BAB II
LANDASAN TEORETIS
A. Kerangka Teori
1.Kegiatan Ekstrakurikuler
8
9
2
Wina Sanjaya, (2016), Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Kencana, hal. 27.
10
3
Departemen Pendidikan Balai Pustaka, (2007), Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Jakarta: Penerbit dan Percetakan Balai Pustaka, hal. 291.
4
https://www.slideshare.net/gilangasridevianty/lampiran-permen-nomor-62-th-
2014, diakses pada tanggal 7 April 2018 pukul 08.16 WIB
5
Suryosubroto, (2009), Proses Belajar Mengajar Di Sekolah, Jakarta: Rineka
Cipta, hal. 287.
6
Departemen Agama RI, (2005), Panduan Kegiatan EkstraKurikuler Pendidikan
Agama Islam, Jakarta: Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, hal. 9
11
7
Saipul Ambri Damanik, “Pramuka Ekstrakurikuler Wajib di Sekolah”, dalam
jurnal Ilmu Keolahragaan, Vol.13, No. 2, 2014, hal. 16-
21(https://scholar.google.co.id/scholar?hl=en&as_sdt=0%2C5&q=Pramuka+Ekstrakuriku
ler+Wajib+di+Sekolah&btnG), diakses pada tanggal 5 Februari 2018 pukul 08.16 WIB
8
Utami Retno Hapsari, “Hubungan Antara Minat Mengikuti Kegiatan
Ekstrakurikuler dengan Intensi Delikuensi Remaja pada Siswa Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) di Kota Semarang, dalam jurnal Fakultas Psikologi, 2010, hal. 5.
(http://eprints.undip.ac.id/11112/1/JURNAL_UTAMI_RETNO_HAPSARI_M2A003073.
pdf)
12
9
Al-‘Ali, (2005), Al-Qur’an dan Terjemahnya, Bandung: Diponegoro, hal. 146
10
Mustafa Al-Maraghy, (1974), Tafsir Al-Maraghy, Semarang: PT. Tohaputra,
hal.23-24
13
dan minat yang dimiliki oleh peserta didik. Dilakukannya kegiatan ekstrakurikuler
di sekolah akan dapat membantu siswa dalam pengembangan dirinya.Karena itu
kegiatan ekstrakurikuler dijadikan sebagai wadah kegiatan peserta didik di luar
pelajaran atau di luar kegiatan kurikuler.
11
Suryosubroto,(2009), Proses Belajar Mengajar Di Sekolah,Jakarta : Rineka
Cipta, hal. 288.
12
https://www.slideshare.net/gilangasridevianty/lampiran-permen-nomor-62-th-
2014, diakses pada tanggal 7 April 2018 pukul 08.16 WIB
14
13
Suryosubroto, Proses Belajar, hal. 288.
14
https://www.slideshare.net/gilangasridevianty/lampiran-permen-nomor-62-th-
2014, diakses pada tanggal 7 April 2018 pukul 08.16 WIB
15
15
Suryosubroto,(2009), Proses Belajar Mengajar Di Sekolah,Jakarta : Rineka
Cipta, hal. 291.
16
Departemen Agama RI, (2005), Panduan Kegiatan EkstraKurikuler Pendidikan
Agama Islam, Jakarta: Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, hal. 11
16
17
Suryosubroto, Proses Belajar,hal. 303.
17
dahulu agar kegiatan tercapai secara optimal sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapai.
3) Masyarakat
4) Dana bantuan18
18
Suryosubroto, Proses Belajar, hal. 306.
19
Kamisa, (2013), Kamus Besar Bahasa Indinesia, Surabaya : Cahaya Agensy,
hal. 323.
20
Ibid, hal. 322.
21
Wahidin Saputra, (2012), Pengantar Ilmu Dakwah, Depok: Rajagrafindo
Persada, hal. 1.
22
Hafidz Abdurrahman, (2015), Diskursus Islam Politik dan Spiritual, Bogor:
AlAzhar, hal. 277
19
Dakwah bertujuan untuk mengubah keadaan yang tidak Islami agar bisa
mendekatkan diri kepada Allah Swt. Adapun secara detail tujuan tersebut bisa
diuraikan, sebagai berikut:
1) Mengajak kepada orang kafir agar memeluk Islam.
2) Menyerukan kepada orang Islam agar menerapkan hukum Islam secara
total.
3) Melaksanakan kemakrufan dan mencegah kemungkaran, yang meliputi
semua bentuk kemakrufan dan semua bentuk kemungkaran, baik
kemungkaran yang dilakukan oleh pribadi, kelompok maupun negara.
