Anda di halaman 1dari 17

6.

BENTUK MOLEKUL (MOLECULAR SHAPE)


Ikatan rantai tunggal dapat berotasi dan menekuk dalam ruang tiga dimensi. Pertimbangkan
rantai atom pada Gambar 5.a, atom karbon ketiga dapat menempati posisi disetiap titik
pada bidang kerucut dan tetap membentuk sudut 109° dengan ikatan atara dua atom
lainnya. Sebuah segmen rantai lurus dihasilkan ketika rantai atom yang berurutan
menempati posisi seperti Gambar 5.b. Disisi lain, tekukan dan puntiran rantai atom
dimungkinkan ketika ada rotasi rantai atom ke posisi lainnya, seperti pada Gambar 5.c.
Sehingga molekul rantai tunggal yang dibangun dari banyak rantai atom dapat diasumsikan
memilki bentuk mirip dengan yang diperlihatkan secara skematik pada Gambar 6, memiliki
banyak tekukan, puntiran, dan kekusutan (kink). Juga seperti diperlihatkan pada gambar ini
adalah jarak ujung ke ujung rantai polimer, r, jarak ini jauh lebih pendek dari total panjang
rantai.

Gambar 5.

Polimer terdiri dari sejumlah besar rantai molekul, yang dapat tertekuk, tergulung, dan kusut
dengan cara seperti diperlihatkan pada Gambar 6. Hal ini menyebabkan penggandaan dan
pembelitan yang sangat ekstensif pada rantai molekul yang berdekatan, sebuah keadaan
yang mirip dengan tali pancing yang mengalami backlash dari reel pancing. Penggulungan
acak dan pembelitan molekul ini bertanggung jawab kepada sejumlah sifat khusus polimer,
termasuk sifat mampu ditarik elastic yang sangat tinggi seperti diperlihatkan pada material
karet.
Beberapa sifat mekanik dan sifat termal polimer merupakan fungsi dari kemampuan
segmen rantai molekul untuk mengalami rotasi sebagai respon dari tegangan yang
diaplikasikan atau getaran termal. Fleksibilitas rotasi bergantung kepada struktur mer dan
sifat kimianya. Sebagai contoh, daerah segment rantai yang memiliki ikatan ganda (C═C)
bersifat kaku secara rotasi. Juga, atom dengan jumlah yang sangat besar atau atom-atom
dengan kelompok sisi yang besar akan menghalanginya untuk bergerak rotasi. Sebagai
contoh, molekul polystyrene, yang memiliki kelompok sisi phenyl (Tabel 3), lebih tahan
terhadap gerakan rotasi daripada rantai polyethylene..
Gambar 6.

7. STRUKTUR MOLEKUL
Sifat fisik polimer bergantung tidak hanya kepada berat molekul dan bentuknya, tetapi juga
pada perbedaan struktur rantai molekulnya. Teknik modern pembuatan polimer mengijinkan
pengaturan lebih jauh untuk berbagai macam kemungkinan pembuatan struktur molekul
polimer. Pada bagian ini akan mendiskusikan beberapa struktur molekul termasuk struktur
linier, bercabang, crosslinked (rantai saling silang), dan struktur molekul jaringan (network),
sebagai tambahan pada variasi konfigurasi isomeric.

POLIMER LURUS (LINEAR POLYMER)


Polimer lurus (linear polymer), adalah polimer dimana unit mer nya dihubungkan
bersama-sama dari ujung ke ujung dalam rantai tunggal. Rantai panjang ini bersifat fleksibel
dan dapat dibayangkan sebagai sejumlah masa spageti, seperti ditunjukkan secara
skematik pada Gambar 5.a., dimana setiap lingkaran menyatakan sebagai sebuah unit mer.
Untuk polimer lurus, terdapat kemungkinan adanya ikatan antar rantai berupa ikatan van der
Waals dan ikatan hydrogen dalam jumlah yang sangat banyak. Beberapa polimer yang
dikenal yang memiliki struktur lurus adalah polyethylene, polyvinyl klorida, polystyrene,
polymethyl metrakrilat, nilon, dan fluorocarbon.

