Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH AKIDAH AKHLAK

DISUSUN OLEH :

NAMA :

RADHA KHAIRUNNISA

KELAS :

XII MIA 2

KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA


MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 KOTA SUNGAI PENUH
TAHUN 2021

1
KATA PENGANTAR

Pertama-tama marilah kita ucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT.


Atas berkatrahmat dan karunia-Nya, penulisan makalah ini dapat diselesaikan
tepat waktu. Alhamdulillah dengan semangat yang tinggi pula merupakan
modal bagi kami untuk dapat menyelesaikan makalah ini.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memberikan wawasan dan
tambahan pengetahuan tentang Akidah Akhlak. Semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat yang banyak tidak hanya bagi diri sendiri maupun orang
lain. Dalam penulisan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada teman-
teman yang telah ikut serta membantu sehingga makalah ini dapat
diselesaikan tepat pada waktunya dan kami mohon maaf apabila dalam
penulisan makalah ini masih ada kesalahan. Karena sesungguhnya kami
sadari bahwa tidak ada satu pun yang sempurna di dunia ini kecuali Allah
ta’ala yang telah menciptakan alam semesta dan seisinya.
Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dan berguna
untuk pembaca. Kami juga dengan senang hati menerima kritik dan saran
yang membangun guna untuk memperbaiki setiap kekurangan dari makalah
ini.
Penyusun

Radha Khairunnisa

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Allah SWT adalah dzat yang maha perkasa, keperkasaan Allah
tiada bandingannya tidak terbatas dan bersifat kekal. Allah SWT
menciptakan alam semesta ini untuk kepentigan umat manusia, dalam
menciptakan alam Allah tidak pernah meminta bantuan terhadap
mahluk lain, oleh karena itu kita sebagai hamba Allah hendaknya selalu
memuliakan-Nya, kemampuan Allah dengan cara selalu mentaati
seagala apa yang telah diperintahkan-Nya dan juga menjauhi segala
sesuatu yang telah di larang-Nya.
Kemampuan Allah dalam menciptakan alam beserta isinya
merupakan wujud dari Asmaul Husna yaitu Al-Aziz, Allah memiliki 99
Asma’ul Husna, termasuk di antaranya ialah Al-Ghaffar, Ar-razak, Al-
malik, Al-hasib, Al-Hadi, Al-khaliq, dan Al-hakim. Nama-nama tersebut
telah disebutkan dalam Al-Qur’an bahwa Adanya Asmaul Husna sebagai
bukti bahwa Allah maha perkasa dan maha bijaksana, untuk itu maka
kita wajib mengamalkan Asmaul Husna ke dalam kehidupan sehari-
hari.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Asmaul Husna Al-‘Afuww, Ar-Razzaq, AL-Malik, Al-
Hasib, Al-Hadi, Al-Khaliq, Al-Hakim
2. Bagaimana Nilai-nilai Asmaul Husna Al-‘Afuww, Ar-Razzaq, AL-Malik,
Al-Hasib, Al-Hadi, Al-Khaliq, Al-Hakim
3. Bagaimana Pentingnya Menjaga Kerukunan
4. Bagaimana Menghindari Sifat Tercela
5. Bagaimana Adab-Adab Bergaul Dalam Islam
6. Bagaimana Keteladanan Empat Imam Mazhab Fikih

3
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Asmaul Husna Al-‘Afuww, Ar-Razzaq, AL-Malik,
Al-Hasib, Al-Hadi, Al-Khaliq, Al-Hakim
2. Untuk mengetahui Nilai-nilai Asmaul Husna Al-‘Afuww, Ar-Razzaq,
AL-Malik, Al-Hasib, Al-Hadi, Al-Khaliq, Al-Hakim
3. Untuk mengetahui Nilai Pentingnya Menjaga Kerukunan
4. Untuk mengetahui Cara Menghindari Sifat Tercela
5. Untuk mengetahui Adab-Adab Bergaul Dalam Islam
6. Untuk mengetahui Keteladanan Empat Imam Mazhab Fikih

4
BAB II

PEMBAHASAN

I. Nilai-nilai Asmaul Husna Al-‘Afuww, Ar-Razzaq, AL-Malik, Al-Hasib,


Al-Hadi, Al-Khaliq, Al-Hakim
A. Al-‘Afuww
 Pengertian
Secara bahasa kata al-’Afuww berarti menghapus, menghilangkan
sampai akar, dan memaafkan. Sebagai nama Allah Swt., maka
al-’Afuww berarti yang Maha Pemaaf. Memaafkan semua
kesalahan yang dilakukan oleh hamba-Nya. Allah Swt. Memaafkan
dengan menghapus dan menghilangkan dosa-dosa hamba-Nya
sampai ke akar dengan tidak menimpakan hukuman atau sanksi
kepadanya. Allah Swt. memberikan maaf kepada siapa pun yang
dikehendaki. Sungguh, Allah Swt. telah memaafkan begitu banyak
kesalahan hamba-Nya, tanpa mereka meminta. Karena jika tidak
dimaafkan, manusia sudah pasti binasa dengan setiap dosa yang
dilakukannya. Allah SWT.
B. Ar-Razzaq
 Pengertian
Al-Razzaq diambil dari kata razaqa atau rizq, yakni rezeki. Hanya
saja makna Rezeki mengalami pengembangan makna sehingga ia
juga dapat berarti adanya pangan, terpenuhinya kebutuhan,
honor seseorang, ketenangan ataupun hujan serta makna-makna
lainnya. Dengan demikian rezeki berarti segala pemberian dari
Allah SWT yang dapat dimanfaatkan baik berupa fisik, maupun
non fisik.
 Meneladani Nilai-nilai Asmaul Husna
a. Setiap orang sudah dijamin rezekinya
b. Berusaha secara maksimal dan qona’ah
c. Mengantarkan rezeki kepada orang lain

