Anda di halaman 1dari 23

24

BAB II

EKSTRAKURIKULER BTQ, KEMAMPUAN SISWA DALAM

MEMBACA AL-QUR’AN

A. Ekstrakurikuler BTQ

1. Pengertian Ekstrakurikuler BTQ

Al-Qur’an sebagai firman Allah SWT yang diturunkan melalui

malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW, tidaklah sebagai

mukjizat semata. Akan tetapi Al-Qur’an memiliki peran yang begitu

kompleks dalam mengatur dan membimbing kehidupan manusia.

Dengan Al-Qur’an manusia memperoleh berbagai penjelasan mengenai

permasalahan yang dihadapinya sehingga langkah-langkahnya menjadi

lurus, selaras dengan kehendak Allah SWT sang penciptanya. Dengan

demikian, mempelajari Al-Qur’an dengan maksud agar dapat

memahami Al-Qur’an adalah suatu yang diwajibkan. Untuk sampai

kepada pemahaman yang benar terhadap isi Al-Qur’an maka harus

dimulai dengan membaca Al-qur’an yang benar. Oleh karena itu tidak

mengherankan bila dalam syariat Islam bahwa membaca Al-Qur’an

sebagai kitab suci umat Islam memiliki niat ibadah, dan berpahala bagi

yang membacanya.1

Al-Qur’an apabila ditinjau dari segi bahasa ataupun secara

lahiriyah bahasanya memiliki arti bacaan yang mempunyai maksud

1
Khadijatus Sholikhah, Perkembangan Seni Baca Al-Qur’an dan Qiro’at Tujuh di
Indoesia, (Jakarta: Pustaka Al-husna, 1983), hlm. 18
25

bahwa Al-Qur’an adalah Kalamullah yang dibaca berulang-ulang oleh

manusia.2

Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan pembelajaran yang sering

dilakukan di ruang kelas dengan orientasi peningkatan kemampuan

akademis. Kegiatan yang dilakukan diluar jam pelajaran yang bertujuan

untuk melatih siswa pada pengalaman-pengalaman nyata.3

Menurut Suharsismi AK, kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan

tambahan diluar struktur program yang pada umumnya merupakan

kegiatan pilihan. Sedangkan definisi kegiatan ekstrakurikuler menurut

Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan adalah kegiatan yang

dilakukan di luar jam pelajaran tatap muka, dilaksanakan di sekolah

atau di luar sekolah agar lebih memperkaya dan memperluas wawasan

pengetahuan dan kemampuan yang telah dipelajari dari berbagai mata

pelajaran dalam kurikulum.4

Dengan demikian, dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa

kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan tambahan yang dilaksanakan

di luar jam pelajaran biasa agar memperkaya wawasan pengetahuan dan

kemampuan siswa serta sebagai penunjang dan pendamping kegiatan

intrakurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler dapat menumbuhkembangkan

potensi dan bakat yang dimiliki oleh para siswa. Sedangkan

ekstrakurikuler bidang keagamaan adalah berbagai kegiatan yang

2
Ibid, hlm. 18
3
Rohmat Mulyana, Mengartikulasi Pendidikan Nilai, (Bandung: Alfabeta, 2011), hlm.
162
4
B. Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar Di Sekolah, edisi revisi, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2009), hlm. 287
26

dilaksanakan di luar jam pelajaran yang diselenggarakan dalam rangka

memberikan jalan bagi peserta didik untuk dapat mengamalkan ajaran

agama yang diperolehnya melalui kegiatan belajar di kelas, serta untuk

mendorong pembentukan pribadi siswa sesuai dengan nilai agama.

Dengan kata lain, tujuan dasarnya adalah untuk membentuk manusia

terpelajar dan bertakwa kepada Allah SWT dan sebagai penunjang

materi Pendidikan Agama Islam (PAI).

