Anda di halaman 1dari 7

Sejarah Perkembangan Sosio Antropologi Kesehatan

By: Fatikasari Putri Amal Nur/70200122065

1. ANTROPOLOGI KESEHATAN

Antropologi dan kesehatan mempunyai keterkaitan yang erat, dimana beragam


cara masyarakat dalam mempertahankan kesehatannya dengan metode-metode
tertentu yang sangat menarik. Dengan demikian, muncullah antropologi kesehatan
yang merupakan salah satu cabang dari ilmu antropologi. Disini, permasalahan
kesehatan dan bagaimana cara menanganinya dalam masyarakat dikupas secara
mendalam. Antropologi kesehatan mempelajari tentang kebiasaan masyarakat, cara
pandang masyarakat terhadap penyakit, cara menanggulangi penyakit pada tiap
masyarakat, korelasi antara penyakit dengan masyarakat, dan lain sebagainya.
Secara umum, antropologi kesehatan senantiasa memberikan sumbangan pada ilmu
kesehatan lain sebagai berikut :

 Memberikan suatu cara untuk memandang masyarakat secara keseluruhan


termasuk individunya.
 Memberikan suatu model yang secara operasional berguna untuk
menguraikan proses sosial budaya bidang kesehatan.
 Sumbangan terhadap metode penelitian dan hasil penelitian.

Hubungan antara kebudayaan dan kesehatan terlihat pada kebudayaan masyarakat


yang berbeda-beda diiringi dengan pola hidup yang berbeda dan menimbulkan
penyakit yang berbeda serta penanganan yang berbeda pula. Selain itu,
pengetahuan yang berbeda dari setiap masyarakat menyebabkan perspektif yang
berbeda pula terhadap fenomena kesehatan. Setiap orang, masyarakat, dan
kebudayaan selalu mempunyai cara tersendiri dalam menghadapi penyakit.
Hubungan tersebut sangat terlihat pada masyarakat Indonesia yang notabebe
adalah masyarakat yang beragam, dengan beragamnya masyarakat Indonesia,
beragam pula dalam memaknai sebuah penyakit. Terdapat masyarakat yang
menganggap bahwa penyakit yang menyerang kulit adalah kutukan, tetapi dalam
masyarakat lain menyebutnya penyakit kulit.

Antropologi kesehatan tidak asing lagi dengan konsep illness, diseas, dan sicknes.
Illnes merupakan suatu penyakit yang dilihat dari kacamata sosial atau kutural,
dalam Illnes penyembuhan penyakit dilakukan dengan ritual-ritual tertentu yang
mengikutsertakan nenek moyang atau roh-roh makhluk halus yang sudah
dilakukan secara turun-temurun dan menjadi kebiasaan masyarakat. Diseas adalah
suatu penyakit yang dilihat dari kacamata medis secara klinis dengan didukung
diagnose dari dokter sebagai penyembuh. Diseas hanya dianggap penting secara
sosiokultur apabila juga mengandung unsur illness di masyarakat. Sedangkan
Sicknes merupakan penyakit yang timbul dari persepsi masyarakat yang tidak
didukung dengan diagnose dokter dan dalam penyembuhannya tidak melibatkan
roh-roh makhluk halus dan tidak memerlukan ritual atau upacara penyembuhan.

Didalam antropologi kesehatan, dipelajari pula bagaimana sistem medis di


masyarakat. Sistem medis merupakan strategi adaptasi sosiobudaya. Sistem medis
mencakup pengetahuan, kepercayaan, keterampilan, dan praktek-praktek
kesehatan. Sistem medis dibagi menjadi dua, yaitu sistem penyakit dan
sistemperawatan kesehatan. Antropologi kesehatan juga mempunyai cabang kajian
yaitu etnomedisin yang didalamnya mempunyai dua macam etiologi penyakit,
diantaranya adalah sistem medis personalistik dan sistem medis naturalistik.

