Anda di halaman 1dari 25

ANALISIS KETERKAITAN ANTARA TEORI KONSUMSI DENGAN

PERUBAHAN PENDAPATAN TERHADAP POLA KONSUMSI


GURU PNS DAN NON PNS DI SMP NEGERI

Dosen Pengampu:
Dr. Regina Niken Wilantari, S.E., M.S

Disusun oleh:
Kelompok 1

1. Alif Fani Egi Pratama 200810101130


2. Aditya Herlanda Ramdani 210810101002
3. Diah Mustikawati 210810101008
4. Linda Tri Hapsari 210810101032
5. Dwi Afrianti 210810101038
6. Dyah Kirana Arianti N. 210810101101
7. Ribka Asima Siallagan 210810101110
8. Amirah Shafa R.S. 210810101119

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS JEMBER
2022
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Serta anugerah dan
karunia yang diberikan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “analisis
keterkaitan antara teori konsumsi dengan perubahan pendapatan terhadap pola konsumsi guru
PNS dan Non PNS di SMP Negeri” dengan tepat waktu.
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Ekonomi Makro
1. Selain itu, penyusunan makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan kami tentang
keterkaitan antara teori konsumsi dengan perubahan pendapatan terhadap pola konsumsi di
masyarakat dengan sampel guru PNS dan Non PNS di SMP Negeri.
Kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Regina Niken Wilantari, S.E., M.S selaku
dosen pengampu mata kuliah Ekonomi Makro 1 dan kami juga mengucapkan terima kasih
kepada semua yang terlibat dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh sebab itu saran
dan kritik yang membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Jember, 14 April 2022

ii
Daftar Isi

COVER .................................................................................................................................................. 1
KATA PENGANTAR ........................................................................................................................... ii
Daftar Isi ............................................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................................................................... 5
1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................................................................ 5
BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................................................... 6
2.1 Pola Konsumsi .............................................................................................................................. 6
2.1.1 Pengertian Pola Konsumsi ..................................................................................................... 6
2.1.2 Fungsi Konsumsi ................................................................................................................... 6
BAB III GAMBARAN UMUM ........................................................................................................... 9
BAB IV PEMBAHASAN ................................................................................................................... 15
4.1 Perbedaan Pola Konsumsi antara Guru PNS dan Non PNS SMP Negeri ................................... 15
4.2 Keterkaitan antara Pendapatan terhadap Pola Konsumsi Guru PNS dan Non PNS ................... 16
dengan Teori Konsumsi .............................................................................................................. 16
4.3 Perubahan Pola Konsumsi Guru PNS dan Non PNS Pada Saat Pandemi Covid-19................... 18
BAB V PENUTUP............................................................................................................................... 20
5.1 Kesimpulan ................................................................................................................................. 20
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 21
LAMPIRAN...................................................................................................................................... xxiii
DOKUMENTASI .............................................................................................................................. xxv

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Setiap negara mempunyai permasalahan-permasalahan yang sangat merugikan
terutama di bidang perekonomian. Sehingga terjadi pembangunan ekonomi yang
digunakan untuk mengembangkan kegiatan ekonomi guna meningkatkan pendapatan
masyarakat terutama dalam kondisi yang kurang menguntungkan. Pengeluaran konsumsi
masyarakat adalah salah satu variabel makro ekonomi. Konsep konsumsi yang merupakan
konsep pembelanjaan yang dilakukan oleh rumah tangga atas barang-barang akhir dan jasa
dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dari orang orang yang melakukan
pembelanjaan tersebut atau juga pendapatan yang dibelanjakan.
Menururt Hanum (2017), pendapatan adalah suatu bentuk balas jasa terhadap
seseorang yang telah menyumbangkan tenaga maupun pikiran yang telah dicurahkan
sehingga mendapatkan suatu timbal balik. Pendapatan merupakan hasil dari individu atau
kelompok yang telah mencapai suatu kegiatan ekonomi selama beberapa jangka waktu
tertentu.
Di dalam ilmu ekonomi, konsumsi diartikan sebagai penggunaan barang dan jasa
untuk memuaskan kebutuhan manusiawi (the use of goods and services in the satisfication
of human needs). Konsumsi haruslah dianggap sebagai maksud serta tujuan yang esensial
dari produksi. Atau dengan kata lain, produksi merupakan alat konsumsi. Serta perlu
digaris bawahi bahwa sebagai semua konsumen akan berusaha mencari atau mendapatkan
utility yang maksimal, dimana itu adalah sifat dasar seorang konsumen.
Manusia dalam melakukan konsumsi dipengaruhi oleh beberapa faktor ekonomi
seperti halnya pendapatan dan faktor non ekonomi seperti sertifikasi guru PNS dan Non
PNS. Masing-masing orang ini memiliki kebutuhan konsumsi yang berbeda-beda. Adanya
sertifikasi guru memberikan peningkatan penghasilan guru sehingga pengeluaran
konsumsi keluarga guru meningkat. Tambahan penghasilan guru sertifikasi akan
meningkatkan konsumsi atau alokasi lainnya seperti menabung. Hal ini dikarenakan
semakin tingginya pendapatan guru dari gaji pokok dan tunjangan dari sertifikasi. Oleh
karena itu, peningkatan penghasilan guru berdampak pada pengeluaran konsumsi yang
semakin meningkat. Ditambah dengan kondisi Indonesia dalam 2 tahun terakhir bahkan
hingga saat ini yaitu masih adanya pandemi covid-19. Sejak adanya pandemi covid-19 di
Indonesia, pola konsumsi masyarakat Indonesia dirasa mengalami perubahan. khususnya
pola konsumsi guru yang sedang kami analisis saat ini.