POLIMER BERCABANG (BRANCHED POLYMER)


Polimer dapat dibuat dengan rantai sisi cabang dihubungkan dengan rantai utama, seperti
digambarakan secara skematik pada Gambar 5.b, dan disebut polimer bercabang.
Cabang-cabangnya merupakan bagian dari rantai molekul utama, yang dihasilkan dari
reaksi sisi yang terjadi selama proses sisntesis polimer. Efisiensi pengemasan rantai
berkurang dengan pembentukan rantai cabang, yang menyebabkan berat jenis polimer
turun. Polimer-polimer tersebut yang membentuk struktur lurus dapat juga bercabang.

POLIMER RANTAI SALING SILANG (CROSSLINKED POLYMER))


Pada polimer dengan rantai saling silang, rantai linier yang saling berdekatan dihubungkan
satu sama lain dengan posisi yang bervariasi dengan ikatan kovalen, seperti diperlihatkan
pada Gambar 5.c. Proses hubungan saling silang terjadi baik pada proses sintesis atau
melalui proses reaksi kimia yang nonreversible yang biasa terjadi pada temperature tinggi.
Seringkali hubungan saling silang ini tercapai dengan penambahan atom atau molekul yang
secara kovalen terikat dengan rantai. Proses saling silang pada elastomer (karet elastic)
disebut vulkanisasi.

POLIMER JARINGAN (NETWORK POLYMER)


Unit mer yang berantai tiga, memiliki tiga ikatan kovalen yang aktif, membentuk jaringan tiga
dimensi (Gambar 5.c) dan disebut polimer jaringan (network polymer). Sebenarnya,
sebuah polimer yang terhubung sangat saling silang dapat diklasifikasikan sebagai polimer
jaringan. Material ini memiliki sifat mekanik dan sifat termal yang berbeda, epoksi dan
phenol-formalehid termasuk dalam kelompok ini.
Harus ditegaskan bahwa polimer biasanya tidak hanya memilki sebuah struktur tertentu.
Sebagai contoh, polimer yang sebagian besar terdiri dari struktur yang linier mungkin
memiliki beberapa cabang dan rantai saling silang.
Gambar 5.

8. KONFIGURASI MOLEKUL
Dari kesimpulan bab sebelumnya, molekul polimer dapat digolongkan menurut ukuran,
bentuk, dan strukturnya. Ukuran molekul dinyatakan dalam berat molekul (atau derajat
polimerisasi). Bentuk molekul berhubungan degnan derajat puntiran rantai, penggulungan,
dan penekukan rantai molekul. Struktur molekul bergantung kepada cara unit strukturnya
saling dihubungkan. Struktur polimer lurus, bercabang, saling silang, dan struktur jaringan
semuanya adalah dimungkinkan, (sebagai tambahan kepada beberapa konfigurasi isomeric
[isotaktik, sindiotaktik, ataktik, cis, dan trans]). Sifat molekul ini diperlihatkan pada gambar
taksonomi, Gambar 6. Patut dicatat bahwa beberapa elemen struktur tidak secara khusus
saling mutual satu sama lain, bahkan, perlu untuk menentukan struktur molekul lebih dari
satu. Sebagai contoh, sebuah polimer lurus (linier) dapat pula isotaktik.
Gambar 6.

9. POLIMER TERMOPLASTIK DAN TERMOSETTING


Respon sebuah polimer terhadap gaya mekanik pada temperature tinggi berhubungan
dengan struktur molekul dominannya. Dan, pada kenyataannya, salah satu skema
klasifikasi untuk material polimer dapat berupa perilaku polimer terhadap temperature tinggi.
Termoplast (Polimer termoplastik) dan termoset (atau polimer thermosetting) adalah dua
subdivisi. Termoplast melunak ketika dipanaskan (dan bahkan dapat mencair) dan
mengeras ketika didinginkan-sebuah proses yang secara keseluruhan adalah reversible dan
dapat diulangi. Pada tingkatan molekul, ketika temperature dinaikkan, gaya ikatan kedua
hilang (dengan naikknya gerakan molekul) sehingga pergerakan relative rantai yang
berdekatan semakin mudah ketika mengalami tegangan. Degradasi yang irreversible terjadi
ketika temperature leleh polimer termoplastik dinaikkan hingga pada titik dimana getaran
molekul menjadi sangat kasar sehingga dapat merusak ikatan kovalen primernya. Sebagai
tambahan, material termoplast agak lunak. Sebagian besar polimer lurus dan polimer yang
memiliki beberapa struktur bercabang dengan rantai yang fleksibel adalah termasuk dalam
kategori termoplastik. Material ini normalnya dibuat dengan menerapkan panas dan tekanan
secara terus-menerus.
Polimer thermosetting menjadi keras secara permanen ketika dikenakan panas dan tidak
melunak ketika mengalami pemanasan berulang berikutnya. Selama perlakuan panas awal,
ikatan kovalen saling silang (crosslinks) terbentuk antara rantai molekul yang berdekatan,
ikatan-ikatan ini mengunci seluruh rantai dan menahan gerakan getaran dan gerakan rotasi
rantai pada temperature tinggi. Proses pembentukan struktur molekul saling silang
(crosslingking) biasanya sangat ekstensif, sehingga 10 sampai 50% rantai unit mer
terhubung saling silang. Hanya pemanasan dengan temperature yang sangat tinggi yang
dapat memutuskan ikatan saling silang ini (crosslink) dan menyebabkan degradasi polimer.
Polimer termoset biasanya lebih keras dan lebih kuat daripada termoplastik, dan memiliki
stabilitas dimensi yang lebih bagus. Sebagian besar polimer rantai saling silang (crosslinked
polymer) dan polimer jaringan (network polymer), termasuk karet yang divulkanisasi, epoksi,
phenolic, dan beberapa resin polyester termasuk dalam kategori thermosetting.