Membaca Al-Qur’an adalah kegiatan seseorang dalam menangkap

pikiran dengan perantara tulisan dari bahasa yang dilisankan melalui

huruf-huruf Al-Qur’an. Sedangkan menulis Al-Qur’an adalah kegiatan

seseorang dalam menciptakan informasi pada suatu media dengan

menggunakan huruf hijaiyah atau huruf Al-Qur’an. Baca tulis Al-

Qur’an adalah suatu kegiatan seseorang untuk melisankan/membaca Al-

Qur’an sesuai tajwid serta membuat dan merangkai huruf Al-Qur’an

dengan baik dan benar. 5

Baca Tulis Al-Qur’an (BTQ) adalah usaha sadar untuk menyiapkan

peserta didik dalam membaca dan menulis huruf Al-Qur’an melalui

kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan dengan memperhatikan

huruf Al-Qur’an melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan

dengan memperhatikan kebutuhan masyarakat akan pentingnya

kemampuan membaca menulis huruf Al-Qur’an untuk dapat meyakini,

memahami, menghayati, dan mengamalkan Al-Qur’an sebagai kitab

5
Ibid, hlm. 287
27

suci agamanya dan dalam rangka beragama Islam dengan baik dan

benar. Pengajaran Baca Tulis Al-Qur’an (BTQ) merupakan

pengembangan dari unsur pokok Al-Qur’an dalam garis-garis program

pengajaran Pendidikan Agama Islam.

Jadi yang dimaksud ekstrakurikuler BTQ yaitu kegiatan yang

dilaksanakan diluar jam sekolah, yaitu kegiatannya bertujuan untuk

meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca huruf Al-Qur’an.

Sehingga dapat membantu dalam pemahaman materi yang terdapat

dalam mata pelajaran PAI.

2. Indikator dan Ruang Lingkup Ekstrakurikuler BTQ

a. Indikator ekstrakurikuler BTQ

1) Kehadiran peserta didik

Kehadiran siswa di sekolah (school attandence) adalah

kehadiran dan keikutsertaan siswa secara fisik dan mental

terhadap aktivitas sekolah pada jam-jam efektif di sekolah.

Sedangkan ketidakhadiran adalah ketiadaan partisipasi secara

fisik siswa terhadap kegiatan-kegiatan sekolah. Pada jam-jam

efektif sekolah, siswa memang harus berada di sekolah. Kalau

tidak ada di sekolah, seyogyanya dapat memberikan keterangan

yang sah serta diketahui oleh orang tua atau walinya.

2) Keaktifan peserta didik

Setiap organisasi sekecil apapun lingkupnya, membutuhkan

partisipasi atau keaktifan dari anggotanya. Demikian juga dengan


28

kegiatan ekstrakurikuler, kegiatan ini juga membutuhkan

partisipasi atau keaktifan dari anggotanya yaitu siswa. keaktifan

adalah suatu kegiatan yang terjadi baik fisik maupun nonfisik.6

Menurut Wina Sanjana “keaktifan tidak hanya ditentukan oleh

aktifitas fisik semata, tetapi juga ditentukan oleh aktifitas nonfisik

seperti mental, intelektual, dan emosional”.7

3) Keseriusan peserta didik

Belajar adalah kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh

sejumlah ilmu pengetahuan. Dalam belajar, kita tidak bisa

melepaskan dari beperapa hal yang dapat mengantarkan

keberhasilan dalam belajar. Kesungguhan atau intensitas dalam

belajar merupakan salah satu prinsip belajar agar mendapat hasil

yang maksimal. Belajar tanpa kesungguhan akan memperoleh

hasil yang kurang memuaskan, selain itu akan bayak waktu dan

tenaga yang terbuang percuma, sebaliknya belajar dengan

sungguh-sungguh serta tekun akan memperoleh hasil yang

maksimal dan penggunaan waktu yang efektif.

Menurut Syaiful Bahri Djamrah, pedoman umum dalam

belajar dapat dilakukan dengan cara belajar dengan teratur,

disiplin dan bersemangat, konsentrasi, pengaturan waktu, istirahat

dan tidur yang cukup.

6
Anton M. Mulyono, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:Balai Pustaka, 2006),
hlm. 26
7
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
(Jakarta:Kencana Prima, 2006), hlm. 101-106
29

Sesuai dengan pendapat di atas maka dapat disimpulkan

intensitas atau kesungguhan dalam belajar dapat dilakukan dalam

bentuk:

1. Kedisiplinan dalam belajar

2. Keteraturan dalam Belajar

3. Konsentrasi dalam Belajar

b. Ruang lingkup ekstrakurikurikuler

Ruang lingkup kegiatan ekstrakurikuler bidang keagamaan

adalah berupa kegiatan-kegiatan yang dapat menunjang dan dapat

mendukung program intrakurikuler mata pelajaran pendidikan

agama Islam yaitu mengembangkan pengetahuan dan kemampuan

siswa, serta ketrampilan dan minat siswa dalam bidang keagamaan.

