Anda di halaman 1dari 2

Nama : Odie Fahrizandy

NIM : E071191022

Mata Kuliah : Metode Penelitian Etnografi

Judul Tesis : Schistosomiasis Pada Masyarakat Dataran Tinggi Lindu Di Kabupaten


Sigi, Propinsi Sulawesi Tengah ( Suatu Studi Antropologi Kesehatan )

Penulis : Ningsi

Tahun : 2013

Pembimbing : Prof. Dr. M. Yamin Sani, MS dan Prof. Dr. Pawennari Hijjang, MA

Latar belakang dari tesis yang ditulis oleh Ningsi pada tahun 2013 yaitu sang penulis
ingin berfokus pada aspek pengetahuan, perilaku dan persepsi masyarakat Lindu yang berada
di Sulawesi Tengah terkait schistosomiasis. Schistosomiasis adalah penyakit yang disebabkan
oleh parasit cacing yang berasal dari hewan siput ( keong ) dan biasanya ditularkan ketika
manusia atau hewan mamalia yang kulitnya bersentuhan dengan air tawar. Adapun rumusan
masalah yang dilihat dari latar belakang diatas yaitu sebagai berikut.

1. Bagaimana pengetahuan medis masyarakat Lindu berkenan dengan etiologi penyakit,


gejala, penularan dan pengobatan schistosomiasis?.
2. Bagaimana perilaku kesehatan masyarakat Lindu terkait schistosomiasis?
3. Bagaimana persepsi masyarakat Lindu tentang schistosomiasis?.
4. Bagaimana peran petugas kesehatan dan peran lembaga lokal dalam mencegah dan
menanggulangi schistosomiasis?.

Konsep yang digunakan untuk penelitian ini yaitu antropologi kesehatan yang
dikemukakan oleh foster. Antropologi kesehatan membahas tentang hubungan timbal- balik
bio-budaya, antara tingkah laku manusia di masa lalu dan masa kini dengan derajat kesehatan
dan penyakit, tanpa mengutamakan perhatian pada penggunaan praktis dari pengetahuan
tersebut, melalui pemahaman yang lebih besar tentang hubungan antara gejala bio-sosial-
budaya dengan kesehatan, serta melalui perubahan tingkah-laku sehat ke arah yang diyakini
akan meningkatkan kesehatan yang lebih baik. Sang penulis juga menggunakan pandangan
ekologi yang dimana kesehatan masyarakat juga tidak terlepas dari kondisi lingkungannya.
Pendekatan ekologis merupakan dasar bagi studi tentang masalah-masalah epidermiologi,
cara-cara di mana tingkahlaku individu dan kelompok menentukan derajat kesehatan dan
timbulnya penyakit yang berbeda-beda dalam populasi yang berbeda-beda. Contoh kasus dari
teori yang dijelaskan sebelumnya yaitu ketika sang penulis menjelaskan bagaimana
kehidupan masyarakat Lindu melakukan kebiasaan seperti mandi, mencuci piring disekitar
area lembab seperti di sekitar sawah dan air tergenang yang tanpa sepengetahuan masyarakat
sekitar merupakan area fokus keong yang mengandung parasite cacing dan menyebabkan
penyakit schistosomiasis

Selanjutnya sang penulis menggunakan teori etnomedisin yaitu cabang antropologi medis
yang membahas tentang asal mula penyakit, sebab-sebab dan cara pengobatan menurut
kelompok masyarakat tertentu seperti pengobatan tradisional. Contoh kasusnya yaitu ketika
pada awalnya masyarakat Lindu percaya bahwa penyakit schistosomiasis merupakan
penyakit yang berasal dari makhluk halus dan penyakit kutukan karena terjadi secara
berturut-turut sehingga mereka melakukan pengobatan dengan cara pergi ke dukun seperti
dibaca mantra-mantra dan diberi air yang sudah dibaca mantra, lalu ada juga yang melakukan
do’a bersama yang dipimpin oleh pendeta, melakukan tumbal melepas ayam dan kambing
yang disarankan oleh tokoh adat, membuat sesajen berupa beras ketan ( pulut ) berwarna
kuning, putih, dan hitam. Kemudian masyarakat Lindu melakukan pengobatan alternatif
dengan cara pergi ke kios dan membeli obat Nivaguin yaitu obat malaria dan mereka juga
mengonsumsi obat-obatan herbal seperti daun pepaya kuning dan daun jambu yang direbus.
Namun seiring berjalannya waktu masyarakat Lindu lebih percaya menggunakan obat dan
diberikan oleh petugas kesehatan dan tidak percaya lagi dengan pengobatan tradisional.

Hasil penelitiannya menjelaskan bahwa persepsi masyarakat tentang schistosmiasis, telah


menganggap sebagai penyakit biasa, sering di alami dan tidak di takuti lagidan telah berharap
dengan pengobatan yang dilakukan oleh petugas kesehatan. Kemudian perilaku terkait
dengan schistosomiais, hasil penelitian menunjukkan masyarakat tidak melakukan
pencegahan schistosomiasis, seperti menggunakan alat pelindung diri (sepatu boot) saat
beraktifitas di kebun dan di sawah, masih memiliki kebiasaan BAB (buang air besar) dan
mandi di aliran-aliran air yang dicurigai mengandung parasit schistosomiasis. Terakhir peran
petugas kesehatan dalam penanggulangan schistosomiasis selama ini telah menunjukkan
pelayanan yang baik pada sistem pencegahan schistosomiasis, yaitu melakukan pengobatan
secara rutin kepada masyarakat setiap enam bulan sekali

Anda mungkin juga menyukai