Anda di halaman 1dari 22

KONSEP INCOME AND SPANDING TERHADAP PENINGKATAN

KESEJAHTERAAN EKONOMI KELUARGA

Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas UAS:


Filsafasat Hukum Ekonomi Syariah
Dosen Pengampu:
Dr. Setiawan bin Lahuri, M. A dan Dr. Yulizar Djamaluddin Sandrego, M. Ec

Disusun Oleh:
Erika Rishan Adillah
432022837015

PASCASARJANA HUKUM EKONOMI SYARIAH


UNIVERSITAS DARUSSALAM GONTOR
2022 M/1444 H

1
KONSEP INCOME AND SPANDING TERHADAP PENINGKATAN
KESEJAHTERAAN EKONOMI KELUARGA

Oleh:
Erika Rishan Adillah
Email: rishanerika@gmail.com

ABSTRAK

Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk mengelaborasi konsep


pemasukan (income) dan pengeluaran (spanding) harta dalam perekonomian
rumah tangga menurut ajaran Islam. Paradigma teologis-Qur'ani dalam penelitian
ini mengacu pada Al-Quran, juga kepada sabda Nabi tentang pertanggungjawaban
harta di akhirat berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, sedangkan metodenya
menggunakan metode tafsir maudhu'i dan deskriptif eksplanatori. Data
perpustakaan bersumber dari Al-Qur'an, hadits Nabi, buku-buku klasik dan
kontemporer serta dari bahan-bahan online. Analisis masalah menggunakan
pendekatan teologis, ekonomi, dan filosofis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
konsep pendapatan dan pengeluaran harta rumah tangga dimulai dari paradigma
teologis al-Qur'an bahwa kewajiban suami adalah untuk melindungi keluarga dari
api neraka, salah satu strategi pencegahannya adalah memenuhi pendapatan
keluarga secara signifikan dan halal. Selanjutnya dalam pengeluaran harta harus
ada keseimbangan antara pengeluaran pribadi dan pengeluaran keluarga dengan
pengeluaran untuk masyarakat melalui infaq dengan berbagai variasinya. Jika
pendapatan dan pengeluaran diimpelmentasikan mengikuti syariat Islam, maka
kesejahteraan ekonomi keluarga dalam arti yang sebenarnya akan tercapai.
Kata kunci: Pendapatan, Pengeluaran, Kesejahteraan.
PENDAHULUAN
Kesejahteraan memiliki banyak arti, dalam istilah umum, sejahtera
menunjuk ke keadaan yang baik, kondisi manusia dimana orang-orangnya dalam

2
keadaan makmur, dalam keadaan sehat dan damai.1 Dalam ekonomi, sejahtera
dihubungkan dengan keutuhan benda. Sedangkan Kesejahteraan dalam ekonomi
keluarga ialah jangkauan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Kebutuhan
rumah tangga akan terpenuhi jika memilki pendapatan (income) yang cukup serta
tata kelola (spending) yang baik.
Persoalan income and spending harta rumah tangga sering menjadi
perhatian para ahli ekonomi mikro karena persoalan pendapatan dan pengeluaran
ini secara langsung berkaitan erat dengan tingkat kesejahteraan rumah tangga.
Bahkan dalam kondisi tertentu persoalan pendapatan dan pengeluaran ini
dijadikan alasan pengajuan gugat cerai. Yaitu permintaan cerai dari pihak isteri
kepada suami dengan kesediaan istri membayar iwald (ganti rugi) kepada
suaminya.
Menurut laporan data statistic, jumlah kasus perceraian ditanah air mencapai
447.743 kasus pada tahun 2021, meningkat 53,50% dibandingkan tahun 2020
yang mencapai kasus 291.677 kasus. Penyebab utamanya ialah pertengkaran dan
yang kedua adalah ekonomi, hal tersebut terjadi karena suami dan istri tidak
pandai dan tidak memahami konsep pendapatan dan pengeluaran yang baik dan
benar, yang menyebabkan perselisihan sehingga menimbulkan pertengkaran.
Seperti table dibawah ini

Laporan ini menunjukkan kalangan istri lebih banyak menggugat cerai


dibandingkan suami, sebanyak 337.343 kasus atau 75,34%. Perceraian tersebut
dilatar belakangi karena perselisihan dan pertengkaran, disusul oleh alasan
ekonomi. Hal tersebut terjadi karena kurang pedulinya suami istri terhadap
1
Kesejahteraan id https://.wikipedia.org/wiki/kesejahteraan

3
pengeluraan (spending) yang melebihi batas kemampuan pendapatan (income),
sehingga membuat rumah tangga tidak ada kebahagiaan dan kesejahteraan
didalamnya.
Income and spending harta dalam berumah tangga merupakan persoalan
yang berkenaan dengan iqtishadiyah yang belum banyak diteliti. Dalam kamus
besar bahasa Indonesia (KBBI), pendapatan (income) adalah hasil kerja atau
usaha.2 Secara manajemen, income dimaknai sebagai penghasilan yang diperoleh
satu organisasi.3 Dalam konteks judul artikel ini adalah rumah tangga. Tingkat
income suatu keluarga akan berpengaruh kepada tingkat kesejahteraan keluarga,
dan berpengaruh pula kepada sedikit-banyaknya tabungan keluarga.4 Lebih jauh,
kuantitas dan kualitas barang yang dikonsumsi oleh sebuah rumah tangga sangat
tergantung kepada nominal income yang diterimanya. Sangat logis, semakin besar
nominal income yang diterima akan semakin banyak barang bermutu yang
dikonsumsi karena kuantitas dan kualitas barang langsung berkaitan dengan harga
beli.5
Income sebuah keluarga akan mempengaruhi kebutuhan yang harus
dipenuhi. Kebutuhan dibagi menjadi tiga golongan yaitu kebutuhan primer,
sekunder dan tersier. Kebuthan primer merupakan kebutahan mutlak yang harus
dipenuhi yang mempengaruhi kelangsungan hidup manusia. Kebutuhan sekunder,
yaitu komoditi yang penggunaanya hanya sebagai pelengkap dari kebutuhan
pokok. Dan yang ketiga adalah kebutuhan tersier sebagai kebuthan tambahan,
kebutuhan tersier ini didukung oleh seberapa besar penghasilan yang diproleh
apabila kebutuhan primer dan sekunder telah terpenuhi.
Persoalan income and spanding harta rumah tangga ini amat penting untuk
dikaji secara akademis. Itulah alasan penulis menjadikan judul ini sebagai topik
jurnal yang akan diteliti. Ada dua isu pokok (mainstream issues) yang diusung
dalam penelitian ini yakni isu income dan isu spanding. Dari kedua isu ini
dirumuskanlah secara khusus untuk memahami paradigma teologis-Qurani seputar

