal pembuluh
darah otak yang menyebabkan turunnya suplai oksigen dan glukosa ke bagian otak
yang mengalami oklusi (Hacke, 2003). Munculnya tanda dan gejala fokal atau global
pada stroke disebabkan oleh penurunan aliran darah otak. Oklusi dapat berupa
salah satu daerah percabangan pembuluh darah di otak tersebut. Stroke hemoragik
2000).
B. Klasifikasi Stroke
47
Stroke iskemik terjadi karena aliran darah ke otak terhenti karena aterosklerosis
atau bekuan darah yang telah menyumbat suatu pembuluh darah. Penyebabnya
adalah :
b) Trombosis serebri
c) Emboli serebri
b. Stroke hemoragik
yang normal dan darah merembes ke dalam suatu daerah di otak dan merusaknya.
a) Perdarahan intraserebral
b) Perdarahan subarachnoid
Pada bentuk ini gejala neurologik yang timbul akibat gangguan peredaran
Gejala neurologik yang timbul akan menghilang dalam waktu lebih lama dari
d) Completed stroke
48
e) Berdasarkan sistem pembuluh darah: Sistem karotis dan sistem
Dalam hal ini stroke terbagi dalam dua klasifikasi, yaitu stroke iskemik dan stroke
dibandingkan dengan stroke hemoragik. Menurut Sudlow dan Warlow (1996) dalam
Davenport dan Dennis (2000), 80% dari seluruh kejadian stroke pada orang kulit
C. Patofisiologi
Infark regional kortikal, subkortikal ataupun infark regional di batang otak terjadi
karena kawasan perdarahan suatu arteri tidak/kurang mendapat jatah darah lagi. Jatah
darah tidak disampaikan ke daerah tersebut. Lesia yang terjadi dinamakan infark
iskemik jika arteri tersumbat dan infark hemoragik jika arteri pecah. Maka dari itu
Iskemia disebabkan oleh adanya penyumbatan aliran darah otak oleh thrombus
pada dinding pembuluh darah, sehingga arteri menjadi tersumbat, aliran darah ke
kompleks iskemia, akhirnya terjadi infark pada jaringan otak. Emboli disebabkan
oleh embolus yang berjalan menuju arteri serebral melalui arteri karotis.
berkembang cepat dan terjadi gangguan neurologis fokal. Perdarahan otak dapat
49
b. Stroke hemoragik
dikompensasi tubuh akan menimbulkan tingkatan TIK yang bila berlanjut akan
menyebabkan herniasi otak sehingga timbul kematian. Disamping itu, darah yang
spasme pembuluh darah otak dan penekanan pada daerah tersebut menimbulkan
aliran darah berkurang atau tidak ada sehingga terjadi nekrosis jaringan otak.
adalah dari pengerasan arteri atau yang disebut juga sebagai arteriosklerosis. Karena
arteriosklerosis merupakan gaya hidup modern yang penuh stress, pola makan tinggi
lemak, dan kurang berolahraga. Ketiganya sebenarnya tergolong dalam faktor risiko
yang dapat dikendalikan. Selain itu, ada pula faktor-faktor lain yang tidak dapat
a. Usia Semakin bertambah tua usia, semakin tinggi risikonya. Setelah berusia
50
b. Jenis kelamin Pria lebih berisiko terkena stroke daripada wanita, tetapi
karena stroke.
keturunan. Faktor genetik yang sangat berperan antara lain adalah tekanan
darah tinggi, penyakit jantung, diabetes dan cacat pada bentuk pembuluh
a. Hipertensi
memiliki faktor risiko stroke empat hingga enam kali lipat dibandingkan
orang yang tanpa hipertensi dan sekitar 40 hingga 90 persen pasien stroke
dengan denyut jantung yang tidak teratur di bilik kiri atas. Denyut jantung
di atrium kiri ini mencapai empat kali lebih cepat dibandingkan di bagian-
bagian lain jantung. Ini menyebabkan aliran darah menjadi tidak teratur
51
fibrilation merupakan penyebab utama kematian pada satu di antara empat
kasus stroke. Faktor lain dapat terjadi pada pelaksanaan operasi jantung
Tanpa diduga, plak dapat terlepas dari dinding aorta (batang nadi jantung),
lalu hanyut mengikuti aliran darah ke leher dan ke otak yang kemudian
menyebabkan stroke.
b. Diabetes
Penderita diabetes memiliki risiko tiga kali lipat terkena stroke dan
mencapai tingkat tertinggi pada usia 50-60 tahun. Setelah itu, risiko
tersebut akan menurun. Namun, ada faktor penyebab lain yang dapat
kolesterol seperti daging, telur, dan produk susu dapat meningkatkan kadar
menurunkan kolesterol.