4
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis keterkaitan antara teori
konsumsi dengan perubahan pendapatan terhadap pola konsumsi guru PNS dan Non PNS
di SMP Negeri serta bagaimana pola konsumsi guru PNS dan Non PNS sebelum dan
sesudah adanya pandemi.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana perbedaan pola konsumsi antara guru pns dan non pns di smp negeri?
2. Bagaimana keterkaitan antara pendapatan terhadap pola konsumsi guru SMP pns dan
non PNS dengan teori konsumsi?
3. Bagaimana perubahan pola konsumsi guru pns dan non pns pada saat pandemi covid-
19?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui perbedaan pola konsumsi antara guru pns dan non pns di smp negeri.
2. Untuk mengetahui keterkaitan antara pendapatan terhadap pola konsumsi guru SMP
pns dan non PNS dengan teori konsumsi.
3. Untuk mengetahui perubahan pola konsumsi guru pns dan non pns pada saat pandemi
covid-19.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang teori fungsi konsumsi.
2. Diharapkan mampu memberikan informasi bagi pihak-pihak terkait permasalahan
konsumsi masyarakat.

5
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pola Konsumsi

2.1.1 Pengertian Pola Konsumsi


Pola konsumsi adalah susunan kebutuhan individu terhadap barang dan
jasa yang akan dikonsumsi dalam jangka waktu tertentu, yang dipenuhi dari
gajinya. Pola konsumsi setiap individu berbeda-beda. Individu dengan gaji yang
besar memiliki desain pemanfaatan yang berbeda dengan individu dengan gaji
pas-pas an, serta individu dengan mata pencaharian rendah. Adapun pengertian
pengertian menurut para ahli :
A. Pola konsumsi menurut Samuelson
Pola konsumsi dapat dikenali berdasarkan alokasi
penggunaannya. Untuk keperluan analisis, secara garis besar alokasi
pengeluaran konsumsi masyarakat digolongkan dalam dua kelompok
penggunaan, yaitu pengeluaran untuk makanan dan pengeluaran untuk
non- makanan.
B. Franco Modigliani
Menurut teori ini pola pengeluaran konsumsi masyarakat
mendasar kepada kenyataan bahwa pola penerimaan dan pola
pengeluaran konsumsi seseorang pada umumnya dipengaruhi oleh masa
dalam siklus hidupnya.
C. James Dussenberry
Pengeluaran konsumsi suatu masyarakat ditentukan terutama
oleh tingginya pendapatan yang pernah dicapainya. Pendapatan
berkurang konsumen tidak akan mengurangi pengeluaran untuk
konsumsi. Untuk mempertahankan tingkat konsumsi yang tinggi
terpaksa mengurangi besarnya tabungan.

2.1.2 Fungsi Konsumsi


Dalam penelitian ini, digunakan 4 macam fungsi konsumsi yaitu :
A. John Maynard Keynes
Fungsi konsumsi jangka pendek yang menunjukkan hubungan
antara pendapatan nasional dengan pengeluaran (konsumsi). Setiap

