Anda di halaman 1dari 30

MATAKULIAH ANTROPOLOGI EKONOMI

PERKENALAN MATAKULIAH:
Nama dosen/fasilitator: Prof. Dr. Supriadi Hamdat, MA; Dr.
Safriadi, M.Si; Hardiyanti, S.Sos, M.A

Status dalam kurikulum : Mata Kuliah Wajib Umum (dlm kur.


Antropologi)
SKS : 3
Syarat mengikutinya : Setelah melulusi beberapa matakuliah
dasar seperti Peng. Antropologi sosial budaya, teori-teori
antropologi, etnografi Indonesia, metode penelitian sosial.
Kontrak pembelajaran: Pokok kajian, metode pembelajaran,
tugas, norma, jadwal, dan bobot penilaian (termasuk jumlah
kehadiran).
Kompetensi:

• Mampu menjelaskan fenomena kehidupan ekonomi sebagai bagian


dari/salah satu unsur kebudayaan.
• Mengetahui dan mampu menceritakan sejarah perkembangan
cabang antropologi ekonomi.
• Memahami dan mampu menjelaskan konsep-konsep ekonomi, ilmu
ekonomi, dan antropologi ekonomi.
• Memahami dan mampu menjelaskan konsep-konsep sistem
ekonomi (dalam pengertian sempit dan luas), sektor-sektor
ekonomi, dan faktor-faktor produksi.
• Memahami dan mampu menjelaskan berbagai pendekatan teoretis
dalam studi antropologi ekonomi.
• Mampu menerapkan (hingga pada tataran tertentu) beberapa
konsep dan pendekatan antropologi ekonomi dalam menjelaskan,
menganalisis, atau menggambarkan suatu fenomena kehidupan
sosial ekonomi masyarakat, khususnya dalam penulisan tesis S1.
I. KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI SEBAGAI SALAH SATU
UNSUR KEBUDAYAAN DAN OBJEK STUDI/MATERIAL
ANTROPOLOGI EKONOMI
• -Ekonomi tumbuh dan dikembangkan melalui proses
pembelajaran
• -Ekonomi juga dapat dianalisis dengan tiga wujud budaya
• -Terkandung dalam dan terkait dengan unsur-unsur
budaya lainnya (terdapat 7 unsur termasuk ekonomi itu
sendiri) sebagai satu keseluruhan.
• -Merupakan energi dan tulang punggung kebudayaan
secara keseluruhan dalam mana ekonomi sebagai salah
satu bagian; mengandung makna simbolik dlm konteks
aspek-aspek kehidupan/kebudayaan secara menyeluruh.
• -Sistem ekonomi berbeda dari satu masyarakat ke
masyarakat lainnya.
II. SEJARAH PERKEMBANGAN ANTROPOLOGI EKONOMI
• -Tumbuhnya teori-teori ekonomi
klasik/konvensional/formal di Eropa
• -Malinowski anti teori ekonomi klasik/konvensional/formal
dari Eropa
• -Munculnya pemikiran substantif dalam antropologi
ekonomi (AE)
• -Munculnya pemikiran formal dalam AE
• -Munculnya neosubstantif dan neoformal dalam AE
• -Munculnya reaksi para penganut Marksisme dalam AE
• -Munculnya pemikiran moderat dalam AE
• -Munculnya pemikiran struktural Leiden (pembela
substantivisme) dalam AE
• -Munculnya konstruktivis dengan perspektif simbolik
metaforik dalam AE
III. KONSEP-KONSEP POKOK:
• -Pengertian ilmu ekonomi dalam
ilmu/antropologi ekonomi
• -Sistem ekonomi dalam pengertian sempit
• -Sistem ekonomi dalam pengertian luas
• -Sektor-sektor ekonomi
• -Faktor-faktor produksi.
• The Meaning of economics (mnrt Robbin Burling)
• Economics deals with the material means to men’s
existence
• Economics studies the production, distribution, and
consumption of goods and services
• Economic anthropology treats in primitive societies those
areas of life which economists studies in ours
• Economics is the study of systems of exchange, what ever
the particular institutional arrangements surrounding them
may be
• Economics is the study of the allocation of scarce means to
multiple objectives, or more broadly “the science which
studys human behavior as a relationship between ends and
scarce means which have alternative uses”
 Sistem ekonomi dalam pengertian sempit:
--Sistem Produksi: keseluruhan komponen kognitif,
praktik, dan sarana material berkaitan perolehan dan
pemenuhan kebutuhan manusia/masyarakat berupa
barang dan jasa.
