Anda di halaman 1dari 70

E. Ruang Dinamika Pancasila Dalam Konteks Perjuangan Bangsa.

Bagian ini menggambarkan kecermatan Founding Father dalam mnyongsong


kemerdekaan RI dengan Idiologi Pancasila yang bisa diterima seluruh warga
Indonesia. Dan perlunya waspada terhadap kelompok – kelompok yang berusaha
menggoyang Pancasila dan NKRI. Adapun isi ruangan ini terdiri dari : proses
kelahiran Pancasila dalam panel skematis.

 Proses kelahiran Pancasila tidak secara tiba – tiba


- Embrio nilai – nilai luhur budaya dan kepribadian Nusantara telah dimiliki
masyarakat dalam kerajaan – kerajaan Nusantara.
- Dari sekitar 300 kerajaan / kesultanan kecil tumbuh menjadi 2 kerajaan
kebangsaan dengan wilayah yang luas yaitu kerajaan Sriwijaya, Mataram dan
kerajaan Majapahit.
- Unsur-unsur Pancasila telah diterapkan dalam pemerintahan dan kehidupan
masyarakat.

a. Proses lahirnya dasar Negara Pancasila (Sidang BPUPKI-I )


- Tanggal 25 bulan 5 tahun 1945 pidato Mr. M. Yamin
- Tanggal 1 bulan 5 tahun 1945 pidato Prof. Dr. Soepomo
- Tanggal 1 Juni 1945 Pidato Ir. Soekarno
Selanjutnya pada Sidang BPUPKI – II
- Tanggal 10 Juli 1945 Rumusan Panitia kecil
- Tanggal 11 Juli 1945 ( Panitia 9 )
- Tanggal 14 Juli 1945

b. Pancasila dan piagam Jakarta :


- Rapat pembentukan PPKI tanggal 09 Agustus 1945
- Penyempurnaan PPKI tanggal 15 Agustus 1945

c. Di saat penting ini pada tanggal 17 Agustus 1945 terjadilah


- Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia.

d. Pancasila dalam Undang – undang Dasar 1945


- Pada tanggal 18 Agustus 1945 sidang pertama (I) PPKI setelah proklamasi
kemerdekaan menetapkan dan mengesahkan pembukaan UUD 1945 dari
penyempurnaan Piagam Jakarta kedalam UUD 1945

SKEMA DINAMIKA PANCASILA DALAM KONTEKS PERJUANGAN BANGSA


e. Usaha mencederai Pancasila dan NKRI.
Usaha tersebut dilakukan dengan berbagai pemberontakan Exstim Kiri dan
Kanan dan berbagai isu pemecah belah kesatuan NKRI dan degradasi
Pancasila.
1. Tragedi Nasional pemberontakan PKI / Muso di Madiun.
Pemerintah daerah Madiun di jatuhkan dengan kekerasan dan pembunuhan.
Pemerintah Merah didirikan dengan Gubernur Militernya Pemuda
Sumarsono dari Kota Madiun. Bendera Merah dikibarkan sebagai bendera
pemberontakan yang direncanakan meluas kedaerah lainnya. Kondisi
Negara kacau di saat menghadapi agresi Belanda PKI menusuk dari
belakang.
Seruan presiden Soekarno : “Pilih Soekarno/Hatta atau Muso dengan PKI
nya” disambut serentak oleh rakyat. Pemerintah Pusat segera mengirim
masukan TNI digerakkan ke Madiun untuk menumpas pemberontakan
Tanggal 30 Sebtember 1948 Kota Madiun dapat direbut kembali oleh TNI
dan cabang – cabang pemberontakan di Purwodadi, Pati, Bojonegoro, Kediri
dsb dapat di tindas
Tokoh – tokoh PKI yang di tangkap :

