Anda di halaman 1dari 2

REFADLY PRATAMA ABDUL RACHMAN

E071191008

SEMINAR KEBUDAYAAN B

RESUME HASIL PRESENTASI ARIF MAULANA DALAM ARTIKEL “STRATEGI


SEKURITAS PANGAN RUMAH TANGGA”

Presentasi yang di lakukan oleh Arif Maulana dengan topik pembahasan Strategi Sekuritas Pangan
Rumah Tangga sangat menarik. Dimana pembahasan dibuka pada tahap awal terjadinya krisis
ekonomi di Indonesia. Dampak terbesar diperkirakan akan dialami oleh sektor perbankan dan
manufaktur yang secara langsung berhubungan dengan fluktuasi nilai mata uang. Ada anggapan
bahwa krisis moneter hanya berdampak pada masyarakat perkotaan saja namun penelitian dan diskusi
yang dilakukan oleh beberapa kelompok dari berbagai disiplin ilmu menunjukkan bahwa hampir
semua kelompok sosial di Indonesia baik yang berbasis pada industri-perkotaan maupun pertanian-
pedesaan terkena dampak krisis ekonomi meskipun dengan intensitas yang berbeda-beda. Dalam
konteks diskusi persoalan pangan yang dihadapi produksi rumah tangga sehingga tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan pangan rumah tangga dapat bermuara pada rendahnya kemampuan seluruh
anggota rumah tangga atau rendahnya akses rumah tangga terhadap bahan pangan yang murah.

Krisis ekonomi dalam tulisan ini dipandang sebagai momentum restrukturisasi akses orang terhadap
sumber daya, yang berdampak pada tekanan – tekanan dan kesempatan untuk memperoleh
pendapatan . Dengan demikian , krisis secara seimbang dipandang sebagai sumber insekuritas dan
sekaligus juga membuka peluang – peluang baru bagi rumah tangga untuk menjamin pemenuhan
kebutuhan pangannya .

Selanjutnya pembahasan atas konteks studi yaitu memaparkan faktor-faktor yang turut mempengaruhi
situasi pangan penduduk Kedungmiri. Pertama gambaran daerah penelitian yang merupakan lahan
kering sehingga saat akhir musim kemarau penduduk setempat mulai menanam berbagai macam
tumbuhan yang dapat dijual dengan mempraktikkan pola tanam tumpangsari yaitu memadukan
berbagai tanaman dalam sepetak tanah. Kedua komposisi anggota rumah tangga, jumlah penduduk
Kedungmiri pada tahun 1998 adalah 1705 jiwa dengan komposisi 52,8% adalah keluarga luas dan
47,2% keluarga inti dengan sifat yang sangat dinamis dan karakter yang berbeda. Ketiga mata
pencaharian penduduk Kedungmiri ialah petani dengan kondisi distribusi tanah yang tidak seimbang
hanya 37% rumah tangga yang memiliki sawah. Yang keempat pola mobilitas yang dilakukan rumah
tangga di Kedungmiri yaitu glidik/commuting (Kerja di proyek-proyek bangunan), migrasi
musiman(orang-orang meninggalkan desa untuk bekerja sebagai buruh panen di daerah lain) dan pola
mobilitas sirkuler (meninggalkan desa selama paling tidak enam bulan).

Tujuan utama yang ingin dicapai adalah untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik
mengenai interaksi antara produksi , distribusi , pertukaran , dan konsumsi dalam penyediaan
dan permintaan bahan pangan pada tingkat rumah tangga . Dalam interpretasi saya , sekuritas
pangan rumah tangga bukan hanya merupakan fungsi persediaan dan permintaan bahan
pokok dalam rumah tangga , akan tetapi yang lebih penting adalah akses rumah tangga
terhadap distribusi dan pertukaran bahan pangan . Dalam konteks diskusi ini persoalan
pangan yang dihadapi rumah tangga dapat bermuara pada rendahnya kemampuan produksi
rumah tangga sehingga tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota
rumah tangga , atau rendahnya akses rumah tangga terhadap bahan pangan yang murah .
Disadari bahwa memang krisis ekonomi yang sedang terjadi sekarang ini memunculkan
persoalan yang pelik ketika daya beli masyarakat menurun sejalan dengan hilangnya
pekerjaan di sektor industri perkotaan dan melonjaknya harga sembako .

Tulisan ini akan menjelaskan dampak krisis ekonomi khususnya yang berkaitan dengan akses
rumah tangga terhadap bahan pangan . Diskusi akan diarahkan pada mekanisme – mekanisme
lokal yang digunakan oleh rumah tangga pedesaan untuk menjamin pemenuhan kebutuhan
pangan dan akses terhadap bahan pangan yang berkelanjutan . Hal ini tidak terlepas dari
kenyataan bahwa bahan pangan dapat diperjual – belikan dan orang dapat mengambil
keuntungan dari jual beli tersebut . Penguasaan terhadap akses distribusi dan pertukaran
bahan pangan di pasar berarti kemungkinan yang besar untuk memperoleh keuntungan ( Nef
and Vanderkop , 1990 ; Brown , 1994 ) .
Sebaliknya , mereka yang tidak akses yang cukup terhadap pangan akan dengan mudah menjadi
obyek kekuasaan dan dominasi . Pada perspektif ini , pangan dipandang sebagai sumber daya yang
powerful yang dapat digunakan untuk mempengaruhi memanipulasi , atau memaksakan kehendak
seseorang atau kelompok terhadap orang atau kelompok lain ( lihat Nef dan Vanderkop 1990 , Mooij ,
1996 ) . Diskusi tentang pangan dari perspektif ini biasanya dikaitkan dengan gaya hidup ( life –
style ) dan identitas untuk menjelaskan perubahan pola konsumsi pangan . Hal ini dapat dilihat dalam
kerangka pertukaran pangan antar unit sosial di mana pertukaran pangan bukan saja menjadi
pertukaran energi tetapi juga distribusi profit dan kekuasaan

Anda mungkin juga menyukai