2
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balaiz Pustaka, 2008), p. 185
3
BN. Marbun, Kamus Manajemen, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2003), p. 230
4
Soekartawi, Faktor-faktor Produksi, (Jakarta: Salemba Empat, 2012), p. 132.
5
Mahyu Danil, “Pengaruh Pendapatan Terhadap Tingkat Konsumsi pada Pegawai Negeri
Sipil di Kantor Bupati Kabupaten Bireuen”, Journal Ekonomika Universitas Al-Muslim Bireuen
Aceh, Vol. IV No. 7: 9

4
income and spanding, Paradigma sains seputar income and spanding, serta konsep
income and spanding terhadap peningkatan kesejahteraan keluarga.
LITERATUR REVIEW
Penelitian terdahulu yang relevan dengan tema yang penulis tulis antara lain
sebagai berikut:
Tabel 1
Penelitian Terdahulu yang Relevan
No Peneliti dan Jurnal Judul penelitian Hasil Penelitian
1 Iskandar (penulis) Pengaruh Pola pengeluaran rumah
Program Studi PendapatanTerhadap tangga miskin di kota Langsa
Ekonomi Pengeluaran Rumah sebesar lk 90 ribu rupiah
Pembangunan, Tangga Miskin di berpengaruh positif terhadap
Fakultas Ekonomi Kota Langsa pola pengeluaran rumah
Universitas Samudra tangga miskin di Kota
Langsa Aceh. Langsa. Apabila pendapatan
Jurnal Samudra ditingkatkan menjadi Rp
Ekonomika, Vol, 1 100.000 maka pola
No, 2 Oktober 2017. pengeluaran rumah tangga
pun akan meningkat menjadi
Rp 90.400. Dengan demikian
dapat dinyatakan bahwa
pendapatan berpengaruh
signifikan terhadap pola
pengeluaran rumah tangga.
2 Heny Ratnaningtyas, Pengaruh
Pendapatan rumah tangga
Nurbaeti Nurbaeti, Pendapatan
dan pengeluaran rumah
Anita Swantari. Rumah Tangga
tangga secara parsial
Jurnal Pembangunan dan Pengeluaran
berpengaruh signifikan
STIE Muhammadiyah Rumah Tangga
(83,41 %) terhadap variabel
Palopo, Vol. 17 no. 1 Terhadap
stabilitas keuangan rumah
tahun 2021 Stabilitas
tangga.
Keuangan Rumah

5
Tangga Pada
Pelaku Wirausaha
di Obyek Wisata
Danau Cipondoh

3 Hasan Nuddien, Manajemen Harta Planning mencari harta harus


Kholil Nawawi, dan dalam Perspektif dengan cara yang halal dan
Ikhwan Hamdi dari Islam (Studi Analisa baik; Organizing atau
Fakultas Agama Hadits Riyadus mengelola harta adalah harta
Islam Universitas Ibn Shalihin). digunakan untuk memenuhi
Khaldun. kebutuhan hidup dan
Hasan Nuddien, shadaqah; Actuating, harta
Jurnal Vol. IV, no. 2 digunakan untuk hal-hal yang
tahun 2018. bersifat wajib, Sunnah dan
mubah; Controlling atau
pengendalian harta adalah
dengan bersifat zuhud.
4. Muhammad Ali Sinkronisasi Ekonomi yang dibangun di
Akbar & Moh. Idil Ekonomi Pancasila Indinesia merupakan perilaku
Ghufron dan Ekonomi Islam” ekonomi yang berfondasikan
ideologi negara Indonesia
yaitu pancasila. Ekonomi
pancasila adalah usaha
bersama yang berdasarkan
gotong-royongan nasional
dengan bertujuan untuk
mewujudkan keadilan sosial
dalam kemakmuran dan
kesejahteraan bersama.
5 Eva Muzlifah Maqashid Syariah Kesimpulannya, banyak
Sebagai Paradigma hikmah di balik serangkaian
Dasar Ekonomi aturan mu’amalah khusus

6
Islam” bidang ekonomi keuangan
Islam, yakni mendatangkan
kemaslahatan, mencegah
kemadharatan, serta menjadi
solusi atas kompleksitas
problem perekonomian masa
kini, yang bersifat adil,
mendatangkan benefit yang
terhindar dari segala macam
kerusakan.

Penelitian yang penulis lakukan memiliki nilai perbedaan dan kebaruan


terutama tentang hierarki analisis. Tingkatan dan urutan analisisnya dimulai dari
paradigma teologis-Qurani, paradigma sains, prinsip-prinsip income and
spanding. Perbedaan dan kebaruan kedua, karena menggunakan dua paradigma
yakni paradigma teologis-Qurani dan paradigma sains, sehingga terjadi integrasi
paradigmatic dalam membongkar masalah income and spanding dalam ekonomi
rumah tangga ini.

METODE
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian
kualitatif adalah jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui
prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya dan berusaha memahami dan
menafsirkan makna suatu peristiwa interaksi tingkah laku manusia dalam situasi
tertentu menurut perspektif peneliti sendiri. “Metode kualitatif merupakan metode
yang fokus pada pengamatan yang mendalam. Oleh karenanya, penggunaan
metode kualitatif dalam penelitian dapat menghasilkan kajian atas suatu fenomena
yang lebih komprehensif.” Data yang diperoleh adalah data kepustakaan yang
bersumber dari Al-Quran, Sunnah Rasul, buku-buku klasik dan kontemporer, baik
cetak maupun online.