Poto Penumpasan Pemberontakan


2. Selama 15 tahun pertama exsistensi Negara RI paska kolonial, Indonesia
dihadapkan dengan sejumlah pemberontakan yang mengunci secara ketat
kemampuan negara RI untuk mempertahankan kelangsungannya.
Dua diantara pemberontakan tersebut yang menyita perhatian Pemerintah
Pusat adalah :
a. Pemberontakan Khahar Muzakar di Sulawesi Selatan, yang ada kaitanya
dengan Darul Islam di Jawa Barat
b. Pemberontakan PRRI / Permesta (1956-1961) di Sumatra yang meluas di
berbagai daerah, dan berhasil mendirikan Republik Islam Indonesia (RII)
dan Tentara Islam Indonesia (DI/TII)
Pemberontakan yang dari berbagai aspek cukup rumit dan
membahayakan persatuan dan kesatuan Negara RI akhirnya dapat di atasi
pemerintah pusat dengan mengerahkan banyak energi dan menghambat
kemajuan pemerintahan. Salah satu aspek dominan adalah adanya
ketidak puasaan daerah atas kebijaksanaan pemerintah pusat yang
dianggap kurang adil dan kurang memihak kepada kepentingan dan
kemajuan daerah. Pada akhirnya ketidak puasan ini mengarah kepada
idiologi pancasila dan NKRI.
3. Gerakan 30 September 2018
4. Gerakan sisa-sisa PKI di Blitar Selatan
Dibubarkannya PKI dan dilarangnya Pahama komunisme, marksisne-
Leninnesme dengan ketetapan MPRS No XXV/MPRS/1966 serta
dikembalikannya Pancasila sesuai dengan pengertiannya yang benar, belumlah
menjamin bahwa negara kita sudah bebas dari sisa-sisa PKI. Terbukti pengikut-
pengikut PKI melakukan perjuangan partai secara ilegal. Penyusunan kembali
PKI diblitar selatan merupakan bukti kegigihan gerakan ilegal tersebut sesuai
dengan garis perjuangan partai. Kondisi inilah yang dihadapi operasi Trisula
Kodam VIII Brawijaya.
F. Implementasi pancasila :
Setelah Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, ternyata bangsa Indonesia
masih menghadapi kekuatan Sekutu yang berupaya untuk menanamkan kembali
kekuasaan Belanda di Indonesia, yaitu permaksaan untuk mengakui pemerintah
NICA (Neteherlands Indies Civil Administration). Selian itu, Belanda secara licik
mempropagandakan kepada dunia luar bahwa Negara Proklamasi R.I hadiah
Fasis Jepang.
Untuk melawan propaganda Belanda pada dunia internasional, maka
pemerintah RI mengeluarkan 3 buah maklumat, yaitu :

1. Maklumat Wakil Presiden No. X tanggal 16 Oktober 1945 yang


menghentikan kekuasaan luar biasa dari Presiden sebelum masa
waktunya (seharusnya berlaku selama 6 bulan). Kemudian Maklumat
tersebut memberikan kekuasaan MPR dan DPR yang semula dipegang
oleh Presiden kepada KNIP.
2. Maklumat Pemerintah tanggal 3 November 1945, tentang pembentukan
partai politik yang sebanyak-banyaknya oleh rakyat. Hal ini sebagai akibat
dari tanggapan pada saat itu bahwa salah satu ciri demokrasi adalah
multi partai. Maklumat tersebut juga sebagai upaya agar dunia barat
menilai bahwa Negara Proklamasi sebagai negara Demokratis.

3. Maklumat Pemerintah tanggal 14 November 1945, yang intinya Maklumat


ini mengubah sistem Kabinet Presidensial menjadi Kabinet Parlementer
berdasarkan asas demokrasi liberal.

Keadaan yang demikian ini telah membawa ketidakstabilan di bidang politik.


Berlakunya sistem demokrasi liberal adalah jelas-jelas merupakan penyimpangan
secara konstitusional terhadap UUD 1945, serta secara ideologis terhadap
Pancasila. Akibat penerapan sistem kabinet parlementer tersebut, maka
pemerintahan Negara Indonesia mengalami jatuh bangunnya kabinet sehingga
membawa konsekuensi yang sangat serius terhadap kedaulatan negara Indonesia
saat ini.

Masa Orde Lama


Pancaila di masa orde lama dipahami berdasarkan paradigma yang berkembang
pada situasi dunia yang diliputi oleh tajamnya konflik ideologi. Pada saat itu kondisi
politik dan keamanan dalam negeri diliputi oleh kekacauan (cha os). Demikian pula
kondisi sosial budaya yang saat itu berada dalam suasana transisional dari
masyarakat terjajah (inlander) menjadi masyarakat merdeka. Masa orde lama adalah
masa pencarian bentuk implementasi Pancasila terutama dalam sistem kenegaraan.
Pancasila diimplementasikan dalam bentuk yang berbeda-beda pada masa orde
lama. Terdapat 3 periode implementasi Pancasila yang berbeda, yaitu periode 1945-
1950, dan 1959-1966.
Pada periode 1945-1950, implementasi Pancasila bukan saja menjadi masalah,
tetapi lebih dari itu ada upaya-upaya untuk mangganti Pancasila sebagai dasar
Negara dengan faham komunis oleh PKI melalui pemberontakan di Madiun tahun
1948 dan oleh DI/TII yang akan mendirikan negara dengan dasar Islam. Pada
periode ini, nilai persatuan dan kesatuan masih tinggi ketika mengadapi Belanda
yang masih ingin mempertahankan penjajahannya di bumi indonesia. Namun setelah
penjajah dapat diusir, persatuan mulai mendapat tantangan. Dalam kehidupan
politik, sila Keempat yang mengutamakan musyawarah dan mufakat tidak dapat
dilaksanakan, sebab Demokrasi yang diterapkan adalah Demokrasi Parlementer,
dimana Presiden hanya berfungsi sebagai Kepala Negara, sedang Kepala
Pemerintahan dipegang oleh Perdanan Menteri. Sistem ini menyebabkan tidak
adanya stabilitas pemerintahan. Kesimpulannya, walaupun konstistusi yang
digunakan adalah UUD 1945, namun dalam praktik kenegaran, sistem presidensial
tak dapat diwujudkan.
Pada periode 1950 – 1959, walaupun dasar negara tetap Pancasila, tetapi
rumusan sila keempat bukan berjiwakan musyawarah mufakat, meinkan suara
terbanyak (voting). Sistem pemerintahannya yang liberal justru lebih
menekankan hak-hak individual. Pada periode ini, persatuan dan kesatuan
mendapat tantangan yang berat dengan munculnya pemberontakan RMS,
PRRI, dan Permesta yang ingin melepaskan diri dari NKRI.