52
e. Merokok
terlepas dari faktor risiko yang lain, dan dapat juga meningkatkan risiko
nyata kejadian stroke, yang lebih banyak terjadi pada usia dewasa muda
ketimbang usia tengah baya atau lebih tua. Sesungguhnya, risiko stroke
menurun dengan seketika setelah berhenti merokok dan terlihat jelas dalam
kerusakan yang lebih besar lagi pada otak sebagai akibat bila terjadi stroke
tahap kedua.
f. Alkohol berlebih
53
Dengan demikian, konsumsi alkohol yang cukup justru dianggap dapat
g. Obat-obatan terlarang
yang lain seperti hipertensi, penyakit jantung, dan penyakit pembuluh darah.
gumpalan darah.
pada stroke hemoragik. Cedera pada leher, bila terkait dengan robeknya
penyebab stroke yang cukup berperan, terutama pada orang dewasa usia
muda.
i. Infeksi
lain dan membentuk risiko terjadinya stroke. Secara alami, sistem kekebalan
54
dalam darah yang memicu risiko stroke embolik-iskemik ( Yuli Saraswati,
2008 ).
F. Penatalaksanaan Stroke
hari. Walaupun sebagian orang merasa khawatir akan kadar kolesterol penderita,
namun permasalahan utama yang dihadapi seseorang dengan cacat jasmaniah adalah
peningkatan berat badan akibat kurang gerak. Disini terjadi suatu lingkaran setan,
dimana kenaikan berat badan membuat penderita akan semakin tidak dapat bergerak
dan menaikkan berat badan lagi akan membuat penderita semakin tidak dapat bergerak
lagi dan seterusnya ( Utami P, 2009 ). Adapun jenis penerapan diet penyakit stroke
Sumber Karbohidrat : beras, kentang, ubi, singkong, terigu, hunkwe, tapioca, sagu,
55
Sumber Protein hewani :daging sapid an ayam tak berlemak, ikan, telur ayam, susu
Sumber protein nabati : semua kacang-kacangan dan produk olahan yang dibuat
Buah-buahan : buah segar, dibuat jus atau disetup, seperti pisang, papaya,
Sumber lemak : minyak jagung dan minyak kedelai, margarine dan mentega
santan encer.
Minuman : teh, kopi, cokelat dalam jumlah terbatas, dan encer susu skim
dan sirup.
dan pala.
Sumber protein hewani : daging sapid an ayam berlemak, jerohan, otak, hati, ikan
56
Sumber protein nabati : pindakas dan semua produk olahan kacang-kacangan yang
mentah.
asinan.
Sumber lemak : minyak kelapa dan minyak kelapa sawit, margarine dan
6. CKD
Gagal ginjal kronik (GGK) adalah gangguan fungsi ginjal yang menahun
meyenebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah). (KMB,
Vol 2 hal,1448).
57
Penyakit gagal ginjal kronis bersifat progresif dan irreversible dimana terjadi
keseimbangan cairan serta elektrolit. Gagal ginjal kronik (GGK) biasanya akibat akhir
ini dari kehilangan fungsi ginjal lanjut secara bertahap. (DOENGES, 1999).