10. KOPOLIMER (COPOLYMERS)


Para ahli kimia dan ilmuwan polimer terus menerus mencari material baru yang dapat
dengan mudah dan murah disintesis dan dibuat, dengan sifat-sifat yang lebih baik atau
memiliki kombinasi sifat yang lebih baik daripada yang ditawarkan oleh homopolimer yang
telah dibahas sebelumnya. Salah satu kelompok material ini adalah kopolimer.
Pertimbangkan sebuah kopolimer yang terdiri dari dua unit mer yang dinyatakan sebagai ○
dan ● pada Gambar 7. Tergantung kepada proses polimerisasinya dan jumlah fraksi relative
jenis mer ini, susunan urutan yang berbeda sepanjang rantai polimer adalah dimungkinkan.
Salah satunya, seperti pada Gambar 7.a, dua unit yang berbeda terdispersi secara acak
sepanjang rantai yang disebut sebagai kopolimer acak (random copolymer). Untuk
kopolimer yang selang seling (alternating copolymer), seperti namanya, dua posisi
rantai unit mer yang selang-seling, seperti digambarkan pada Gambar 7.b. Kopolimer jenis
blok (block copolymer) adalah kopolimer dengan mer yang identik berkelompok
membentuk blok sepanjang rantai (Gambar 7.c). Dan, terakhir, cabang-cabang sisi
homopolimer dari salah satu jenis dapat dicangkokkan ke rantai utama homopolimer yang
terdiri dari mer yang berbeda, material tersebut dinamakan kopolimer cangkok (graft
copolymer) (Gambar 7.d).
Karet buatan, seringkali berupa kopolimer, unit kimia yang berulang yang dipakai untuk
beberapa karet ini diperlihatkan pada Tabel 5. Karet Styrene-butadiena (SBR) adalah
sebuah kopolimer acak yang umum dikenal digunakan untuk pembuatan ban mobil. Karet
Nitril (NBR) adalah contoh lain kopolimer acak yang terdiri dari acrylonitrile dan butadiene.
Sifatnya sangat elastic dan tahan terhadap pembengkakan di dalam pelarut organic, selang
hoses bensin terbuat dari NBR.
Gambar 7.
Tabel 5.