Dalam bidang politik, demokrasi berjalan lebih baik dengan terlaksananya


pemilu 1955 yang dianggap paling demokratis. Tetapi anggota Konstituante
hasil pemilu tidak dapat menyusun UUD seperti yang diharapkan. Hal ini
menimbulkan krisis politik, ekonomi, dan keamanan.

Pemilu 1955
Situasi Gawat Krisis ini yang menyebabkan pemerintah mengeluarkan
Dekrit Presiden 1959 untuk membubarkan Konstituante, UUD 1950 tidak
berlaku, dan kembali kepada UUD 1945. Kesimpulan yang ditarik dari
penerapan Pancasila selama periode ini adalah Pancasila diarahkan sebagai
ideologi liberal yang ternyata tidak menjamin stabilitas pemerintahan.

Dekrit Presiden Tahun 1959


Pada periode 1956 – 1965, dikenal sebagai periode demokrasi terpimpin.
Demokrasi bukan kekuasaan rakyat sebagaimna berdasarkan nilai-nilai
Pancasila, tetapi berada pada kekuasaan pribadi presiden Soekarno.
Terjadilah berbagai penyimpangan penafsiran terhadap Pancasila dalam
konstitusi. Akibatnya Soekarno menjadi otoriter, diangkat menjadi presiden
seumur hidup, politik konfrontasi, menggabungkan Nasionalis, Agama, dan
Komunis, yang ternyata tidak cocok bagi NKRI. Ideologi Pancasila pada saat
itu dirancang oleh PKI, yaitu digantinya dengan ideologi Manipol Usdek serta
konsep Nasakom. PKI pada saat itu berusaha untuk mencengkram
kekuatannya dengan membangun komunis internasional, terutama dengan
RRC. Misalnya dengan dibukanya poros Jakarta – Peking. Peristiwa demi
peristiwa dicoba oleh kaum komunis untuk menggantikan ideologi Pancasila.
Peristiwa – peristiwa itu antara lain dibangkitkannya bangsa Indonesia untuk
berkonfrontasi dengan Malaysia, peristiwa Kanigoro, Boyolali, Indramayu,
Bandar Betsy dan sebagainya.

Manifesto politik
Poros Jakarta - Peking Politik Konfrontasi
Puncak peristiwa tersebut yaitu meletusnya pemberontakan Gestapu PKI atau
dikenal dengan G30S PKI pada tangga 30 September 1965 untuk merebut
kekuasaan yang sah Negara RI yang dipliomasikan tanggal 17 Agustus 1945,
disertai dengan pembunuhan yang keji dari para Jenderal yang tidak berdosa.
Pemberontakan PKI tersebut berupaya untuk mengganti secara paksa ideologi dan
dasar filsafat negara Pancasila dengan ideologi Komunis Marxis. Adanya
kemerosotan moral di sebagian masyarakat yang tidak lagi hidup bersendikan nilai-
nilai Pancasila, dan berusaha untuk menggantikan pancasila dengan ideologi lain.
Dalam upaya memberi arah perjalanan bangsa, beliau menekankan
pentingnya memegang teguh UUD 1945, sosialisme ala Indonesia, demokrasi
terpimpin, ekonomi terpimpin, dan kepribadian nasional.
Hasil terjadi kudeta PKI dan kondisi ekonomi yang memprihatinkan. Walaupun
posisi Indonesia tetap dihormati si dunia internasional dan integritas wilayah serta
semangat kebangsaan dapat ditegakkan.
Kesimpulan yang ditarik adalah Pancasila telah diarahkan sebagai ideologi
otoriter, konfrontatif dan tidak memberi ruang pada demokrasi bagi rakyat.

Foto Peristiwa G-30S PKI

Foto Lubang Buaya Pemakaman Pahlawan Revolusi


Walhasil, pada periode orde lama ini, Pancasila dan UUD 1945 di jadikan
sebagai instrumen trial and error “pengujian sejarah” yang belum menemukan
jatidiri sebenarnya yang sesuai dengan semangat ke–Indonesia–an dan
pluralisme yang monotheistik.