6
individu dapat melakukan penambahan konsumsi (Marginal Propensity
to Consume) dengan asumsi gaji yang diterima juga besar. Fungsi
konsumsi dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut :
Cs = a + bY
Di mana C adalah konsumsi, Y adalah pendapatan disposable, a adalah
konstanta, dan b adalah kecenderungan mengkonsumsi marjinal. a
menentukan intersep pada sumbu vertikal, dan b menentukan
kemiringan.
B. Milton Friedman
Teori Konsumsi dengan hipotesis pendapatan permanen
(Permanent Income Hypothesis) yaitu pengeluaran untuk konsumsi
yang ditentukan oleh pendapatan permanen. Dalam hipotesisnya,
pendapatan masyarakat dapat dibedakan menjadi dua yaitu pendapatan
permanen dan pendapatan sementara. Fungsi Permanent Income
Hypothesis dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut :
Y = Yp + Yt
Di mana Y adalah pendapatan terukur Yp adalah pendapatan permanen,
dan Yt adalah pendapatan sementara.
C. Duessenbery
Teori Konsumsi dengan hipotesis pendapatan relatif (Relative
Income Hypothesis) merupakan pengeluaran untuk konsumsi yang
ditentukan oleh pendapatan relatif dengan menggunakan dua asumsi,
yaitu :
1. Selera sebuah rumah tangga atas barang konsumsi adalah
interdependen. Artinya pengeluaran konsumsi rumah tangga
dipengaruhi oleh pengeluaran yang dilakukan oleh orang
sekitarnya. (fungsi jangka panjang)
2. Pengeluaran konsumsi adalah irreversible. Artinya, pola
pengeluaran seseorang pada saat penghasilan naik berbeda
dengan pola pengeluaran pada saat penghasilan mengalami
penurunan. (fungsi jangka pendek)

7
D. Franco Modigliani, Albert Ando dan Richard Brumberg
Teori Konsumsi berdasar hipotesis siklus hidup (Life Cycle
Hypothesis) dimana pola konsumsi yang merata seumur hidup.
Pendekatan Life Cycle dapat diasumsikan sebagai berikut :
1. Seseorang mengalami dissaving dimana orang tersebut belum
memiliki pendapatan akan tetapi ia perlu konsumsi.
2. Orang masih melakukan dissaving karena konsumsi lebih besar
daripada pendapatan.
3. Seseorang mengalami saving dimana pendapatan lebih besar
daripada konsumsi.
4. Orang kembali melakukan dissaving karena pendapatan tidak
cukup untuk menutupi pengeluaran.
Fungsi konsumsi dalam teori ini yaitu:
C = (W + RY) / T= (W/T) + (R/T)Y
Di mana T adalah perkiraan umur hidup manusia selama mendapat
penghasilan(sampai pensiun), R adalah perkiraan umur manusia, Y
adalah pendapatan per periode, dan W adalah kekayaan yang diperoleh
bukan dari pendapatan.
E. Samuelson
Konsumsi adalah pengeluaran yang dilakukan guna memenuhi
pembelian barang dan jasa untuk mendapatkan kepuasan maupun untuk
memenuhi kebutuhannya. Konsumsi digolongkan menjadi dua yakni
konsumsi rutin dan konsumsi yang sifatnya sementara. Konsumsi yang
sifatnya rutin memiliki arti sebagai pengeluaran yang dilakukan untuk
pembelian barang maupun jasa secara berulang ulang selama bertahun
– tahun. Sedangkan arti konsumsi sifatnya sementara adalah setiap
tambahan yang sifatnya tidak terduga dalam konsumsi rutin.

8
BAB III
GAMBARAN UMUM

Dalam pengamatan yang dilakukan untuk mengetahui pola konsumsi guru SMP yang
berdomisili di kota dan desa, guru SMP tersebut terdiri dari guru PNS dan Non-PNS. Untuk
mengetahui jawaban dan juga pola konsumsi melalui kuesioner yang diberikan kepada guru
yang dituju. Ada beberapa hal yang ditanyakan di dalam koesioner, seperti:

1. Gaji
2. Pola konsumsi
3. Prioritas konsumsi
4. Perubahan konsumsi sebelum pandemi dan selama pandemi
5. Dll.

Sehingga dalam pengamatan ini mengetahui pola konsumsi setiap guru PNS dan Non-
PNS beberapa jawaban ada yang sama dan juga ada yang berbeda, lalu jumlah responden yang
bersedia menjawab koesioner berjumlah 83 responden diantaranya 4responden guru smp pns
dan 40 responden guru smp non pns.

1. Usia
Usia responden berkisar di 22-61 tahun. Usia 22-35 tahun di antaranya adalah
mereka yang berstatus sebagai guru non pns, dan 30 tahun keatas sampai yang paling
tua yakni 61 tahun adalah mereka yang sudah menjadi pns.
2. Domisili
Sebanyak 80% responden berasal dari desa dan 20% responden berasal dari kota
dan mayoritas responden berasal dari Jawa Timur.
3. Status Pendidik
Dari 83 responden, sebanyak 44 responden berstatus sebagai guru PNS dan 39
responden lainnya berstatus sebagai Non PNS.

9
4. Gaji sesuai UMR
Sebanyak 62 responden menjawab bahwa gajinya sesuai dengan umr yang
berlaku dan 21 responden menjawab bahwa gajinya tidak sesuai dengan UMR.