11. KRISTALISASI POLIMER (POLYMER CRYSTALLINITY)


Kondisi Kristal dapat terjadi pada material polimerik. Tetapi, karena proses kristalisasi
melibatkan molekul daripada hanya atom atau ion, seperti pada logam dan keramik,
susunan atom akan lebih rumit pada polimer. Kita menganggap kristalisasi polimer
sebagai pengepakan rantai polimer sehingga dihasilkan susunan atom yang rapi. Struktur
Kristal dapat ditentukan dalam bentuk unit sel, yang seringkali cukup kompleks. Sebagai
contoh, Gambar 8, yang memperlihatkan unit sel polyethylene dan hubungannya dengan
struktur rantai molekul, unit sel ini memiliki bentuk orthorhombic . Tentunya, rantai molekul
juga dapat memanjang di luar unit sel seperti terlihat pada gambar.
Bahan molekuler yang memiliki molekul kecil (seperti air dan metana) pada kondisi normal
dapat berupa seluruhnya Kristal (sebagai padatan) atau seluruhnya amorphous (sebagai
cairan). Sebagai konsekuensi ukurannya dan seringkali tingkat kerumitannya, molekul
polimer seringkali hanya sebagian yang berbentuk Kristal (atau disebut semikristal), yang
memiliki daerah Kristal tersebar pada sisa material amorphous. Setiap ketidakberaturan
rantai atau ketidaksejajaran (misalignment) akan menghasilkan daerah amorphous, sebuah
kondisi yang biasa terjadi, karena proses puntiran, kekusutan, dan pembelitan rantai
mencegah penyusunan yang rapi dari setiap bagian dari setiap rantai. Efek structural lain
juga mempengaruhi dalam penentuan perluasan kristalisasi, seperti didiskusikan berikut.
Derajat kristalisasi dapat memiliki rentang dari amorphous keseluruhan sampai hampir
seluruhnya (sampai dengan 95%) Kristal, tetapi kontrasnya, specimen logam hampir
seluruhnya selalu berupa Kristal, dan begitu juga banyak keramik dapat berupa seluruhnya
berbentuk Kristal atau seluruhnya tidak berbentuk Kristal. Polimer semikristal mirip dengan
fase paduan logam, yang telah didiskusikan di bab lain.

Gambar 8.

Berat jenis sebuah polimer Kristal akan lebih besar dari pada yang berbentuk amorphous
untuk material yang sama dengan berat molekul yang sama, karena rantainya lebih
terkemas berdekatan bersama-sama untuk struktur kristalnya. Derajat kristalisasi menurut
berat dapat ditentukan dari pengukuran berat jenis yang akurat, menurut rumus:





%


 100 (1)


Dimana ρs adalah berat jenis sebuah specimen, ρa adalah berat jenis total polimer
amorphous, dan ρc adalah berat jenis polimer Kristal. Nilai ρa dan ρc harus diukur dengan
bantuan percobaan lainnya.
Derajat kristalisasi sebuah polimer bergantung kepada laju pendinginan selama proses
pembekuan dan konfigurasi rantainya. Selama proses kristalisasi pada saat pendinginan
melewati temperature lelehnya, rantai yang sangat acak dan saling membelit dalam cairan
kental, harus diasumsikan dalam konfigurasi yang rapi. Selama proses ini, dibutuhkan
waktu yang cukup agar rantai ini bergerak dan merapikan dirinya.
Reaksi kimia molekul dan konfigurasi rantai juga mempengaruhi kemampuan sebuah
polimer untuk membentuk Kristal. Kristalisasi tidak diinginkan untuk polimer yang terdiri dari
struktur mer yang rumit (contoh, polyisoprene). Disisi lain, kristalisasi tidak mudah dicegah
pada polimer yang secara kimiawi sederhana seperti polyethylene dan
polytetrafluoroethylene, bahkan pada laju pendinginan yang sangat cepat.
Untuk polimer lurus, kristalisasi dapat terjadi dengan mudah karena tidak ada halangan
yang mecegah alignment rantai.Setiap ada sisi cabang yang mengganggu kristalisasi akan
menyebabkan polimer bercabang tidak dapat memiliki derajat kristalisasi yang tinggi,
bahkan cabang yang berlebihan dapat mencegah proses kristalisasi. Sebagian besar
polimer jaringan (network polymer) dan polimer rantai saling silang (crosslinked polymer)
hampir seluruhnya amorphous, hanya sedikit polimer rantai saling silang yang berbentuk
Kristal sebagian. (Berkenaan dengan stereoisomer, polimer ataktik sulit membentuk Kristal,
tetapi polimer isotaktik dan polimer syndiotaktik lebih mudah membentuk Kristal karena
keberaturan bentuk kelompok sisi yang memudahkan proses mengepas rantai yang
berdekatan). Juga, semakin besar kelompok atom yang berikatan sisi, semakin sedikit
kecenderungan untuk membentuk Kristal.
Untuk kopolimer, dengan aturan umum, semakin tidak beraturan dan acak penyusunan
mernya, semakin besar kecenderungan untuk pembentukan nonkristal.
Untuk kopolimer selang-seling (alternating copolymer) dan kopolimer blok (block copolymer)
ada kesamaan kristalisasi. Disisi lain, kopolimer acak (random copolymer) dan kopolimer
cangkok (graft copolymer) umumnya amorphous.
Pada tingkatan tertentu, sifat fisik material polimerik dipengaruhi derajat kristalisasi. Polimer
Kristal biasanya lebih kuat dan lebih tahan terhadap pemecahan dan pelunakan dengan
panas.