7
PEMBAHASAN DAN DISKUSI
Konsep Pendapatan Harta
Pendapatan ialah penghasilan yang diterima oleh seseorang atas apa yang
dikerjakan dalam jangka waktu tertentu untuk menunjang kelangsungan hidup
dirinya maupun keluarganya.6 Raharja dan Manurung berpendapat bahwa
pendapatan ialah total penerimaan berupa uang maupun bukan uang oleh
seseorang atau rumah tangga pada periode tertentu.7 Case dan Fair menyebutkan
bahwa pendapatan seseorang pada dasarnya berasal dari tiga macam sumber: 1)
berasal dari upah atau gaji yang diterima sebagai imbalan tenga kerja, 2) berasal
dari hak milik yaitu modal, tanah, dan sebagainya. 3) berasal dari pemerintah.8
Dalam ajaran Islam, secara konseptual mengajarkan cara memperoleh pendapatan
(income) yaitu yang jelas dan terukur, steril dari unsur maysir, gharar dan riba.
Konsep seputar income (pendapatan) ada dua yakni konsep munfaridi (kerja
individual) dan konsep syirkah (kolektif-kolegial), baik berdagang, bertani,
membuat PT dan lain-lain. Besar kecilnya pendapatan tergantung kepada volume
dan frekuensi kegiatan dalam mencari masukan di bawah kendali manajemen.9
Dalam hal ini, ada pendapatan pokok (utama) dan ada pendapatan sampingan.10
Cara mencari uang atau harta sebagai income bagi keluarga bisa diperoleh
dari tiga sumber yakni sektor formal, sektor informal, dan sektor subsistem.
Sektor formal adalah bidang pekerjaan yang memiliki formalistic yang khas-
spesifik-partikuler seperti pegawai negeri atau ASN, karyawan BUMN, Buruh
pabrik, tentara atau polisi, yang secara formal memang mendapat gaji dalam
jumlah yang sangat jelas. Ciri sektor formal adalah ada pengangkatan dan
pemberhentian pekerja, ada jam kerja yang jelas, ada job spesifik yang harus
dikerjakan, juga ada kenaikan pangkat dan jabatan. Sedangkan sektor informal
adalah pekerjaan yang tidak memerlukan uniform, mulai dan berhenti kerja diatur
6
Tiara Madina, Pengaruh Pendapatan Keluarga Terhadap Prilaku Konsumsi Rumah
Tangga Dalam Perspektif Islam Studi Kasus Kecamatan Ilir Timur II Palembang., Ekonomi
Shariah Jurnal Pemikiran dan Pengembangan Ekonomi Syariah, Vol. 4, No. 22019, P. 17
7
Mandala Manurung, Raharja Pratama, Teori Ekonomi Mikro. (Jakarta: Lembaga
Universitas Indonesia 2010), p. 266
8
Karl E Dan Ray C Fair Case Case, Prinsip-Prinsip Ekonomi (Jakarta: Erlangga, 2007), P.
403
9
Hery Dan Widyawati Lekok, Akuntansi Keuangan Menengah. (Jakarta: Bumi Aksara,
2012), p. 24.
10
Kasmir, Analisis Laporan Keuangan. Cetakan V, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2012), p. 46.

8
sendiri, gajinya fluktuasi, tidak ada kenaikan pangkat dan jabatan, bidang
pekerjaannya bisa berganti-ganti seperti tukang ojeg, dagang, pertukangan, dan
sejenisnya. Adapun sub sitem pekerjaan adalah pekerjaan sampingan.
Salah satu contoh sumber income dari sektor informal yang disebutkan oleh
Al-Quran adalah nelayan yang mendapatkan upah menangkap ikan di laut. Ikan
yang ditangkap, hidup ataupun mati adalah halal dimakan dan halal pula dijual.
Allah berfitman di dalam QS. 5: 96.

‫صْي ُد الْبَ ِّر َما ُد ْمتُ ْم‬ َّ ِ‫اعا لَّ ُك ْم َول‬


َ ‫لسيَّ َارةِ ۚ َو ُحِّرَم َعلَْي ُك ْم‬ ً َ‫صْي ُد الْبَ ْح ِر َوطَ َع ُاموٗ َمت‬
ِ
َ ‫اُح َّل لَ ُك ْم‬
‫اللَ الَّ ِذ ْي اِلَْي ِو ُُْت َش ُرْو َن‬
ّٰ ‫ُح ُرًما ۚ َواتَّ ُقوا‬
“Dihalalkan bagimu hewan buruan laut dan makanan (yang berasal) dari
laut sebagai makanan yang lezat bagimu, dan bagi orang-orang yang dalam
perjalanan; dan diharamkan atasmu (menangkap) hewan darat, selama kamu
sedang ihram. Dan bertakwalah kepada Allah yang kepada-Nya kamu akan
dikumpulkan (kembali).” (QS. Al-Maidah [5]: 96).
Dalam beberapa kitab tafsir diterangkan bahwa nelayan menangkap ikan di
laut, ikan hasil tangkapannya hidup atau mati hukumnya tetap halal dimakan.
Allah berfirman “huwa thahurun Mauhu wa halalun maitatatuhi” Laut itu suci
airnya dan halal bangkainya.11 Hikmahnya antara lain kaum muslimin memiliki
bekal dalam perjalanan dan boleh menjual ikan yang mati. Dengan kata lain, dan
boleh mencari nafkah dengan jalan memburu dan menjual ikan.12
Selain itu masih ada kategori ketiga yakni sektor subsistem, misalnya dari
bercocok tanam, beternak, atau rumah kontrakan.13 Contoh pekerjaan sektor
subsistem yang disebutkan oleh Al-Quran adalah upah menyusui bayi. Bayi
Muhammad bin Abdullah pun disusui oleh Halimah Sa’diyah. Allah berfirman:
“Dan jika mereka (istri-istri yang sudah ditalak) itu sedang hamil, maka
berikanlah kepada mereka nafkahnya sampai mereka melahirkan, kemudian jika
mereka menyusukan (anak-anak) mu maka berikanlah imbalannya kepada

11
Wahbah Zuhaily, Tafsir Al-Munir, jilid 7, (Mesir: Darul Fikri, 1991 M/1411 M), p. 66
12
Allamah Kamal Faqih Imani, Tafsir Nurul Quran, jilid 5. (Penerbit Al-Huda, 2004), p.
26
13
Deti Wulandari,
http://repository.ump.ac.id/1922/3/Deti%20Wulandari%20BAB%20II.pdf

9
mereka; dan musyawarahkanlah di antara kamu (segala sesuatu) dengan baik;
dan jika kamu menemui kesulitan, maka perempuan lain boleh menyusukan (anak
itu) untuknya”. (QS. Ath-Thalaq [65]: 6).
Terhadap ayat ini, Ibnu Jarir dalam tafsir Jami‟i-l Bayan berkata bahwa
apabila seorang suami menceraikan isterinya dalam keadaan hamil, maka ia
membayar upah menghamilkan dan menyusuinya.14 Ini senada dengan keterangan
dari Abu Ja’far Muhammad bin Jarir Ath-Thabary, Demikian juga pendapat Ibnu
Abbas, bahkan Ibnu Abbas menambahkan bahwa jika ayahnya mati maka bayi itu
pun mendapatkan warisan15.
Dari sumber manapun mencari income harus dengan cara yang halal. Nabi
Bersabda: “Thalbu-I halali wajibun „ala kulli mislimin” mencari harta dengan
cara yang halal wajib bagi setiap muslim”.16 Kemudian secara administrasi,
idealnya semua income dari berbagai sumber pendapatan dicatat. Jika saldo
bertambah maka dicatat di sisi kredit, tetapi jika berkurang, saldonya dicatat di
sisi debet. Setiap pencatatan di sisi debet berarti akan mengurangi saldo
pendapatan. Tinggi rendahnya tingkat pendapatan sangat dipengaruhi oleh banyak
faktor antara lain kemampuan bersaing merebut lapangan kerja, profesionalitas,
motivasi atau spirit dan etos kerja, kecakapan menangkap peluang dan keberanian
menghadapi tantangan, serta kekuatan kapital yang dimiliki.17
Menurut Boediono, factor-faktor yang mempengaruhi pendapatan ialah,
jumlah factor-faktor produksi yang dimiliki yang bersumber pada hasil tabungan
tahun ini dan warisan atau pemberian, serta harga perunit masing-masing factor
produksi, harga ini ditentukan oleh penawaran dan permintaan dipasar factor
produksi.18

14
Abi Ja’far Muhammad bin Jarir Ath-Thabary, Tafsir Jami‟ul Bayan, jilid 14, (Beirut
Libanon: Daru-l Fikri, 1988 M/ 1408 H), p. 146. Muhammad Jalaludiin Al-Qasimi, Tafsir Al-
Qasimi, Juz 15, (Beirut: Darul Fikri, 1914 M/1238 H), p. 201
15
Abi Ja’far Muhammad bin Jarir Ath-Thabary, Tafsir Jami‟ul Bayan, jilid 14, Daru-l
Fikri, Beirut Libanon, 1988 M/ 1408 H, halaman 146.
16
Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, Terjemahan Ahmad Dzulfikar, jilid 5, (Keira Publishing,
2015), p. 26
17
Mahyu Danil, “Pengaruh Pendapatan Terhadap Tingkat Konsumsi pada Pegawai Negeri
Sipil di Kantor Bupati Kabupaten Bireuen”, Journal konomika Universitas Almuslim Bireuen
Aceh, Vol. IV No. 7: 9
18
Ibid, 37

10
Konsep Pembelanjaan Harta
Selain prinsip pendapatan yang sudah dijelaskan diatas, terdapat juga
prinsip pembelanjaan, antara lain prinsip manfaat, tidak mubadzir, tidak boros tapi
tidak pelit, ada keseimbangan antara pengeluaran untuk pribadi dan untuk
masyarakat. Baik income maupun spanding harus benar-benar berlandaskan Al-
Quran dan Sunnah Rasulullah SAW. Di bawah ini adalah salah satu hadits sebagai
sandaran perihal income and spanding bagi semua orang termasuk bagi rumah
tangga. Hadits ini diterima dari Rasulullah SAW oleh Abu Barzah al-Aslamy:

‫ول قَ َد َما َعْب ٍد يَ ْوَم‬


ُ ‫ الَ تَ ُز‬:‫صلَّى هللا َعلَْي ِو َو َسلَّ َم‬ ُ ‫ قَ َال َر ُس‬:‫ قَ َال‬،‫َسلَ ِم ِّي‬
َ ‫ول هللا‬ ْ ‫َع ْن أَِِب بَ ْرَزَة األ‬
‫ َو َع ْن َمالِِو َمالِِو ِم ْن أَيْ َن‬،‫ َو َع ْن ِع ْل ِم ِو فِ َيم فَ َع َل‬،ُ‫يما أَفْ نَاه‬ِِ ِ ِ
َ ‫القيَ َامة َح ََّّت يُ ْسأ ََل َع ْن عُ ُم ِره ف‬
.ُ‫يما أَبْالَه‬ِ ِِ ِ ِ
َ ‫يما أَنْ َف َقوُ َو َع ْن ج ْسمو ف‬
َ ‫ا ْكتَ َسبَوُ َوف‬

“Dari Abi Barzah al-Aslamy ia berkata‟ bahwa Rasulullah SAW telah


bersabda: Tidak akan bergeser dua telapak kaki seorang hamba pada hari
Kiamat sehingga dia ditanya tentang umurnya kemana dihabiskannya, tentang
ilmunya bagaimana dia mengamalkannya, tentang hartanya, dari mana
diperolehnya dan ke mana dibelanjakannya, serta tentang tubuhnya untuk apa
digunakannya” (HR. Tirmidzi). no. Hadits nomor 241. Menurut Al-Bani ini hadits
sahih.
Dari hadits tersebut dapat diketahui bahwa perihal income penekanannya

adalah ‫من اين اكتسبو‬ (dari mana diperolehnya), adapun dari sisi spanding

ِ
penekanannya adalah ُ‫يما أَنْ َف َقو‬
َ ‫( َوف‬kemana dibelanjakannya). Di akhirat nanti dua
pertanyaan inilah yang harus dijawab oleh manusia.
Spanding atau pengeluaran harta dibagi menjadi dua besaran pokok,
pertama untuk pribadi dan keluarga, yang kedua untuk masyarakat termasuk
kepentingan kaum dhu‟afa. Pengeluaran untuk keluarga mengacu kepada QS. An-
Nisa [4]: 9.

11
ّٰ ‫ش الَّ ِذيْ َن لَ ْو تَرُك ْوا ِم ْن َخ ْل ِف ِه ْم ذُِّريَّةً ِض ٰع ًفا َخافُ ْوا َعلَْي ِه ْْۖم فَ ْليَ تَّ ُقوا‬
‫اللَ َولْيَ ُق ْولُْوا قَ ْوًال‬ َ ‫َولْيَ ْخ‬
َ
‫َس ِديْ ًدا‬
“Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka
meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir
terhadap (kesejahteraan)nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada
Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar”. (QS. An-
Nisa [4]: 9).
Jika pendapatan mencukupi, maka berilah isteri dan anak-anak untuk biaya
hidup mereka secara signifikan, baik untuk kepentingan sandang-pangan-papan,
kesehatan, pendidikan, maupun hiburan. Kedua spanding berupa infaq untuk
masyarakat. Ini mengacu kepada firman Allah: “Maka orang-orang yang beriman
di antara kamu dan menginfakkan (hartanya) di jalan Allah memperoleh pahala
yang besar”. QS. Al-Hadid [57]:7. Menginfaqkan sebagian rizki adalah perbuatan
mulia. Allah berfirman: “Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan
mereka, kecuali bisikan dari orang-orang yang menyuruh (manusia) memberi
sedekah” (QS. An-Nisa [4]: 114). Wajib berinfaq dan zakat untuk menyucikan
harta dan pemiliknya. Allah berfirman: “Ambillah zakat dari sebagian harta
mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan menyucikan mereka” (QS. At-
Taubah [9]: 103). Adapun mustahik infaq adalah sebagai berikut:
“Hanyasanja sadaqah itu untuk fakir, miskin, pengurus zakat, muallaf yang
dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berutang, untuk
di jalan Allah, dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu
ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Bijaksana”. (QS. Attaubah [9]: 60).
Allah bersumpah dengan empat fenomena alam untuk menjelaskan
perbedaan antara orang dermawan dengan orang kikir. Menurut Sayyid Quthub
yang dikutip oleh Qurais Shihab, bahwa usaha manusia bermacam-macam dan
berbeda-beda, baik dalam substansi, motivasi, dan arahnya, berbeda juga dampak