2. Etiologi CKD
b. Penyakit peradangan
tubulus ginjal).
f. Penyakit metabolik
g. Nefrofatik toksik
3. Patofisiologi CKD
Perjalanan umum gagal ginjal oprogresif dapat dibagai menjadi 3 stadium yaitu:
a. Stadium 1 (penurunan cadangan ginjal) yang ditandai dengan kreatinin serum dan
b. Stadium 2 ( insufisiensi ginjal) yang ditandai dengan lebih dari 75% jaringan yang
berfungsi telah rusak. Pada tahap ini BUN mulai meningkat diatas normal, kadar
58
kreatinin serum mulai meningkat melebihi kadar normal, azotemia ringan, timbul
c. Stadium 3 (gagal ginjal stadium akhir) timbul apabila 90% massa nefron telah
hancur, nilai glomerulo filtration rate 10% dari normal, kreatininn klirens 5-10 ml
per menit atau kurang.pada tahap ini kreatinin serum, kadar blod ureum nitrogen
Gejala dan tanda yang dapat ditemukan pada pasien yang mengalami gagal
a. Hematologik
lekosit.
b. Gastrointestinal
1) Anoreksia, nausea dan vomitus yang berhubungan dengan uremia (gejala akibat
2) Faktor uremia disebabkan oleh ureumberlebihan pada air liur diubah oleh bakteri
1) Miopati
59
3) Enseflopati metabolik, rasa semutan dan seperti terbakar, terutama ditelapak
kaki
4) Burning feet syndrome , pasien merasa pegal pada kakinya sehingga selalu
digerakan.
d. Kulit
e. Kordiovaskuler
sistem renin-angiotensi-aldostron.
f. Endokrin
lipido, fertilitas dan ereksi menurun pada laki-laki, gangguan metabolisme vitamin
D.
60
g. Gangguan sistem lain
Faktor resiko penyakit ginjal kronik yaitu pasien dengan diabetes militus atau
c. Sumber lemak :minyak jagung, kacang tanah, minyak kelapa sawit, minyak
d. Sumber vitamin dan mineral : semua sayuran dan buah yang segar kecuali pasien
dengan hiperkalemia.
61
Adapun bahan makanan yang tidak dianjurkan yaitu sebagai berikut:
b. Sumber lemak seperti kelapa, santan minyak kelapa, margarin, mentega bisa dan
lemak nhewani.
7. Hipertensi
Tekanan darah adalah kekuatan yang diperlukan agar darah dapat mengalir di
dalam pembuluh darah dan beredar mencapai semua jaringan tubuh manusia. Darah
yang beredar keseluruh tubuh berfungsi sebagai media pengangkut oksigen serta zat-
zat lain yang diperlukan bagi kehidupan sel-sel tubuh. Darah juga berfungsi sebagai
sarana pengangkut sisa hasil metabolisme yang tidak berguna lagi dari jaringan
tubuh.
2. Penyebab Hipertensi
yang dilukiskan oleh Page dengan mosaic theory (Pickering, 1974). Masing-masing
faktor tersebut tidak sama kuatnya untuk dapat menimbulkan hipertensi pada
a. Faktor Keturunan
Dari data statistic terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih
62
b. Ciri Perseorangan
kelamin, dan ras. Umur yang bertambah akan menyebabkan terjadinya kenaikan
tekanan darah. Tekana darah pria umumnya lebih tinggi dibandingkan wanita.
c. Kebiasaan Hidup
garam yang tinggi, kegemukan atau makan berlebihan, stress dan pengaruh lain.
Data statistik ternyata dapat diketahui bahwa hipertensi jarang diderita oleh suku
bangsa atau penduduk dengan konsumsi garam yang rendah. Dunia kedokteran
tekanan darah dan pengeluaran garam (natrium) oleh obat diuretic (pelancar
Stress atau tegangan jiwa (rasa tertekan, murung, rasa marah, dendam, rasa takut,
adrenalin dan memacu jantung berdenyut lebih cepat serta lebih kuat sehingga
tekanan darah akan meningkat. Jika stress berlangsung cukup lama, tubuh akan
63
berusaha mengadakan penyesuaian sehingga timbul kelainan organis atau
4) Pengaruh lain
Pengaruh lain yang dapat menyebabkan naiknya tekanan darah adalah sebagai
berikut:
darah
b) Minum alcohol
Faktor-faktor hipertensi yang dapat dikontrol dan tidak tidak dapat dikontrol :
- Kegemukan (obesitas)
- Kurang orahraga
- Stress
- Keturunan
- Jenis Kelamin
- Umur
64
4. Gejala Hipertensi
tekanan diastole menjadi lebih besar dari 140 mmHg (hipertensi malignan). Gejala
yang sering muncul adalah pusing, sakit kepala, serasa akan pingsan, tinnitus
(Suiraoka, 2012).