12. KRISTAL POLIMER


Kita akan mendiskusikan beberapa model yang telah diusulkan untuk menjelaskan susunan
spasial rantai molekul pada Kristal polimer. Pada model pertama yang telah diterima luas
selama bertahun-tahun, adalah model fringed-micelle (Gambar 9). Diusulkan bahwa sebuah
polimer semikristal terdiri dari daerah dengan Kristal yang kecil (kristalit, atau micelles),
dimana setiap kristalnya memiliki barisan yang tepat, yang menempel di dalam matriks
amorpus yang terdiri dari molekul dengan orientasi acak. Sehingga sebuah rantai tunggal
molekul dapat melewati beberapa kristalit dan mempengaruhi daerah amorphus.
Pada akhiri-akhir ini, penelitian yang dilakukan lebih memusatkan kepada penelitian Kristal
tunggal polimer yang ditumbuhkan dari larutan yang diencerkan. Kristal ini memiliki bentuk
biasa berupa platelet tipis (atau lamella), berukuran tebal kira-kira 10 sampai 20 nm, dan
panjang dalam orde 10 µm. Seringkali platelet ini akan membentuk struktur multilayer,
seperti yang diperlihatkan gambar mikro electron pada sebuah Kristal tunggal polyethylene,
pada Gambar 10. Diteorikan bahwa rantai molekul di dalam setiap platelet terlipat kedalam
dan terlipat keluar, dengan lipatan yang terjadi pada permukaan; struktur ini, dinamakan
model rantai terlipat (chain-folded model), yang digambarkan secara skematik pada
Gambar 11. Setiap platelet akan terdiri dari sejumlah molekul, tetapi, rata-rata panjang
rantai harus lebih besar dari ketebalan platelet.
Gambar 9.

Gambar 10.
Gambar 11.

Gambar 12.

s
Banyak polimer curah yang terkristalisasi dari lelehan yang membentuk spherulit. Seperti
namanya, setiap spherulit dapat berkembang membentuk bola, salah satunya, yang
ditemukan pada karet alami, diperlihatkan dalam gambar mikro electron pada foto di awal
bab ini. Spherulit terdiri dari sekumpulan Kristalit rantai terlipat seperti pita (lamella)
berukuran tebal kira-kira 10 nm yang menyebar dari pusat ke bagian luar. Pada gambar
mikro electron ini, lamella ini terlihat setipis benang putih. Detil struktur sebuah spherulit
digambarkan secara skematik pada Gambar 12, diperlihatkan disini Kristal lamellar rantai
terlipat yang terpisah dari material amorphus. Molekul tali rantai yang berperan sebagai
sambungan antara lamella yang berdekatan melewati daerah amorphus ini
Ketika proses kristalisasi struktur spherulit hampir selesai, ujung-ujung spherulit yang
berdekatan mulai menimpa satu sama lain, membentuk lebih banyak batas-batas bidang
atau membentuk lebih sedikit batas-batas bidang, sebelum proses ini, spherulit menjaga
bentuk bolanya. Batas ini terlihat jelas pada Gambar 13, yang merupakan gambar foto
mikro polyethylene menggunakan cahaya silang terpolarisasi. Sebuah sifat pola melintang
Maltese terlihat disetiap spherulit.
Spherulit dapat dianggap sebagai analogi butiran polimer pada logam polikristal dan
keramik. Tetapi, seperti pada diskusi sebelumnya, setiap spherulit benar-benar terdiri dari
abnyak Kristal lamellar yang berbeda, dan sebagai tambahan, beberapa material
amorphous. Polyethylene, polyprophylene, polyvinyl klirida, polytetrafluoroethylene, dan
nilon membentuk sebuah struktur spherulitik ketika material ini terkristalisasi dari bentuk
lelehan.