--Sistem distribusi: keseluruhan komponen kognitif,
praktik, dan sarana material berkaitan alokasi, pembagian
atau pemasaran hasil produksi (barang dan jasa).
--sistem konsumsi: keseluruhan komponen kognitif,
praktik, dan sarana material berkaitan dengan
pemanfaatan hasil-hasil produksi bagi pemenuhan
kebutuhan manusia (tak terbatas, hanya kebudayaan yang
membatasinya/dalam daftar kognitif).
--saling keterkaitan di antaranya.
 Sistem ekonomi dalam pengertian
luas:
--Keseluruhan sistem produksi,
distribusi, dan konsumsi dengan
saling keterkaitan dengan unsur-
unsur kebudayaan/kelembagaan/
pranata-pranata kebudauaan lainnya
dalam suatu masyarakat (mengacu ke
7 unsur kebudayaan).
Sektor-sektor ekonomi:
--Sekt. Pertanian dan peternakan
--Sekt jasa
--Sekt industri
--Sekt perdagangan
--Sekt perikanan
--Sekt perburuan
--Sekt lainnya.
Faktor-faktor produksi:
--tanah atau laut
--modal
--tenaga kerja
--pengetahuan
--keterampilan.
IV. PERSPEKTIF/PENDEKATAN DALAM
ANTROPOLOGI EKONOMI:
~ TEORI EKONOMI KLASIK/FORMAL
• -Teori ekonomi klasik berlaku umum, dengan:
• -Prinsip-prinsip ekonomi
• -Rekayasa budaya dari masyarakat dan
kebudayaan tertentu
• -Landasan teori: fungsionalisme.
Prinsip-prinsip ekonomi (moral ekonomi klasik):
• Rasionalisasi
• Maksimisasi
• Optimalisasi
• Minimalisasi
• Efektivitas
• Efisiensi
• Individu potensial dan cakap berekonomi
• Kepentingan individu
~ PENDEKATAN SUBSTANTIF
-K.Polanyi, G.Dalton, dan para penganutnya
-Mengikuti atau terilhami/terinspirasi dengan pemikiran anti
ekonomi pasar Malinowski.
-Ciri ekonomi berbeda-beda dari satu kebudayaan ke
kebudayaan lainnya karena dicirikan dengan interfensi
pranata-pranata lain dalam kebudayaan bersangkutan.
-Pranata-pranata agama atau mejik, kekerabatan, dan politik
selalu mempengaruhi ekonomi = ekonomi embedded dalam
pranata-pranata tersebut.
-Sumberdaya alam selalu dalam kondisi melimpah karena
adanya mekanisme pengaturan dari pranata-pranata lain.
-Ekonomi sosial: bagi tercipta dan terjaganya keadilan,
kesejahteraan, dan keseimbangan sumberdaya lingkungan.
-Landasan teori: fungsionalisme
~ PENDEKATAN FORMAL
-Firth, Herskovit, Goodfellow, dll.
-Para substantivis tidak mampu melihat realita dari prinsip-
prinsip ekonomi dalam semua masyarakat dan kebudayaan.
-Teori-teori ekonomi klasik berlaku umum pada tataran
prinsip-prinsip ekonominya
-Pada tataran permukaan (pranata) ekonomi memang
berbeda-beda
-Prinsip-prinsip ekonomi perlu difleksibelkan dalam aplikasi
analisis
-Ekonomi relatif otonom dari pengaruh pranata-pranata lain
-Pengajuan contoh kasus: Trobriand, Etnis Bushman di Gurun
Kalahari, dll.
-Landasan teori: fungsionalisme.
~ PENDEKATAN NEOSUBSTANTIF: EKONOMI
MORAL
-James Scott, buku “Moral Economy” (1977):
penelitian di Indocina, Vietnam dan sekitarnya.
-Pemikiran substantif banyak kebenarannya, namun
beberapa asumsinya yang kekeliru perlu
diperbaiki.
-Pranata kekerabatan, agama, politik bukan secara
mutlak mengatur ekonomi, bisa juga masih ada
pranata lain ikut mengatur ekonomi rakyat.