5
C. AL-Malik
 Pengertian
AlMalik secara umum diartikan dengan kata raja atau penguasa.
Kata alMalik terdiri dari huruf Mim Lam Kaf yang rangkaiannya
mengandung makna kekuatan dan Keshahihan. Kata alMalik di
dalam alQur’an terulang sebanyak lima kali dan biasanya
diartikan dengan arti raja. Dua dari ayat tersebut disandingkan
kepada kata al- Haq yang berarti pasti dan sempurna. Hal ini
karena kerajaan Allah Swt abadi dan sempurna tidak seperti
kerajaan manusia.
 Meneladani Nilai-nilai Asmaul Husna
a. Manusia memiliki keterbatasan kepemilikan terhadap sesuatu
b. Pengendalian nafsu
c. Bersyukur terhadap nikmat Allah

D. Al-Hasib
 Pengertian
AlHasib secara etimologi berasal dari kata hasiba dengan tiga
huruf Arab ha, sin dan ba. Setidaknya terdapat empat kata dalam
bahasa Arab, yaitu menghitung, mencukupkan, bantal kecil dan
penyakit yang menimpa kulit shingga kulit menjadi putih. Hanya
saja makna ketiga dan keempat dari kata alHasib tidak mungkin
dilekatkan kepada Allah SWT.
 Meneladani Nilai-nilai Asmaul Husna
a. Tenang dan tentram bersama dengan Allah SWt
b. Melakukan amal shalih semata-mata karena Allah
c. Melakukan intropeksi diri secara terus-menerus

6
E. Al-Hadi
 Pengertian
Secara etimologi kata alHadi diambil dari akar kata hadaya,
yaitu huruf ha, dal dan ya. Ia dapat diartikan dengan penunjuk
jalan karena ia selalu berada di depan memberi petunjuk. Tongkat
bagi orang-orang tertentu misalnya orang buta dapat dikatakan
sebagai alHadi karena ia digunakan mendahului kakinya sebagai
petunjuk ke mana kaki harus melangkah. Selain itu alHadi juga
dapat berarti menyampaikan dengan lemah lembut. Dari makna
ini terlahir istilah hadiah karena hadiah biasanya disampaikan
dengan kelembutan sebagai bentuk simpatik seseorang pada
orang lain. Dari kata tersebut juga terlahir kata alhadyu yang
berarti binatang yang disembelih di baitullah sebagai
persembahan. Dalam al-Qur’an kata alHadi yang diserta dengan
alif dan lam tidak ada.
 Meneladani Nilai-nilai Asmaul Husna
a. Meyakini bahwa petunjuk Allah SWT banyak sekali
b. Meyakini bahwa agama merupakan petunjuk atau hidayah
tertinggi
c. Memberikan petunjuk kepada orang lain dengan sungguh-
sungguh dan tanpa pamrih

F. Al-Khaliq
 Pengertian
AlKhaliq secara etimologi berasal dari kata khalq atau
khalaqa yang berarti mengukur atau menghapus. Kemudian
makna ini berkembang dengan arti menciptakan dari tiada,
menciptakan tanpa suatu contoh terlebih dahulu, mengatur dan
membuat. Kata Al Khaliq ditemukan delapan kali di dalam al
Qur’an dan merujuk kepada Allah Swt. Semenatra kata khalq

7
dengan berbagai bentuknya terulang 150 kali dan secara umum
mempertegas kehebatan dan kebesaran Allah Swt dalam
ciptaanNya. Menurut al-Ghazali meskipun kata AlKhaliq sama
dengan AlBari’ yang berarti pencipta, tetapi keduanya memiliki
makna masing-masing. AlKhaliq berarti Allah Swt mewujudkan
sesuatu dengan ukuran yang ditetapkan. Sementara AlBari’
mewujudkan dari tidak ada menjadi ada saja. Sedangkan Al
Mushawwir Dzat yang memberi rupa.
 Nilai nilai Asmaul Husna
a. Menciptakan hal-hal baru yang lebih inovatif
b. Meyakini bahwa Allah SWT pencipta hakiki

G. Al-Hakim
 Pengertian
AlHakim berasal dari akar kata hakama yang terdiri dari huruf ha,
kaf dan mim yang maknanya secara umum berarti menghalangi.
Seperti kata hukum yang biasanya digunakan untuk menghalangi
penganiayaan seseorang pada orang lain. Selain itu tali kendali
yang digunakan untuk mengendalikan hewan. Di dalam bahasa
Arab disebut dengan hakamah karena seseorang yang
mengendalikan hewan dapat menghalangi hewan yang
bersangkutan untuk menuju arah yang diinginkan. Demikian
pula kata istilah hikmah yang digunakan untuk sesuatu yang
bijaksana yang apabila diperhatikan insya Allah seseorang akan
selamat. Di dalam al Qur’an kata AlHakim terulang 97 kali dan
semuanya mengacu kepada sifat Allah. AlHakim dipahami oleh
mayoritas ulama Allah Swt sebagai Dzat yang memiliki hikmah.
Sementara hikmah berarti mengetahui hal yang paling asasi, baik
dari sisi pengetahuan atau perbuatan. Selain itu hikmah juga bisa
diartikan sesuatu yang apabila digunakan pelakunya tidak akan

8
tertimpa malapetaka, melainkan ia akan mendapatkan kebajikan
yang besar.
 Nilai-nilai Asmaul Husna
a. Memperdalam ilmu pengetahuan
b. Bertindak professional dalam hal apapun
c. Bersikap bijaksana

D. Rangkuman
 AlRazzaq berarti Allah Swt Dzat Yang Memberikan Rezeki berulang kali
dengan berbagai variasi rezeki yang ada kepada mahluk-mahluk-Nya di
dunia. Bukan hanya itu, selain memberikan rezeki, Allah Swt juga
menciptakan sosok yang menerima rezeki. Dari sifat alRazzaq
seharusnya kita meyakini bahwa Allah Swt telah memberikan rezeki
kepada kita. Oleh karena itu kita harus senantiasa bersemangat, sabar
dan ikhlas serta qana’ah dalam mencari dan membelanjakan rezeki
yang telah diberikan oleh Allah Swt di jalan yang diridhai. Selain itu
semakin sering mengantarkan rezeki kepada orang lain, maka semakin
meneladani sifat alRazaq tersebut.
 AlMalik Berarti Allah Swt Dzat Yang Memiliki atau menguasai segala
sesuatu. Dari sifat alMalik seharusnya kita disiplin dan memiliki target
di dalam menggapai prestasi dengan bekerja keras secara maksimal.
Seandainya target tersebut belum tercapai, maka kita tidak boleh putus
asa karena kemampuan manusia yang terbatas dan mengembalikannya
kepada Allah Swt sebagai pemilik hakiki. Seandainya memiliki harta
berlimpah, maka hendaklah seseorang tidak dikendalikan oleh hawa
nafsunya melainkan bersyukur terhadap nikmat yang telah diberikan.
 AlHasib berarti Allah Swt Dzat Yang Mencukupi. Sifat ini tidak dapat
disandang kecuali oleh Allah Swt sendiri, karena hanya Allah yang
dapat mencukupi. Dari sifat alHasib hendaknya seseorang harus
merasa nyaman karena rezekinya sudah dicukupi oleh Allah Swt dan