2. PERKEMBANGAN ANTROPOLOGI KESEHATAN

Dengan kemajuan iptek yang semakin canggih, budaya kesehatan di masa lalu
berbeda dengan kebudayaan kesehatan di masa sekarang dan mendatang. Salah
satu contoh budaya kesehatan adalah tentang cara menjaga kesehatan secara
individu, seperti mandi, keramas, atau sikat gigi. Pada zaman dahulu sebelum
ditemukannya sabun, manusia berbagai daerah memiliki cara yang berbeda dalam
membersihkan badan. Yang lazim digunakan diantaranya adalah minyak, abu, atau
batu apung sesuai dengan kebudayaan masing-masing daerah. Masyarakat Mesir
Kuno melakukan ritual mandi dengan menggunakan kombinasi minyak hewani
dan nabati ditambah garam. Bahan-bahan tersebut adalah pengganti sabun yang
juga berfungsi untuk menyembuhkan penyakit kulit. Orang Yunani Kuno mandi
untuk alasan kecantikan dan tidak menggunakan sabun. Mereka membersihkan
tubuh dengan menggunakan balok lilin, pasir, batu apung dan abu. Mereka juga
mengoleskan tubuh dengan minyak dan kadang dicampur abu. Sedangkan orang
Sunda kuno biasa menggunakan tanaman wangi liar sebagai alat mandi mereka.

Bukan hanya cara mandi yang berbeda dari zaman dahulu dan sekarang, tetapi juga
budaya gosok gigi. Pada zaman dahulu masyarakat Arab menggunakan kayu siwak
untuk menggosok gigi. Orang Roma menggunakan pecahan kaca halus sebagai
bagian dari pembersih mulut mereka. Sedangkan masyarakat Indonesia
menggunakan halusan genting dan bata. Namun saat ini manusia beralih
menggunakan pasta gigi untuk menggosok gigi. Begitu juga dengan shampoo yang
secara luas digunakan. Dahulu, masyarakat menggunakan merang untuk keramas
dan merawat rambut mereka.

Tidak hanya tentang budaya kesehatan individu atau personal yang mengalami
perubahan. Budaya kesehatan masyarakat pun saat ini telah mengalami perubahan
jika dibandingkan dengan masa lalu. Dahulu masyarakat lebih ke arah paradigma
sakit. Namun saat ini seiring dengan perkembangan zaman, masyarakat cenderung
berparadigma sehat dalam memaknai kesehatan mereka. Penilaian individu
terhadap status kesehatan merupakan salah satu faktor yang menentukan
perilakunya, yaitu perilaku sakit jika mereka merasa sakit dan perilaku sehat jika
mereka menganggap sehat.

Perilaku sakit yaitu segala bentuk tindakan yang dilakukan oleh individu yang
sedang sakit agar memperoleh kesembuhan, contohnya mereka akan pergi ke pusat
layanan kesehatan jika sakit saja, karena mereka ingin sakitnya menjadi sembuh.
Sedangkan perilaku sehat adalah tindakan yang dilakukan individu untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatannya, misalnya: pencegahan penyakit,
penjagaan kebugaran dan mengkonsumsi makanan yang bergizi. Masyarakat akan
selalu menjaga kesehatannya agar tidak menjadi sakit. Masyarakat menjadi rajin
berolah raga, fitness, chek up ke pusat layanan kesehatan, membudayakan cuci
tangan menggunakan sabun, menghindari makanan berkolesterol tinggi dan lain-
lain.

Perkembangan ilmu pengetahuan juga telah mempegaruhi pola pikir masyarakat


pedalaman. Dengan adanya program pemerintah yang seratakan kesehatan dan
banyak dokter yang mengabdi di daerah-daerah tertinggal serta dibangunnya
puskesmas di daerah tersebut menimbulkan pola pikir masyarakat yang pada
awalnya memperlakukan orang sakit seperti orang yang sedang dikutuk mulai
berubah. Yang pada awalnya mengadakan ritual-ritual tertentu untuk mengusir roh
halus sebagai penyebab penyakit juga kini mulai berubah.