Danjuga kemakrufan yang diserukan kepada pribadi, kelompok maupun
negara.
Hal ini sesuai dengan firman Allah swt dalam QS. Ali Imran ayat 104 yakni
;
23
Al-‘Ali, (2005),Alqur’an dan Terjemahnya, Bandung: Diponegoro, hal. 50
20
Syaikh Ahmad Syakir, (2017), Mukhtashar Tafsir Ibnu Katsir, Jakarta: Darus
24
26
Wahidin Saputra, (2012), Pengantar Ilmu Dakwah, Depok: Rajagrafindo
Persada, hal. 3.
27
Saputra,Pengantar Ilmu, hal. 3.
28
Dedy Susanto, “Pola Strategi Dakwa MTA di Kota Semarang”, dalam jurnal
Ilmu Dakwah, Vol. 35, No. 2, tahun 2015, hal. 160.
29
Sahrul, (2014), Filsafat Dakwah, Medan: IAIN PRESS, hal. 87
22
Dalam tafsir al-Azhar ayat ini adalah mengandung ajaran kepada Rasul Saw
tentang cara melancarkan da’wah, atau seruan terhadap manusia agar
mereka berjalan di atas Jalan Allah (Sabilillah). Sabilillah, atau Shiratal
Mustaqim, atau Ad-Dinul Haqqu.Agama yang benar Nabi Saw memegang
tampuk pimpinan dalam melakukan da’wah itu. Kepadanya dituntut oleh
Tuhan bahwa di dalam melakukan da’wah hendaklah memakai tiga macam
cara atau tiga tingkat cara. Pertama Hikmah (kebujaksanaan), yaitu dengan
secara bijaksana, akal budi yang mulia, dada yang lapang dan hati yang
bersih menarik perhatian orang kepada agama, atau kepada kepercayaan
terhadap Tuhan. Kata “Hikmah” itu kadang-kadang diartikan dengan
Filsafat.Padahal dia adalah inti yang lebih halus dari filsafat.Filsafat hanya
dapat difahamkan oleh orang-orang yang telah terlatih fikirannya dan tinggi
pendapat logikanya.Kebijaksanaan itu bukan saja dengan ucapan mulut,
melainkan termasuk juga dengan tindakan dan sikap hidup.Kedua Al-
Mauizhatul Hasanah yang diartikan pengajaran yang baik, atau pesan-pesan
yang baik, yang disampaikan sebagai nasehat.Sebagai pendidikan dan
tuntunan sejak kecil.Sebab itu termasuklah dalam bidang “Al-Mauizhatul
30
Saputra, Pengantar Ilmu, hal. 242.
31
Al-‘Ali, (2005),Alquran dan Terjemahnya, Bandung: Diponegoro, hal. 224
23
Dari ayat di atas dapat diketahui bahwa metode dakwah itu terdiri dari tiga
cakupan, yakni :
a) Metode al-Hikmah
Metode dakwah hikmah artinya cara dakwah dengan kearifan atau
kebijaksanaan. Menurut Al-Maragi al-hikmah ialah perkataan yamh benar, tegas
berdasar pada dalil yang kuat untuk menghilangkan yang subhat. Ibnu Katsir
mengartikan al-hikmah ialah yang bijak dari segi perkataan dan perbuatan
sehingga sesuatu itu dapat ditempatkan pada posisi yang tepat.33
Dalam konteks ushul fiqih istilah hikmah dibahas ketika ulama ushul
membicarakan sifat-sifat yang dijadikan ilat hukum.Dan pada kalangan tarekat
hikmah diartikan pengetahuan tentang rahasia Allah Swt. Toha Yahya Umar
mengatakan bahwaa hikmah berarti meletakkan sesuatu pada tempatnya dengan
berfikir, berusaha menyusun dan mengatur dengan cara yang sesuai keadaan
zaman dengan tidak bertentangan dengan larangan Tuhan.
Beberapa pengertian di atas dapat menjelaskan bahwa al-hikmah adalah
kemampuan dan ketepatan da’i dalam memilih, memilah dan menyelaraskan
teknik dakwah dengan kondisi objektif mad’u dengan cara yang bijaksana dan
32
Hamka, (1983), Tafsir Al-Azhar, Jakarta: Pustaka Panjimas, hal. 321
Sahrul, (2014), Filsafat Dakwah, Medan: IAIN PRESS, hal. 88
33
24
34
Saputra, Pengantar Ilmu,hal. 1245-247.