Berkat lindungan Allah yang Maha Kuasa maka Bangsa Indonesia tidak goyah
walaupun akan diganti dengan ideologi komunis secara paksa. Hal ini
dikarenakan Pancasila telah merupakan pandangan hidup bangsa serta
sebagai jiwa bangsa. Atas dasar peristiwa tersebut, maka 1 Oktober 1965
diperingati bangsa Indonesia sebagai “ Hari Kesaktian Pancasila”.

Upacara hari Kesaktian Pancasila di Lubang Buaya


2. Masa Orde Baru
Tatanan masyarakat dan pemerintahan setelah meletusnya G30S PKI disebut
sebagai Orde Baru, yaitu suatu tatanan masyarakat dan pemerintahan yag menuntut
dilaksanakannya Pancasila dan UUD 1045 secara murni dan konsekuen.
Munculnya Orde Baru diawali dengan munculnya aksi-aksi dari seluruh
masyarakat, antara lain Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia (KAPPI), Kesatuan
Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI), Kesatuan Aksi Guru Indonesia (KAGI) dan lain
sebagainya. Gelombang aksi rakyat tersebut muncul di mana-mana dengan suatu
tuntutan yang dikenal dengan “Tritura” atau (Tiga Tuntutan Hati Nurani Rakyat),
sebagai perwujudan dari tuntutan rasa keadilan dan kebenaran. Adapun isi Tritura
tersebut adalah sebagai berikut :
1. Pembubaran PKI dan ormas-ormasnya
2. Pembersihan Kabinet dari unsur-unsur GS30S PKI
3. Penurunan harga

Demo Kesatuan Aksi Mahasiswa

Demo Kesatuan Aksi Guru


Karena Orde Lama tidak mampu lagi menguasai keadaan negara, maka
presiden/Panglima Tertinggi memberikan kekuasan penuh kepada Panglima
Angkatan Darat Letnan Jenderal Soeharto, yaitu dalam bentuk suatu “Surat Perintah
11 Maret 1966” (Super Semar).

Supersemar
Tugas pemegang Super Semar cukup berat, yaitu untuk memulihkan keamanan
dengan jalan menindak pengacau keamanan yang dilakukan oleh PKI beserta
ormas-ormasnya, membubarkan PKI dan ormas-ormasnya serta mengamankan 15
menteri yang memiliki indikasi terlibat G30S PKI dan lain-lainnya.
Sidang MPRS IV/1966, menerima dan memperkuat Super Semar dengan
dituangkan dalam Tap No. IX/MPRS/1966. Hal ini berarti semenjak itu Super
Semar tidak lagi bersumberkan Hukum Tata Negara Darurat akan tetapi
bersumber pada kedaulatan rakyat (pasal 1 ayat 2 UUD 1945)

Tap MPR IX/MPRS/1966


Pemerintah Orde Baru kemudian melaksanakan Pemilu pada tahun 1973 dan
terbentuknya MPR tahun 1973. Adapun misi yang harus diemban
berdasarkan Tap No. X/MPR/1973 meliputi :
1) Melanjutkan pembangunan lima tahun dan menyusun serta melaksanakan
Rencana Lima Tahun II dalam rangkan GHBN.
2) Membina kehidupan masyarakat agar sesuai, dengan demokrasi
Pancasila
3) Melaksanakan Politik luar negeri yang bebas dan aktif dengan orientasi
pada kepentingan nasional
Demikianlah Orde Baru berangsur-angsur melaksanakan program-program
dalam upaya untuk merealisasikan pembangunan nasional sebagai
perwujudan pelaksanaan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan
konsekuen

Pemilu 1973
Situasi internasional kala itu masih diliputi konflik perang dingin. Situasi politik
dan keamanan dalam negeri kacau dan ekonomi hampir bangkrut. Indonesia
dihadapkan pada pilihan yang sulit, memberikan sandang dan pangan kepada
rakyat atau mengedepankan kepentingan strategi dan politik di arena
internasional seperti yang dilakukan oleh Ir. Soekarno.
Dilihat dari konteks zaman, upaya Soeharto tentang Pancasila, diliputi
oleh paradigma yang esensinya adalah bagaimana menegakkan stabilitas
guna mendukung rehabilitasi dan pembangunan ekonomi. Istilah yang
terkenal pada saat itu adalah stabilitas politik yang dinamis diikuti dengan
trilogi pembangunan.