Gambar 13.
13. RANGKUMAN
Sebagian besar material polimer terdiri dari molekul yang sangat besar-rantai atom karbon,
yang berikatan disetiap sisinya dengan berbagai macam atom atau radikal. Makromolekul
ini dapat dianggap terbentuk dari mer-mer, bagian structural yang lebih kecil, yang berulang
sepanjang rantai. Struktur mer dari beberapa polimer sederhana (contohnya polyethylene,
polytetrafluoroetylene, polyvinyl klorida, dan polypropylene) telah diperkenalkan.
Berat molekul material polimer tinggi dapat melebihi jutaan. Karena molekul tidak berukuran
sama, maka timbullah distribusi berat molekul. Berat molekul seringkali dinyatakan dalam
rata-rata jumlah dan rata-rata berat. Panjang rantai dapat juga dinyatakan dengan derajat
polimerisasi, jumlah unit mer per rata-rata molekul.
Beberapa sifat molekul yang mempengaruhi sifat polimer telah didiskusikan. Kekusutan
molekul terjadi ketika rantai diasumsikan terpilin, tergulung, dan berbentuk kusut.
Berkenaan dengan struktur molekul, bentuk struktur lurus, bercabang, saling silang, dan
bentuk struktur jaringan dapat dimungkingkan terjadi. Kopolimer dapat berbentuk acak,
selang seling, blok dan cangkok.
Berkenaan dengan sifat polimer pada temperature tinggi, polimer dapat dibedakan menjadi
termoplastik dan thermosetting. Polimer termoplastik memiliki struktur lurus dan struktur
bercabang, dan dapat lukan ketika dipanasi dan mengeras ketika didinginkan. Sebaliknya,
polimer termoset, sekali telah mengeras, tidak akan dapat dilunakkan kembali dengan
pemanasan, strukturnya berupa saling silang dan jaringan.
Ketika pengepakan rantai molekuler menghasilkan susuan atom yang rapi, dapat dikatakan
kondisinya Kristal. Sebagai tambahan untuk polimer yang seluruhnya amorphous, polimer
dapat mengalami derajat kristalisasi yang bervariasi, daerah kristalisasinya terpisah dalam
daerah amorphous. Kristalisasi semakin mudah pada polimer yang secara kimiawi
sederhana, teratur, dan memiliki struktur rantai simetris.
Polimer Kristal tunggal dapat tumbuh dari larutan yang diencerkan seperti platelet tipis dan
memiliki struktur rantai terlipat. Banyak polimer semikristal membentuk spherulit, dimana
setiap spherulit terdiri dari sekumpulan kristalit lamellar dengan rantai terlipat seperti pita
yang keluar dari pusatnya.