-Sebetulnya, sumberdaya alam tidak selamanya
dalam kondisi melimpah disebabkan bencana
alam, kekeringan, banjir, hujan salju, dll. Yang
menjadi penyebab kegagalan panen.
-Kondisi tersebut menyebabkan warga masyarakat
penduduk desa dalam kondisi terancam kelaparan
dan kemiskinan.
Lanjutan
-Di samping kondisi alamiah, pengaruh tekanan sosial politik
(penjajahan/penindasan, perampokan, pencurian, dll.
Menjadi penyebab munculnya ancaman serius bagi kondisi
sosial dan ekonomi bagi warga masyarakat di daerah jajahan.
-Untuk mengatasi situasi dan kondisi ketidakmenentuan
tersebut, masyarakat menumbuhkembangkan dan
mengokohkan pranata sosial sebagai mekanisme pemecahan
masalah, yakni patron-client, pertemanan (friendship),
gotong royong, kedermawanan, dahulukan selamat, dan
distribusi kemiskinan (poverty distribution).
-Jadi yang diadatkan adalah ekonomi sosial = moral ekonomi
-Tidak dilembagakan ekonomi kapitalis yang menguntungkan
individu.
-Landasan teori: fungsionalisme.
~ PENDEKATAN NEOFORMAL: EKONOMI POLITIK
-Samuel Popkin, buku “Political Economy” (1978):
penelitian di Indocina, Vietnam, dan sekitarnya.
-Membela pemikiran formal economic.
-Ekonomi moral lebih banyak dogmatis daripada
realitas/nyata dalam kehidupan ekonomi rakyat.
-Dalam realitasnya, para pengusaha selalu mencari
dan mengatur relasi-relasi individual dengan para
elit politik agar usahanya berjalan mulus.
-Jadi, ekonomi bukannya otonom dan terpisah dari
politik (memperbaiki asumsi formal economic).
-Ada usaha-usaha kapitalis yang tumbuh dan
berkembang.
-Landasan teori: fungsionalisme.
~ PERSPEKTIF NEOMARKSISME
-Maurice Godelir, Mellasou, Rei dan Terrei
-Melihat hubungan yang dominant dan determinant
antara suprastructure dan infrastructure ekonomi
masyarakat.
-Supra structure: filsapat, ideologi, politik, agama, dan
kekerabatan sebagai aturan-aturan yang disadari
(concious rules).
-Infrastructure: ekonomi, pemukiman, sarana/prasarana
pisik semua bidang kehidupan, dan kependudukan,
kondisi sumberdaya alam.
-Dalam aspek ekonomi, suprastructure ialah politik,
agama, dan kekerabatan.
-Infrastructure ialah kekuatan-kekuatan (force of
production) dan hubungan-hubungan production
(relation of production).
Lanjutan
-Kekuatan-kekuatan produksi: tanah, sumberdaya alam,
teknologi, dan tenaga kerja
-Hubungan-hubungan produksi: relasi di antara pemilik
tanah atau modal, pengusaha, tenaga kerja, hak-hak
yang digariskan dalam peraturan atau adat, aturan bagi
hasil, dll.
-Kedua kekuatan-kekuatan produksi dan relasi-relasi
produksi yang saling terkait secara logis ini disebut
sistem produksi atau cara-cara berproduksi dalam
pengertian sempit.
-Mekanisme kontrol, kepemimpinan, pengaturan kerja,
hak dan kewajiban, sistem alokasi hak, bagi hasil, dll.
bersumber dari dan diatur dalam sistem-sistem politik,
agama dan kekerabatan.
Lanjutan
-Sifat hubungan dari atas suprastructure ke bawah
infrastructure adalah dominant, yang sebaliknya dari
bawah ke atas determinant, yang semuanya relatif
disadari oleh masyarakat ekonomi.
-Ada hukum-hukum tanpa disadari oleh masyarakat
banyak (kaum pekerja) yang justru menentukan bagi
terbentuk dan dominannya Suprastruktur (ideologi,
hukum, kekerabatan, agama) yg pada gilirannya
menjadi landasan bagi pelembagaan aturan-aturan
pewarisan, bagi hasil yg ternyata menguntungkan bagi
segelintir orang, yakni tuan-tuan tanah dan majikan:
maksud eksploitasi dan penguasaan: berada di atas
Suprastruktur, rasionalisasi ekonomi, pengejaran
keuntungan individu, penumpukan modal/cptlisme.