9
dengan rezekinya itu ia beramal shalih dan setelah itu melakukan
introspeksi secara terus-menerus terhadap apa yang dilakukan.
 AlHadi berarti Allah Swt Dzat Pemberi Petunjuk. Petunjuk atau
hidayah-Nya kepada hamba-hamba-Nya merupakan petnjuk yang
tertinggi dan ia bermacam- macam sesuai dengan apa yang dikehendaki
oleh makhlukNya. Melalui sifat alHadi ini hendaknya kita senantiasa
menyampaikan ilmu yang telah kita dapatkan dan berupaya di
manapun menjadi cahaya bagi orang lain.
 AlKhaliq berarti Allah Dzat Yang Mencipta Allah menciptakan setiap
makhlukNya dengan ukuran yang tepat dan proporsional. Alalh Swt
adalah pencipta hakiki. Meneladani alKhaliq Allah dengan menjadi
hamba yang kreatif dan inovatif, yaitu dengan menciptakan hal-hal
yang baru demi kebaikan dan kemaslahatan umat manusia.
 AlHakim berarti Allah Swt Dzat Yang Bijaksana. Dengan hikmah yang
dimiliki Allah sudah tepat dalam memposisikan segala sesuatu.
Meneladani sifat alHakim adalah dengan mengejawantahkan sifat-sifat
terpuji seperti disiplin, adil, bijaksana dan profesional dalam kehidupan
sehari-hari.

II. Pentingnya Menjaga Kerukunan


A. Tasamuh
Menurut istilah, tasamuh adalah saling menghormati dan
menghargai antar manusia dengan manusia lainnya. Dapat
disimpulkan, tasamuh ialah akhlak terpuji dalam pergaulan di mana
ada rasa saling menghormati dan menghargai antara satu dengan
lainnya tetapi masih dalam batas-batas yang digariskan oleh ajaran
agama Islam.
Terdapat beberapa manfaat tasamuh, di antaranya sebagai
berikut:
1. Mempererat persatuan dan kesatuan antar sesama manusia.

10
2. Mempermudah urusan dalam kehidupan bermasyarakat.
3. Mengembangkan sikap menghargai dan menghormati serta
tenggang rasa terhadap sesama manusia.
4. Menjaga norma-norma agama, sosial dan adat istiadat.
5. Menjaga dan menghormati hak dan kewajiban orang lain.
6. Menumbuhkan sikap bertanggungjawab terhadap lingkungan
masyarakat.

B. Musawah
Secara etimologi musawah berarti sama tidak kurang dan tidak
lebih. Sedangkan secara terminology musawah berarti persamaan
seluruh manusia di dalam hak dan kewajiban tanpa ada pemisahan
atau perbedaan yang didasarkan pada kebangsaan, kelas, aliran,
kelompok, keturunan pangkat atau harta dan hal lainnya.
Islam memandang bahwa prinsip musawah sebagai salah satu prinsip
ajaran agama yang luhur yang berangkat dari eksistensi manusia yang
berasal dari nabi Adam As. Hal inilah yang mematahkan prinsip kelas-
kelas yang terjadi di masyarakat. Hal inilah yang menempatkan
musawah sebagai nilai keagamaan sekaligus sebagai nilai peradaban
kemanusiaan.

 Ibadah-Ibadah Yang Mengandung Prinsip Musawah


Seluruh jenis ibadah di dalam Islam mengandung prinsip
musawah. Dalam shalat misalnya seluruh umat Islam berkewajiban
memenuhi panggilan Allah Swt dengan melaksanakan shalat. Setelah itu
mereka masuk ke dalam masjid membentuk shafshaf yang lurus. Diri
mereka bersatu di dalamnya, tidak ada perbedaan antara kaya dan
miskin, antara yang lemah dan yang kuat dan antara pejabat dan rakyat
dan hal ini bersifat harian.

11
Zakat dalam Islam disyariatkan memiliki hikmah yaitu untuk
mensucikan harta. Selain itu zakat diwajibkan kepada orang-orang yang
memiliki harta banyak sebagai upaya untuk menempuh persamaan
derajat sehingga tidak terpaut jurang pemisah yang terlalu jauh antara
si kaya dan si miskin.
Ibadah haji juga demikian. Semua orang berkumpul di padang
Arafah misalnya dengan pakaian yang sama, tidak ada perbedaan
antara si kaya dan si miskin antara pejabat dan rakyat biasa antara
orang yang berkulit hitam dan berkulit putih. Semuanya berada dalam
tempat dan poisis yang sama di hadapan Allah Swt. Rasululullah Saw
menolak tradisi suku Quraisy yang membedakan diri dengan suku-
suku lainnya dalam melaksanakan ibadah haji.
C. Tawasuth
Tawassuth adalah sikap netral yang berintikan pada prinsip hidup
menjunjung tinggi nilai keadilan di tengah-tengah kehidupan bersama,
tidak ekstrim kiri ataupun ekstrim kanan. Sikap ini dikenal juga dengan
sebutan moderat (al-wasathiyyah).
Ada lima alasan mengapa sikap tawassuth dianjurkan ada pada
diri seorang Muslim, yaitu:
 Sikap tawassuth dianggap sebagai jalan tengah dalam
memecahkan masalah, maka seorang Muslim senantiasa
memandang tawassuth sebagai sikap yang paling adil dalam
memahami agama.
 Hakikat ajaran Islam adalah kasih sayang, maka seorang Muslim
yang bersikap tawassuth senantiasa mendahulukan perdamaian
dan menghindari pertikaian.
 Pemeluk agama lain juga mahluk ciptaan Allah yang harus
dihargai dan dihormati, maka seorang Muslim yang bersikap
tawassuth senantiasa memandang dan memperlakukan mereka
secara adil dan setara

12
 Ajaran Islam mendorong agar demokrasi dijadikan alternatif dalam
mewujudkan nilai-nilai kemanusiaan, maka Muslim yang bersikap
tawassuth senantiasa mengutamakan nilai-nilai kemanusiaan dan
demokrasi.
 Islam melarang tindakan diskriminasi terhadap individu atau
kelompok. Maka sudah sepatutnya seorang Muslim yang bersikap
tawassuth senantiasa menjunjung tinggi kesetaraan.