35
Saputra, Pengantar Ilmu,hal. 250-252
36
Bukhari Umar, (2012), Hadist Tarbawi, Jakarta: Amzah, hal. 146
25
37
Wahidin Saputra, (2012),Pengantar Ilmu Dakwah, Depok: Rajagrafindo
Persada,hal. 253-254.
38
Sahrul, (2014), Filsafat Dakwah, Medan: IAIN PRESS, hal. 92
26
Kursus Kader Dakwah (KKD) adalah sebutan bagi kaderisasi dakwah yang
ada di MAN 1 Medan.Kursus adalah diperuntukkan atas kegiatan rutinitas
pelatihan yang sistematis yang ada selama perjalanan KKD.Kader menunjukkan
bahwa KKD memang berorientasi untuk menyiapkan generasi-generasi pejuang
yang selalu menuju pada kebenaran dan kemenangan dijalan yang diridhoi
Allah.Adapun Dakwah menunjukkan bahwa Kader KKD adalah mereka yang
mencintai upaya untuk memperbaiki diri dan lingkungan untuk menuju hidup
yang lebih baik,bahagia, sukses,dan menuju ridho Allah Swt.
Kursus Kader Dakwah adalah salah satu wadah yang berada dalam
naungan OSIS MAN1 Medan yang bertujuan membina secara sistematis ruhiyah,
39
Ahmad Warson dan Munir, (2003), Metode Dakwah, Jakarta: Prenada Media,
hal. 18.
27
aqliyah, dan jasadiyah siswa/i MAN 1 Medan yang berorientasikan amal ma’ruf
nahi mungkar (Dakwah).
40
ADART Ekstrakurikuler KKD MAN 1 Medan (2018).
ADART Ekstrakurikuler KKD, (2018).
41
29
42
http://www.man1medan.sch.id/2010/02/artikel. html, diakses pada Minggu
attitude.Attitude adalah suatu cara bereaksi terhadap suatu perangsang atau situasi
yang dihadapi. Ellis mengatakan bahwa sikap melibatkan beberapa pengetahuan
tentang situasi, namun aspek yang esensial dalam sikap adalah adanya perasaan
atau emosi.45
Sikap merupakan sesuatu yang dipelajari, dan sikap menentukan bagaimana
individu bereaksi terhadap situasi serta menentukan apa yang dicari individu
dalam kehidupan.46
Spiritualitas berasal dari kata spirituality, yang merupakan kata benda adalah
spirit, diambil dari kata latinspiritus yang artinya “bernapas”.Dalam bentuk kata
sifat, spiritual mengandung arti yang berhubungan dengan spirit,” yang
berhubungan denga yang suci”, yang berhubungan dengan fenomena atau hal
yang supernatural”.47
Menurut Agustina (dalam Wahyudi Siswanto), spiritual berasal dari kata
spirit, yang artinya murni. Apabila manusia berjiwa jernih, maka dia akan
menemukan potensi mulia dirinya, sekaligus menemukan siapa Tuhannya.Sikap
spiritual merupakan sebuah konsep yang berhubungan dengan bagaimana
sesorang cerdas dalam mengelola dan mendayagunakan makna-makna, nilai-niai,
dan kualitas-kualitas kehidupan spiritualnya.Kehidupan spiritual meliputi hasrat
untuk bermakna yang memotivasi kehidupan sesorang untuk senantiasa mencari
makna hidup.48
Sikap Spiritual adalah kecenderungan merespon secara konsisten baik
menyukai atau tidak menyukai suatu obyek yang meliputi aspek keyakinan,
peribadatan, penghayatan, pengetahuan dan pengamalan ajaran agamayang dianut
45
Nurmawati, (2016), Evaluasi Pendidikan Islami, Bandung: Perdana Mulya
Sarana, hal. 59-60
46
Slameto, (2017), Belajar dan Faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka
Cipta, hal. 188
47
M. Syahrial Yusuf, (2011),Spiritual Entrepreneur Quotient, Jakarta: Lentera
Ilmu Cendekia, hal. 129.
48
Wahyudi Siswanto, (2010), Membentuk Kecerdasan Spiritual Anak. Jakarta:
Amzah, hal. 11.
31
49
Pusat Penilaian Pendidikan Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia 18Desember 2015 diakses pada 27
April 2018 pukul 07:10 wib
50
Siswanto, Membentuk Kecerdasan, hal. 12-13.
32
51
Sa’id Hawa, (2006), Pendidikan Spiritual, Yogyakarta: Mitra Pustaka, hal. 179.
