Anda di halaman 1dari 9

Portugis danV

A ceh vs OC
oses C e d r i c , M
a , F a n n y , J o j o ,
Che rry, D ia n
Penyerangan di Malaka
Pada masa tahun 1500-1600 terjadi persaingan bandar perdagangan antara Aceh, Johor dan Malaka yang
dikuasai oleh Portugis. Aceh dipimpin oleh seorang pemimpin bernama Sultan Iskandar Muda. Di masa
pemerintahannya ia berhasil menakhlukan berbagai wilayah seperti di Aru dan di Johon hingga
menyebabkan Aceh menjadi negara yang terkuat di Nusantara bagian barat.

Penyerangan Aceh di Malaka mengalami kekalahan yang besar hingga kehilangan seluruh kapalnya
dengan 19.000 prajuritnya. Dari peristiwa itu, Aceh tidak ingin menyerang Malaka. Di samping itu Aceh
tidak bisa menjadi kerajaan besar karena adanya intrik-intrik yang dijalankan di dalam istananya sendiri,
baik yang berada di dalam kekuasaan elit maupun di daerah, hingga sepeninggal Sultan Iskandar Muda,
Johor akhirnya berhasil menegakan pengaruhnya kembali di Semenanjung Malaya dan kawasan bagian
Selatan.

Johor bekerjasama dengan VOC untuk menguasai Malaka. Pada tahun 1551, Johor dengan berani
menguasai Malaka dan munculah persekutuan Johor-VOC yang melawan kedudukan Portugis di
Nusantara, hingga pada tahun 1641, VOC berhasil menduduki Malaka.
Penyebab perlawanan
Aceh terhadap Portugis
Malaka adalah pintu gerbang lalu lintas pelayaran dan perdagangan dunia, di
mana para pedagang dari Barat dan Timur saling bertemu. Jatuhnya Malaka ke
tangan Portugis pada 1511 membawa dampak sangat besar bagi dunia. Salah satu
pihak yang terdampak kekuasaan Portugis di Malaka adalah Kerajaan Aceh, yang
pusat pemerintahannya berada di ujung barat Pulau Sumatera dan sangat dekat
dengan Malaka.

Monopoli perdagangan Portugis di Malaka memberikan keuntungan bagi


kemajuan Kerajaan Aceh, karena pelabuhannya semakin ramai dikunjungi para
pedagang Islam yang tidak lagi berdagang di Malaka. Pada perkembangannya,

!!
Aceh dan Portugis menganggap satu sama lain sebagai saingan dalam bidang

R
politik, ekonomi, dan penyebaran agama. Bangsa Portugis kemudian memblokade

A
perdagangan Aceh dan melakukan penangkapan kapal-kapal Aceh. Karena itulah,
Kerajaan Aceh memberi perlawanan terhadap kedudukan Portugis di Malaka.
Mengapa Aceh menyerang
Portugis di Malaka