5. Besaran gaji yang didapatkan


Guru yang berstatus pns memiliki gaji kisaran 2.5 juta (paling rendah)- 9, 5
juta(paling tinggi) dan guru yang berstatus non pns memiliki gaji kisaran 500 rb(paling
rendah) - 3 juta (paling tinggi).
6. Gaji yang digunakan untuk kebutuhan primer dan sekunder selama 1 bulan
mencukupi atau tidak
Sebanyak 52 responden hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan primer dan
sekunder selama 1 bulan (yang terdiri dari 34 guru pns, dan 18 guru non pns) 31
responden lainnya menjawab tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan primer dan
sekunder selama 1 bulan. 31 responden ini terdiri dari 22 responden guru non pns dan
9 responden guru pns.

7. Apakah gaji yang diperoleh selama 1 bulan hanya untuk konsumsi saja
17 responden menjawab iya, 17 lainnya menjawab mungkin dan 49 responden
menjawab tidak.

10
8. Sikap saat memperoleh bonus kerja
25 responden menjawab apabila memperoleh bonus kerja akan ditabung(yang
terdiri dari 10 guru pns dan 15 guru non pns) dan 55 responden yang lainnya menjawab
akan digunakan untuk menambah konsumsi dan keinginan (yang diantaranya adalah
gabungan dari guru pns dan non pns).
9. Sikap mendapatkan pendapatan di luar gaji pokok
30 responden mengatakan bahwa pendapatannya di luar gaji akan disimpan atau
digunakan untuk investasi, (yang terdiri dari guru pns) 53 lainnya digunakan untuk
memenuhi kebutuhannya (terdiri dari guru non pns).
10. Gaji digunakan untuk sendiri
13 responden (guru non pns) menjawab gajinya digunakan untuk keperluannya
sendiri dan 70 sisanya menjawab tidak. Artinya 13 responden digunakan untuk
konsumsi individu, tetapi untuk 70 responden digunakan untuk konsumsi kebutuhan
keluarga sehingga menyisihkan untuk keluarganya.

11. Gaji digunakan untuk keluarga


11 responden menjawab bahwa konsumsi nya tidak digunakan untuk keluarga.
71 responden baik dari guru PNS dan Non-PNS menjawab bahwa konsumsi digunakan
untuk konsumsi keluarga.

11
12. Jika konsumsi keluarga menjadi prioritas
80 responden menjawab untuk kebutuhan sehari hari seperti kebutuhan sandang
pangan dan papan. Sekitar 40% konsumsi prioritas untuk memenuhi kebutuhan
konsumsi keluarga, sekitar 20% untuk kebutuhan pendidikan, dan sisanya 40% untuk
konsumsi sehari-sehari juga sandang dan papan.
13. Cara menyikapi ketika pengeluaran lebih besar daripada pendapatan
30% guru Non-PNS responden menjawab berutang untuk menyikapi apabila
pengeluaran lebih besar dari pada pendapatan dan 60% guru PNS lainnya menjawab
lebih berhemat lagi apabila ingin memperbelanjakan uangnya dan 10% sisanya
menjawab mencari penghasilan tambahan. Responden menjawab bahwa pendapatan
yang didapatkan selama ini sudah cukup dan juga ada pengaturan pola konsumsi untuk
sehari-harinya. Responden akan mencari penghasilan tambahan karena barang semakin
mahal.
14. Prioritas antara kebutuhan dan keinginan
Dari 83 responden guru SMP yang diberikan kuesioner bisa diambil
kesimpulan. 18,1% guru PNS dan Non-PNS responden menjawab kebutuhan dan
keinginan sama-sama menjadi prioritas atau dikatakan seimbang dan 80,7% guru PNS
sisanya menjawab yang diprioritaskan kebutuhan konsumsi. Sedangkan 1,2%
responden menjawab keinginan.

15. Alasan memprioritaskan hal tersebut


Responden yang menjawab kebutuhan lebih penting karena kebutuhan
konsumsi sebagai penunjang hidup yang tidak bisa ditunda sedangkan responden yang
menjawab kebutuhan konsumsi dan keinginan sama sama menjadi prioritas karena
kedua hal tersebut menjadi 2 hal yang berkesinambungan untuk dipilih.

12
16. Apabila pendapatan meningkat apakah kebutuhan juga meningkat
32 responden menjawab konsumsi tidak meningkat atau biasa saja dan 51
responden PNS lainnya menjawab bahwa kebutuhan konsumsi meningkat.

17. Apakah lingkungan kerja mempengaruhi konsumsi


50,6% responden menjawab lingkungan kerja bisa mempengaruhi kebutuhan
konsumsi dan 49,4% lainnya menjawab bahwa tidak mempengaruhi konsumsi. Dimana
guru PNS dan Non-PNS juga seimbang menjawab lingkungan kerja mempengaruhi
konsumsi.