Trilogi Pembangunan

Perincian pemahaman Pancasila itu sebagaimana yang kita lihat dalam


konsep P4 dengan esensi selaras, serasi dan seimbang. Soeharto melakukan
ijtihad politik dengan melakukan pemahaman Pancasila melalui apa yang
disebut dengan P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila) atau
Ekaprasetia Pancakarsa. Itu tentu saja didasarkan pada pengamalan era
sebelumnya dan situasi baru yang dihadapi bangsa.
Ternyata ide presiden Soeharto selaku mandataris MPR yang
disampaikan pada Badan Pekerja MPR-RI yang proses selanjutnya melalui
sidang MPR melahirkan ketetapan MPR-RI No. II/MPR/1978 tentang
pedoman penghayatan dan pengamalan Pancasila (EKA PRASATYA PANCA
KARSA) dalam konsideran menimbang disebutkan :

a. Bahwa pancasila yang merupakan pandangan hidup bangsa dan dasar


negara Republik Indonesia perlu dihayati dan diamalkan secara nyata
untuk menjaga kelestarian dan keampuhannya demi terwujudnya tujuan
nasional serta cita-cita bangsa sepertitercantum dalam Pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945;
b. Bahwa demi kesatuan bahasa, kesatuan pandangan dan kesatuan gerak
langkah dalam hal menghayati serta mengamalkan Pancasila diperlukan
adanya Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila.
Selanjutnya dalam ketetapan MPR tersebut pada Pasal 4 ditegaskan bahwa :
Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila ini merupakan penuntun dan
pegangan hidup dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara bagi setiap
warganegara Indonesia,setiap penyelenggara Negara serta setiap lembaga
kenegaraan dan lembaga kemasyarakatan, baik di Pusat maupun di Daerah dan
dilaksanakan secara bulat dan utuh.
Penjelasan lebih lanjut tentang P4 ini didasarkan pada Naskah P4 (Eka Prasetya
Pancakarsa)
Bab I pendahuluan, alinea terakhir yang berbunyi :
Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila di rituangkan dalam
rumusan yang sederhana dan jelas, yang mencerminkan suara nurani manusia
Indonesia yang berjiwa Pancasila dan yang mampu secara terus menerus
menggelorakan semangat serta memberikan keyakinan dan harapan akan hari
depan yang lebih baik, sehingga Pedoman itu dapat mudah diresapi, dihayati dan
diamalkan.
Materi pokok yang diatur, secara garis besar intinya meliputi :
1. Tentang pancasila yang dimaksud :
2. Masalah – masalah mengenai pandangan hidup bagi suatu Bangsa
3. Beberapa fungsi /perananan dari pancasila
4. Sejarah Pancasila
5. Latar Belakang Perlunya P4
6. Proses pembentukan ketetapan MPR mengenai P4 pada lembaga Negara
tertinggi.
7. Kunci pokok untuk memahami ketetapan MPR II/MPR/1978 mengenai P4
8. Pengamalan Pancasila
9. Petunjuk mengenai wajud pengamalan tiap-tiap sila Pancasila
10. Pancasila dan Pedoaman penghayatan dan pengamalan Pancasila
11. Pancasila sebagai moral pembangunan
12. Faktor Kepemimpinan dalam rangka pelaksanaan P4
13. Pola Pelaksanaan P4
14. Jalur-jalur yang digunakan
15. Penciptaan suasana yang menunjang

Agar lebih mudah meresapi, menghayati,mengamalkannya, dapatlah


diceramati cuplikan siklus secara P4 ini secara Skematis/Bagan Lampiran
ketetapan MPR No.II /MPR/1978 yang intinya bisa disarikan sebagai berikut :
BAGAN
Untuk melaksanakan ketetapan MPR No.11/MPR/1978 tersebut pada Pasal 5
disebutkan :

Menugaskan kepada Presiden sebagai Mandataris atau bersema-sma Dewan


Perwakilan Rakyat untuk mengusahakan pedoman, penghayatan dan mengamalan
Pancasila dapat dilaksanakan sebaik-baiknya dengan berlandaskan dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Untuk itu dengan keputusan…..

Dibentuklah BP7 sejak tingkat Pusat, Tingkat Propensi dan tingkat kabupaten/Kota
Madya di seluruh Indonesia.
Pada awalnya memang memberikan angin segar dalam pengamalan pancasila.
Karena ditangani secara sistymatis oleh seluruh jalur dan dukungan masyarakat
penuh.

Sebagai contoh di Kabupaten Blitar program pemasyarakatan dan pemberdayaan P4


yang mendapatkan prioritas penanaman memberikan hasil yang menggembirakan
dengan menempati urutan teratas di Jawa Timur.

Karena kitu saat peresmian museum diorama eka prasetya panca karsa (P4) di
komplek candi penataran ini oleh Gubernur Jawa Timur (Bpk. Sularso) dihadiri
kepala BP7 Pusat (Bpk.Oetoyo Oesman) disaksikan oleh :

- Para Bupati / Wali Kota Se Jawa Timur


- Para Kepala BP7 Dati II Sejawa Timur
- Para Kepala Desa Pelaksana P4 Teladan Sejawa Timur
- Para Fasilitator Simulasi P4 Teladan SeJawa Timur
- Muspida Kab / Kodya Blitar
- Para Pimpinan dan Anggota DPRD Se Kabupaten Blitar
- Para Pembantu Pati, Camat, dan Kepala Desa seKabupaten Blitar

Telah diserahkan piagam penghargaan, berupa :

- Rencana emas kepada fasilitator teladan


- Tropi kejuaran lomba P4 seJawa Timur

Diselingi peragaaan P4 dari 23 kelompok belajar Simulasi P4 Kecamatan, kejar


Simulasi P4 DPRD dan dari Dinas Instansi. Untuk Kabupaten Blitar target sasaran
pemasyarakatan P4 bagi penduduk usia dewasa tercapai 100% terdiri dari 10%
lewat penataran sedangkan yang 90% lewat simulasi P4.