Sedangkan ruang lingkup kegiatan ekstrakurikuler BTQ adalah

kegiatan yang dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam

membaca huruf Al-Qur’an sesuai dengan tajwid yang baik dan

benar.

3. Fungsi ekstrakurikuler BTQ

a. Pengembangan, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk

mengembangkan kemampuan dan kreativitas peserta didik sesuai

dengan potensi, bakat minat mereka. Khususnya yang berkaitan

dngan Al-Qur’an, misalnya: kaligrafi, seni baca Al-Qur’an serta

qasidah
30

b. Sosial, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan

suasana rileks, menggembirakan dan menyenangkan bagi peserta

didik yang menunjang proses perkembangan

c. Persiapan karir, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk

mengembangkan persiapan karir peserta didik.8

4. Jenis ekstrakurikuler dan muatan kegiatan ekstrakurikuler bidang

keagamaan

Menurut Amir Dien kegiatan ekstrakurikuler dibagi menjadi dua

jenis, yaitu bersifat rutin dan bersifat periodik.

a. Ekstrakurikuler yang bersifat rutin atau berkelanjutan yaitu jenis

kegiatan ekstrakurikuler yang dilaksanakan secara terus menerus

selama satu periode tertentu. Untuk menyelesaikan satu program

kegiatan ekstrakurikuler ini biasanya diperlukan waktu yang lama.

b. Kegiatan ekstrakurikuler yang bersifat periodik atau sesaat yaitu

kegiatan ekstrakurikuler yang dilaksanakan waktu-waktu tertentu

saja.9

Kegiatan ekstrakurikuler dapat dikembangkan dalam berbagai

cara dan isi. Penyelenggaraan kegiatan ini menurut kepala sekolah,

guru, siswa dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya untuk secara

kreatif merancang sejumlah kegiatan sebagai muatan kegiatan

ekstrakurikuler. Muatan-muatan kegiatan yang dapat dirancang oleh

guru antara lain: program keagamaan, pelatihan profesional, organisasi


8
http://anwarhapid.blogspot.com/2013/01/pengembangan-ekstrakurikuler-
pendidikan.html. diakses tanggal 04-06-2015
9
Suryosubroto, Op.Cit,. hlm. 288-290
31

siswa, rekreasi dan waktu luang, kegiatan kultural, program

perkemahan, serta program Live-in-Eksposure.

Banyak macam dan jenis kegiatan ekstrakurikuler yang

dilaksanakan di sekolah-sekolah. Macam-macam kegiatan

ekstrakurikuler dibidang keagamaan antara lain:

a. Baca Tulis Al-Qur’an (BTQ), yaitu kegiatan ekstrakurikuler yang

bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca

dan menulis huruf Al-Qur’an

b. Kesenian, yaitu kegiatan ekstrakurikuler kegamaan yang bisa

berupa seni baca Al-Qur’an, qasidah dan kaligrafi

c. Pesantren kilat, yaitu kajian dasar Islam dalam jangka waktu

tertentu antara 2-5 hari, tergantung situasi dan kondisi. Kegiatan ini

dilaksanakan pada bulan Ramadhan.

d. Tafakkur alam, yaitu kegiatan yang bertujuan untuk menyegarkan

kembali jiwa yang penat sambil menghayati kebesaran penciptaan

Allah SWT dan menguatkan ukhuwah. Tafakkur alam ini biasanya

berlangsung 1-3 hari dan diadakan diluar kota, pegunungan,

perbukitan, taman/kebun, pantai dan lain sebagainya.

e. Majalah dinding, sebagai kegiatan ekstrakurikuler majalah dinding

memiliki dua fungsi, yaitu:

1) Wahana informasi keislaman


32

2) Pusat informasi kegiatan Islam baik internal sekolah maupun

eksternal. Agar efektif, muatan informasi Islam dalam majalah

dinding hendaknya yang singkat, padat, informatif dan aktual.10

Dari beberapa kegiatan ekstrakurikuler diatas, ekstrakurikuler

baca tulis Al-Qur’an merupakan salah satu ekstrakurikuler yang biasa

diadakan ditiap sekolah. Karena sebagai penunjang dalam pencapaian

indikator-indikator membaca Al-Qur’an secara baik dan benar.

B. Kemampuan Siswa Dalam Membaca Al-Qur’an

1. Pengertian kemampuan membaca Al-Qur’an

Istilah kemampuan berasal dari kata dasar mampu yang artinya

kuasa (bisa, sanggup, melakukan sesuatu, dapat, atau bisa).

Kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, dan kekuatan seseorag

untuk melakukan suatu pekerjaan sengan usaha sendiri.

Kemampuan berarti kapasitas seseorang individu untuk melakukan

beragam tugas dalam suatu pekerjaan. Kemampuan adalah sebagai

suatu dasar seseorang yang dengan sendirinya berkaitan dengan

pelaksanaan pekerjaan secara efektif atau sangat berhasil.11

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kemampuan berarti

kesanggupan, kecapakan dan kekuatan.12

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa

kemampuan (ability) adalah kecakapan atau potensi seorang individu

10
http://bk2009.files.wordpress.com/2011/01/pembahasan.docx. diakses tanggal 05-06-
2015
11
Purwadarminta, Kamus bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1985), hlm. 628-629
12
Departemen Pendidikan Nasional, kamus besar bahasa indonesia pusat bahasa edisi ke
-4, (PT.Gramedia Pustaka Utama, 2008) hlm.869
33

untuk menguasai keahlian dalam suatu pekerjaan atau suatu penilaian

atas seseorang.

Membaca merupakan dasar salah satu ketrampilan yang berkaitan

erat dengan ketrampilan dasar ada empat ketrampilan berbahasa, yaitu

menulis, menyimak, berbicara dan membaca itu sendiri. Kegiatan

membaca bersifat reseptif, suatu bentuk penyerapan yang aktif dalam

kegiatan membaca pikiran dan mental terlibat secara aktif, tidak hanya

aktifitas fisik saja.

Banyak para ahli yang memberikan definisi tentang membaca.

Berikut ini dikemukakan berbagai pendapat mengenai kegiatan

membaca. Membaca menurut para ahli seperti Henry Guntur Tarigan

adalah:

1) Membaca suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan

oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak

disampaikan oleh penulis melalui kata-kata atau bahasa

tutur hodgson.13

2) Membaca adalah suatu metode yang kita pergunakan untuk

berkomunikasi dengan diri sendiri dan dengan orang lain,

yaitu mengkomunikasikan makna yang terkandung atau

tersirat. Pada lambang-lambang tertulis Anderson.14

Membaca adalah memahami pola-pola bahasa dari

gambaran tertulis. Sedangkan membaca menurut Kamus

13
Ibid, hml. 7
14
Ibid, hlm. 71
34

Besar Bahasa Indonesia Poerwo Darminto, adalah melihat

serta memahami isi dari apa yang tertulis (dengan

melisankan atau hanya di hati). Mengeja atau melafalkan

yang tertulis.15

Menurut definisi yang diuraikan di atas, dapat disimpulkan

bahwa membaca adalah suatu usaha pembaca untuk

memperoleh pesan atau informasi dan memahami isi yang

tertulis dari suatu wacana.

Sedangkan Al-Qur’an menurut pendapat yang paling kuat

seperti dikemukakan Dr.Subhi berarti “bacaan”, asal kata qara’a.

Kata Al-Qur’an itu berbentuk masdar dengan arti isim maf’ul

yaitu maqru (dibaca). Sedangkan definisi Al-Qur’an adalah

kalam Allah SWT yang merupakan mu’jizat yang diturunkan

(diwahyukan) kepada Nabi Muhammad SAW dan ditulis di

mushaf dan diriwayatkan dengan mutawatir serta membacanya

adalah ibadah.16

Jadi kemampuan membaca Al-Qur’an adalah kesanggupan

seseorang untuk memperoleh pesan atau informasi dan

memahami isi yang tertulis dari membaca kita Allah yang di

tulis dalam mushaf dan berbahasa arab.

15
Ibid, hlm. 62
16
Depag, Al-Qur’an Terjemahannya, (Semarang: Toha Putra, 1990), hlm. 16
35

2. Aspek pembelajaran Al-Qur’an

Membaca merupakan suatu ketrampilan yang kompleks yang

melibatkan serangkaian ketrampilan yang lebih kecil lainnya. Secara

garis besar terdapat dua aspek penting dalam pembelajaran membaca

Al-Qur’an, yaitu:

1) Ketrampilan yang bersifat mekanis (Mechanical skill)

ketrampilan membaca ini dianggap berada pada urutan yang lebih

rendah (lower order). Dalam hal ini aspek yang dicapai adalah:

a. Pengenalan bentuk huruf

b. Pengenalan unsur-unsur linguistik yaitu fonem, kata, frase, pola,

klausa, kalimat dan lainnya

c. Pengenalan hubungan pola ejaan dan bunyi atau kemampuan

menyuarakan bahan tertulis

d. Kecepatan membaca bertaraf lambat

2) Ketrampilan yang bersifat pemahaman (comprehension Skill)