D. Ukhuwah
Ukhuwah dalam kamus bahasa Indonesia berarti persaudaraan.
Secara umum ukhuwah adalah persaudaraan, kerukunan, persatuan
dan solidaritas yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain.
Persaudaraan yang dilakukan oleh umat Islam diistilahkan
dengan istilah ukhuwah islamiyah yang berarti persaudaraan yang
didasarkan pada agama Islam. Dengan demikian ukhuwah islamiyah
merupakan bentuk persaudaraan yang lintas wilayah dan kebangsaan.
Jadi siapapun orangnya dan dari mana saja asalnya selagi ia seorang
muslim, maka ia adalah bersaudara.

III. Menghindari Sifat Tercela


A. Nifaq
Nifaq berasal dari kata nafiqa yang berarti lubang tempat
keluarnya hewan sejenis tikus dari sarangnya. Ada yang berpendapat ia
berasal dari kata nafaq yaitu lobang tempat bersembunyi. Nifaq secara
bahasa berarti ketidaksamaan antara lahir dan batin. Menurut Ibnu
Rajab nifak secara bahasa bersinonim dengan kata mencela, berbuat
makar dan menampakkan kebaikan serta menyembunyikan kejahatan.
Orang yang melakukan perbuatan nifak disebut dengan munafik.
 Macam-macam Nifaq
1. Nifak akbar atau nifak besar ini adalah ketika seseorang
menampakkan keimanannya kepada Allah Swt, para malaikat,

13
kitab suci, rasul dan akhir, tetapi sebenarnya ia tidak percaya dan
menolak dengan seluruh hal tersebut. Sifat nifak inilah yang
dahulu ada di masa Rasulullah Saw dan Allah telah mencela
mereka serta pelakunya kelak akan ditempatkan di neraka paling
bawah.
2. Nifak ashgar atau nifak kecil berarti manakala seseorang
menampakkan secara jelas segala amal-amal yang baik(tidak
termasuk di atas) hanya saja sesungguhnya ia tidak seperti itu
bahkan bertolak belakang.
 Tanda-tanda Nifaq
1. Bila Berbicara, Ia berdusta
2. Bila Berjanji, Ia Tidak Menepati
3. Bila Bertengkar, Ia Berbuat Dosa
4. Bila Mengikat Perjanjian, Ia Mengingkari
5. Bila Diberi Amanah, Ia Khianat

B. Keras Hati (Qaswah Al-Qalb)


Dalam memahami arti dari keras hati, Amin Syukur dalam terapi
hati mengatakan bahwa Imam al-Ghazali menjelaskan tentang tiga
macam hati, yaitu:
 Hati yang sehat, tandanya adalah iman yang kuat dan
pengamalan yang konsisten.
 Hati yang sakit, tandanya adalah adanya keimanan, ibadah,
namun ternodai dengan keburukan dan kemaksiatan.
 Hati yang mati, tandanya adalah mengeras dan membatunya hati
karena banyak kemaksiatan yang diperbuat.

Untuk menghindarkan diri dari kerasnya hati, maka kita dapat


melakukan beberapa hal yang telah dikatakan oleh Imam al-Qusyairi
yang dinukilkan dari Syaikh Ibrahim al-Khawas, yaitu:
 Membaca al-Qur`an disertai dengan perenungan.

14
 Mengatur pola makan agar perut tidak kenyang.
 Bangun malam.
 Merendahkan diri di hadapan Allah pada akhir malam.
 Bergaul dengan orang-orang saleh.
 Berempati kepada orang lain.

C. Gadhab
Ghadab secara etimologi berarti marah. Marah dalam pengertian
ghadab bersifat negatif. Dalam kamus bahasa Indonesia marah berarti
merasa atau perasaan tidak senang dan panas karena dihina atau
diperlakukan kurang baik dan lain sebagainya. Marah secara umum
mengakibatkan terganggunya aktualisasi diri di dalam kehidupan dan
marah merupakan penyakit jiwa yang ada di dalam diri manusia.
Seorang mukmin yang baik selalu siap untuk memaafkan
kesalahan orang lain trutama saudaranya Allah SWT menjelaskan
bahwa menahan amarah adalah salah satu cara untuk bertakwa.
Ghadab atau marah juga sifat alamiah yang ada pada manusia
dan islam mengajarkan untuk bisa mengendalikan marah seperti apa
yang sudah di ajarkan oleh Nabi Muhammad SAW, Orang yang benar-
benar takut akan dapat mengendalikan diri ketika mereka marah.
Amarah itu adalah suatu perbuatan yang terlarang Allah SWT
sangat membenci orang yang memiliki sifat gadab atau pemarah.
 Contoh Perilaku Ghadab Atau Marah
 Sangat mudah terpancing emosi
 Sering melakukan perbuatan yang kasar
 Mudah menghina dan mencaci orang
 Menganggap semua masalah dapat diselesaikan dengan baik
 Sering mengatakan kata kasar dan kotor
 Ciri Perilaku Ghadab
 Berprilaku yang sangat di larang oleh Allah SWT

15
 Melakukan tindakan yang buruk dan sering melakukan
kesehatan
 Melakukan tindakan yang berbahaya dan terlarang
 Cara Menghindari Perilaku Ghadab
 Harus meninggalkan sesuatu perbuatan yang dapat
membuat kesal
 Harus dapat melihat bahwa masalah dapat diselesaikan
dengan baik tanpa adanya kemarahan
 Harus berusaha selalu bersabar dan berprilaku lemah
lembut dan selalu mendekatkan diri kepada Alloh
 Harus sering membaca Alqur’an dan sring mengingat Allah
SWT
 Harus sering puasa dan kurangi bergaul dengan hal yang
buruk
 Harus menyadari bahwa perilaku marah sangat dibenci oleh
Allah SWT

