Anda di halaman 1dari 4

Peranan ekonomi pangan dan gizi sangat penting dalam konsumsi pangan.

Dalam aspek
ekonomi pangan, faktor seperti harga, aksesibilitas, dan distribusi pangan mempengaruhi
pilihan konsumsi masyarakat. Sementara itu, peran gizi dalam konsumsi pangan mengacu pada
aspek kualitas dan nilai gizi dari makanan yang dikonsumsi, yang berpengaruh pada kesehatan
dan kualitas hidup seseorang. Keduanya saling terkait dan harus dipertimbangkan untuk
mencapai sistem konsumsi pangan yang sehat, berkelanjutan, dan inklusif.
Ekonomi pangan dan gizi memainkan peran yang penting dalam konsumsi pangan masyarakat.
Keduanya saling terkait dan berdampak satu sama lain dalam banyak cara. Berikut adalah
beberapa peran penting ekonomi pangan dan gizi dalam konsumsi pangan:
1. Aksesibilitas Ekonomis: Ekonomi pangan berhubungan dengan harga, distribusi, dan
ketersediaan pangan di pasar. Harga pangan dapat memengaruhi aksesibilitas
masyarakat terhadap berbagai jenis makanan. Jika harga pangan rendah, masyarakat
memiliki akses yang lebih baik terhadap makanan yang lebih bervariasi dan bergizi.
Sebaliknya, harga yang tinggi dapat membatasi akses mereka terhadap makanan
berkualitas.
2. Keamanan Pangan: Ekonomi pangan juga terkait dengan keamanan pangan, termasuk
pengawasan dan regulasi. Upaya untuk menjaga standar keamanan pangan dapat
memengaruhi produksi, distribusi, dan konsumsi pangan. Jika makanan tidak memenuhi
standar keamanan, ini bisa berdampak buruk pada kesehatan konsumen dan
mengurangi kepercayaan masyarakat terhadap pasokan pangan.
3. Pilihan Konsumen: Dalam pasar yang berkembang, ekonomi pangan memengaruhi
pilihan konsumen terkait jenis makanan yang akan mereka beli. Pilihan ini bisa
dipengaruhi oleh harga, promosi, dan preferensi individu. Faktor ekonomi juga dapat
mempengaruhi apakah seseorang memilih makanan olahan atau bahan makanan segar.
4. Kesehatan dan Gizi: Kualitas gizi pangan sangat berperan dalam kesehatan
masyarakat. Ekonomi gizi berkaitan dengan bagaimana orang memilih dan
mengonsumsi makanan untuk memenuhi kebutuhan gizi mereka. Biaya makanan
dengan nilai gizi lebih tinggi seringkali menjadi pertimbangan. Namun, kadang-kadang
makanan yang lebih murah cenderung kurang sehat dan kaya akan lemak, gula, dan
garam.
5. Ketahanan Pangan: Ekonomi pangan juga terkait dengan ketahanan pangan suatu
negara. Jika harga pangan naik secara signifikan atau pasokan terganggu, ini bisa
memiliki dampak serius pada ketahanan pangan nasional dan internasional.
6. Pemberdayaan Ekonomi: Pertanian dan industri pangan dapat menjadi sumber utama
mata pencaharian bagi sebagian besar masyarakat di beberapa negara.
Pengembangan ekonomi pangan yang berkelanjutan dapat meningkatkan
kesejahteraan ekonomi masyarakat pedesaan dan perkotaan.
Dengan demikian, peran ekonomi pangan dan gizi dalam konsumsi pangan adalah kompleks
dan saling terkait. Dalam pengambilan keputusan terkait pangan, aspek ekonomi dan gizi perlu
dipertimbangkan bersama-sama untuk memastikan bahwa masyarakat memiliki akses terhadap
makanan yang cukup, berkualitas, dan bergizi.
Hukum engel
Dalam ilmu ekonomi, hukum Engel menyatakan bahwa masa pendapatan
meningkat, proporsi pendapatan yang diselesaikan untuk membeli makanan menjadi kurang, bahkan bila
pengeluaran aktual untuk makanan meningkat. Dalam kata lain, elastisitas pendapatan makanan selalu di
selang 0 dan 1.
Hukum ini dinamakan dari statistikawan Ernst Engel (1821–1896).