Daerah tingkat II lain di Jawa Timur yang telah tuntas garapan P4 nya diantaranya
Kabupaten Pacitan.
Sayang sekali pada beberapa tahun kemudian kebijakan pemerintah pusat yang
dikeluarkan ternyata tidak sesuai dengan jiwa pancasila. Kendati terjadi peningkatan
kesejahteraan rakyat dan penghormatan dunia internasional tetapi kondisi politik dan
keamanan dalam negeri tetap rentan, karena pemerintahan sentralistik dan otorian.
Pancasila ditafsirkan sesuai kepentingan kekuasaan pemerintah dan tertutup bagi
tafsiran lain.

Demokratisasi akhirnya tidak berjalan, dan pelanggaran HAM terjadi dimana – mana
yang dilakukan oleh aparat pemerintah atau Negara. Pancasila sering kali digunakan
sebagai legitemator tindakan yang menyimpang. Ia dikeramatkan sebagai alas an
untuk kestabilan nasional dari pada sebagai Ideologi yang memberikan ruang
kebebasan untuk berkreasi.
Walhasil, Pancasila selama orde baru dairahkan menjadi ideology yang hanya
mengutungkan satu golongan yaitu loyalitas tunggal pada pemerintah dan atas nama
persatuan dan kesatuan akhirnya hak – hak demokrasi dikekang.

Pada akhirnya BP7 di seluruh Indonesia dibubarkan dengan berlakunya penetapan


MPR Nomor XVIII / MPR / 1998 tentang pencabutan ketetapan MPR Nomor II
/MPR/1978 tertanggal 13 November 1998 tentang pedoman penghayatan dan
pengamalan pancasila (Eka Prasetya Panca Karsa) Penetapan tentang penegasan
pancasila sebagai dasar Negara.

Dalam konsideran menimbang huruf b ditegaskan bahwa materi muatan dan


pelaksanaannya tidak sesuai dengan perkembangan kehidupan bernegara, perlu
dicabut.
Secara tegas disebutkan dalam :

Pasal 1 : Pancasila sebagaimana dimaksud dalam pembukaan UUD 1945 adalah


dasar Negara dari NKRI, harus dilaksanakan secara konsekuen dalam
kehidupan bernegara.

Pasal 2 : Dengan ditetapkannya ketetapan ini maka majelis permusyawaratan


rakyat republik Indonesia nomor II /MPR/1978 tentang penghayatan dan
pengamalan pancasila (Eka Prasetya Panca Karsa) dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku lagi.
3. Masa Reformasi
Gerakan reformasi lahir dari suatu kebutuhan dan kerinduan masyarakat akan
suasana lahir batin yang menjamin keadilan bangsa dan Negara tertata kembali
sampai cita – cita ideal dan semangat awal pada saat Indonesia merdeka
tanggal 17 Agustus 1945. Intinya :

Orde reformasi gerakan yang ingin menformat ulang / menata kembali hal – hal
yang menyimpang dikembalikan kepada bentuk semula sesuai konsensus
Nasional
Implementasi GHBN 1998 pada pembagian jangka panjang ke II pelita stabilitas
politik goyah

Gerakan demokrasi masal meluas klimaks aktivis mahasiswa menduduki gedung


DPR RI yang berakibat mundurnya Presiden Soeharto pada hari Kamis tanggal
21 Mei 1998.
Presiden diganti Prof. Dr. Bj. Habibie diikuti pembentukan Kabinet reformasi
pembangunan.

Langkah penting yang dilakukan antara lain :


- Penataan ulang pemerintahan
- Hak – hak rakyat mulai di kembangkan
- Rakyat bebas berserikat, mendirikan porpol – lembaga sosial masyarakat
(LSM)
- Penegaan hukum walaupun belum konsisten
- Kreatifitas masyarakat meningkat

Pada masa pemerintrahan Bj. Habibie ini banyak prestasi yang di capai, tetapi
problem berat pun tak kalah banyaknya
- Tugas berat terus menghadang : berbagi kehidupan politik sosial budaya dan
ekonomi belum sesuai dengangan nilai Pancasila
- Kebebasan berserikat, berbicara, dan bertindak menimbulkan semangat
primordial
- Menurunkan semangat persatuan dan kesatuan
- Banyak konflik horizontal dan vertikal ( misalnya Maluku dan Papua )
- Ideology Pancasila cenderung sebatat retorika politik.
- NKRI mendapat tantangan berat : Timor – Timur Lepas dari Pemerintah
RI, beberapa wilayah ingin melepaskan diri dari RI, gerakan radikalisme
menyebar, mahasiswa justru direkrut jamaah Ahmadiyah, Mll dan lain –
lain.
 Pancasila secara formal tetap sebagai dasar idiologi Negara, tetapi
pemahaman sebagai Aparat dan sebagai masyarakat menurun. Sesanti
Bhineka Tunggal Ika kyang menyemangati persatuan dan kesatuan
seakan luntur.
Pemilihan Presiden pada tanggal ..................... menghasilkan Presiden baru
yaitu pasangan Ir. Jokowi dodo dengan Jusuf Kala

Kepemimpinan Jokowidodo melanjutkan kepemimpinan Bj. Habibie, otomatis


termasuk mengatasi segala problema masa kepemimpinan Bj. Habibie,
ditambah Problema masa kini terutama problem ketenaga kerjaan.
Pencapaian pembangunan di segala bidang terutama transportasi prasarana
perhubungan dipacu untuk penyerapan tenaga kerja dan peningkatan
kesejahteraan rakyat.
G. Ruang informasi NKRI dan Pancasila di masa depan :
Disamping giat membangun mensejahterakan bangsa Indonesia, Presiden
Jokowi memperhatiakan pola pada pelestarian Pancasila dan UUD 1945.
Melalui peraturan presiden No. 54 tahun 2017 dalam rangka penguatan
pembinaan idiologi Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat berabangsa
dan bernegara maka dibentuklah “Unit Kerja Presiden Pembinaan Idiologi
Pancasila”.
Dalam perjalanan waktu ternyata unit kerja ini belum oktimal dan perlu
disermpurnakan secara efektif.
Karna itu dikeluarkanlah peraturan Presiden RI No. 07 tahun 2018 tentang
Badan Pembinaan Idiologi Pancasila tertanggal 28 Februari 2018.
Kalau dilihat dari konsideran peraturan Presiden No. 07 tahun 2018, dan
ketentuan dalam bab – bab serta pasal – pasalnya, maka tugas BPIP
merupakan amanat yang berat bukan saja dari presiden tetapi juga sebagai
amanat Perjuangan bangsa Indonesia.
Karena itu lembaga BPIP ini tugas dan fungsinya sangat menetukan bagi
pelaksanaan Pancasila dan kelestariannya sesuai dengan cita – cita
perjuangan. Karena itu struktur organisasi dan tata kerjanya dari berbagai
aspek cukup lengkap sepadan dengan objek yang di tangani. Terdiri dari :
a. Dewan Pengarah dengan ketua dan anggota yang terdiri dari :
- Tokoh kenegaraan
- Tokoh agama dan masyarakat
- Tokoh pemerintahan, TNI, dan Kepolisian RI
- Pensiunan PNS
- Akademisi
b. Pelaksana terdiri dari Kepala dan Wakil Kepala BPIP, Sekretaris dan 5
(liama) Deputy
Struktur organisasi dan tata kerja tugas BPIP ini rasanya perlu diketahui oleh
masyarakat walaupun telah di undangkan sejak 28 Februari 2018.
Denganbegitu bisa diketahui betapa berat tugasnnya perlu respon positif dari
semua pihak baik pemerinthan maupun masyarakat.
sebagai gambaran bisa dilihat dari penjabaran sebagian bab – bab dan pasal
– pasal peraturan presiden No. 07 2018 sebagai berikut :
Dari penjabaran sebagian pokok tugas dan fungsi unsur kelembagaan BPIP,
sejak dewan pengarah kepala, dan Depute maka BPIP ini memerlukan tokok
yang mental dan fisik serta trak rekod nya prima karena itu bisa di maklumi
bahwa sejak di undangkanya peraturan presiden RI No. 07 2018 ini pada
tanggal 28 Februari 2018 masyarakat masih menanti produknya.
Padahal walaupun pemerintah telah dan tengah giat membangun
melaksanakan cita – cita proklamasi dan NKRI, toh masih ada saja isu – isu
yang mendeskrisipkan pemerintah contoh :
Sekelumit gambaran opini masyarakat yang termuat dalam koran sindo dan
surya yang terbaca terhadap prospek pancasila diantaranya
- Sindo tanggal 29 November 2016 ketua fraksi PDIP prov Jatim
mengadakan pelajaran Pancasila perlu di hidupkan lagi agar pemahaman
kebangsaan tidak luntur
Prihatin dengan lunturnya nilai Pancasila di masyarakat pemerintah
diminta menghidupkan pelajaran sejarah dan Pancasila.
- Surya 23 Agustus 2011 ketua keluarga alumni LEMHANAS mengatakan
siap memberikan sumbangsih pemikiran untuk pemerintah daerah, jadikan
Pancasila pemersatu bangsa. Para generasi muda diharap memiliki peran
aktif memahami konsepsi ketahanan nasional, perkuat ketahanan daerah
dan wujudkan ketahanan nasional
- Surya Agustus 2017 Hary Harianto Azumi ( sekjen PB Majelis Zikir Hubul
Waton / ketua umum PBPMII mengedepankan adanya ancaman krisis
Pancasila kian membesar. Aksi radikalisme yang ingin mengganti
pancasila terus mennyembul. Hasil survey Saiful Muzani Resarch &
Consulting / SMRC – Pada tanggal 14 – 20 Mei 2017 menyebut ada
sekitar 9,2% peblik menyatakan bahwa “khilafah” merupakan dasar neagar
yang terbaik bila di hirtung dari jumlah penduduk Indonesia ± 261 Juta,
maka sekitar 2,5 Juta orang menginginkan sistem khilafah. Sungguh
menhawatirkan ancaman krisis pancasila benar – benar nyata
Salah satu langkah yang ditempuh Kepala Deputy advokasi Unit kerja pembinaak
idiologi Pancasila (Prof. Dr. Hariono) dalam sosialisasi empat pilar MPRRI kepada
aparatur pemerintah di gedung DPRD Kota Malang menyatakan bahwa hasil survai
Alvara Strategi Indonesia menyebut ada 19,4 % aparatur sipil negara (AFN) tak
percaya bahwa Pancasila sebagai idiologi yang tepat bagi Indonesia. 19,4% AFN
tersebut lebih setuju dengan Khilafah. Servai dilakukan di 6 kota besar Indonesia
mulai tanggal 10 Desember – 05 Oktober 2017.
Menurut Prof. Hariono ada 5 cara membumikan Pancasila melalui
- Pemahaman Pancasila (melalui PPKN dan Kewarga Negaraan)
- Inklusi Sosial (mengikis politikasi identitas,dan menguatkan budaya
kewarga negaraan)
- Keadilan sosial (mengatasi kesenjangan sosial)
- Pelembagaan Pancasila (Regulasi berbasis idiologi Pancasila)
- Keteladanan Pancasila (sosok pahlawan Indonesia yang berkarakter
Pancasila bagi generasi muda Indonesia)