IV. Adab-adab Bergaul dalam Islam


A. Adab Bergaul Terhadap Teman Sebaya
Dalam bahasa Arab bergaul diartikan dengan shuhbah yang
diambil dari kata shahiba yang berarti pertemanan. Dalam bahasa
Indonesia bergaul berarti campur. Sementara teman sebaya dalam
kamus besar bahasa Indonesia teman sebaya diartikan sebagai
kawan, sahabat atau orang yang usia hampir sama.
Dengan demikian yang dimaksud dengan bergaul sesama
teman sebaya adalah pertemanan seorang individu dengan individu
lainnya (anak-anak, usia remaja atau dewasa) yang tingkat usianya
hampir sejajar.
Pergaulan remaja memiliki ciri khas tersendiri. Seorang
remaja memiliki kebutuhan yang kuat untuk diterima oleh teman

16
sebayanya. Akibatnya mereka akan senang apabila diterima dan
sebaliknya akan tertekan dan cemas apabila tidak diterima atau
dikucilkan oleh teman-teman sebayanya. Bagi seorang remaja
pandangan teman-teman sebanya terhadap dirinya merupakan
hal yang sangat penting.
Teman sebaya dalam pandangan seorang remaja misalnya
merupakan kelompok baru yang memiliki cirri khas, norma dan
kebiasaan tersendiri yang sangat berbeda dengan lingkungan
keluarganya. Kelompok teman sebaya ini akan menjadi
lingkungan sosial pertama dimana seorang remaja akan belajar
untuk hidup bersama dengan orang lain yang bukan merupakan
anggota keluarganya. Di sinilah seorang remaja dituntut untuk
memiliki kemampuan baru dalam menyesuaikan diri dan dapat
dijadikan dasar dalam melakukan interaksi sosial dalam cakupan
yang lebih besar.
Di antara fungsi terpenting dari kelompok teman sebaya
sebagai sumber informasi, tempat curhat serta tempat
mengekspresikan jati diri. Seorang remaja bersama dengan teman
sebayanya akan selalu berusaha memunculkan eksistensi dirinya.
 Adab bergaul terhadap Teman Sebaya
1. Saling Menghormati
2. Tolong Menolong
3. Cinta dan Kasih Sayang
4. Saling Menasehati

B. Adab Bergaul Terhadap Orang Yang Lebih Tua


Islam telah menganjurkan pemeluknya untuk menghormati
orang yang lebih tua dan menyayangi sosok yang lebih muda.
Dalam kamus bahasa Indonesia orang yang lebih tua yaitu orang
yang dipandang tua atau berpengalaman seperti orang tua, para

17
pemimpin dan para penasihat.
Orangtua misalnya memiliki peran yang sangat penting
dalam membesarkan anaknya. Orangtua adalah orang yang
bertanggung jawab dalam suatu keluarga atau tugas rumah
tangga yang dalam kehidupan sehari-hari disebut sebagai bapak
dan ibu.
Orang yang lebih tua harus dihormati karena mereka adalah
sumber keberkahan dan memiliki banyak pengalaman, lebih
matang dalam berpikir dan menimbang sesuatu serta tidak
terburu-buru dalam memutuskan sesuatu. Berbeda dengan para
pemuda yang cenderung lebih emosional, terburu-buru dan masih
kurang pengalaman.
Bagi seseorang orang tua khususnya ayah adalah figur yang
diteladani. Dari sosok ayah inilah pengarai anak terbentuk. Sudah
merupakan keharusan bagi seorang anak untuk menghormati
ayah yang dijadikan teladan tersebut.
Sementara ibu adalah juga salah satu dari kedua orang tua.
Ibu merupakan tumpuan kasih sayang seorang anak. Terdapat
ungkapan yang menyatakan bahwa kasih ibu sepanjang jalan.
Perbandingan seorang ibu dengan ayah yaitu adalah tiga
berbanding satu khususnya dalam perhatian dan kasih sayang.

 Tata cara bergaul dengan orang yang lebih tua


1. Berlaku Sopan
2. Berkata Santun
3. Menolak dengan Halus Perintah Buruk
4. Menghormati dengan Ikhlas
5. Mendahulukan Orang Yang Lebih Tua

 Larangan Bergaul Dengan Orang Lebih Tua

18
1. Melawan atau Durhaka

C. Adab Bergaul Terhadap Orang Yang Lebih Muda


Pemuda dalam bahaa Arab disebut dengan syabab atau fata.
Hal tersebut dapat dijumpai di dalam al-Qur’an dan hadis nabi.
Sementara dalam bahasa Indonesia pemuda berarti orang
yang belum sampai setengah umur dan merupakan lawan kata
dari tua.
Orang yang lebih muda yang dimaksud di sini adalah anak
kecil atau remaja dan para pemuda.
Dalam bergaul dengan anak kecil Rasulullah Saw memberi
teladan saat beliau mencium Hasan dan Husein di hadapan al
Aqra bin Habis yang terheran-heran lalu ia berkata:”Wahai
Rasulullah Saw saya mempunyai sepuluh orang anak, tetapi tidak
ada seorangpun yang pernah aku cium seperti engkau ini”.
Rasulullah Saw memandangnya dan berkata:“Barangsiapa yang
tidak menyayangi sesama manusia, niscaya tidak akan disayangi
oleh Allah”.(HR. Bukhari Muslim)
Karena pemberian rahmat dari Allah Swt itulah Rasulullah
Saw senantiasa merasa senang dan berusaha menggembirakan
hati anak-anak kecil, menghibur dan bila ada tamu yang
mengunjunginya dan membawa oleh-oleh, maka sosok yang
diberikan terlebih dahulu adalah anak-anak.
Demikian pula bergaul terhadap remaja. Remaja adalah
masa pencarian jati diri. Remaja merupakan kelompok
masyarakat yang biasanya kreatif dan inovatif. Hal ini juga terjadi
dalam pergaulan mereka. Oleh karena itu banyak dijumpai para
remaja yang berusaha menonjolkan identitas pribadi atau
kelompoknya. Mereka biasanya akan meniru siapa saja yang
menurut mereka layak untuk ditiru seperti guru, ulama, artis dan