18. Apakah tempat tinggal mempengaruhi konsumsi


61,4% responden menjawab terpengaruh dan 38,6% lainnya menjawab tidak.
Di mana 60% guru Non-PNS menjawab bahwa tidak mempengaruhi ekonomi dan 40%
guru Non-PNS menjawab bahwa bisa mempengaruhi pengeluaran konsumsi.
Sedangkan 40% guru PNS menjawab tidak mempengaruhi pola konsumsi dan 60%
guru PNS lainnya menjawab mempengaruhi konsumsi. Bahwa kebanyakan guru PNS
tidak merubah pola konsumsi karena faktor tempat tinggalnya.

13
19. Konsumsi sebelum dan sesudah pandemi
Berdasarkan data dari penelitian kami, pandemi telah memberikan dampak yang
cukup signifikan terhadap pola konsumsi. Pola konsumsi guru PNS dan Non PNS
sebelum ataupun sesudah pandemi sebanyak 34,3% konsumsi berkurang, 37,1%
konsumsi tetap, dan 28,6% konsumsi bertambah. Secara keseluruhan, sebanyak 62,9%
mengatakan mengalami perubahan perubahan pola konsumsi.

14
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Perbedaan Pola Konsumsi antara Guru PNS dan Non PNS SMP Negeri
Pola konsumsi adalah susunan kebutuhan individu terhadap barang dan jasa yang
akan dikonsumsi dalam jangka waktu tertentu, yang dipenuhi dari pendapatannya. Pola
konsumsi setiap individu berbeda-beda. Menurut data, dari 83 responden didapatkan 44
guru PNS dan 39 guru Non PNS dengan nominal pendapatan yang berbeda-beda. Dari 44
responden yang bekerja sebagai guru di SMP Negeri dengan status PNS, didapatkan
pendapatan yang diperoleh berkisar antara Rp2.300.000 hingga Rp6.000.000 dengan rata-
rata pendapatannya adalah sebesar Rp4.157.955. Dengan kisaran pendapatan sebesar itu,
konsumsi yang dilakukan berbeda-beda yaitu dari 44 responden yang ada, 30 responden
tidak menggunakan pendapatannya untuk konsumsi saja, 8 responden menggunakan
pendapatannya untuk konsumsi saja, dan 6 responden mungkin menggunakan
pendapatannya untuk konsumsi saja. Peningkatan konsumsi responden sebab adanya
pertambahan pendapatan juga berbeda-beda yaitu sebanyak 29 dari 44 responden akan
meningkat konsumsinya jika pendapatannya bertambah, sedangkan sisanya sebanyak 15
responden tidak akan menambah konsumsi walaupun pendapatannya bertambah. Dalam
pemenuhan kebutuhan juga memiliki perbedaan yaitu sebanyak 36 dari 44 responden dapat
memenuhi kebutuhan primer maupun sekunder, tetapi sisanya yaitu sebanyak 8 responden
tidak dapat memenuhi kebutuhannya dengan rata-rata pendapatan yang ada. Kemudian,
juga terdapat perbedaan prioritas konsumsi dari masing-masing responden, sebanyak 41
dari 44 responden memprioritaskan pendapatannya untuk konsumsi keluarga, dan sisanya
sebanyak 3 responden memprioritaskan pendapatannya untuk konsumsi sendiri.
Dari 83 responden, didapatkan 39 responden yang bekerja sebagai guru di SMP
Negeri dengan status Non PNS. Pendapatan yang diperoleh hanya berkisar antara
Rp500.000 hingga Rp3.000.000 dengan rata-rata hanya sebesar Rp512.130. Dengan
kisaran pendapatan sebesar itu, konsumsi yang dilakukan pun berbeda-beda. Dari 39
responden yang ada, 21 responden tidak menggunakan pendapatannya untuk konsumsi
saja, 7 responden menggunakan pendapatannya untuk konsumsi saja, dan 11 responden
mungkin menggunakan pendapatannya untuk konsumsi saja. Peningkatan konsumsi
responden sebab adanya pertambahan pendapatan juga berbeda-beda yaitu sebanyak 22
dari 39 responden akan meningkat konsumsinya jika pendapatannya bertambah,
sedangkan sisanya sebanyak 17 responden tidak akan menambah konsumsi walaupun
pendapatannya bertambah. Dalam pemenuhan kebutuhan juga memiliki perbedaan yaitu