14. ISTILAH DAN KONSEP PENTING


a. Kopolimer selang seling (Alternating copolymer)
Sebuah kopolimer dimana dua unit mer yang berbeda saling bersilang posisinya
disepanjang rantai molekulnya
b. Konfigurasi Ataktik
Konfigurasi rantai polimer yang didalamnya terdapat kelompok sisi yang letaknya acak
di satu sisi pada rantai atau acak di sisi lainnya
c. Mer bifungsional
Mer yang memiliki dua posisi ikatan aktif
d. Kopolimer blok
Kopolimer lurus dimana unit mer identiknya terkumpul dalam blok-blok sepanjang rantai
molekul
e. Polimer bercabang
Sebuah polimer yang memilik sebuat struktur molekul rantai sekunder yang memanjang
keluar dari rantai utama primernya.
f. Model rantai terlipat
Untuk polimer Kristal, adalah sebuah model yang menjelaskan struktur Kristal platelet.
Penjajaran (alignment) molekul didapat dari pelipatan rantai yang terjadi pada
permukaan kristalit
g. Cis (struktur)
Untuk istilah polimer, awalan yang menyatakan jenis struktur molekul. Untuk beberapa
rantai atom karbon tidak jenuh di dalam sebuah unit mer, sebuah atom sisi atau
sekelompok atom sisi yang dapat diletakkan pada salah satu sisi rantai atau
berkebalikan secara langsung 180° posisi rotasinya. Pada sebuah struktur cis, dua
kelompok sisi seperti itu di dalam mer yang sama terletak pada sisi yang sama
(contohnya cis-isopren)
h. Kopolimer
Sebuah polimer yang terdiri dua atau lebih unit mer yang tidak sama yang berkombinasi
disepanjang rantai molekulnya
i. Polimer saling silang (crosslinked polymer)
Sebuah polimer dimana rantai atom lurus yang saling berdekatan tersambung dengan
iktan kovalen dengan posisi yang bervariasi
j. Kristalit
Sebuah daerah di dalam polimer Kristal yang semua rantai molekulnya berurutan dan
sejajar (aligned).
k. Derajat polimerisasi
Rata-rata jumlah unit mer per molekul rantai molekul polimer
l. Kopolimer cangkok (graft copolymer)
Sebuah kopolimer dimana sisi cabang homoplimer setiap jenis mernya dicangkokkan ke
rantai hopolimer utama dari sebuah mer yang berbeda
m. Homopolimer
Sebuah polimer yang memiliki sebuah struktur rantai dimana semua unit mer nya
berjenis sama
n. Isomerisme
Fenomena dimana dua atau lebih molekul polimer atau unit mer yang memiliki
komposisi sama tetapi memiliki susunan structural dan sifat yang berbeda
o. Konfigurasi Isotaktik
Sebuah tipe konfigurasi rantai polimer dimana setiap kelompok sisinya memiliki letak sisi
yang sama pada rantai molekulnya.
p. Polimer lurus (linear polymer)
Sebuah polimer dimana setiap molekulnya terdiri dari unit mer bifungsional yang
tersambung ujung ke ujung pada setiap rantai tunggal.
q. Makromolekul
Sebuah molekul yang sangat besar yang terbuat dari ribuan atom-atom
r. Mer
Kumpulan atom-atom yang terdapat pada sebuah unit berulang polimer
s. Reaksi kimia Molekul
Berkenaan hanya pada komposisi , tidak terhadap struktur sebuah mer
t. Struktur Molekul
Berkenaan dengan penyusunan atom di dalam dan penyambungan antara molekul-
molekul polimer
u. Berat molekul
Jumlah berat atom dari semua atom yang terdapat pada sebuah molekul
v. Monomer
Sebuah molekul yang terdiri dari sebuah mer
w. Polimer jaringan (network polymer)
Sebuah polimer yang terdiri dari unit mer trifungsional yang membentuk molekul tiga
dimensi
x. Polimer
Padatan, bukan senyawa logam (umumnya organic) yang memiliki berat molekul besar
yang strukturnya terdiri dari unit kecil yang berulang (mer)
y. Kristalisasi polymer (polymer cristallinity)
Untuk polimer, merupakan kondisi dimana sebuah susunan atom yang periodic dan
berulang yang tercapai melalui penjajaran (alignment) rantai molekul
z. Kopolimer acak (random copolymer)
Sebuah polimer dimana dua unit mer yang berbeda secara acak terdistribusi sepanjang
rantai molekul
aa. Kondisi Jenuh (saturated)
Sebuah istilah yang menjelaskan sebuah atom karbon yang hanya menyumbangkan
satu ikatan kovalen dengan empat atom lainnya
bb. Spherulit
Sekumpulan kristalit polimer seperti pita yang keluar dari pusatnya, dimana kristalitnya
dipisahkan dari daerah amorphus
cc. Stereoisomerisme
Polimer isomerisme dimana kelompok sisi di dalam unit mer terikat sepanjang rantai
molekul dalam urutan yang sama, tetapi memiliki urutan spasial yang berbeda
dd. Konfigurasi syndiotaktik
Konfigurasi rantai polimer dimana setiap kelompok sisi secara beraturan posisinya
selang-seling pada sisi rantai yang berkebalikan
ee. Polimer termoplastik
Sebuah material polimer yang melunak ketika dipanaskan dan mengeras pada saat
didinginkan. Pada saat kondisi dingin, barang hasil produksi dibuat dengan pencetakan
atau di ekstruksi (ditekan)
ff. Polimer thermosetting
Sebuah material polimer yang, sekali setelah mengeras dengan sebuah reaksi kimia,
tidak akan melunak atau meleleh dengan pemanasan selanjutnya.
gg. Trans (struktur)
Untuk polimer, sebuah awalan yang menyatakan tipe struktru molekul. Untuk beberapa
rantai karbon yang tidak jenuh atom disetiap unit mer, sebuah atom sisi atau kelompok
ataom dapat terletak pada salah satu sisi rantai, atau langsung berkebalikan pada posisi
berkebalikan 180°. Pada sebuah struktur trans, dua sisi kelompok seperti itu pada mer
yang sama terletak pada sisi rantai yang bekebalikan (contoh trans-isopren)
hh. Mer trifungsional
Menyatakan unit mer yang memiliki tiga posisi ikatan aktif
ii. Kondisi tidak jenuh (unsaturated)
Sebuah istilah yang menjelaskan atom karbon yang berpartisipasi pada ikatan kovalen
ganda atau ikatan kovalen triple, sehingga tidak terikat seluruhnya pada empat atom
lainnya.

Anda mungkin juga menyukai