Saat ini masyarakat lebih memaknai kesehatan sebagai sebuah kebutuhan.


Banyaknya informasi kesehatan yang diberikan melalui penyuluhan dan promosi
kesehatan membuat masyarakat mengetahui pentingnya kesehatan. Dengan
kesehatan kita bisa melakukan berbagai macam kegiatan yang bermanfaat, baik
untuk diri sendiri maupun orang lain. Sekarang pola pikir masyarakat kebanyakan
lebih ke arah preventif terhadap adanya suatu penyakit. Yaitu pola pikir bahwa
mencegah datangnya penyakit itu lebih baik daripada mengobati penyakit.
Membicarakan sejarah munculnya dan perkembangan Antropologi Kesehatan,
maka saya harus melihat dari awal mula munculnya istilah ini dan penelitian-
penelitian mengenai hal ini. Uraian sejarah muncul dan perkembangan antropologi
kesehatan dibuat menurut urutan waktu cetusannya :

Tahun1849
Rudolf Virchow, ahli patologi Jerman terkemuka, yang pada tahun 1849 menulis
apabila kedokteran adalah ilmu mengenai manusia yang sehat maupun yang sakit,
maka apa pula ilmu yang merumuskan hukum-hukum sebagai dasar struktur sosial,
untuk menjadikan efektif hal-hal yang inheren dalam manusia itu sendiri sehingga
kedokteran dapat melihat struktur sosial yang mempengaruhi kesehatan dan
penyakit, maka kedokteran dapat ditetapkan sebagai antropologi. Namun demikian
tidak dapat dikatakan bahwa Vichrow berperan dalam pembentukan asal-usul
bidang Antropologi Kesehatan tersebut., munculnya bidang baru memerlukan lebih
dari sekedar cetusan inspirasi yang cemerlang.

Tahun1953
Sejarah pertama tentang timbulnya perhatian Antropologi Kesehatan terdapat pada
tulisan yang ditulis Caudill berjudul “Applied Anthropology in Medicine”. Tulisan
ini merupakan tour the force yang cemerlang , tetapi meskipun telah menimbulkan
antusiasme, tulisan itu tidaklah menciptakan suatu subdisiplin baru.

Tahun1963
Sepuluh tahun kemudian, Scoth memberi judul “Antropologi Kesehatan” dan Paul
membicarakan “Ahli Antropologi Kesehatan” dalam suatu artikel mengenai
kedokteran dan kesehatan masyarakat. Setelah itu baru ahli-ahli antropologi
Amerika benar-benar menghargai implikasi dari penelitian-penelitian tentang
kesehatan dan penyakit bagi ilmu antropologi.

Pengesahan lebih lanjut atas subdisiplin Antropologi Kesehatan ini adalah dengan
munculnya tulisan yang dibuat Pearsall (1963) yang berjudul Medical Behaviour
Science yang berorientasi antropologi, sejumlah besar (3000 judul) dari yang
terdaftar dalam bibliografi tersebut tak diragukan lagi menampakan pentingnya
sistem medis bagi Antropologi.
Aliran/Mazhab Dalam Antropologi Kesehatan