5. Pola Konsumsi
Pola makan yang baik dan benar dapat membantu menurunkan tekanan
makanan, mengurangi makanan berlemak. Untuk lebih jelasnya ada beberapa zat
gizi yang memicu terjadinya hipertensi. Asupan nutrisi yang utama sebagai
a. Natrium
natrium).
65
b. Serat
terjadinya hipertensi sedangkan serat pangan yang larut air dapat menurunkan
kolesterol darah. Serat pangan yang baik untuk mengatasi tekanan darah
tinggi ialah serat larut (disselve fibre) yang dapat diperoleh dari buah–buahan
c. Lemak
dalam darah ini mengakibatkan aliran darah ke otak menjadi terhambat dan
menjadi hipertensi. Konsumsi lemak yang tak jenuh akan maksimal pada
kondisi asam dan berkurang pada kondisi basa. Kenaikan derajat keasaman
akan menyebabkan ionisasi gugus hidroksil dan karboksil dari asam empedu
sekunder penting dilakukan. Hipertensi esensial memang belum ada obatnya yang
tepat. Akan tetapi kombinasi antara obat-obatan dengan diit, dan gaya hidup yang
baik akan meringankan keadaan sehingga tidak menjadi lebih parah. Sedangkan
66
penanggulangan secara non medikamentosa (bukan dengan obat) mencakup
a. Terapi diit
zat–zat gizi harus terpenuhi dan mencegah terjadinya kekurangan gizi secara
umum atau kekurangan salah satu zat gizi yang harus dapat memperbaiki
b. Latihan Fisik
Latihan fisik yang baik untuk penderita hipertensi adalah gerak jalan karena
gerak jalan seluruh aliran darah akan berfungsi dengan baik, demikian halnya
dengan fungsi jantung dan dapat pula mengurangi stress (Rab Tabrani, 1993).
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja, tetapi
hidup penderita. Bila tekanan darah tidak dapat diturunkan dalam satu bulan,
dosis obat dapat disesuaikan sampai dosis maksimal atau menambahkan obat
golongan lain atau mengganti obat pertama dengan obat golongan lain.
67
Penurunan dosis obat dapat dilakukan pada golongan hipertensi ringan yang
Studi kasus harian merupakan salah satu kompetensi yang harus dicapai dalam PKL
Asuhan Gizi Klinik yang meliputi kegiatan skrining gizi, pengkajian gizi dan monitoring
dari pasien baru. Pengkajian gizi meliputi data antropometri, data biokimia, data fisik dan
klinis pasien, data dietery pasien dan data personal pasien lainnya. Setiap mahasiswa
melakukan pengkajian gizi minimal 11 kasus baik komplikasi maupun tidak komplikasi.
pasien dewasa dan pengkajian anak untuk pasien anak. Saat melakukan pengkajian,
mahasiswa juga memonitoring asupan pasien dalam sehari. Adapun uraian kegiatan
68
Tabel 4
Kegiatan Studi Kasus Harian
No. Nama Mahasiswa Inisial Pasien Diagnosa Diet
69
N.S Hipertyroid Prabedah IV
N.M CHF Diet Jantung III
A.K DHF GR I Makanan lunak
D.S.W Diare Akut Rendah serat
mengintegrasikan, dan menganalisis data untuk identifikasi masalah gizi yang terkait
dengan aspek asupan zat gizi dan makanan, fisik, klinis, perilaku, lingkungan, serta
mencegah terjadinya keadaan gizi salah. Hal yang perlu menjadi perhatian dalam skrining
gizi, yaitu ada tidaknya riwayat perubahan berat badan yang berarti. Metode yang
digunakan dalam skrining gizi, antara lain wawancara dengan pasien atau keluarga
pasien, pengamatan langsung, dan pencatatan dari catatan rekam medik pasien.