15
sebanyak 21 dari 39 responden tidak dapat memenuhi kebutuhan primer maupun sekunder,
hanya 18 responden yang dapat memenuhi kebutuhannya dengan rata-rata pendapatan
yang ada. Kemudian, juga terdapat perbedaan prioritas konsumsi dari masing-masing
responden, sebanyak 33 dari 39 responden memprioritaskan pendapatannya untuk
konsumsi keluarga, dan sisanya sebanyak 6 responden memprioritaskan pendapatannya
untuk konsumsi sendiri.
Dari analisis data yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa besarnya
pendapatan mempengaruhi pola konsumsi para responden. Seperti perbedaan pendapatan
yang diterima oleh guru PNS dan Non PNS. Dengan pendapatan yang diperoleh, sebesar
81,8% guru PNS dapat memenuhi kebutuhan primer dan sekundernya. Tentu hal tersebut
berbeda dengan guru Non PNS yang cenderung tidak dapat memenuhi kebutuhannya yaitu
hanya sebesar 46,2% guru Non PNS yang dapat memenuhi kebutuhannya. Prioritas
konsumsi, keinginan konsumsi, hingga peningkatan konsumsi juga ikut dipengaruhi oleh
besarnya pendapatan yang diperoleh. Selain itu, wilayah responden yaitu kota maupun
desa juga dapat memengaruhi pola konsumsi. Faktor lingkungan kerja maupun tempat
tinggal juga dapat mempengaruhi konsumsi para responden.

4.2 Keterkaitan antara Pendapatan terhadap Pola Konsumsi Guru PNS dan Non PNS
dengan Teori Konsumsi
Pola konsumsi adalah susunan kebutuhan individu terhadap barang maupun jasa
yang akan dikonsumsi dalam jangka waktu tertentu yang akan dipenuhi berdasarkan
pendapatannya. Pola konsumsi setiap individu pun berbeda-beda sesuai dengan
pendapatannya, begitu pula dengan seorang guru dengan status PNS dan Non-PNS.
Guru dengan status PNS cenderung memiliki pola konsumsi yang relatif stabil
dikarenakan pendapatan yang mereka terima cukup untuk memenuhi kebutuhan, baik
untuk kebutuhan pokok maupun untuk kebutuhan sekunder. Berdasarkan data analisis
yang kami peroleh sekitar 81,8% guru dengan status PNS dapat memenuhi kebutuhan
pokok dan sekundernya. Dan dalam pola konsumsinya seorang guru dengan status PNS
selalu menyesuaikan antara pengeluaran untuk konsumsi dan saving berdasarkan pada
tingkat pendapatan yang mereka terima. Jika mereka mengalami pengeluaran yang
berlebihan pada saat-saat tertentu mereka akan memaksimalkan pengeluaran untuk
konsumsi dari pendapatan yang mereka terima dan menekan saving.
Apabila dalam satu waktu tertentu mereka memperoleh kenaikan gaji, sekitar
1,77% guru dengan status PNS akan meningkatkan konsumsinya sesuai dengan tambahan

16
pendapatan yang diterima, sedangkan sekitar 2,29% guru dengan status PNS lebih memilih
untuk meningkatkan saving dan tidak menambah konsumsi.
Untuk guru dengan status Non-PNS sendiri memiliki kecenderungan konsumsi
yang relatif kurang stabil. Berdasarkan data analisis yang kami peroleh sekitar 53,8% guru
dengan status Non-PNS tidak dapat memenuhi kebutuhannya, sehingga guru dengan status
Non-PNS lebih cenderung meminimalkan konsumsi dan tidak melakukan saving.
Apabila dalam satu waktu tertentu mereka memperoleh kenaikan gaji, sekitar
53,8% akan menggunakan untuk mencukupi konsumsinya sedangkan sekitar 46,2% akan
meningkatkan konsumsi dan saving sesuai dengan tambahan pendapatan yang mereka
peroleh.
Jadi berdasarkan analisis data yang dilakukan ada beberapa teori yang relevan
dengan pola konsumsi responden kami yaitu:
1. Keterkaitan antara pendapatan terhadap pola konsumsi guru PNS dan Non-PNS dengan
teori konsumsi adalah adanya keterkaitan antara peningkatan pendapatan dengan
peningkatan konsumsi serta penurunan saving. Hal ini sesuai dengan Teori James
Duesenberry bahwa tingkat pengeluaran untuk konsumsi suatu masyarakat sangat
ditentukan oleh tingginya pendapatan yang diperoleh. Sesuai dengan teori ini untuk bisa
mempertahankan pola konsumsi stabil, 37,3% guru PNS maupun Non PNS cenderung
lebih menurunkan saving dan ada pula yang tidak melakukan saving demi memenuhi
tingkat konsumsi. Selain itu pola konsumsi 50,6% guru PNS maupun Non PNS juga
dipengaruhi oleh lingkungan kerja dan 61,4% pola konsumsi guru PNS maupun Non
PNS dipengaruhi oleh lingkungan tempat tinggal, yang mana hal ini sesuai dengan efek
demonstrasi yang terdapat dalam teori Duessenbery. Selain itu sebagian dari responden
kami juga mengatakan akan berhutang untuk memenuhi kebutuhan jika tidak
memperoleh pendapatan, hal tersebut menggambarkan bahwa pola konsumsi mereka
tidak bisa turun drastis, mereka akan mengurangi konsumsinya sedikit demi sedikit
tidak langsung turun drastis dan jika mereka mengalami kenaikan mereka juga tidak
langsung meningkatkan pola konsumsinya, tetapi dengan cara bertahap seperti guru
yang berjenis kelamin perempuan akan mengalokasikan pertambahan pendapatannya
untuk menambah keperluan dapur tidak langsung dialokasikan untuk memenuhi
kebutuhan tersier.
2. Keterkaitan dengan Teori Samuelson, yang menyatakan bahwa pendapatan digunakan
untuk makanan dan non - makanan. Hal ini sesuai dengan pola konsumsi 59% guru
PNS maupun Non PNS yang kami analisis bahwa konsumsi yang digunakan tidak