Portugis
Keinginan Aceh
melakukan
menguasai jalur Portugis
Ambisi Portugis blokade terhadap
perdagangan di melakukan
untuk perdagangan
Selat Malaka penangkapan
memonopoli Aceh
kapal-kapal
perdagangan Aceh
Aceh DIE
Jalannya perang Aceh-
Portugis
Pada 1523 dan 1524, Portugis mengirim pasukan untuk menyerang Aceh, tetapi gagal. Pada
1537, giliran Kerajaan Aceh untuk pertama kalinya mengirim ekspedisi ke Malaka untuk
menggempur kedudukan Portugis. Perlawanan rakyat Aceh melawan Portugis kala itu
dipimpin langsung oleh Sultan Alauddin Riayat Syah (1537-1568), yang didukung oleh
sekitar 3.000 tentara. Meski perjuangan rakyat Aceh memerangi Portugis menemui
kegagalan, Sultan Alauddin belum menyerah.
Sultan Alauddin memperbarui strategi perlawanannya dengan meminta bantuan
dari Kekaisaran Turki Usmani, yang saat itu dikenal sebagai imperium Islam
terkuat di dunia. Pada 1560-an, Sultan Alauddin fokus membangun hubungan
diplomatik dengan Kekaisaran Ottoman agar dibantu mengusir Portugis dari
Malaka. Melalui surat-suratnya, Sultan Alauddin mengajukan bantuan berupa alat-
alat perang, pasukan, dan tenaga ahli seperti pelatih kuda dan para insinyur yang
ahli membuat benteng serta kapal perang.
Jalannya perang Aceh-
Portugis
Sultan Salim II, yang baru saja menjadi sultan Ottoman, menyatakan
kesiapannya memberi bantuan yang diperlukan serta berjanji
armadanya akan dikirim ke Aceh untuk berperang mengalahkan
bangsa Portugis dan merebut pulau-pulau yang dikuasainya. Alasan
sultan Turki membantu Aceh adalah komitmen untuk melindungi
kaum Muslim dan hukum Islam dari pusaran bangsa Eropa (khususnya
penguasa Kristen), dalam hal ini Portugis. Sultan Salim II mengirim 15
kapal induk (kadirga) dan dua kapal perang (barca), ahli pembuat
meriam, tujuh penembak meriam, senapan dan peralatan perang
lainnya ke Aceh. Bantuan Sultan Ottoman tidak hanya sebatas pasukan
dan pemberian persenjataan siap pakai. Pengiriman tenaga ahli berarti
mentransmisikan keilmuan dan keterampilan Kekaisaran Utsmani di
Aceh, khususnya di bidang militer dan pertahanan. Oleh para ahli dari
Turki, orang-orang Aceh diajari untuk menempa meriam sendiri.
Jalannya perang Aceh-
Portugis
Menurut catatan yang ditulis Laksamana Portugis Fernao Mendes Pinto, armada Kesultanan
Utsmaniyah yang pertama tiba di Aceh, 300 pasukan yang terdiri dari orang Turki, Mesir,
Swahili, Somalia dan India, serta sekitar 200 pelaut. Armada yang dikirim sultan Ottoman tidak
semuanya tiba, karena banyak di antaranya yang dialihkan untuk melawan pemberontakan di
Yaman. Pada 1566-1567, hanya dua kapal yang tiba di Aceh, sementara beberapa lainnya
menyusul. Terkait persenjataan, sejumlah sumber Eropa memberitakan bahwa pada 1620, sultan
Aceh memiliki 2.000 meriam, di mana 800 di antaranya berukuran besar. Meriam-meriam
tersebut ada yang didapatkan langsung dari Kesultanan Turki Utsmani, ada pula yang dibuat di
Aceh dengan arahan para tenaga ahli dari Turki. Berbekal peralatan perang yang dikirim
Kekaisaran Ottoman, Kerajaan Aceh melancarkan serangan lanjutan terhadap Portugis di
Malaka pada 1568, 1573,1574, dan 1577. Ketika Aceh dipimpin oleh Sultan Iskandar Muda
(1606-1636), kerajaan ini kembali membombardir Malaka.
Akhir perlawanan rakyat
Aceh terhadap Portugis
Selama abad ke-16 hingga awal abad ke-17, Bantuan-bantuan dari Kekaisaran Ottoman hanya
membuat Kerajaan Aceh mempertahankan diri untuk waktu yang sangat lama dalam
menghadapi Portugis. Menurut Ricklefs, salah satu penyebab kegagalan serangan Aceh terhadap
Portugis di Malaka adalah mandeknya perkembangan militer kerajaan akibat pertikaian
internal. Antara 1571 hingga 1607 misalnya, Kerajaan Aceh dipimpin oleh delapan sultan secara
bergantian, bahkan dua di antaranya bukan keturunan pendiri kerajaan. Secara umum,
perlawanan Aceh yang berlangsung sekitar satu abad terus mengalami kegagalan karena konflik
internal kerajaan yang membuat strategi perlawanan terhadap Portugis tidak maksimal. Selain
itu, persenjataan dan kapal perang dari Kekaisaran Ottoman juga belum mampu mengungguli
kekuatan militer bangsa Portugis. Meski Malaka tidak dapat direbut dari tangan Portugis,
bangsa Portugis juga gagal meruntuhkan dominasi Kerajaan Aceh. Kerajaan Aceh bahkan dapat
mempertahankan kebesarannya hingga Portugis diusir oleh VOC dari Malaka pada 1641.
Refleksi Kelompok:

Refleksi dari materi ppt kami, kami jadi lebih tau tentang
perlawanan Aceh vs Portugis dan VOC. Disini kami banyak
mengetauhi asal mulai atau penyabab munculnya perlawanan ini,
Akibat adanya kesewenang–wenangan Bangsa Barat khusnya
Portugis dan VOC, timbullah perlawanan dari rakyat pribumi
untuk mengusir dan menghapus segala bentuk
kejahatan,kesewenang–wenangan, dan penjajahan yang tidak
berperikemanusiaan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai