Perlawanan rakyat Aceh terhadap Portugis dilakukan sejak tiga dekade awal abad ke-16, dan berhasil
mengusirnya dari Daya (1520), Pidie (1521), dan Pasai (1524).
Sejak kedatangannya di Malaka, Portugis dianggap sebagai saingan Aceh dalam bidang politik, ekonomi,
dan penyebaran agama.
Beberapa hal yang menyebabkan rakyat Aceh melakukan perlawanan terhadap Portugis di antaranya:
Pada 1537, Aceh untuk pertama kalinya mengirim ekspedisi ke Malaka untuk melakukan serangan
militer terhadap Portugis.
Perlawanan rakyat Aceh melawan Portugis kala itu dipimpin langsung oleh Sultan Alauddin, yang
didukung oleh sekitar 3.000 tentara.
Meski cara rakyat Aceh melakukan perlawanan terhadap Portugis masih menemui kegagalan, tetapi
Sultan belum menyerah.
Strategi perlawanan Aceh terhadap Portugis pun diperbarui. Berikut ini beberapa persiapan Aceh untuk
menghadapi Portugis.
Setelah penyerangan pertama menemui kegagalan, Aceh melancarkan serangan lanjutan pada 1547,
1568, 1573,1574, dan 1577, tetapi belum juga berhasil mengusir Portugis.
Ketika Aceh dipimpin oleh Sultan Iskandar Muda (1607-1636), kerajaan ini kembali membombardir
Malaka.
Meski sempat unggul di awal peperangan, untuk kesekian kalinya Aceh harus mengakui kekalahannya
dan Portugis masih mampu bertahan di Malaka.
Meski terus mengalami kegagalan, tidak dianggap sebagai akhir perlawanan Aceh terhadap Portugis
Perlawanan Aceh terhadap Portugis di Malaka berlangsung selama kurang lebih satu abad.
Penyebab Perlawanan Aceh Terhadap Portugis
Selama bertahun-tahun lamanya, Portugis menjadi musuh Kesultanan Aceh Darussalam yang saat itu
dipimpin Sultan Ali Mughayat Syah (1514-1528). Penyebab terjadinya perlawanan rakyat Aceh terhadap
Portugis adalah sebagai berikut:
Portugis memburu kapal-kapak dagang Aceh di Laut Merah pada 1524-1525. Beberapa kapal Aceh
tersebut ditangkap Portugis dan semakin memicu kemarahan rakyat Aceh.
1. Melengkapi kapal-kapal dagang Aceh dengan persenjataan seperti meriam dan menempatkan
prajurit untuk pengawalan.
2. Mendatangkan bantuan persenjataan, tentara, dan tenaga-tenaga ahli dari Turki.
3. Mendatangkan bantuan persenjataan dari Kalikut (India) dan Jepara.
Pada 1568, pasukan Kesultanan Aceh Darussalam menyerang Portugis di Malaka pada. Namun,
serangan ini gagal lantaran kekutan militer Portugis lebih tangguh. Setahun kemudian, gantian Portugis
menyerang Aceh namun dapat digagalkan pasukan Aceh.
Kesultanan Aceh Darussalam beserta rakyatnya terus melakukan perlawanan kepada Portugis yang
memonopoli perdagangan dan pelayaran di Selat Malaka.
Rakyat Aceh kembali menyerang Portugis pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607-1639).
Serangan di tahun 1629 itu mampu membuat Portugis di Malaka kewalahan.
Kesultanan Aceh Darussalam mempersiapkan armada laut yang memiliki kapasitas mengangkut prajurit
sampai 800 orang.
Armada Kesultanan Aceh merapat di Sumatera Timur dan Sumatera Barat saat melakukan serangan ke
Malaka. Kendati semua kekuatan telah dilancarkan, namun serangan ini belum mampu mengusir
Portugis.
Aceh tidak hanya melakukan serangan fisik. Sultan Iskandar Muda juga melakukan blokade perdagangan
agar kekuatan Portugis di Malaka goyah karena ketiadaan barang yang bisa dibawa ke Eropa.
Hanya saja, rencana ini terkendala dengan adanya beberapa raja kecil yang tetap berdagang dengan
Portugis. Mereka melakukan itu dengan diam-diam karena memerlukan uang.
Lantaran kebijakan blokade tidak berhasil sepenuhnya, maka Kesultanan Aceh Darussalam melakukan
langkah-langkah lanjutan, yakni:
Sebenarnya tidak ada pemenang dalam pertikaian antara Aceh kontra Portugis. Pada 1641, kekuasaan
Portugis di Malaka melemah seiring kehadiran VOC dari Belanda yang kemudian merebut wilayah itu.
Pengusiran Portugis dari Wilayah Aceh
Perlawanan rakyat Aceh terhadap Portugis dilakukan sejak tiga dekade awal abad ke-16, dan berhasil
mengusirnya dari Daya (1520), Pidie (1521), dan Pasai (1524). Sejak kedatangannya di Malaka, Portugis
dianggap sebagai saingan Aceh dalam bidang politik, ekonomi, dan penyebaran agama.
Persiapan Aceh
Ketika terjadi penyerangan Kerajaan Demak ke Malaka, Aceh membantunya dengan sekuat tenaga.
Persiapan Aceh diantaranya :
Pada 1568, pasukan Kesultanan Aceh Darussalam menyerang Portugis di Malaka pada. Namun, serangan
ini gagal lantaran kekutan militer Portugis lebih tangguh. Setahun kemudian, gantian Portugis
menyerang Aceh namun dapat digagalkan pasukan Aceh. Kesultanan Aceh Darussalam beserta
rakyatnya terus melakukan perlawanan kepada Portugis yang memonopoli perdagangan dan pelayaran
di Selat Malaka.
Tidak ada pemenang dalam pertikaian antara Aceh kontra Portugis. Pada 1641, kekuasaan Portugis di
Malaka melemah seiring kehadiran VOC dari Belanda yang kemudian merebut wilayah it