12
dan hasil-hasilnya.19 Orang yang senang berinfaq di jalan Allah yang dilandasi
sikap taqwa serta meyakini kebenaran pahala dan “al-husna” hidupnya akan
dimudahkan. Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Ubay bin Kaab bahwa frasa al-
husna bermakna surga.20 Sebaliknya orang orang yang kikir dan jarang berinfaq
serta mendustakan surga akan dimudahkan pula tetapi mudah masuk ke dalam
kesukaran.
Menurut Wahbah Zuhaily, ayat ini berdekatan dengan makna QS. Al-Hasyr
[59]: 20 yang menegaskan bahwa tidak sama antara penghuni neraka dan
penghuni surga, penghuni surga itu adalah orang-orang yang beruntung.21 Syaikh
Baidhawy menguatkan bahwa ayat ini secara nyata menegaskan bahwa orang
yang suka berinfaq, rajin ibadah, dan menjauhi maksiat, membenarkan kalimat-
kalimat yang baik, menunjukkan kebenaran kalimat tauhid, akan dimudahkan
masuk surga. Adapun orang-orang yang kikir akan dimudahkan pula kepada
kehidupan yang sulit dan dimudahkan masuk neraka.22
Allah adalah sumber rizki atau Ar-Raziq pemilik hak preroregatif yang
menentukan luas sempitnya rizki setiap makhluk. “Dan Allah melebihkan
sebagian kamu dari sebagian yang lain dalam hal rizki” (QS. An-Nahl [16]: 71).
Sebagian bentuk rizki itu adalah harta. Hukum menginfaqkan sebagian rizki:
“Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan
dari orang-orang yang menyuruh (manusia) memberi sadakah” (QS. An-Nisa
[4]: 114). Wajib berinfaq untuk menyucikan harta dan pemiliknya: “Ambillah
zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan
menyucikan mereka” (QS. At-Taubah [9]: 103).
Paradigma Al-Quran tentang manajemen harta mengacu kepada QS. Al-
Lail: 1-10

19
Muhammad Qraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Quran,
vol. 15, (Jakarta: Lentera Hati), p, 359.
20
Tafsir Ibnu Katsir, jilid 8, p. 486.
21
Wahbah Zuhaliy, Tafsir Al-Munir fi-l Aqidah wa-sys Syari‟ah wa-l Manhaj, Jilid 30,
(Beirut, Libanon: Daru-l Fikri, 1418 H/1998 M), p, 270.
22
Muhammad Abi Said Abdillah bin Umar bin Muhammad Asy-Syirazi Al-Baidhawy,
Tafsir Al-Baidhawy, jilid 2, (Daru-l Fikri), p187.

13
‫الذ َكَر َو ْاالُنْثٰى ۙ (ٖ) اِ َّن َس ْعيَ ُك ْم‬
َّ ‫َّها ِر اِ َذا ََتَٰلّ ۙى (ٕ) وَما َخلَ َق‬
َ
ۙ ِ
َ ‫َوالَّْي ِل ا َذا يَ ْغ ٰشى (ٔ) َوالن‬
)ٚ( ‫) فَ َسنُيَ ِّس ُرهٗ لِْليُ ْس ٰرى‬ٙ( ‫َّق ِِب ْْلُ ْس ٰ ٰۙن‬
َ ‫صد‬ ۙ
َ ‫لَ َش َّّٰت (ٗ) فَاََّما َم ْن اَ ْع ٰطى َواتَّ ٰقى (٘) َو‬
)ٔٓ( ‫) فَ َسنُيَ ِّس ُرهٗ لِْل ُع ْس ٰرى‬ٜ( ‫ب ِِب ْْلُ ْس ٰ ٰۙن‬ ۙ ‫واََّما من ََِبل و‬
َ ‫) َك َّذ‬ٛ( ‫استَ ْغ ٰٰن‬
ْ َ َ َْ َ
1) Demi malam apabila menutupi cahaya siang, 2) demi siang apabila terang
benderang, 3) demi penciptaan laki-laki dan perempuan, 4) demi usahamu
memang beraneka ragam, 5) maka barang siapa memberikan (hartanya di jalan
Allah) dan bertakwa 6) dan membenarkan (adanya pahala) yang terbaik (surga),
6) makaakan Kami mudahkan baginya jalan menuju kemudahan (kebahagiaan),
8) dan adapun orang yang kikir dan merasa dirinya cukup (tidak perlu
pertolongan Allah) serta mendustakan (pahala) yang terbaik, 10) maka akan
Kami mudahkan baginya jalan menuju kesukaran.
Kandungan ayat ini adalah (1). Allah bersumpah dengan empat fenomena
alam tentang perbedaan antara orang dermawan dan orang kikir (2). Allah sangat
mengetahui bahwa usaha manusia dalam memenuhi kebutuhannya sangat
beragam dan berbeda-beda, seperti bedanya malam dan siang, juga seperti
bedanya antara laki-laki dan perempuan, Menurut Sayyid Quthub bahwa usaha
manusia bermacam-macan dan berbeda-beda, baik dalam substansi, motivasi, dan
arahnya, berbeda juga dampak dan hasil-hasilnya (3) Orang yang senang berinfaq
di jalan Allah yang dilandasi sikap taqwa serta meyakini kebenaran pahala dan
“al-husna”. Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Ubay bin Kaab bahwa al-husna
adalah surga.23 maka ia akan mendapatkan kehidupan yang mudah (4) Sebaliknya
orang orang yang kikir dan jarang berinfaq serta mendustakan pahala yang
terbaik, ia pun akan mudah terjerumus ke dalam kesukaran.
Ekonomi Keluarga
Ekonomi keluarga ialah ekonomi dalam ruang lingkup keluarga, yang
mencakup pendapatan (income) pengeluaran (spending) untuk memenuhi
kebutuhan sehari-sehari. Kebutuhan dibagi menjadi tiga golongan yaitu kebutuhan
primer, sekunder dan tersier. Kebuthan primer merupakan kebutahan mutlak yang

23
Tafsir Ibnu Katsir, jilid 8, hlm. 486.

14
harus dipenuhi yang mempengaruhi kelangsungan hidup manusia. Kebutuhan
sekunder, yaitu komoditi yang penggunaanya hanya sebagai pelengkap dari
kebutuhan pokok. Dan yang ketiga adalah kebutuhan tersier sebagai kebuthan
tambahan, kebutuhan tersier ini didukung oleh seberapa besar penghasilan yang
diproleh apabila kebutuhan primer dan sekunder telah terpenuhi.
Dalam ekonomi keluarga bukan hanya membahas ekonomi perorangan saja
namun mencakup ayah, ibu, anak dan lain sebagainya. Sedangkan biasanya dalam
sebuah keluarga yang mencari rezeki (income) ialah tanggung jawab seorang ayah
namun beberapa adapula yang dibantu oleh ibu, disini secara otomatis seorang
ayah harus mampuu mencari rezeki yang cukup untuk memenuhi semua
kebutuhan keluarganya.
Secara rasionalitas ekonomi rumah tangga yang baik ialah tidak
diperbolehkannya keborosan dan berlebih-lebihan dalam pengeluaran (spending).
Pada penelitian milik Widianita ia menggunakan beberapa indikator untuk
mengukur sikap boros (israf) yaitu: 1) menghabiskan pendapatan untuk
bersenang-senang. 2) membeli produk baru yang sedang tren untuk mengikuti
perkembangan mode dan lifestyle. 3) membelanjakan pendapatan sesuai dengan
anggaran yang sudah ditetapkan.
Pada ekonomi keluarga terdapat pendapatan (income) dan pengeluaran
(spending). Pendapatan dan pengeluaran harus diperhatikan dengan baik. Ketika
keluarga menginginkan keberkahan, maka harus memulai untuk meraih
keberkahaan tersebut dengan mencari rezeki yang halal. Ia harus bekerja dengan
baik karena Islam mempertimbangkan proses pencarian rezeki tersebut harus
dilalui dengan proses halal, serta cara pembelanjaanya dengan cara yang baik
pula, yaitu membelanjakan harta dalam kebaikan serta menjauhi sifat kikir, tidak
melakukan kemubadziran, serta kesederhaan untuk menjaga kemaslahatan
masyarakat.
Pendapatan yang baik diraih dengan pencarian harta yang baikpula. Harta
merupakan anugrah dari Allah swt, yang akan menjadi alat untuk mencapai tujuan
hidup di dunia, jika diproleh dan dimanfaatkan dengan baik dan benar. Harta
dalam Islam merupakan amanah dan hak milik seseorang. Kewenangan untuk

15
menggunakannya terkait erat dengan adanya kemampuan (kompetensi) dan
kepantasan (integritas) dalam mengelola asset. Dalam surah al-Baqarah ayat 262:
“Orang-orang yang menafkahkan hartanya dijalan Allah kemudian mereka
tidak mengiringi apa yang dinafkahkan nya itu dengan tidak menyakiti (perasaan
penerima), mereka memproleh pahala di sisi rabb mereka. Tidak ada
kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati”
Widianita menyatakan bahwa ekonomi keluarga menurut ajaran Islam dapat
ditunjukkan dengan mengkonsumsi produk halal, tidak berlebihan dalam
konsumsi social, membuat prioritas kebutuhan dan membuat perencanaan masa
depan dengan menabung.24 Dalam penelitian iskandar, ia menyatakan terdapat
pengaruh antara pendapatan terhadap pola pengeluaran rumah tangga.25
Ekonomi keluarga yang baik akan tercapai dengan cara pembelian barang
pangan dan non pangan dilakukan dengan konsep kebutuhan, yaitu kebutuhan
untuk yang lebih prioritas dan telah memperhatikan ajaran agama Islam, kedua
maslahah yang tercapai dengan pemenuhan kebutuhan pangan dan non pangan
adalah diprolehnya utility dan keberkahan, serta pengeluaran untuk aspek social
seperti zakat, infak, dan sedekah sehingga kegiatan konsumsi yang dilakukan
memiliki nilai-nilai keagamaan.
Income and Spanding, dan Implementasinya dalam Meningkatkan
Kesejahteraan Rumah Tangga
Keynes menekankan bahwa bagi suatu perekonomian tingkat pengeluaran
(spending) oleh rumah tangga bervariasi secara langsung dengan tingkat
pendapatan disposable dari rumah tangga tersebut. Dalam paradigma teologis-
Qurani seputar income and spanding ekonomi keluarga adalah sebagai berikut:
Ayat pertama QS. Annisa [4]: 34:

ٍ ‫ض ُه ْم َع ٰلى بَ ْع‬ ِ ِ ‫ال قَ َّوامو َن علَى النِّس ۤا‬


‫ض‬ ‫ع‬ ‫ب‬ ٰ
‫الل‬ ‫َّل‬
‫ض‬
َ ْ َ ُّ َ َ َ‫ف‬
َ ‫ا‬ ‫ِب‬ ‫ء‬ َ ْ ُ ُ ‫اَ ِّلر َج‬
Artinya: Laki-laki (suami) itu pelindung bagi perempuan (istri), karena
Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain

24
Rika Widiantita, Rasionalitas Konsumsi Rumah Tangga Muslim Bukit Tinggi,
Ekonomika Syariah: Journal of Economics Studies, Vol.1, No. 2, Januari 2017. P. 98
25
Iskandar, Pengaruh Pendapatan Terhadap Pola Pegeluaran Rumah Tangga Miskin di
Kota Langsa, Jurnal Samudra Ekonomika, Vol. 1, No, 2 Oktober 2017, P. 127

16
(perempuan)” Pesan ayat ini, suami berperan sebagai imam yang mengemban
misi untuk mendidik semua anggota keluarga untuk beriman bertaqwa kepada
Allah.
Ayat kedua QS. At-Tahrim ayat 6

‫ٰٰيَي َها الَّ ِذيْ َن اٰ َمنُ ْوا قُ ْوا اَنْ ُف َس ُك ْم َواَ ْىلِْي ُك ْم ََن ًرا‬
“Wahai orang-orang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api
nereka”. Tugas pokok suami adalah menjaga diri dan keluarganya dari api
neraka. Salah satu strategi untuk menjaga keluarga dari api neraka adalah
memenuhi kebutuhan ekonominya, karena jika tidak, bisa jadi keluarga kelaparan
dan mencuri, juga tanpa pendapatan yang signifikan, mereka pun tidak bisa
membeli keperluan untuk beribadah seperti shalat, infaq dan berhaji. Dengan
demikian maka income and spanding memiliki payung teologis-Qurani yang jelas.
Selanjutnya dilihat dari paradigm sains, paradigma sains mengacu kepada
sains ekonomi makro dan mikro. Secara ekonomi makro, ada tiga besar sistem
ekonomi dunia, yakni sistem ekonomi Liberalis-Kapitalis, sistem ekonomi
Sosialis, dan sistem ekonomi Islam. Sistem ekonomi Islam sebagaimana
dijelaskan oleh Muhammad Akram Khan di dalam bukunya “Economie teachings
of Prophet Muhammad (may peace be upon him) a select anthology of hadith
literature on economics”, ekonomi makro Islam bercirikan keadilan di mana
kepemilikan berbagi secara proporsional antara harta untuk kepentingan pribadi
dan kolegial.26 Seluruh muslimin memiliki kepemilikan kolegial atau berserikat
dalam tiga hal yakni sumber air, sumber api (energi), dan hutan, dan menjualnya
adalah haram, HR. Tirmidzi. sehingga dari persepektif paradigma keilmuan
ekonomi, dapat dirumuskan sebagai “Paradigma ekonomi kekeluargaan” bukan
paradigma ekonomi keluarga.
Adapun ekonomi mikro, adalah analisis tentang proses kegiatan ekonomi,
mempelajari perilaku produsen dan konsumen beserta penentuan harga pasar, jasa,
produk, dan kuantitas faktor input yang diperjualbelikan dalam pasar.27 Dalam

26
Muhammad Akram Khan, Economic Teachings of Prophet Muhammad [May Peace be
Upon Him]: A Select Anthology of Hadith Literature on Economics, January 1, 1989,
(Publisher: International Institute of Islamic Economics, 1989)
27
Nur Jamal Shaid (Penulis), Akhdi Martin Pratama (Ed.), “Pengertian Ekonomi Mikro,
Tujuan, dan Contohnya”

17
konteks ini adalah menganalisis proses kegiatan income and spanding harta dalam
ekonomi rumah tangga. Dalam ajaran Islam, kuantitas dan kualitas harta yang
dikonsumsi akan menentukan baik-buruknya jantung (qalbu), yang selanjutnya
akan mempengaruhi baik-buruknya perbuatan. Dengan demikian, apabila
menginginkan keluarga salih-salihah, maka income and spanding-nya harus taat
aturan Allah. Nabi SAW bersabda:

‫صلَّى هللاُ َعلَْي ِو‬ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ


ُ ‫َع ْن أَِِب َعْبد هللا الن ْع َمان بْ ِن بَش ٍْْي َرض َي هللاُ َعْن ُه َما قَ َال ََس ْع‬
َ ‫ت َر ُس ْوَل هللا‬
‫ات الَ يَ ْعلَ ُم ُه َّن َكثِْي ٌر ِم َن‬ ْ ‫ِي َوإِ َّن‬
ٌ َِّ‫اْلََر َام ب‬
ٌ ‫ِي َوبَْي نَ ُه َما أ ُُم ْوٌر ُم ْشتَبِ َه‬ ْ ‫ إِ َّن‬:‫َو َسلَّ َم يَ ُق ْو ُل‬
ٌ َِّ‫اْلَالَ َل ب‬
ِ ‫ ومن وقَع ِِف الشب ه‬،‫ات فَ َق ْد استَ ب رأَ لِ ِدينِ ِو و ِعر ِض ِو‬
‫ات َوقَ َع ِِف‬ ِ ‫ فَم ِن اتَّ َقى الشب ه‬،‫َّاس‬
َُ َ َ ْ ََ ْ َ ْ َْ ْ َُ َ ِ ‫الن‬
‫ك ِِحًى أَالَ َوإِ َّن‬
ٍ ِ‫ أَالَ وإِ َّن لِ ُك ِل مل‬،‫ك أَ ْن ي رتَع فِي ِو‬
َّ َ
ِ ِْ ‫اعي ي رعى حوَل‬
ْ َ ْ َ ُ ‫اْل َمى يُ ْوش‬
ِ َّ ‫ َك‬،‫اْلرِام‬
ْ َ َ ْ َ ‫الر‬ ََْ

ْ ‫اْلَ َس ُد ُكلوُ َوإِذَا فَ َس َد‬


‫ت‬ ْ ‫صلَ َح‬
َ ‫ت‬ َ ‫ضغَةً إِذَا‬
ْ ‫صلَ َح‬ ْ ‫ِِحَى هللاِ ََمَا ِرُموُ أَالَ َوإِ َّن ِِف‬
ْ ‫اْلَ َس ِد ُم‬
ِ
ُ ‫اْلَ َس ُد ُكلوُ أَالَ َوى َي الْ َق ْل‬
)‫ب )رواه البخاري ومسلم‬ ْ ‫فَ َس َد‬
“Dari Abu Abdillah An-Nu‟man bin Basyir Radhiyallahu „Anhuma, beliau
mengatakan, “Saya mendengar Rasulullah Shallallahu „Alaihi wa Sallam
bersabda, „Sungguh yang halal itu jelas, yang haram pun jelas. Dan diantara
keduanya ada perkara yang syubhat (samar-samar/ gray area) yang tidak
diketahui oleh kebanyakan orang. Barangsiapa yang menghindari syubhat,
berarti dia telah membebaskan agama dan kehormatannya. Dan barangsiapa
yang terjatuh ke dalam perkara-perkara syubhat, maka dia jatuh dalam perkara
yang diharamkan oleh Allah Subhanahu wa Ta‟ala. Seperti seorang gembala
menggembalakan ternaknya di sekitar tanah larangan. Hampir saja dia masuk
dalam tanah larangan itu. Dan sungguh setiap Raja itu memiliki tanah larangan.
Dan tanah larangan Allah Subhanahu wa Ta‟ala adalah perkara-perkara yang
diharamkanNya. Dan sungguh dijasad ini ada sekerat daging yang jika dia baik

18
maka seluruh anggota tubuh akan baik dan jika dia rusak maka seluruh anggota
tubuh akan rusak dan itu adalah hati.'” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).28
Prinsip-prinsip untuk memperoleh pendapat berkualitas antara lain ibadah,
halal, dan qanaah. Mengenai Qana’ah, Allah sebagai Ar-Raziq menentukan luas
sempitnya seseorang, firmanNya: “Dan Allah melebihkan sebagian kamu dari
sebagian yang lain dalam hal rizki” (QS. An-Nahl [16]: 71). Dalam hal ini, kita
wajib rida menerima besar kecilnya rizki. Selain itu ada prinsip syukur nikmat,
yakni menikmati apa yang Allah berikan, dan prinsip berkah. Berkah adalah
ziyadah al-khair (tambah-tambah kebaikan), kebagiaan hidup bukan tergantung
pada jumlah nominal income, tetapi sangat tergantung pada keberkahan yang
Allah limpahkan.
Implementasi income and spanding untuk meningkatkan kesejahteraan
keluarga: apabila suami memiliki potensi kuat, baik pikiran, semangat,
profesionalitas, maupun power, maka cukuplah suami yang mencari nafkah sesuai
keahliannya. Allah berfirman: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta
orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu dan kamu akan dikembalikan
kepada Allah yang Maha Mengetahui yang ghaib dan yang nyata. Lalu
diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan." (QS At-Taubah,
105). Akan tetapi apabila istri dan anak-anaknya yang dewasa mau ikut membantu
memperoleh income tambahan tidaklah dilarang oleh Islam.