Antropologi kesehatan memilki aliran-aliran yang masing-masing memiliki


pendekatan yang berbeda, diantaranya adalah:
1. Pendekatan antropologi Bio-Kultural (Biocultural Anthropology). Pendekatan
yang menggunakan disiplin Biomedis ini menurut DeWalt (2008) dipelopori oleh
tulisan Alexander Alland pada tahun 1970 yang berjudul “Adaptation in Cultural
Anthropology: An Approach to Medical Antrhropology”. Dalam artikelnya
disebutkan bahwa antropologi biokultural melakukan studi tentang bagaimana
adaptasi manusia terhadap lingkungan sosial dan fisik membentuk “pengalaman
penyakit dan kesakitan” pada masyarakat, dan bagaimana sebuah masyarakat
beradaptasi terhadap penyakit yang dihadapi.
2. Pendekatan Atropologi kritis dan Politik-Ekonomi. Pendekatan ini merupakan
pemikiran kritis terhadap disiplin biomedis dalam pendekatan antropologi bio-
kultural. Menurut pendekatan ini, masalah kesehatan pada suatu masyarakat tidak
cukup hanya dilihat dari sisi biologis, namun juga faktor politik dan ekonomi ikut
berpengaruh. Pendekatan ini melahirkan cabang ilmu ethnomedicine. Tulisan
ilmiah yang cukup berpengaruh pada pendekatan ini adalah karya Baer, Singer,
dan Susser (2003) yang berjudul “Medical Anthropology in the World System”.

Sementara (Sobo, 2004) menyatakan bahwa terdapat dua kelompok/aliran


antropologis yang berbeda dalam melihat permasalahan kesehatan yang
berhubungan dengan budaya masyarakat, yaitu:
1. Aliran Etnologis. Aliran etnologis (ethnologic) menggunakan pendekatan lintas
budaya (cross-cultural) dalam menilai masalah kesehatan. Pendekatan ini
menganggap bahwa kondisi budaya suatu masyarakat dalam memandang masalah
kesehatan dapat
diperbandingkan dengan budaya masyarakat lainnya.
2. Aliran Etnografis. Aliran etnografis (ethnographic) sebaliknya menggunakan
pendekatan budaya tunggal (mono-cultural) dalam menilai masalah kesehatan.
Pendekatan ini menganggap bahwa kondisi budaya suatu masyarakat dalam
memandang masalah kesehatan tidak dapat diperbandingkan satu sama lain.
Dengan demikian aliran ini berfokus pada studi tentang masalah kesehatan
masyarakat pada satu budaya tertentu.

Perbedaan pendekatan dalam antropologi kesehatan juga dikemukakan oleh


Winkelman (2009). Ia membagi tiga jenis pendekatan dalam ilmu antropologi
kesehatan sebagai berikut:
1. Pendekatan Ekologi Medis (Medical Ecology approaches). Pendekatan ini
mengaplikasikan media budaya terhadap kesehatan baik secara fisik, biologis, dan
material yang berhubungan dengan lingkungan.
2. Pendekatan Politik-ekonomi dan kritis (Political economy and critics
approaches). Pendekatan ini mempelajari bagaimana kesehatan dipengaruhi oleh
sumberdaya ekonomi, kekuasaan, dan aktivitas sosial.
3. Pendekatan Simbolik (Symbolic approaches). Pendekatan ini mempelajari
bagaimana makna-makna dalam budaya membentuk proses
penyembuhan/pengobatan yang secara sosial telah diakui, serta menghubungkan
antara kepercayaa dengan proses psikologis.

Dari berbagai pendekatan tersebut dihasilkan penelitian-penelitian di bidang


Antropologi Kesehatan. (DeWalt, 2008) menyatakan setidaknya ada lima fokus
penelitian yang telah dilakukan dalam ilmu Antropologi kesehatan, antara lain
adalah:
1. Antropologi Bio-Kultural;
2. Etnomedisin;
3. Faktor-faktor sosial dan budaya yang mempengaruhi insiden, prevalen, dan
pengobatan penyakit (epidemiologi sosial);
4. Ekonomi politik dalam kesehatan; dan
5. Aplikasi sosial dan budaya dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
program kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA

file:///C:/Users/ACER/Downloads/AdeHeryana_PengantarSosiologidanAntropolog
iKesehatan.pdf
https://environmentalsanitation.wordpress.com/2012/08/12/sejarah-perkembangan-
antropologi-kesehatan/
https://blog.unnes.ac.id/amalia/2015/11/15/antropologi-kesehatan-dan-
perkembangannya/

Anda mungkin juga menyukai