17
hanya untuk makanan saja namun digunakan untuk berbagai keperluan dan kebutuhan
hidup lainnya.
3. Keterkaitan dengan Teori John Maynard Keynes, berdasarkan data yang sudah kami
peroleh 60% guru PNS dan 30% guru Non PNS akan tetap melakukan konsumsi
meskipun mereka tidak mendapatkan pendapatan. Untuk memenuhi konsumsi mereka
akan melakukan pinjaman kepada bank, koperasi atau keluarga terdekatnya. Selain itu
sebagian besar guru akan melakukan pertambahan konsumsi jika terjadi pertambahan
pendapatan meskipun pertambahan konsumsi tersebut tidak sebesar pertambahan
pendapatan.
4. Keterkaitan dengan Teori Milton Friechman, berdasarkan data yang sudah kami
kumpulkan terdapat 61,4% responden yang akan melakukan pertambahan konsumsi.
sedangkan 38,6% sisanya tidak menambah konsumsinya. Teori milton sangat relevan
dengan keadaan ini. Ekspetasi responden terhadap tambahan pendapatan diluar gaji
sangat besar presentasinya, sehingga tingkat windfallnya juga semakin besar. Dapat
ditarik kesimpulan bahwa pendapatan permanen dari responden kami besar.
5. Keterkaitan dengan Teori Franco Modigliani, sebanyak 30 responden mengatakan
bahwa jika ada pertambahan pendapatan mereka akan mengalokasikan dana tersebut
untuk saving ataupun saham, agar jika mengalami penurunan pendapatan bisa dijadikan
sebagai dana darurat. sebagian besar responden ini merupakan guru yang memiliki
status PNS.
Selain lima teori di atas, terdapat juga beberapa responden yang pola konsumsinya tidak
relevan dengan lima teori yang menjadi landasan penelitian ini. Pola konsumsi tersebut
adalah saat 1,2% responden lebih memprioritaskan keinginan daripada kebutuhan. Selain
itu, adanya 18,1% responden yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan pada saat
yang bersamaan juga tidak relevan dengan landasan teori penelitian ini. Sehingga, dapat
diketahui bahwa setiap individu memiliki pola konsumsi yang berbeda dan dipengaruhi
oleh banyaknya faktor di sekitar individu.

4.3 Perubahan Pola Konsumsi Guru PNS dan Non PNS Pada Saat Pandemi Covid-19

Pola konsumsi merupakan suatu aktivitas kecenderungan konsumsi dan


pengeluaran seseorang untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan pokok sehari-hari. Dari
responden guru di SMP Negeri dengan status PNS, pendapatan yang diperoleh berkisar
antara Rp2.300.000 hingga Rp6.000.000 dan guru di SMP Negeri dengan status Non PNS,
pendapatan yang diperoleh berkisar antara Rp500.000 hingga Rp3.000.000. Dengan

18
kisaran pendapatan sebesar itu, konsumsi guru PNS dan Non PNS sebelum ataupun
sesudah pandemi sebanyak 34,3% konsumsi berkurang, 37,1% konsumsi tetap, dan 28,6%
konsumsi bertambah. Secara keseluruhan, sebanyak 62,9% mengatakan mengalami
perubahan perubahan pola konsumsi pada saat pandemi. Perubahan konsumsi ini
dikarenakan pendapatan digunakan untuk membeli keperluan kesehatan, untuk investasi,
membeli kebutuhan sehari-hari apalagi harga bahan pokok mengalami kenaikan. Di mana
di antara mereka yang tadinya tidak pernah atau belum pernah membeli vitamin atau
suplemen menjadi kebutuhan untuk menjaga stamina dan sistem imun mereka. Selain itu,
digunakan untuk membeli perlengkapan kesehatan seperti obat-obatan dan juga untuk
membantu biaya rumah sakit orang tua yang terkena covid-19.