Kesimpulan
Konsep pendapatan dan pengeluaran harta rumah tangga dimulai dari
paradigma teologis al-Qur'an bahwa kewajiban suami adalah untuk melindungi
keluarga dari api neraka, salah satu strategi pencegahannya adalah memenuhi
pendapatan keluarga secara signifikan dan halal. Secara konseptual, ajaran Islam
mengajarkan cara memperoleh pendapatan (income) yang jelas dan terukur, steril
dari unsur maysir, gharar dan riba. Selanjutnya dalam pengeluaran harta harus
ada keseimbangan antara pengeluaran pribadi dan pengeluaran keluarga dengan
pengeluaran untuk masyarakat melalui infaq dengan berbagai variasinya. Jika

28
Kementerian Agama Kabupaten Purbalingga, Haram, halal dan Syubhat,
https://purbalingga.kemenag.go.id/mutiara-hadis-edisi-08-ada-syubhat-di-antara-halal-haram

19
pendapatan dan pengeluaran diimpelmentasikan mengikuti syariat Islam, maka
kesejahteraan ekonomi keluarga dalam arti yang sebenarnya akan tercapai.
Beradasarkan ayat 1-10 surat Al-Lail di atas serta ayat lain beserta hadits
dan paradigma sains, penulis menyimpulkan bahwa paradigma income and
spanding harta rumah tangga, adalah paradigma “Mudah Otomatis”. Paradigma
ini mengandung keyakinan dan nilai-nilai bahwa jika seseorang memenej income
and spanding harta dengan baik sesuai syari’ah Islam, maka hidupnya akan
dimudahkan kepada kemudahan. Sebaliknya, jika buruk dalam memenejnya,
banyak melanggar aturan Allah, maka hidupnya akan dimudahkan kepada
kesulitan.

Daftar Pustaka
Alqur’an al-Karim
Al-Baidhawy, Muhammad Abi Said Abdillah bin Umar bin Muhammad Asy-
Syirazi. Tafsir Al-Baidhawy, jilid 2, Daru-l Fikri
Al-Qasimi, Muhammad Jalaludiin (1914 M/1238 H) Tafsir Al-Qasimi, Juz 15,
Beirut: Darul FikriDepartemen Pendidikan dan Kebudayaan, (2008). Kamus
Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka.
Ath-Thabary, Abi Ja’far Muhammad bin Jarir (1988 M/ 1408 H) Tafsir Jami‟ul
Bayan, jilid 14, Beirut Libanon: Daru-l Fikri.
BN. Marbun, (2003), Kamus Manajemen, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Case, Karl E Dan Ray C Fair. (2007). Prinsip-Prinsip Ekonomi, Jakarta: Erlangga.
Danil, Mahyu. “Pengaruh Pendapatan Terhadap Tingkat Konsumsi pada Pegawai
Negeri Sipil di Kantor Bupati Kabupaten Bireuen”, Journal Ekonomika
Universitas Al-Muslim Bireuen Aceh, Vol. IV No. 7: 9
Hery dan Widyawati Lekok, (2012) Akuntansi Keuangan Menengah. Jakarta:
Bumi Aksara.
Iskandar, (2017). Pengaruh Pendapatan Terhadap Pola Pegeluaran Rumah Tangga
Miskin di Kota Langsa, Jurnal Samudra Ekonomika, Vol. 1, No, 2 Oktober
Kasmir, (2012). Analisis Laporan Keuangan. Cetakan V, Jakarta: Raja Grafindo
Persada.

20
Khan, Muhammad Akram. (1989), Economic Teachings of Prophet Muhammad
[May Peace be Upon Him]: A Select Anthology of Hadith Literature on
Economics, January 1, 1989, Publisher: International Institute of Islamic
Economics, Imani, Allamah Kamal Faqih. (2004). Tafsir Nurul Quran, jilid
5. Penerbit Al-Huda,
Madina, Tiara. (2019) Pengaruh Pendapatan Keluarga Terhadap Prilaku
Konsumsi Rumah Tangga dalam Perspektif Islam Studi Kasus Kecamatan
Ilir Timur II Palembang., Ekonomi Shariah Jurnal Pemikiran dan
Pengembangan Ekonomi Syariah, Vol. 4, No. 2.
Manurung, Mandala. Raharja Pratama, (2010) Teori Ekonomi Mikro. Jakarta:
Lembaga Universitas Indonesia
Sabiq, Sayyid (2015). Fiqih Sunnah, Terjemahan Ahmad Dzulfikar, jilid 5, Keira
Publishing.
Shaid, Nur Jamal. Akhdi Martin Pratama (Ed.), “Pengertian Ekonomi Mikro,
Tujuan, dan Contohnya”
Shihab, Muhammad Qraish. Tafsir Al-Misbah, Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-
Quran, vol. 15, Jakarta: Lentera Hati
Soekartawi, (2012), Faktor-faktor Produksi, Jakarta: Salemba Empat.
Widiantita, Rika. (2017), Rasionalitas Konsumsi Rumah Tangga Muslim Bukit
Tinggi, Ekonomika Syariah: Journal of Economics Studies, Vol.1, No. 2,
Januari
Zuhaliy, Wahbah. (1418 H/1998 M) Tafsir Al-Munir fi-l Aqidah wa-sys Syari‟ah
wa-l Manhaj, Jilid 30, Beirut, Libanon: Daru-l Fikri

Laman website:
Aris Trianto, Program Doktoral Studi Pembangunan Universitas Andalas Limau
Manis, Kec. Pauh, Kota Padang, Sumatera Barat, dalam “Perceraian Di
Masa Pandemi Covid-19 Dalam Perspektif Ilmu Sosial”.
file:///C:/Users/ASUS/Downloads/arifin,+SDH_6_LE_Tristanto_Perceraian.
pdf
Deti Wulandari,
http://repository.ump.ac.id/1922/3/Deti%20Wulandari%20BAB%20II.pdf

21
Kementerian Agama Kabupaten Purbalingga, Haram, halal dan Syubhat,
https://purbalingga.kemenag.go.id/mutiara-hadis-edisi-08-ada-syubhat-di-
antara-halal-haram

22

Anda mungkin juga menyukai