Gambar 5.
Polimer terdiri dari sejumlah besar rantai molekul, yang dapat tertekuk, tergulung, dan kusut
dengan cara seperti diperlihatkan pada Gambar 6. Hal ini menyebabkan penggandaan dan
pembelitan yang sangat ekstensif pada rantai molekul yang berdekatan, sebuah keadaan
yang mirip dengan tali pancing yang mengalami backlash dari reel pancing. Penggulungan
acak dan pembelitan molekul ini bertanggung jawab kepada sejumlah sifat khusus polimer,
termasuk sifat mampu ditarik elastic yang sangat tinggi seperti diperlihatkan pada material
karet.
Beberapa sifat mekanik dan sifat termal polimer merupakan fungsi dari kemampuan
segmen rantai molekul untuk mengalami rotasi sebagai respon dari tegangan yang
diaplikasikan atau getaran termal. Fleksibilitas rotasi bergantung kepada struktur mer dan
sifat kimianya. Sebagai contoh, daerah segment rantai yang memiliki ikatan ganda (C═C)
bersifat kaku secara rotasi. Juga, atom dengan jumlah yang sangat besar atau atom-atom
dengan kelompok sisi yang besar akan menghalanginya untuk bergerak rotasi. Sebagai
contoh, molekul polystyrene, yang memiliki kelompok sisi phenyl (Tabel 3), lebih tahan
terhadap gerakan rotasi daripada rantai polyethylene..
Gambar 6.
7. STRUKTUR MOLEKUL
Sifat fisik polimer bergantung tidak hanya kepada berat molekul dan bentuknya, tetapi juga
pada perbedaan struktur rantai molekulnya. Teknik modern pembuatan polimer mengijinkan
pengaturan lebih jauh untuk berbagai macam kemungkinan pembuatan struktur molekul
polimer. Pada bagian ini akan mendiskusikan beberapa struktur molekul termasuk struktur
linier, bercabang, crosslinked (rantai saling silang), dan struktur molekul jaringan (network),
sebagai tambahan pada variasi konfigurasi isomeric.
8. KONFIGURASI MOLEKUL
Dari kesimpulan bab sebelumnya, molekul polimer dapat digolongkan menurut ukuran,
bentuk, dan strukturnya. Ukuran molekul dinyatakan dalam berat molekul (atau derajat
polimerisasi). Bentuk molekul berhubungan degnan derajat puntiran rantai, penggulungan,
dan penekukan rantai molekul. Struktur molekul bergantung kepada cara unit strukturnya
saling dihubungkan. Struktur polimer lurus, bercabang, saling silang, dan struktur jaringan
semuanya adalah dimungkinkan, (sebagai tambahan kepada beberapa konfigurasi isomeric
[isotaktik, sindiotaktik, ataktik, cis, dan trans]). Sifat molekul ini diperlihatkan pada gambar
taksonomi, Gambar 6. Patut dicatat bahwa beberapa elemen struktur tidak secara khusus
saling mutual satu sama lain, bahkan, perlu untuk menentukan struktur molekul lebih dari
satu. Sebagai contoh, sebuah polimer lurus (linier) dapat pula isotaktik.
Gambar 6.
Gambar 8.
Berat jenis sebuah polimer Kristal akan lebih besar dari pada yang berbentuk amorphous
untuk material yang sama dengan berat molekul yang sama, karena rantainya lebih
terkemas berdekatan bersama-sama untuk struktur kristalnya. Derajat kristalisasi menurut
berat dapat ditentukan dari pengukuran berat jenis yang akurat, menurut rumus:
%
100 (1)
Dimana ρs adalah berat jenis sebuah specimen, ρa adalah berat jenis total polimer
amorphous, dan ρc adalah berat jenis polimer Kristal. Nilai ρa dan ρc harus diukur dengan
bantuan percobaan lainnya.
Derajat kristalisasi sebuah polimer bergantung kepada laju pendinginan selama proses
pembekuan dan konfigurasi rantainya. Selama proses kristalisasi pada saat pendinginan
melewati temperature lelehnya, rantai yang sangat acak dan saling membelit dalam cairan
kental, harus diasumsikan dalam konfigurasi yang rapi. Selama proses ini, dibutuhkan
waktu yang cukup agar rantai ini bergerak dan merapikan dirinya.
Reaksi kimia molekul dan konfigurasi rantai juga mempengaruhi kemampuan sebuah
polimer untuk membentuk Kristal. Kristalisasi tidak diinginkan untuk polimer yang terdiri dari
struktur mer yang rumit (contoh, polyisoprene). Disisi lain, kristalisasi tidak mudah dicegah
pada polimer yang secara kimiawi sederhana seperti polyethylene dan
polytetrafluoroethylene, bahkan pada laju pendinginan yang sangat cepat.
Untuk polimer lurus, kristalisasi dapat terjadi dengan mudah karena tidak ada halangan
yang mecegah alignment rantai.Setiap ada sisi cabang yang mengganggu kristalisasi akan
menyebabkan polimer bercabang tidak dapat memiliki derajat kristalisasi yang tinggi,
bahkan cabang yang berlebihan dapat mencegah proses kristalisasi. Sebagian besar
polimer jaringan (network polymer) dan polimer rantai saling silang (crosslinked polymer)
hampir seluruhnya amorphous, hanya sedikit polimer rantai saling silang yang berbentuk
Kristal sebagian. (Berkenaan dengan stereoisomer, polimer ataktik sulit membentuk Kristal,
tetapi polimer isotaktik dan polimer syndiotaktik lebih mudah membentuk Kristal karena
keberaturan bentuk kelompok sisi yang memudahkan proses mengepas rantai yang
berdekatan). Juga, semakin besar kelompok atom yang berikatan sisi, semakin sedikit
kecenderungan untuk membentuk Kristal.
Untuk kopolimer, dengan aturan umum, semakin tidak beraturan dan acak penyusunan
mernya, semakin besar kecenderungan untuk pembentukan nonkristal.
Untuk kopolimer selang-seling (alternating copolymer) dan kopolimer blok (block copolymer)
ada kesamaan kristalisasi. Disisi lain, kopolimer acak (random copolymer) dan kopolimer
cangkok (graft copolymer) umumnya amorphous.
Pada tingkatan tertentu, sifat fisik material polimerik dipengaruhi derajat kristalisasi. Polimer
Kristal biasanya lebih kuat dan lebih tahan terhadap pemecahan dan pelunakan dengan
panas.
Gambar 10.
Gambar 11.
Gambar 12.
s
Banyak polimer curah yang terkristalisasi dari lelehan yang membentuk spherulit. Seperti
namanya, setiap spherulit dapat berkembang membentuk bola, salah satunya, yang
ditemukan pada karet alami, diperlihatkan dalam gambar mikro electron pada foto di awal
bab ini. Spherulit terdiri dari sekumpulan Kristalit rantai terlipat seperti pita (lamella)
berukuran tebal kira-kira 10 nm yang menyebar dari pusat ke bagian luar. Pada gambar
mikro electron ini, lamella ini terlihat setipis benang putih. Detil struktur sebuah spherulit
digambarkan secara skematik pada Gambar 12, diperlihatkan disini Kristal lamellar rantai
terlipat yang terpisah dari material amorphus. Molekul tali rantai yang berperan sebagai
sambungan antara lamella yang berdekatan melewati daerah amorphus ini
Ketika proses kristalisasi struktur spherulit hampir selesai, ujung-ujung spherulit yang
berdekatan mulai menimpa satu sama lain, membentuk lebih banyak batas-batas bidang
atau membentuk lebih sedikit batas-batas bidang, sebelum proses ini, spherulit menjaga
bentuk bolanya. Batas ini terlihat jelas pada Gambar 13, yang merupakan gambar foto
mikro polyethylene menggunakan cahaya silang terpolarisasi. Sebuah sifat pola melintang
Maltese terlihat disetiap spherulit.
Spherulit dapat dianggap sebagai analogi butiran polimer pada logam polikristal dan
keramik. Tetapi, seperti pada diskusi sebelumnya, setiap spherulit benar-benar terdiri dari
abnyak Kristal lamellar yang berbeda, dan sebagai tambahan, beberapa material
amorphous. Polyethylene, polyprophylene, polyvinyl klirida, polytetrafluoroethylene, dan
nilon membentuk sebuah struktur spherulitik ketika material ini terkristalisasi dari bentuk
lelehan.
Gambar 13.
13. RANGKUMAN
Sebagian besar material polimer terdiri dari molekul yang sangat besar-rantai atom karbon,
yang berikatan disetiap sisinya dengan berbagai macam atom atau radikal. Makromolekul
ini dapat dianggap terbentuk dari mer-mer, bagian structural yang lebih kecil, yang berulang
sepanjang rantai. Struktur mer dari beberapa polimer sederhana (contohnya polyethylene,
polytetrafluoroetylene, polyvinyl klorida, dan polypropylene) telah diperkenalkan.
Berat molekul material polimer tinggi dapat melebihi jutaan. Karena molekul tidak berukuran
sama, maka timbullah distribusi berat molekul. Berat molekul seringkali dinyatakan dalam
rata-rata jumlah dan rata-rata berat. Panjang rantai dapat juga dinyatakan dengan derajat
polimerisasi, jumlah unit mer per rata-rata molekul.
Beberapa sifat molekul yang mempengaruhi sifat polimer telah didiskusikan. Kekusutan
molekul terjadi ketika rantai diasumsikan terpilin, tergulung, dan berbentuk kusut.
Berkenaan dengan struktur molekul, bentuk struktur lurus, bercabang, saling silang, dan
bentuk struktur jaringan dapat dimungkingkan terjadi. Kopolimer dapat berbentuk acak,
selang seling, blok dan cangkok.
Berkenaan dengan sifat polimer pada temperature tinggi, polimer dapat dibedakan menjadi
termoplastik dan thermosetting. Polimer termoplastik memiliki struktur lurus dan struktur
bercabang, dan dapat lukan ketika dipanasi dan mengeras ketika didinginkan. Sebaliknya,
polimer termoset, sekali telah mengeras, tidak akan dapat dilunakkan kembali dengan
pemanasan, strukturnya berupa saling silang dan jaringan.
Ketika pengepakan rantai molekuler menghasilkan susuan atom yang rapi, dapat dikatakan
kondisinya Kristal. Sebagai tambahan untuk polimer yang seluruhnya amorphous, polimer
dapat mengalami derajat kristalisasi yang bervariasi, daerah kristalisasinya terpisah dalam
daerah amorphous. Kristalisasi semakin mudah pada polimer yang secara kimiawi
sederhana, teratur, dan memiliki struktur rantai simetris.
Polimer Kristal tunggal dapat tumbuh dari larutan yang diencerkan seperti platelet tipis dan
memiliki struktur rantai terlipat. Banyak polimer semikristal membentuk spherulit, dimana
setiap spherulit terdiri dari sekumpulan kristalit lamellar dengan rantai terlipat seperti pita
yang keluar dari pusatnya.