19
para tokoh lainnya. Dalam beberapa kejadian ditemukan banyak
penyimpangan yang dilakukan oleh para remaja ini seperti adanya
komunitas atau gang yang identik dengan perilaku buruk seperti
geng motor dan sebagainya.
Islam memberi perhatian sangat besar terhadap upaya
perbaikan mental kaum muda. Karena generasi muda hari ini
adalah pemeran utama di masa yang akan datang. Merekalah
fondasi yang menopang masa depan umat Islam. Adab bergaul
dengan orang yang lebih muda pada dasarnya ditujukan untuk
menjadikan generasi yang dapat menggantikan tongkat estafet
pengembangan umat yang lebih baik.
Al-Qur’an menceritakan tentang potret pemuda ashabul
kahfi sebagai kelompok pemuda yang beriman kepada Allah dan
meninggalkan mayoritas kaumnya yang menyimpang dari agama
Allah SWT, sehingga Allah menyelamatkan para pemuda tersebut
dgn menidurkan mereka selama 309 tahun.

 Tata cara bergaul dengan orang yang lebih muda


1. Memberi Nasehat dengan Bijak
2. Mempererat Persaudaraan
3. Memberi Perhatian dan Kasih Sayang
4. Memberi Teladan Yang Baik
5. Melakukan Pembinaan dengan Baik

D. Adab Bergaul Terhadap Lawan Jenis


Islam adalah agama yang mengatur tata kehidupan
manusia. Islam sesungguhnya tidak melarang bergaul dengan
siapapun termasuk pergaulan dengan lawan jenis. Lawan jenis
berarti lawan dari jenis kelamin. Apabila laki-laki, maka lawannya
perempuan dan begitu pula sebaliknya. Laki-laki dan perempuan

20
merupakan makhluk Allah yang telah diciptakan untuk berpasang-
pasangan sehingga merupakan suatu keniscayaan dan sangat wajar,
jika terjadi pergaulan di antara mereka. Dalam pergaulan tersebut,
masing-masing berusaha untuk saling mengenal. Bahkan lebih jauh
lagi, ada yang berusaha saling memahami, saling mengerti dan ada
yang sampai hidup bersama dalam kerangka hidup berumah tangga.
Pergaulan bebas muda-mudi yang menyimpang dari ajaran
agama sangat dilarang. Sebab pergaulan bebas pada hakekatnya
merupakan budaya barat bukan ajaran Islam.

 Tata cara bergaul dengan lawan jenis


1. Berteman semata-mata karena Allah
2. Menutup Aurat
3. Menjaga Kemaluan
4. Menundukkan pandangan
5. Saling Bertanggung Jawab

 Larangan bergaul dengan lawan jenis


1. Berkhalwat
2. Melakukan pembauran (ikhtilat) dengan lawan jenis
3. Bersolek Berlebihan

V. Keteladan Empat Imam Mazhab Fikih


A. Imam Abu Hanifah
Imam Abu Hanifah merupakan salah satu dari Imam mazhab fiqh
dalam Islam, banyak riwayat yang menjelaskan bahwa Imam Abu
Hanifah adalah Imam mazhab yang tertua diantara kalangan Imam
mazhab fiqh lainnya.
Keahliannya dalam bidang fiqh telah diakui oleh banyak pakar,
bahkan para Imam Mazhab sendiri seperti Imam Malik dan Imam

21
Syafi‟i. Namun, bukan berarti ia kurang ahli dibidang hadits karena
gurunya seperti Atha‟, Nifi‟, Ibnu Hurmuz, Hammad bin Abi Sulaiman,
Amr bin Dinar dan yang lainnya telah mengajarkan hadits kepadanya
selain fiqh.
Mazhab ini dibangun atas dasar pemikiran Imam Abu Hanifah.
Nama beliau adalah al-Nu‟man ibn Sabit bin Zauta, yang kemudian
populer dengan sebutan Abu Hanifah. Ia lahir di Kuffah tahun 80 H/
699 M dan wafat di Baghdad tahun 150 H / 767 M. Ia ini berasal dari
keturunan Persia, yang menjalani hidup di dua masa kekhalifahan yang
sosial politiknya berbeda, yaitu masa akhir kekhalifahan Bani Umayyah
dan awal masa kekhalifahan Abbasiyyah.
Diberi gelar “Abu Hanifah” karena diantara putranya ada yang
bernama Hanifah, sebab dalam kebiasaan bangsa Arab, nama putra
(yaitu Hanifah) dijadikan sebagai sebuah nama panggilan bagi ayahnya
dengan menggunakan kata “Bapak (Abu/Ayah)”, sehingga lebih dikenal
dengan sebutan “Abu Hanifah”.
Menurut riwayat lain mengatakan diberi gelar Abu Hanifah karena
begitu taatnya beribadah kepada Allah, yaitu berasal dari bahasa Arab
“hanif” yang berarti condong atau cenderung kepada yang benar.
Adapun menurut riwayat yang lain, diberi gelar Abu Hanifah karena
begitu dekat dan eratnya berteman dengan tinta, karena Hanifah
menurut bahasa Irak adalah tinta.
Dalam kaitannya dengan sebutan tersebut, Yusuf Musa berpendapat
bahwa sebutan tersebut lebih disebabkan adanya kehidupan
kesehariannya yang selalu berteman dengan tinta (dawat) guna menulis
dan mencatat semua ilmu pengetahuan yang di dapat dari teman-
temannya. Sebab inilah, ia dikenal sebagai pemuda yang rajin dalam
segala hal, baik dalam belajar maupun peribadatannya.
Imam Abu Hanifah adalah seorang ulama faqih yang cukup besar dan
luas pengaruhnya dalam pemikiran hukum Islam. Maka dapat

22
disimpulkan bahwasannya Imam Hanafi adalah seorang ulama yang
lebih banyak mengutamakan ra‟yu, atau setidak-tidaknya lebih rasional
dalam pemikiran ijtihadnya.

B. Imam Malik
Imam Malik ra. lahir pada tahun 93 H di Kota Madinah
Munawarah. Imam Malik menghapal al-Quran al-Karim sejak dini
sebagaimana kebiasaan keluarga Muslim pada zamannya. Lalu ia
menghapal hadis. Saat ia mengutarakan keinginannya kepada ibunya
untuk mencari ilmu, ibunya memakaikan kepadanya pakaian yang
paling bagus, dengan surban di kepalanya. Lalu ibunya berkata,
“Pergilah ke Rabi’ah dan belajarlah adab (akhlak) sebelum ilmunya.”
(Qadhi ‘Iyad, Al-Madarik, hlm. 115; Muhammad Ahmad al-Muqaddam,
Awdah al-Hijâb, II/207).
Setelah Imam Malik menyempurnakan belajarnya tentang atsar
(hadits) dan fatwa, ia mulai mengajar di Masjid Nabawi untuk
mengamalkan ilmunya pada umur 17 tahun. Terkait itu, Imam Malik ra.
pernah berkata, “Tidaklah saya berfatwa kecuali disaksikan oleh 70
_masyayikh_ dari kalangan para ulama bahwa saya berhak untuk itu.”
(Al-Madârik,_ hlm. 127).
Imam Malik adalah orang yang sangat memperhatikan adab saat
menghadap guru-gurunya (Ibn Farhun, Ad-Dibâj al-Madzhab fî Ma’rifah
A’yân Ulamâ’ al-Madzhab, hlm. 117).
Imam Malik ra. pun memiliki kebiasaan baik dalam menghadiri
majelis ilmu. Ia selalu tampil rapi, berpakaian bagus dan berhias untuk
menghadiri majelis ilmu. Karena itu ia tampak berwibawa dan berbeda
dengan yang lainnya. Tentang ini, al-Waqidi berkomentar, “Majelisnya
adalah majelis yang berwibawa dan penuh dengan nuansa ilmu.”

23
Imam Malik sangat berkomitmen dalam berfatwa. Ia selalu hati-
hati, berpikir mendalam dan tidak tergesa-gesa dalam berfatwa. Terkait
ini, Imam Malik pernah berkata, “Siapa saja yang ingin menjawab
pertanyaan (berfatwa), hendaknya ia memikirkan nasibnya di neraka
dan surga serta bagaimana ia selamat di negeri akhirat.” (Ibn Farhun,
Ad-Dibâj al-Madzhab fî Ma’rifah A’yân Ulamâ’ al-Madzhab, hlm. 117).

Banyak ulama memuji Imam Malik. Sufyan bin ‘Uyainah, misalnya,


berkata, “Saya tidak melihat Madinah kecuali akan rusak setelah
wafatnya Malik bin Anas.”
Imam Malik menerima hadis dari 900 orang (guru), 300 dari
tâbi’în dan 600 dari tâbi’ tâbi’în. Imam Malik lalu menyusun kitab Al-
Muwaththa’ yang menghimpun 100.000 hadis. Kitab ini diriwayatkan
oleh tidak kurang dari seribu orang.
Imam Malik adalah ulama yang tak pernah menjilat penguasa.
Diriwayatkan, dalam sebuah kunjungan ke Kota Madinah untuk
menziarahi Makam Rasulullah saw., Khalifah Bani Abbasiyyah, Harun
ar-Rasyid (penguasa saat itu), tertarik mengikuti kajian Al-Muwaththa’
Imam Malik. Untuk itu Khalifah mengutus Yahya bin Khalid al-Barmaki
untuk memanggil Imam Malik. Namun, Imam Malik menolak untuk
mendatangi Khalifah seraya berkata kepada utusan Khalifah itu,
“Al-‘Ilmu yuzâr wa lâ yazûr, yu’tâ wa lâ ya’tî (Ilmu itu dikunjungi, bukan
mengunjungi; didatangi, bukan mendatangi).”

C. Imam Asy-Syafi’i
Nama lengkap dari Imam Asy-Syafi’i adalah Muhammad bin Idris bin
al-‘Abbas bin ‘Utsman bin Syafi’i bin as-Saib bin ‘Ubaid bin ‘Abdu Yazid
bin Hasyim bin al-Muthalib bin ‘Abdi Manaf bin Qushay bin Kilab bin
Murrah bin Ka’ab bin Luay bin Ghalib, abu ‘Abdillah al-Qurasyi Asy-
Syafi’i al-Maliki, keluarga dekat rasulullah dan putra pamannya.

24
Al-Muthalib adalah saudara Hasyim, ayah dari ‘Abdul Muthalib,
kakek Rasulullah SAW. Dan kakek imam asy-Syafi’i berkumpul
(bertemu nasabnya) pada ‘abdi Manaf bin Qushay, kakek Rasulullah
SAW.
Idris, ayah Asy-Syafi’i tinggal di tanah Hijaz, ia adalah keturunan Arab
dari kabilah Qurasy. Kemudian ibunya yang bernama Fathimah Al-
azdiyyah adalah berasal dari salah satu kabilah di Yaman, yang hidup
dan menetap di Hijaz. Semenjak kecil Fathimah merupakan gadis yang
banyak beribadah memegang agamanya dengan kuat dan sangat taat
dengan rabb-Nya. Dia dikenal cerdas dan mengetahui seluk beluk al-
quran dan as-sunah, baik ushul maupun furu’/cabang.
Imam An-Nawawi berkata : Imam Asy-Ayafi’i adalah qurasyi (berasal
dari suku qurasy) dan muthalib (keturunan muthalib) berdasarkan ijma’
para ahli riwayat dari semua golongan, sementara ibunya berasal dari
suku azdiyah. Imam Asy-Syafi’i dinisbahkan kepada kakeknya yang
bernama Syafi’i bin As-Saib, seorang sahabat kecil yang sempat bertemu
dengan rasulullah SAW ketika masih muda.
Imam Syafi’i lahir di Gaza, Palestina tahun 150 H / 767 M. Imam
Syafi’i hidup pada zaman/masa khalifah Harun al-Rasyid, al-Amin, al-
Makmun dari dinasti Abbasiyah. Beliau dibesarkan dalam keluarga
miskin. Ayahnya wafat saat dia berumur 2 tahun dan segera dibawa
ibunya ke Mekkah.
Pada hari Imam Syafi’i dilahirkan, dua orang ulama besar meninggal
dunia. Seorang di Baghdad (Iraq), yaitu Imam Abu Hanifah Nu’man bin
Tsabit (pembangun Mazhab Hanafi) dan seorang lagi di Mekkah, yaitu
Imam Ibnu Jurej al Maky, mufti Hijaz ketika itu. Kata orang dalam ilmu
firasat hal ini adalah satu pertanda bahwa anak yang lahir ini akan
menggantikan yang meninggal dalam ilmu dan kepintarannya. Memang
firasat ini akhirnya terbukti dalam kenyataan.
Menurut riwayat, ketika ibunda Imam Syafi’i mengandung, dia

25
bermimpi di dalam tidurnya. Pada suatu malam seakan-akan melihat
bintang keluar dari perutnya, lalu melambung tinggi ke udara dan pecah
kemudian bertebaran ke berbagai negeri. Maka ia terbangun dari
tidurnya. Pada pagi harinya ia segera menceritakan mimpinya itu
kepada yang ahli menakwilkan mimpi. Lalu mereka memberitahukan
kepadanya bahwa ia akan melahirkan seorang laki-laki yang kelak ilmu
pengetahuannya memenuhi muka bumi.
Sejak kecil ia terkenal cerdas, kuat hafalannya, dan gigih menuntut
ilmu. Menjelang umur 9 tahun ia telah hafal 30 juz al-Qur’an dan 10
tahun ia telah menguasai pramasastra Arab dengan baik. Ketika di
Mekkah, ia belajar ilmu fiqh kepada mufti Mekkah, Muslim Khalid al-
Zanji dan ilmu hadist kepada Sufyan bin Uwainah (Sirajuddin Abbas,
1972). Pada usia 15 tahun (ada yang mengatakan 18 tahun), Imam
Syafi’i berfatwa setelah mendapat izin dari syaikhnya yang bernama
Muslim bin Khalid az-Zanji.
Imam syafi’i menaruh perhatian yang besar kepada syair dan bahasa
dan juga adat istiadat bangsa arab, sehingga ia hafal syair dari suku
hudzail. Kabilah hudzail adalah kabilah yang terkenal sebagai suatu
kabilah yang paling baik bahasa arabnya. Sehingga Imam Syafi’i banyak
menghafal syair-syair dan qasidah dari kabilah hudzail. Sebagai bukti,
al-Asmai’ pernah berkata : bahwa beliau pernah membetulkan atau
memperbaiki syair-syair hudzail dengan seorang pemuda dari keturunan
bangsa qurasy yang disebut dengan namanya Muhammad bin Idris,
maksudnya adalah Imam Syafi’i.
Di samping mempelajari ilmu pengetahuan beliau mempunyai
kesempatan pula mempelajari memanah, sehingga beliau dapat
memanah sepuluh batang panah tanpa melakukan satu kesalahan.
Beliau pernah berkata : cita-citaku dua perkara : panah dan ilmu, aku
berdaya mengenakan target sepuluh dari sepuluh. Mendengar
percakapan itu orang yang bersamanya berkata : Demi Allah bahwa

26
ilmumu lebih baik dari memanah.
Pada usia 20 tahun Imam Syafi’i pergi ke Madinah dan belajar
kepada Imam Malik. Dia membaca sendiri kitab al-Muwatta’ di hadapan
Imam Malik bin Anas dengan hafalan sehingga Imam Malik pun kagum
terhadap bacaan dan kemauannya. Kemudian tahun 195 H, beliau pergi
ke Baghdad dan belajar kepada Muhammad bin al-Hasan al-Syaibaniy
(murid Abu Hanifah) selama 2 tahun. Setelah itu beliau kembali ke
Mekkah dan kembali lagi ke Baghdad dan menetap disana selama
beberapa bulan. Kemudian pada tahun itu juga ia pergi ke Mesir dan
menetap disana sampai wafat pada tanggan 29 Rajab tahun 204 H. Oleh
sebab itu, pada diri Imam Syafi’i terhimpun pengetahuan fiqh ashab al-
Hadis dari Imam Malik dan fiqh ashab al-ra’y dari Abu Hanifah.

D. Imam Ahmad Bin Hambal


Ahmad bin Muhammad bin Hambal atau Ahmad bin Hambal
adalah imam yang keempat dari fuqaha Islam. Beliau adalah seorang
yang mempunyai sifatsifat yang luhur dan tinggi yaitu sebagaimana
yang dikatakan oleh orang-orang yang hidup semasa dengannya, juga
orang yang mengenalinya. Beliau imam bagi umat Islam seluruh dunia
juga imam bagi Darul Salam, mufti bagi negeri Irak dan seorang yang
alim tentang hadits-hadits Rasulullah SAW.
Imam Ahmad bin Hambal di lahirkan di kota Baghdad pada bulan
Rabi‟ul Awal tahun 164 H, yaitu setelah ibunya berpindah dari kota
“Murwa” tempat tinggal ayahnya. Ia berasal dari Marwa, Khurasan. Ia
diberi gelar Abu Abdullah Sadusi. Ia ialah Abu Abdullah Ahmad bin
Muhammad bin Hambal bin Hilal Bin Asad bin Idris bin Abdullah bin
Hayyain bin Abdullah bin Anas bin Auf bin Qasit bin Syaiban.
Nama bapaknya adalah Muhammad bin Hambal bin Hilal.
Bapaknya bukanlah seorang ulama maupun pejabat tinggi negara. Ia
hanyalah seorang komandan pasukan militer. Namun, ia merupakan

27
seorang laki-laki terpandang, sebab termasuk seorang pahlawan Islam
yang gugur secara syahid di medan pertempuran.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dalam islam akhlak merupakan hal yang sangat diperhatikan,
sehingga dalam islam akhlak terbagi atas dua akhlak terpuji dan akhlak
tercela. Akhlak terpuji adalah akhlak yang disukai, disenangi oleh Allah
SWT. bahkan dianjurkan dan diwajibkan. Akhlak tercela adalah akhlak
yang dilarang dan diharamkan oleh Allah swt. Akhlak terpuji dan akhlak
tercela begitu banyak, tetapi pada intinya niatkan hati kita hanya untuk
beribadah kepada Allah swt.

28
DAFTAR PUSTAKA

Nugraha Putra, Akidah Akhlak, Surakarta, Fitrah

29

Anda mungkin juga menyukai