Ketrampilan ini dianggap pada urutan yang lebih tinggi (hinger

order). Aspek ini meliputi:17

a. Memahami pengertian sederhana, yaitu leksikal, gramatikal, dan

retorikal.

b. Memahami signifikasi atau makna, yaitu maksud dan tujuan

membaca, keadaan kebudayaan serta reaksi pembaca

c. Evaluasi atau penilaian, tentang isi dan bentuk

17
Agus Supriyatna, Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Rendah, (Yogyakarta: PAS,
2001). hlm 57
36

d. Kecepatan membaca yang fleksibel, yang mudah disesuaikan

dengan keadaan

3. Tujuan dan Fungsi Penilaian Membaca Al-Qur’an

Tujuan dan fungsi membaca Al-Qur’an adalah untuk memberikan

umpan balik kepada guru dan siswa guna memperbaiki cara belajar

mengajar, mengadakan perbaikan dan pengayaan bagi siswa serta

menempatkan siswa pada situasi belajar mengajar yang lebih tepat

sesuai dengan tingkat kemampuan yang dimiliki. Memberikan

informasi kepada siswa tentang tingkat keberhasilan belajar dalam

rangka memperbaiki atau mendalami dan memperluas pelajaran.

Menentukan hasil belajar siswa yang antara lain diperlukan untuk

pemberian laporan kepada orang tua atau wali murid, penentuan

kenaikan kelas dan penentuan kelulusan siwa.

Untuk mengetahui seberapa jauh keberhasilan siswa dalam

menyerap pelajaran membaca, guru diharapkan sering menilai

kemampuan membaca siswa dalam kelas. Adapun cara menilai antara

lain:

1) Tiap-tiap siswa disuruh membaca kata, kalimat atau paragraf sesuai

dengan petunjuk guru

2) Siswa disuruh membaca dipapan tulis

3) Siswa disuruh menatap, tujuannya untuk mengingat-ingat hal-hal

yang sudah dipelajari


37

4) Siswa diberi tugas membaca wacana untuk dikerjakan dirumah18

4. Tata Cara Membaca dan Indikator Penilaian Membaca Al-Qur’an

a. Tata cara membaca Al-Qur’an

Mendidik anak membaca Al-Qur’an merupakan hak dan

kewajiban utama anak yang harus ditunaikan sesegera mungkin

oleh orang tuanya. Artinya, selama orang tua belum menunaikannya

pada anak, sedangkan anak telah cukup umur dan orang tua sendiri

mampu, maka orang tua berdosa karena belum memenuhi hak

kewajibannya.19

Dahulu rombongan-rombongan dari daerah badui yang

datang kepada Nabi Muhammad SAW untuk memeluk agama Islam

sepulangnya ke daerah masing-masing diberikan persyaratan oleh

beliau untuk membacakan Al-Qur’an kepada keluarga dan anak-

anaknya, di samping mengatur jadwal orang-orang yang bertugas

adzan di daerah tersebut.

Perhatian Rasulullah tersebut menunjukkan betapa

pentingnya mendidik anak membaca Al-Qur’an.20

Tata cara membaca Al-Qur’an menurut para ulama terbagi

menjadi empat macam, yaitu:

1. Membaca secara tahqiq

18
Ibid, hlm. 57
19
Ahmad Syarifuddin, Mendidik Anak : Membaca, Menulis dan Mencintai Al-Qur’an,
(Jakarta: Gema Insani, 2004), hlm. 41
20
Ibid, hlm.68
38

Tahqiq adalah membaca Al-Qur’an dengan memberikan

hak-hak pada setiap huruf secara tegas, jelas, dan teliti seperti

memanjangkan mad, menegaskan hamzah, menyempurnakan

harakat, serta melepas huruf secara tartil, pelan-pelan,

memperhatikan panjang pendek, waqaf dan ibtida’, tanpa

merampas huruf. Untuk memenuhi hal-hal itu, metode tahqiq

kadang tampak memenggal-menggal dan memutus-mutus dalam

membaca huruf-huruf dan kalimat-kalimat Al-Qur’an.

2. Membaca secara tartil

Tartil maknanya hampir sama dengan tahqiq, hanya tartil

lebih luwes dibanding tahqiq. Az-Zarkasyi mengatakan bahwa

kesempurnaan tartil ialah menebalkan kalimat sekaligus

menjelaskan huruf-hurufnya. Perbedaan lain ialah tartil lebih

menekankan aspek memahami dan merenungi kandungan ayat-

ayat Al-Qur’an, sedang tahqiq tekanannya pada aspek bacaan.

3. Membaca secara tadwir

Tadwir adalah membaca Al-Qur’an dengan memanjangkan

mad, hanya tidak sampai penuh. Tadwir merupakan cara

membaca Al-Qur’an di bawah tartil diatas hadr.21

4. Membaca secara hadr

hadr ialah membaca Al-Qur’an dengan cepat, ringan, dan

pendek, namun tetap dengan menegakkan awal dan akhir

21
Ibid, hlm. 80
39

kalimat serta meluruskannya. Suara mendengung tidak sampai

hilang. Meski cara membacanya cepat dan ringan, ukurannya

harus sesuai dengan standar riwayat-riwayat sahih yang

diketahui oleh pakar-pakar qira’ah. Cara ini lazim dipraktekkan

oleh para pengahafal Al-Qur’an pada kegiatan khataman Al-

Qur’an sehari (12 jam).

Empat tata cara membaca tersebut, meski nama-namanya

berbeda, hakekatnya tetap dapat disebut sebagai bacaan tartil

yang diserukan Al-Qur’an. Dari empat tata cara membaca Al-

Qur’an tersebut, tata cara yang ideal untuk dipraktikan di

kalangan anak-anak oleh orang tua dan guru adalah tata cara

yang pertama, yaitu tahqiq, sesuai anjuran As Suyuti. Bagi

kalangan anak-anak menerapkan cara tahqiq merupakan hal

yang ideal. Asal tidak sampai ke tingkat takalluf (memaksakan

diri), ifrath (keterlaluan, melewati batas), dan tidak sampai ke

tingkat memenggal-menggal huruf secara dibuat-buat agar

terkesan tartil.22

b. Indikator penilaian membaca Al-Qur’an

Indikator penilaian dalam pembelajaran membaca adalah aspek

pelafalan membaca, intonasi dari kata atau kalimat yang dibaca dan

22
Ibid, hlm.80
40

aspek kelancaran dalam membaca.23 Indikator seseorang dikatakan

mempunyai kemampuan membaca Al-Qur’an antara lain yaitu:

1. Ketartilan dalam membaca Al-Qur’an

Tartil berasal dari kata rattal, yang berarti “melagukan” ,

“menyanyikan” yang pada awal Islam hanya bermakna pembacaan

Al-Qur’an secara metodik, dengan cakupan pemahaman tata cara

berhenti (waqf) dan meneruskan (washl). Namun dalam

perkembangan yang sekarang ini, istilah tersebut bukan lagi untuk

pembacaan Al-Qur’an tetapi merujuk kepada pembacaan secara

cermat dan perlahan-lahan.24

Tartil membaca Al-Qur’an adalah membaca Al-Qur’an

pembacaan tenang dan tadabbur, dengan tingkat kecepatan standar,

sehingga pembaca bisa maksimal memenuhi setiap hukum bacaan

dan sifat-sifat yang digariskan.25

Dengan demikian membaca Al-Qur’an dengan tartil adalah

membaca dengan pelan-pelan, tidak terburu-buru, dengan harapan

dapat memahami kandungan Al-Qur’an.

2. Kefasihan dalam membaca Al-Qur’an

Kefasihan membaca Al-Qur’an selain ditentukan oleh

penguasaan terhadap ilmu tajwid, juga ditentukan oleh kemampuan

lidah seseorang dalam melafalkan huruf dan kalimat-kalimat arab

23
Ibid, hlm. 137
24
Ahmad Lutfi, Pembelajaran al-Qu’an dan Hadits (Jakarta: Dirjen Pendidikan Islam,
Depag RI, 2009), hlm. 87
25
Ahmad Shams Madyan, Peta Pembelajaran al-Qur’an, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2008), hlm. 109
41

(Al-Qur’an) sesuai dengan ciri, sifat, karakter dan makhraj hurufnya

masing-masing. Dengan demikian membaca Al-Qur’an dengan fasih

yaitu harus menerapkan kaidah makhraj dan sifatnya.