Hukum Engel tidak menunjukkan bahwa pengeluaran makanan tetap tak berubah masa pendapatan
meningkat: hukum ini menunjukkan bahwa proporsi pengeluaran konsumen untuk produk makanan
(dalam persenan) meningkat lebih kecil daripada peningkatan pendapatan.
Salah satu penerapan hukum Engel merupakan untuk melihat standar hidup suatu negara. Apabila
"koefisien Engel" meningkat, karenanya negara ini lebih miskin, dan bila koefisiennya lebih kecil
karenanya negara tersebut punya standar hidup yang tinggi.
Hubungan selang hukum Engel, perkembangan teknologi, dan bagian perubahan struktural juga penting
untuk menjelaskan pertumbuhan ekonomi jangka panjang seperti yang diusulkan oleh Paolo Leon(1967)
an Luigi Pasinetti(1981).
Pemikir komunis mengutip koefisien Engel sbg pengukuran kuantitatif penderitaan kelas buruh. Beberapa
pemikir Marxis menambah makna koefisien Engel dijadikan persentase pendapatan yang diselesaikan
untuk membeli makanan, rumah, dan pakaian, atau dalam kata lain persentase pendapatan yang
dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dasar dan tetap hidup.
Hukum Engel adalah konsep dalam ekonomi yang menjelaskan hubungan antara pendapatan rumah
tangga dan pola konsumsi mereka terhadap berbagai jenis barang dan jasa. Konsep ini pertama kali
diajukan oleh ekonom Jerman bernama Ernst Engel pada abad ke-19. Hukum Engel menyatakan bahwa
saat pendapatan rumah tangga meningkat, proporsi dari pendapatan yang dihabiskan untuk makanan akan
menurun, sementara proporsi yang dihabiskan untuk barang dan jasa non-makanan akan meningkat.
Penerapannya dalam konsumsi pangan adalah sebagai berikut:
1. Efek Pendapatan: Hukum Engel menunjukkan bahwa masyarakat cenderung menghabiskan
sebagian lebih besar dari pendapatan mereka pada makanan saat pendapatan rendah. Ini karena
makanan merupakan kebutuhan dasar yang harus dipenuhi. Namun, ketika pendapatan
meningkat, proporsi pendapatan yang dihabiskan untuk makanan relatif menurun. Ini disebabkan
oleh fakta bahwa rumah tangga memiliki lebih banyak fleksibilitas dalam memilih berbagai jenis
barang dan jasa non-makanan.
2. Pola Konsumsi Berubah: Seiring dengan peningkatan pendapatan, masyarakat cenderung
mencari variasi dalam pola konsumsi mereka. Mereka mungkin mulai mengonsumsi makanan
yang lebih bervariasi dan berkualitas tinggi, seperti protein hewani, buah-buahan, sayuran, dan
produk olahan. Ini terkait dengan meningkatnya kesadaran gizi dan pilihan yang lebih luas dalam
pangan.
3. Dampak Perubahan Ekonomi: Perubahan ekonomi, seperti pertumbuhan ekonomi atau
penurunan harga pangan, dapat mempengaruhi hukum Engel. Jika harga pangan turun relatif
terhadap harga barang non-makanan, maka proporsi pendapatan yang dihabiskan untuk makanan
mungkin akan menurun bahkan pada tingkat pendapatan yang sama.
4. Kebijakan Publik: Pemerintah dapat menggunakan pemahaman tentang hukum Engel untuk
merencanakan kebijakan publik terkait ketahanan pangan dan kesejahteraan masyarakat. Mereka
dapat mengidentifikasi bagian masyarakat yang berada dalam kelompok pendapatan rendah dan
mengambil langkah-langkah untuk memastikan akses mereka terhadap pangan yang cukup dan
bergizi.
Penting untuk diingat bahwa sementara hukum Engel dapat memberikan pandangan umum tentang
bagaimana konsumsi pangan berubah seiring dengan pendapatan, faktor-faktor lain seperti budaya,
kebiasaan lokal, dan preferensi individu juga memainkan peran penting dalam menentukan pola konsumsi
pangan suatu masyarakat