52
I Nengah Suandi, I Made Sutama, Ni Putu Ariantini, “Implementasi
Pengintegrasian Sikap Spiritual dan Sosial dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia
Berbasis Kurikulum 2013 di Kelas VII SMP Negeri 1 Singaraja”, dalam jurnal Penelitian
Pascasarjana Undiksha, Vol. 3 No. 1, tahun 2014, hal. 4
(https://media.neliti.com/media/publications/206931-implementasi-pengintegrasian-
sikap-spiri.pdf)
33
53
Ardie Adami, (2006), Hubungan antara Spiritualitas dengan Proactive Coping
pada Survivor Bencana Gempa Bumi di Bantul,
(https://www.academia.edu/252480/Hubungan_antara_Spiritualitas_dengan_Proactive_C
oping_pada_Survivor_Bencana_Gempa_Bumi_di_Bantul), diakses pada Jumat tanggal
13 April 2018 pukul 11:12 WIB
34
54
Ibid, hal. 31
https://spmsleman.files.wordpress.com/2016/04/kma-nomor-165-tahun-2014-
55
B. Kerangka Fikir
Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan yang dilakukan di luar jam belajar
dibawah bimbingan satuan pendidikan untuk mengembangkan potensi, bakat,
minat, kepribdian yang dimiliki oleh peserta didik untuk mencapai tujuan
pendidikan. Sedangkan orientasi kegiatan ekstrakurikuler ini adalah untuk lebih
memperkaya dan memperluas wawasan keilmuan dan kepribadian serta
meningkatkan kemampuan tentang sesuatu yang telah dipelajari dalam satu
bidang studi.
Ekstrakurikuler Kursus Kader Dakwah (KKD) adalah ekstrakurikuler yang
memberikan pelatihan, pemahaman, dan pengkaderan kepada peserta didik agar
lebih menguasai cara-cara berdakwah yang benar dan baik.Di dalam
ekstrakurikuler KKD juga peserta didik juga dilatih untuk mengembangkan sikap
spiritual yang dimilikinya agar menjadi lebih baik.
57
Masganti, (2011), Psikologi Agama, Bandung: Perdana Publishing, hal. 29
58
Slameto, (2017), Belajar dan Faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka
Cipta, hal. 190
36
Sikap spiritual penting dimiliki oleh seorang siswa.Di sekolah siswa bisa
melatih atau mengembangkan sikap spiritualnya dengan mengikuti berbagai
kegiatan keagamaan salah satunya adalah Kursus Kader Dakwah (KKD).
Kegiatan ini banyak mengajarkan pemahaman-pemahaman keagamaan yang dapat
diaplikasikan dengan sikap.Kita lihat saat ini bahwa banyak siswa yang tidak
memiliki moral begitu baik, yang malas dalam melaksanakan ibadah kepada Allah
Swt.
Biasanya bagi anak yang memiliki sikap spiritual yang baik akan baik dalam
pelaksanaan sikapnya. Dengan cara melakukan salat, puasa, sedekah, dan lain
sebagainya. Disamping itu juga ada siswa yang sudah mengikuti kegiatanyang
dapat mengembangkan sikap spiritualnya bukan menjadikan dirinya lebih baik
tetapi mengalami kemunduran. Berdasarkan uraian di atas, jika siswa dapat
mengembangkan potensinya melalui kegiatan KKD maka siswa akan mampu
untuk melatihpengembangan sikap spiritualnya dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan pemikiran tersebut, maka ada hubungan kegiatan ekstrakurikuler
KKD dengan pengembangan sikap spiritual siswa, dapat digambarkan
sebagaiberikut :
Variabel X Variabel Y
X = Ekstrakurikuler KKD
Y = Pengembangan Sikap Spiritual
= Hubungan
D. Pengajuan Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian,
di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat
pertanyaan.Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan
pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang
diperoleh melalui pengumpulan data.Jadi hipotesis penelitian dapat dinyatakan
sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban
yang empirik.59
Maka hipotesis dalam penelitian ini adalah Ha: ada hubungan yang
signifikan antara kegiatan ekstrakurikuler KKD dengan Pengembangan Sikap
Spiritual Siswa di MAN 1 Medan dan Ho: tidak ada hubungan yang signifikan
antara kegiatan ekstrakurikuler KKD dengan Pengembangan Sikap Spiritual
Siswa di MAN 1 Medan.
59
Sugiono, (2016), Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Bandung:
Alfabeta, hal. 64