3. Ketepatan tajwid

Untuk dapat membaca dengan baik, maka harus disertai dengan

kaidah-kaidah membaca Al-Qur’an, yaitu tajwid. Tajwid ialah

memperbaiki bacaan Al-Qur’an dalam bentuk mengeluarkan huruf-

huruf dari tempatnya dengan memberikan sifat-sifat yang

dimilikinya, baik yang asli maupun yang datang kemudian.

4. Adabul Waqaf

Waqaf menurut bahasa artinya berhenti/menahan, dan menurut

istilah artinya menghentikan suara dan perkataan sebentar untuk

bernafas bagi qari’ dengan niat untuk melanjutkan bacaan lagi,

bukan berniat untuk meninggalkan bacaan tersebut. Fungsi tanda

pemberhentian (waqaf) dalam Al-Qur’an adalah agar dapat

membacanya dengan baik dan benar sesuai maksud yang

dikehendaki Al-Qur’an. pembaca harus tahu kapan harus berhenti,

kapan terus, darimana mengulang bacaan, dll. Tanda-tanda waqaf

dan artinya adalah:

1. ‫ م‬- )‫ (الزم‬Artinya harus berhenti

Disebut juga dengan waqaf lazim, yaitu berhenti di akhir

kalimat sempurna. Waqaf lazim disebut juga dengan waqaf taam


42

(sempurna) karena waqaf terjadi setelah kalimat sempurna dan

tidak ada kaitan lagi dengan kalimat sesudahnya.

2. ‫ ط‬- )‫ (مطلق‬Artinya boleh terus, berhenti lebih baik

3. ‫ قف‬Artinya baik berhenti, terus pun tidak salah

4. ‫ قلي‬- )‫ (الوقف أولى‬Artinya boleh terus, berhenti lebih baik26

Tanda waqaf aula yaitu tanda waqaf yang menunjukkan lebih

bagus berhenti walaupun nafas masih kuat.27

5. ‫ (مجوز) – ز‬Artinya boleh berhenti, terus lebih baik

6. ‫ ج‬- )‫ (جا ئس‬boleh berhenti boleh terus

Tanda jim adalah waqaf jaiz. Lebih baik berhenti seketika di

sini walaupun diperbolehkan juga untuk tidak berhenti.

7. ‫ ق‬- )‫ (قيل عليه وقف‬Artinya sebagian kecil qurra’ membolehkan

berhenti

8. ‫ صلي‬- )‫ (الو صل أولى‬Artinya boleh berhenti, terus lebih baik

Tanda sad – lam – ya’ merupakan singkatan dari “Al-wasl

Awlaa” yang bermakna “wasal atau meneruskan bacaan adalah

lebih baik”, maka dari itu meneruskan bacaan tanpa

mewaqafkannya adalah lebih baik.

9. ‫ ال‬- )‫ (ال وقف فيه‬Artinya tidak boleh berhenti tanpa mengulang

Tidak boleh berhenti tanpa mengulang, kecuali pada ro’su

ayah/akhir ayat maka boleh tidak mengulang. Tanda ini muncul

kadang kala pada penghujung maupun pertengahan ayat. Jika ia


26
As’ad Human, Cara Cepat Belajar Tajwid Praktis, (Yogyakarta: Team Tadarus Muda
Masjid & Mushola AMM, 2005), hlm. 57
27
Ibid, hlm.58
43

muncul di pertengahan ayat, maka tidak dibenarkan untuk

berhenti dan jika berada di penghujung ayat, maka boleh berhenti

atau tidak.

10. .•. .•. )‫ (معا نقة‬Artinya berhenti pada salah satunya tanpa harus

mengulang

Yaitu apabila sudah berhenti pada yang pertama, jangan

berhenti pada yang kedua, atau sebaliknya. Tanda bertitik tiga

yang disebut sebagai Waqaf Muraqabah atau Waqaf Ta’anuq

(Terikat). Waqaf ini muncul sebanyak dua kali di mana saja dan

cara membacanya adalah harus berhenti pada salah satu tanda

tersebut.

11. ‫ ص‬Artinya lebih baik untuk tidak berhenti namun diperbolehkan

berhenti saat darurat tanpa mengubah maknanya

12. ‫ ش‬Atau )‫ (سكتة‬Artinya berhenti seketika tanpa mengambil

nafas

Membaca Al-Qur’an merupakan suatu ibadah, oleh karenanya

harus dibaca sesuai dengan aturan yang telah ditentukan. Dengan

demikian membaca Al-Qur’an yang bertajwid (memperbaiki bacaan

dengan menata huruf sesuai dengan tempatnya) maka hal tersebut

juga termasuk ibadah.