Lanjutan
-Ada asumsi dasar: kemiskinan disebabkan oleh
hubungan-hubungan produksi yang eksploitatif
tetapi tanpa disadari oleh masyarakat banyak.
Kemiskinan bukan disebabkan oleh kondisi
sumberdaya alam yang sebenarnya selalu dalam
kondisi melimpah.
-Ada juga hubungan-hubungan saling
mengeksploitasi antara orangtua (exploiters) dan
anak laki dan perempuan (exploited) (lihat
Mellasoux dan Rey dan Terrey).
-Landasan teori: struktur sosial
~ PENDEKATAN MODERAT
-Cirlk Belshaw, Barlett Peggy dll.
-Mengakhiri debat/polemik antara substantivis dan
formalis yang telah menghabiskan cukup banyak
waktu dan menguras energi para penganut
masing-masing.
-Bukan substantivisme dan bukan pula formalisme
yang benar, melainkan kombinasi kekuatan-
kekuatan dari keduanya.
-Asumsi-asumsi dan konsep-konsep dari keduanya
yang kaku dan tidak didukung oleh realitas harus
dipertanyakan dan diperiksa.
Lanjutan
-Aksi-aksi ekonomi individual selalu dalam konteks
sosial budaya (pengetahuan, nilai, tujuan dan
cita-cita, organisasi sosial).
-Prinsip-prinsip ekonomi formal dapat berlaku
umum bilamana dilakukan secara fleksibitas
dalam aplikasinya di mana-mana.
-Kedua metode kualitatif dan kuantitatif saling
menunjang, jadi lebih tepat dikombinasikan
dalam studi daripada dioposisikan.
-Landasan teori: Fungsionalisme dan strukturalisme
fungsionali
~ PENDEKATAN STRUKTURAL LEIDEN
1. Searah dengan dan membela pendekatan substantif
2. Teori ekonomi Eropa yang formal dan modern tidak
selamanya dapat berlaku pada masyarakat nonEropa
yang tradisional.
3. Perlu ada pendekatan struktural (hubungan ekonomi-
sosial-budaya-natural)
4. Ekonomi merupakan saling keterkaitan antara
ekonomi dengan komponen sosial budaya yang lain
dalam masyarakat: agama/sistem kepercayaan,
politik, kekerabatan, struktur sosial, mitologi, sistem
pengetahuan tentang ekologi, topografi, dan
lingkungan alam.
5. Landasan teori: strukturalisme Leiden
6. Van Den Breemer “Onze Aarde Houd Niet Van Rijs”
(Disertasi S3, 1984).
~ KONSTRUKSIONISME (SIMBOLIK METAFORIK)
1. Teori ekonomi formal tidak dapat siberlakukan pada kebanyakan masyarakat dan
budaya di luar Eropa
2. Debat antara substantivisme dan formalisme dan para penganut baru
(neosubstantivist dan neofprmalist) masing-masing hanyalah sia-sia belaka,
demikianhalnya pendekatan moderat dan struktural masih menyisakan fenomena
ekonomi nyata masy. yang perlu dikaji.
3. Perlu dikonstruksi suatu model (semacam teori) lain dalam memahami fenomena
ekonomi masyarakat luar Eropa, yakni model simbolik metaforik.
4. Suatu model/paradigma yang melihat fenomena ekonomi sebagai yang humanistik
metaforik, bukan ekonomi seperti dikonsepsikan dalam teori-teori ekonomi
formal/klasik.
5. Dalam perjalanan waktu yang panjang, dapat terjadi perubahan dari satu model ke
model simbolik metaforik yang lain.
6. Landasan teori: tafsir budaya dan prosesualisme
7. Studi komparatif tentang ekonomi simbolik metaforik terkandung dalam kaya
Michael Gudemann “Economic As Culture” (1985).
8. Rahmatiah Lebu “Pengetahuan Lokal Suku Muyu Papua dalam Bercocok Tanam”
(Tesis S2, 2005)
9. Manon Ossewijer “Taken at the Flood: Marine Resource Use and Management in
the Aru Island” (Disertasi S3, 2000).