pengkajian gizi yang dilakukan maka diketahui data – data penunjang penyakit pasien
mulai dari data antropometri, fisik dan klinis, laboratorium serta riwayat makan pasien
sebelum pasien MRS yang dapat mendukung penyakit pasien terkait zat gizi.
melakukan asuhan gizi sehari sebanyak 11 pasien. Masing – masing pasien akan
dilakukan asuhan gizi mulai dari pengkajian, diagnosa, intervensi dan rencana monitoring
serta dilihat tingkat penerimaan makanan pasien di rumah sakit sehingga dapat diketahui
71
Studi kasus lanjut yaitu merupakan kegiatan pelayanan gizi yang dilaksanakan kepada
satu orang pasien untuk setiap mahasiswa mulai dari kegiatan screening, pengkajian,
intervensi, monitoring dan evaluasi. Adapun deskripsi dari studi kasus lanjut yaitu:
Tabel 5
Hasil Kegiatan Studi Kasus Lanjut
Asupan
No Nama Mahasiswa Pasien Diagnosa Jenis Diet Sebelum Sesudah
intervensi Intervensi
1 Ni Kadek Resita Mayuni I.N.D DM + DF DM 2300 Energi : 80,6% Energi : 90,4%
kkal Protein : 106 % Protein : 90,4 %
Lemak : 92,7 % Lemak : 92,8 %
KH : 88% KH : 90%
2 Ni Kadek Dita Lucyanthyka H Combustio Luka Energi : 79,68% Energi : 81,87%
Gr II Bakar IV Protein : 93,52 % Protein : 97,10%
Lemak : 112,4 % Lemak : 81,82 %
KH : 80,52% KH : 81,27%
3 Luh Putu Novi Priyatni P.S SH + HT Stroke II + Energi : 45,98% Energi : 47,26%
RG II Protein : 64,93% Protein : 57,29%
Lemak : 65,84% Lemak : 45,2%
KH : 26,99% KH : 57,76%
4 I Putu Cipta Pebriawan I.W.S CKD +HD Dialisis I Energi : 5,4% Energi : 35,20%
+ GR III Protein : 6,4% Protein : 37,01%
Lemak : 6,22% Lemak : 30,40%
KH : 4,7% KH : 35,1%
5 Ni Kadek Puspa Diana N.R CHF+CKD Jantung III Energi : 91,61% Energi : 76,37%
+RG + RP Protein : 129,8% Protein : 90,02%
Lemak : 155,5% Lemak : 77,6%
72
KH : 62,43% KH : 73,00%
6 Desak Ayu Santiari Dewi N.S CKD + HT RP + RG Energi : 49,88% Energi : 70,04%
Protein : 103,65% Protein : 121,85%
Lemak : 33,6% Lemak : 64,14%
KH : 51,17% KH : 65,81%
Selain studi kasus harian, kegiatan PKL AGK di RSUD Klungkung lainnya adalah
melakukan kegiatan studi kasus lanjut. Setiap mahasiswa mendapat satu studi kasus lanjut.
Studi kasus lanjut ini dilakukan intervensi selama 3 hari berturut – turut. Selama 3 hari
perkembangan pasien selalu diikuti baik dari segi antropometri, fisik dan klinis,
laboratorium dan asupan pasien. Dalam intervensi diet yang paling penting yaitu asupan
makanan pasien, sehingga mampu memenuhi kebutuhan gizi pasien dan mampu membantu
penyembuhan pasien.
Dari kasus lanjut yang telah dilakukan intervensi, semua kasus mengalami
peningkatan asupan zat gizi makro, tetapi ada dalam batas normal ataupun masih dalam
batas kurang dengan alasan tertentu seperti gangguan gastrointestinal. Dengan persentase
pasien yang mengalami kenaikan energi sebanyak 5 pasien (83%), kenaikan protein 3 orang
(50%), lemak 4 orang (66,6%) dan semua pasien mengalami kenaikan asupan karbohidrat
Kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) AGK di RSUD Klungkung terdiri dari
kegiatan AGK di rawat inap dan dirawat jalan. Semua kegiatan yang dilakukan di RSUD
73
Melakukan pengkajian gizi pasien tanpa komplikasi
Melaksanakan asuhan gizi untuk pasien sesuai kondisi klinis, biokimia, sosial budaya,
Melakukan monitoring dan evaluasi intervensi gizi pasien dan tindak lanjut
Mendidik pasien dalam rangka promosi kesehatan, pencegahan penyakit dan terapi
Merujuk pasien kepada ahli lain pada saat situasi berada di luar kompetensinya
Kegiatan skrinning dilakukan untuk setiap pasien baru yang ada di ruangan.
Skrinning yang dilakukan berupa menimbang berat badan, mengukur tinggi badan pasien,
mengukur LILA, mengukur tinggi lutut pasien, mencatat nilai biokimia pasien, mencatat
pemeriksaan fisik/klinis pasien, mengetahui pola makan pasien menggunakan form SQ-
FFQ, mengetahui asupan makan oral di rumah dan di rumah sakit, mengetahui pantangan
makan dan alergi makanan pasien, dan mengetahui suplemen gizi yang dikonsumsi pasien.
Apabila berat badan tidak dapat ditimbang, maka digunakan LILA untuk mengetahui berat
badan estimasi pasien. Tinggi badan pasien diketahui dengan mengukur tinggi lutut untuk
74
mengetahui estimasi TB pasien. Skrining pasien baru dilakukan dengan menggunakan form
Dari melakukan skrining tersebut, maka diketahui beberapa terkait zat gizi, dan dari
data tersebut dapat disusun asuhan gizi sehari. Dimana masing – masing mahasiswa wajib
melakukan asuhan gizi sehari sebanyak minimal 11 kasus harian. Mahasiswa Jurusan gizi
yang telah melakukan asuhan gizi sehari, telah melakukan pengkajian, menyusun diagnose,
menyusun intervensi diet sampai pada menyusun rencana monitoring evaluasi pada pasien
kasus lanjut tersebut. Selain kasus harian, mahasiswa melakukan penyusunan asuhan gizi
pada kasus lanjut yang dilakukan intervensi selama 3 hari berturut – turut. Mahasiswa
melakukan intervensi pada pemberian diet yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi
penyakit pasien saat ini dengan menyiapkan makanan yang akan diberikan, sampai pada
metode comstock, sehingga diketahui pesentase asupan makan pasien dan dapat
dibandingkan persentase asupan pasien sebelum dan sesudah intervesi dan dari hal tersebut
dapat dinilai tingkat keberhasilan intervensi diet yang dilakukan. Dengan persentase pasien
yang mengalami kenaikan energi sebanyak 5 pasien dengan persentase 83%, kenaikan
protein 3 orang dengan persentase 50%, lemak 4 orang dengan persentase 66,6% dan
semua pasien mengalam kenaikan asupan karbohidrat yaitu 6 orang yaitu 100%
Selain melakukan intervensi pada kasus harian dan kasus lanjut yang merupakan
pasien rawat inap, mahasiswa juga melakukan promosi kesehatan melalui penyuluhan dan
pada 3 kasus rawat inap dan 2 kasus jalan. Dari konseling gizi yang telah dilakukan,
mahasiswa menggunakan media leaflet. Pada pasien rawat inap, konseling dilakukan di
75
masing – masing kamar perawatan pasien, sedangkan pada konseling rawat jalan dilakukan
di poliklinik anak dan poliklinik penyakit dalam. Selain konseling, mahasiswa juga
dilakukan di RSUD Klungkung yaitu dengan topik diet pada penyakit hemoroid yang
dilaksanakan di Ruang A, diet pada penyakit CKD dilakukan di Ruang F dan gizi seimbang
pada anak dilakukan di Poliklinik Anak. Semua kegiatan penyuluhan yang dilakukan
didokumentasikan dalam bentuk laporan, dan dalam proses penyuluhan selalu didampingi
oleh tim PKRS RSUD Klungkung, tim PPI, dan Ahli gizi ruangan yang bersangkutan.