Kiranya sosialisasi tersebut perlu dievaluasi, respon dan tindak lanjutnya.


Semoga kebijaksanaan BPIP dapat lebih sempurna dan lues di terima semua
pihak demi masa depan Pancasila dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Jangan sampai seperti proses kelahiran ketetapan MPR tentang pedoman
dan penghayatan pancasila yang cukup rumit namun setelah berjalan
beberapa waktu terpaksa di tarik kembali.

Mengetahui Blitar, Oktober 2018

Konsultan Pendidikan : Perangkum / Penulis

( ) ( ) ( Djoko Soesilo )
ESTAFET KEPEMIMPINAN PANCASILA

CUPLIKAN AMANAT PROKLAMATOR CUPLIKAN


KEMERDEKAAN RI PIDATO PRESIDEN RI
(BUNG KARNO) ( IR JOKOWIDODO)
“bahwa kemerdekaan dan kedaulatan Pada pelantikan perwira remaja Polri
bangsa dan negara kita telah di akui tanggal 19 juli 2018.
sepenuhnya oleh dunia internasional Presiden menegaskan : “ tangan
Jaman baru dan perjuangan baru akan kalianlah yang akan menjalankan
tiba, tetapi jaman revolusi demikian adaptasi dan revormasi itu. Hati
pentingnya sehingga perlu kita hormati kalianlah yang akan merawat
dan kenang selama – lamanya” kedekatan dengan rakyat.
“Jangan mengira bahwa dengan Tekad kalianlah yang akan
berdirinya Negara Indonesia memerkokoh Pancasila, NKRI, dan
perjuangan telah berakhir, Tidak! Bhineka Tunggal Ika.
Bahwa saya berkata didalam Pada acara hari lahir Pancasila di
Indonesia Merdeka itu perjuangan kita Jakarta tanggal 1 Juni 2018
harus berjalan terus hanya lain sifatnya menegaskan : “adalah tugas dan
dengan perjuangan ini coraknya. Nanti tanggungjawab kita untuk memastikan
kita bersama – sama sebagai Bangsa bahwa Pancasila selalu hadir dalam
yang bersatu padu berjuang terus setiap sudut kehidupan sehari - hari
menyelenggarakan apa yang kita cita – dan pikiran kita. Pada peringatan hari
citakan didalam PANCASILA lahir Pancasila di tahun 2018 ini, kita
harus meneguhkan semangat kita
untuk bersatu, berbagi dan berprestasi
Di masa lampau bangsa kita
berkorban untuk menggali dan .
mempertahankan Pancasila Di masa kini dan masa depan kita
bersatu padu untuk melestarikan
dan mengamalkan Pancasila

Anda mungkin juga menyukai