Kebutuhan konsumsi seperti bahan pokok dan multivitamin cenderung meningkat


pada saat pandemi. Sebagian besar responden terutama guru Non PNS mengeluhkan
tentang kenaikan harga bahan pokok, tarif listrik, masker dan kebutuhan lainnya, guru PNS
juga mengeluhkan hal tersebut. Akan tetapi, sebagian besar pola konsumsi dan kebutuhan
guru PNS masih bisa terpenuhi walaupun harga bahan pokok naik akibat adanya covid-19.
Karena adanya kenaikan harga bahan pokok beberapa guru PNS dan Non PNS harus
mengurangi jumlah konsumsi agar gaji mereka cukup untuk memenuhi semua kebutuhan
sehari-hari yang dapat dilihat adanya pandemi ini keadaan ekonomi menjadi tidak stabil.
Adanya pandemi ini beberapa responden mengatakan jumlah konsumsi bertambah karena
ada tambahan untuk membeli kebutuhan untuk kesehatan. selain itu, 37,1% responden
mengatakan jumlah konsumsi mereka tetap karena selama pandemi pendapatan masih
tetap, pengeluaran masih tetap sehingga kebutuhan masih bisa terpenuhi.
Dari hasil analisis data yang dilakukan, dapat diketahui ketika pendapatan
bertambah maka pola konsumsi juga berubah. Secara keseluruhan, sebanyak 62,9%
mengalami perubahan pola konsumsi pada saat pandemi. Dengan rata-rata konsumsi guru
PNS dan Non PNS berkurang 34,3%, konsumsi tetap 37,1%, konsumsi bertambah 28,6%.
Hal tersebut terjadi karena adanya kenaikan harga bahan pokok dan tarif listrik, membeli
kebutuhan yang berhubungan dengan kesehatan seperti stok masker dan obat vitamin,
membantu biaya rumah sakit orang tua yang terkena covid-19, selain itu untuk investasi.

19
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Pendapatan dari setiap orang sangatlah berbeda, sama halnya dengan sampel dari
responden kami yaitu guru PNS dan Non PNS. Terdapat beberapa persamaan dan
perbedaan pola konsumsi, tentu hal tersebut tidak hanya dipengaruhi oleh pendapatan saja
melainkan beberapa faktor lainnya seperti tempat tinggal, jumlah tanggungan, prioritas
dan juga pandemi.
Berdasarkan penelitian dan analisis data yang sudah kami lakukan terdapat beberapa
kesimpulan bahwa terdapat 5 teori konsumsi yang masih relevan di zaman sekarang ini
terhadap responden kami yaitu Guru PNS dan Non PNS SMP Negeri dengan pengambilan
sampel di desa dan di kota. yaitu Guru PNS dan Non PNS SMP Negeri dengan
pengambilan sampel di desa dan di kota.

20
DAFTAR PUSTAKA

Paramita, A., Gimin, G., & Suarman, S. Analisis Perbedaan Kinerja Guru Pns dengan Guru
Non Pns pada Smk Negeri 7 Pekanbaru (Doctoral dissertation, Riau University).
Fadhli, K., Himmah, S. R., & Taqiyuddin, A. (2021). Analisis Perubahan Pola Konsumsi
Masyarakat Penerima Bantuan Sosial Pada Masa Pandemi Covid-19. Jurnal
Education And Development, 9(3), 110-117.
Rosyidi, Suherman. (2017). Pengantar Teori Ekonomi Pendekatan kepada Teori Ekonomi
Mikro & Makro. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Dwi, Devy. (2013). KONSUMSI . Diakses pada 9 April 2022 melalui
https://devydwi.wordpress.com/2013/05/07/konsumsi/#:~:text=KONSUMSI%201.%
0Pengertian%20konsumsi%20menurut%20para%20ahli%20a.,umumnya%20dipengar
uhi%20oleh%20masa%20dalam%20siklus%20hidupnya.%20%3Db.
Prasetyo, Sigit. (2014). Handout Materi Kuliah Pengantar Ilmu Ekonomi: Teori Konsumsi.
Diakses pada 9 April 2022 melalui http://staff.unila.ac.id/sigit/files/2012/06/teori-
konsumsi.pdf.

21
22
LAMPIRAN

xxiii
xxiv
DOKUMENTASI

xxv

Anda mungkin juga menyukai