Model Simbolik Metaforik Ekonomi pada masyarakat tani
Panama Kolumbia (dalam Michael Gudemann “Economic As
Culture” (1985).
• Sirkulasi kegiatan ekonomi pertanian ladang dihumanisasi (disimbol metaforik)
sebagai manusia (anak muda) memelihara rambut. Misalnya:
• Persiapan bertani mulai dari membuka lahan hingga memanen serta
penyediaan bahan (pupuk, obat) dan alat pertanian (penggali, kampak, tajak)
disimbolkan dengan persiapan merawat rambut (bersolek) dengan
menyediakan sampo, sisir, gunting, dsb.
• Menyiangi tanaman (mengeluarkan rumput) = menyisir rambut
• Menggunakan pupuk atau obat pembasmi hama = memberi sampo atau obat
penyubur rambut.
• Menjaga tanaman dari hama = mencari kutu
• Memanen, memotong jerami, dan tunas-tunas pohon = menggunting rambut
karena sudah panjang.
• Jerami dan pohon tidak sampai diangkat akarnya/ditebang pada pangkal =
memotong rambut tidak hingga botak, nanti rambut tidak tumbuh lagi.
• Berkebun dan memelihara tanaman dengan = bersolek dengan memelihara
rambut dengan baik melalui penggunaan bahan dan alat secara lengkap.
Simbolisasi sistem pertanian perladangan berpindah-pindah
pada Suku Muyu Papua (dalam Bercocok Tanam”, Tesis S2,
2005)

1. Tanah lahan pertanian = Ibu pertiwi yang melahirkan dan merawat anak
(manusia, binatang, tumbuhan).
2. Langit dengan awan yang menurunkan hujan = Bapak yang kawin dengan
Ibu sehingga hamil dan lahirlah anak (manusia, binatang, tumbuhan).
3. Jangan menebang pohon pada pangkal, apalagi mengangkat akar =
jangan memusnahkan kehidupan.
4. Jangan membakar daun dan ranting kayu = jangan membakar kulit kulit
Ibu, nanti kepanasan, bahkan menjadi luka dan Dia akan murka.
5. Jangan mencangkul/menggali tanah/kebun = jangan lukai kulit Ibu, nanti
kesakitan dan menjadi murka.
6. Jangan membabat rumput/menyiangi tanaman = rumput adalah saudara
kandung tanaman.
7. Bertani = simbol laki-laki; hasil panen tidak boleh dijual
8. Beternak babi = simbol perempuan; babi bisa dijual.
Simbolisasi sistem penangkapan ikan pada masyarakat
nelayan Pulau Aru (dalam Manon Ossewijer “Taken at the
Flood: Marine Resource Use and Management” Disertasi S3,
2000).
• Kegiatan penangkapan ikan = pergaulan antara masyarakat yang masih hidup
dengan komunitas roh nenek moyang.
• Laut/perairan pantai dekat kawasan kampung/desa = halaman depan rumah.
• Laut bagian lebih dalam (agak jauh dari desa) tempat menangkap ikan =
halaman belakang rumah tempat bersemayam para roh nenek moyang yang
telah meninggal dunia.
• Menangkap ikan = bergaul/berbincang/bermain dengan roh nenek moyang.
• Kegiatan menangkap ikan dengan segenap peralatan nelayan = media interaksi
antara nelayan dan roh nenek moyang.
• Hasil tangkapan ikan = pemberian dari roh nenek moyang
• Menggunakan alat dan praktik penangkapan yang baik (tidak menggunakan
bom atau bius) = patuh pada aturan adat yang diciptakan oleh nenek moyang
dan diwariskan kepada generasi muda.
• Menggunakan alat dan praktik penangkapan yang merusak (bom atau bius) =
tidak patuh pada aturan adat yang diciptakan oleh nenek moyang, dan akan
mendatangkan murka/kutukan dari roh nenek moyang.
PENDEKATAN PERSONALISME
1. Melihat orang perorangan/subjek sebagai fokus
studi hubungan ekonomi
2. Ekonomi berlangsung dalam situasi dan kondisi
secara kontekstual
3. Jaringan-jaringan transaksi dan alur barang dan
jasa yang penting dikaji
4. Berlaku untuk semua tipe ekonomi dan
masyarakat
5. Landasan teori: transaksionalisme dan
prosesualisme.

Anda mungkin juga menyukai