Mahasiwa yang melakukan PKL AGK selama melakukan praktek tersebut selalu
berpedoman pada etika profesi sehingga mampu memberikan kesan positif pada seluruh
profesi yang ada di rumah sakit sehingga mampu memberikan pelayanan kesehatan secara
bersama – sama.
76
BAB III
A. Simpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan, kesimpulan yang kami peroleh antara lain :
1. Kegiatan AGK di RSUD Klungkung terdiri dari kegiatan AGK rawat jalan dan AGK
rawat inap. Kegiatan MAGK rawat inap mencakup beberapa kegiatan diantaranya yaitu
kasus harian serta lanjut, penyuluhan dan konseling pada pasien diruangan. Sedangkan
2. Masing – masing mahasiswa minimal melakukan asuhan gizi harian sebanyak 11 kasus
3. Rata – rata asupan makan pasien yang dilakukan intervensi selama 3 hari mengalami
peningkatan dibandingkan dengan sebelum dilakukan intervensi tetapi ada dalam batas
normal maupun masih dalam kategori kurang dengan persentase pasien yang mengalami
kenaikan energi sebanyak 5 pasien (83%), kenaikan protein 3 orang (50%), lemak 4
orang (66,6%) dan semua pasien mengalam kenaikan asupan karbohidrat yaitu 6 orang
(100%)
77
4. Mahasiswa melakukan promosi kesehatan melalui pelaksanaan konseling rawat inap
dan konseling rawat jalan serta melakukan penyuluhan kesehatan dengan tema diet pada
penyakit hemoroid di Ruang A, diet penyakit CKD di Ruang F dan gizi seimbang bayi
5. Dalam melakukan PKL AGK mahasiswa selalu berpedoman pada etika profesi yang
telah ditetapkan.
B. Saran
Adapun beberapa saran yang disampaikan untuk meningkatkan kinerja Instalasi Gizi
1. Perlu adanya pengembangan pelayanan rawat jalan yaitu poli gizi dan ahli gizi
78
Daftar Pustaka
Almatsier, S. 2006. Penuntun Diet Edisi Baru. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama
Ardim, Desta N.2007, Perbedaan Etiologi Gagal Jnatung Konghestif Pada Usia Lanjut Dengan
Usia Dewasa Di Rumah Sakit. Dr. Kariadi Januari Desember 2006. Semarang: UNDIP
Chintya, A.A. 2010. Asuhan Gizi: Nutritional Care Process. Jakarta: Graha Ilmu
Doenges E, Marilynn, dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan
Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3. Jakarta: EGC
Esy.2013. Indeks Glikemik Makanan. (Online) Available on :
http://ilmupangan.blogspot.com/2013/10/indeks-glikemik-pengolahan-dan-beban.html
(Akses : Sabtu, 13 Juni 2015)
Gutawa, M.S. 2011. Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT). Jakarta: Abadi Publising dan
Printing
Gunawan, Lanny. 2001.Hipertensi Tekanan Darah Tinggi. Yogyakarta : Kanisius
Harnawatia, 2008. Diabetes Mellitus.(Online) avaliable on :
............................................................ http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/04/16/askep-diabetes-mellitus
Juni 2015)
Kingkinwardaya. (2008). Hipertensi dan Stroke. Diakses tanggal 9 Juni 2015 dari
http://kingkinwardaya.blog.friendster.com/2008/11/hipertensi-dan-stroke/.
Olvista.2013.Beban Glikemik Makanan.(Online) available om :
http://olvista.com/kesehatan/pengertian-beban-glikemik-pada-bahan-makanan (Akses :
Sabtu, 13 Juni 2015)
Soegondo, dkk. 2011. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta : Balai Penerbit
FKUI
Suiraoka, IP.2012. Penyakit Degeneratif. Yogyakarta: Nuha Medika
79
Sa’diyah, R. (2007). Hipertensi sebagai Faktor Risiko Stroke di RS Roemani Muhammadiyah
Semarang. Diakses tanggal 9 Juni 2015 dari
http://www.unissula.ac.id/perpustakaan/index.php
Udjiati, Wajan J. 2010. Keperawatan Kardiovaskuler, Jakarta: Salemba Merdeka
LAMPIRAN
LAPORAN PKRS
80