Membaca Al-Qur’an merupakan sarana yang terpenting dalam

usaha memahami Al-Qur’an. sebab kegiatan membaca adalah sarana

utama dalam mengenal akan sesuatu termasuk dalam pengetahuan


44

Al-Qur’an. bagaimana kita bisa memahami Al-Qur’an kalau

membacanya saja tidak bisa.28

Bagi yang membaca Al-Qur’an akan memperoleh kemuliaan

dari Allah berupa syafaat atau pertolongan dari Al-Qur’an yang

dibacanya tersebut. Dalam Al-Qur’an itu sendiri Allah menjelaskan

dalam QS. Al-muzammil: 20

ِ‫ن ا ْلقُرءَان‬
َ ِ‫فَاقْ َرءُوْامَاتَيَّسَ َرم‬

Artinya: “karena itu bacalah yang mudah (bagimu) dalam Al-

Qur’an” (QS. Al-Muzammil: 20)

Berdasarkan dalil diatas, maka membaca Al-Qur’an merupakan

suatu perintah Allah yang wajib ditaati oleh semua umat Islam. Bila

membaca Al-Qur’an menjadi suatu kewajiban bagi umat islam, maka

materi tentang ilmu mempelajari Al-Qur’an juga wajib untuk

dipahami dan dipelajari oleh umat islam agar dapat membaca Al-

Qur’an dengan cara yang benar.

Dengan demikian, melalui penjelasan diatas, maka sudah

menjadi kebutuhan manusia untuk mengerti dan memahami ilmu-

ilmu kaidah dalam membaca Al-Qur’an.

Dalam kegiatan ekstrakurikuler BTQ di SMK Muhammadiyah

Kesesi yang penulis teliti menekankan pada kemampuan siswa

membaca Al-Qur’an. Dan metode yang digunakan dalam kegiatan

28
Juknis Ekstrakurikuler BTQ SMK Muhammadiyah Kesesi. hlm. 4-5
45

ekstrakurikuler BTQ ini adalah Iqro’ INSIDE, artinya disisipkan

pada kurikulum dengan waktu awal mula pelajaran selama 30 menit.

Metode Iqro’ adalah suatu metode membaca Al-Qur’an yang

menekankan langsung pada latihan membaca. Adapun buku panduan

iqro’ terdiri dari 6 jilid dimulai dari tingkat yang sederhana, tahap

demi tahap sampai pada tingkatan yang sempurna.29

Metode Iqro’ ini disusun oleh Ustadz As’ad Human yang

berdomisili di Yogyakarta. Kitab Iqro’ dari keenam jilid tersebut di

tambah satu jilid lagi yang berisi tentang doa-doa. Dalam setiap jilid

terdapat petunjuk pembelajarannya dengan maksud memudahkan

setiap orang yang belajar maupun yang mengajar Al-Qur’an.

Metode Iqro’ ini dalam praktiknya tidak membutuhkan alat yang

bermacam-macam, karena ditekankan pada bacaannya (membaca

huruf Al-Qur’an dengan fasih). Bacaan langsung tanpa dieja. Artinya

tidak diperkenalkan nama-nama huruf hijaiyah dengan cara belajar

siswa aktif (CBSA) dan lebih bersifat individual.

Adapun kelebihan dan kekurangan metode Iqro’ adalah:

1. Kelebihan

a. Menggunakan metode CBSA, jadi bukan guru yang aktif

melainkan santri yang dituntut aktif

b. Dalam penerapannya menggunakan klasikal (membaca secara

bersama) privat, maupun cara eksistensi (santri yang lebih

29
Ibid, hlm. 6
46

tinggi jilidnya dapat menyimak bacaan temannya yang berjilid

rendah)

c. Komunikatif artinya jika santri mampu membaca dengan baik

dan benar guru dapat memberikan sanjungan, perhatian dan

penghargaan.

d. Bila ada santri yang sama tingkat pelajarannya, boleh dengan

sistem tadarrus, secara bergilir membaca dua baris sedang

lainnya menyimak.

e. Bukunya mudah di dapat di toko-toko

2. Kekuarangan

a. Bacaan-bacaan tajwid tidak dikenalkan sejak dini

b. ada media belajar

c. Tak dianjurkan menggunakan irama murottal30

30
Ibid, hlm. 7

Anda mungkin juga menyukai