Referensi
1. ^ Engel, Ernst (1896) [1857]. (2nd ed.). pp. 28–29. "....... je aermer eine Familie ist, einen
desto groesseren Antheil von der Gesamtausgabe muss zur Beschaffung der Nahrung
aufgewendet werden ... .. " Citation has no title
2. ^ See Timmer, C. P.; Falcon, W. P.; Pearson, S. R. (1983). Food policy Analysis.
Baltimore: Johns Hopkins University Press. p. 43. ISBN 0-8018-3072-9. 
3. ^ Leon, P. (1967) Structural Change and Growth in Capitalism, Johns Hopkins,
Baltimore
4. ^ Pasinetti, L. (1981), Structural Change and Economic Growth: a Theoretical essay on
the dynamics of the wealth of nations, Cambridge University Press
bagaimana cara mengelola ketersediaan pangan untuk memenuhi permintaan pangan
Mengelola ketersediaan pangan untuk memenuhi permintaan adalah tugas yang kompleks dan melibatkan
berbagai aspek, termasuk produksi pertanian, distribusi, penyimpanan, dan kebijakan pangan. Berikut
adalah beberapa langkah dan strategi yang dapat digunakan untuk mengelola ketersediaan pangan:

1. Perencanaan Pertanian yang Efisien: Pertanian yang berkelanjutan dan efisien sangat penting
untuk memastikan pasokan pangan yang cukup. Ini melibatkan pemilihan varietas tanaman yang
tepat, penggunaan teknik pertanian yang efektif, manajemen irigasi yang baik, dan perlindungan
tanaman dari hama dan penyakit.
2. Diversifikasi Pertanian: Menanam berbagai jenis tanaman dan ternak dapat membantu
mengurangi risiko gagal panen dan kerentanan terhadap fluktuasi harga atau pasokan satu jenis
makanan.
3. Peningkatan Produksi dan Produktivitas: Mengadopsi teknologi pertanian modern, seperti
penggunaan pupuk, pemuliaan tanaman, dan praktik pertanian berkelanjutan, dapat meningkatkan
produksi dan produktivitas pertanian.
4. Infrastruktur Distribusi: Memastikan ada infrastruktur yang memadai untuk mendistribusikan
pangan dari daerah produksi ke daerah konsumen. Jalan, transportasi, dan jaringan distribusi yang
baik sangat penting.
5. Penyimpanan yang Aman dan Efisien: Membangun fasilitas penyimpanan yang aman dan efisien
dapat membantu mengurangi pemborosan dan mempertahankan kualitas pangan dalam jangka
waktu yang lebih lama.
6. Pengendalian Persediaan: Mengelola stok pangan dengan bijaksana dapat membantu menghindari
kelebihan atau kekurangan pasokan. Ini melibatkan pemantauan pasokan dan permintaan serta
perencanaan produksi yang sesuai.
7. Pemberdayaan Petani: Meningkatkan kesejahteraan petani melalui dukungan teknis, pelatihan,
dan akses ke pasar dapat meningkatkan produksi dan kualitas pangan.
8. Kebijakan Ketahanan Pangan: Pemerintah dapat merumuskan kebijakan yang mendukung
ketahanan pangan, seperti insentif untuk pertanian berkelanjutan, jaminan harga minimum, atau
program bantuan pangan bagi kelompok rentan.
9. Pengurangan Pemborosan Pangan: Menerapkan praktik pengelolaan rantai pasokan yang efisien
dapat membantu mengurangi pemborosan pangan di seluruh tahapan, dari produksi hingga
konsumsi.
10. Peningkatan Sistem Informasi: Memantau data tentang pasokan, permintaan, dan harga pangan
secara real-time dapat membantu dalam pengambilan keputusan yang lebih baik.
11. Pengembangan Pangan Alternatif: Mengembangkan pangan alternatif yang tahan terhadap
perubahan iklim dan memiliki nilai gizi tinggi dapat membantu diversifikasi pilihan konsumsi.
12. Kerja Sama Internasional: Kerja sama dengan negara lain dalam perdagangan pangan, transfer
teknologi, dan berbagi pengalaman dapat mendukung ketersediaan pangan secara global.

Mengelola ketersediaan pangan adalah tantangan yang terus berkembang, terutama dengan pertumbuhan
populasi dan perubahan iklim. Kombinasi strategi di atas, disesuaikan dengan kondisi lokal dan global,
dapat membantu memenuhi permintaan pangan secara berkelanjutan.

Anda mungkin juga menyukai