Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

MATA KULIAH PILIHAN


TEKNOLOGI POLIMER
“Resume Pertemuan 1-6”

Dosen Pengajar : Susanto, S.Pd. ,M.Sc.

Nama: Syah Dafa Duta D.

Kelas : 2D-D3/21

NIM : 1831410011
Pertemuan 1 : Pengantar Teknologi Polimer

Pengertian Polimer

Menurut Billmeyer (1971), polimer (poly=banyak, meros = bagian) merupakan molekul


yang berukuran besar (makromolekul) yang tersusun atas rangkaian berulang yang saling
berkaitan membentuk ikatan kovalen. Unit ulang pada polimer, biasanya ekivalen dengan
monomer, yaitu bahan dasar polimer tersebut.

Panjang rantai polimer diukur dari jumlah unit ulang yang terdapat pada rantai, umumnya
dikenal sebagai derajat polimerisasi (DPn). Panjang rantai dari suatu polimer berbedabeda.
Oleh karena itu, berat molekul suatu polimer tidak dapat ditentukan secara pasti. Berat
molekul polimer biasanya diambil berdasarkan rata-rata berat molekul (Mw ) atau berat
molekul ratarata jumlah ( Mn ). Berat molekul polimer yang biasa digunakan sebagai
plastik, karet atau serat berkisar antara 10.000 sampai 1.000.000 (Billmeyer,1971).
Sejarah Polimer

Kimiawan Swedia Berzelius pada tahun 1833 untuk pertama kalinya menggunakan kata
polimer. Beberapa puluh tahun terakhir ini industri polimer (polimer sintetik) baru
dikembangkan. Perkembangan industri polimer diawali ketika vulkanisasi berhasil
ditemukan pada tahun 1839 oleh Charles Goodyear berasal dari Amerika Serikat. Sejak saat
itu mulai dikembangkan bermacam-macam modifikasi terhadap polimer, antara lain
dikembangkan selulosa yang dimodifikasi dengan asam nitrat (1870), damar fenolik (1907),
polifenol etena atau polistirena (1930), polietena atau polietilena (1933)
Aplikasi Polimer
Pertemuan 2 : Penamaan, Struktur, dan Sifat Polimer

Struktur Polimer

Penamaan Polimer Vinil

Dengan adanya struktur polimer yang sangat besar dituntut adanya sistem tata nama yang
sistematis. Seperti contohnya tata cara pemberian nama pada polimer vinil berdasarkan dari
nama monomernya, taktisitasnya dan isomernya.

 Nama monomer satu kata : Diawali dengan kata poli untuk nama monomernya.

 Nama monomer lebih dari satu kata atau diawali dengan satu huruf (simbol) atau
angka Diawali kata poli pada nama monomer yang diletakkan dalam kurung

 Untuk taktisitas polimer

diawali huruf i untuk isotaktik atau s (sindiotaktik)


sebelum poli

Contoh : i-polistirena (polimer polistirena dengan taktisitas isotaktik)

 Untuk isomer struktural dan geometrik

- Ditunjukkan dengan menggunakan awalan cis atau

trans dan 1,2- atau 1,4- sebelum poli

Contoh : trans-1,4-poli(1,3-butadiena)

IUPAC merekomendasikan nama polimer diturunkan dari struktur unit dasar, atau
unit ulang konstitusi (CRU singkatan dari constitutional repeating unit) :
Penamaan Polimer Non Vinil

Tata nama polimer kondensasi (polimer non vinil) umumnya lebih rumit daripada polimer
vinil. Gugus fungsional dari unit ulangan atau monomer mula-mula, penamaan polimernya
akan disesuaikan. Misalnya pada nilon, yang CH CH2 Sekilas Tentang Polimer 33 sering
dinamai dengan nilon-6,6 (66 atau 6/6), secara deskriptif dikatakan poli (heksametilen
adipamida) yang menjelaskan poliamidasi heksametilendiamin atau 1,6-heksandiamin dan
asam adipat, seperti dijelaskan dalam reaksi di bawah ini

Identitas Monomer

Identitas monomer dicirikan dengan adanya monomer-monomer sebagai penyusunnya

 Homopolimer = Polimer yang berasal dari satu jenis monomer

 Kopolimer = Polimer yang berasal dari lebih dari satu jenis monomer

 Contoh kopolimer: nilon 6,6 dan dakron


 Contoh homopolimer: polietilena,polipropilena,polistirena,pvc,teflon
,amilum,selulosa,dan poliisoprena

Rantai polimer

Bentuk rantai polimer ada yang lurus dan bercabang.


 Linear Polymer

Polimer linear tersusun atas satu rantai panjang yang kontinu, tanpa adanya
percabangan dari rantai tersebut.

 Branched Polymer

Branched polymer terdiri atas satu rantai utama yang mempunyai rantai molekul
lebih kecil sebagai cabang.

 Cross-linking

Cross-linking dalam polymer terjadi ketika ikatan valensi primer terbentuk antara
moleku-molekul rantai polymer yang terpisah. Selain ikatan dimana monomer
membentuk rantai polymer, ikatan polymer yang lain terbentuk diantara polymer
tetangganya
Ukuran Rantai (Chain Size)

Sifat jenuh polimer sangat bergantung pada ukuran dari rantai polimer. Seperti
kebanyakan molekul, ukuran molekul polimer dapat digambarkan melalui berat
molekul. Berat molekul dapat digambarkan oleh derajat polimerisasi,yaitu jumlah
monomer yang membentuk polimer.

Susunan Monomer dalam Kopolimer (Monomer Arrangement in Copolymers)

 Alternating copolymers dengan monomer yang berbeda tersusun berurutan.


 Random copolymers monomer yang berbeda tersusun acak .
 Black copolymers dengan monomer yang sama membentuk grup dan 2 grup yang
berbeda tersusun berurutan.
 Graft copolymers Rantai-rantai cabang terdiri dari monomer yang berbeda dengan
rantai utama

Stereo Polimer

Sifat Kimia Polimer

 Gaya tarik menarik antara rantai polimer memainkan peranan yang besar
terhadap sifat polimer.
 Karena rantai polimer sangat panjang, gaya antar rantai menjadi berlipat ganda
dibandingkan tarik menarik antara molekul biasa.

 Gugus samping yang berbeda dapat mengakibatkan polimer berikatan ion atau
ikatan hidrogen pada rantai yang sama.

 Semakin kuat gaya akan berakibat naiknya kuat tarik, titik leleh, dan tingkat
kristalinitas

Faktor yang mempengaruhi sifat fisik polimer

 Panjang rata-rata rantai polimer

Kekuatan dan titik leleh naik dengan bertambah panjangnya rantai polimer.

 Gaya antarmolekul

Jika gaya antar molekul pada rantai polimer besar maka polimer akan menjadi kuat dan
sukar meleleh.

 Percabangan

Rantai polimer yang bercabang banyak memiliki daya tegang rendah dan mudah
meleleh

 Ikatan silang antar rantai polimer

Ikatan silang antar rantai polimer menyebabkan terjadinya jaringan yang kaku dan
membentuk bahan yang keras. Jika ikatan silang semakin banyak maka polimer
semakin kaku dan mudah patah.

 Sifat kristalinitas rantai polimer


Polimer berstruktur tidak teratur memiliki kristanilitas rendah dan bersifat amorf (tidak
keras). Polimer dengan struktur teratur mempunyai kristanilitas tinggi sehingga lebih
kuat dan lebih tahan terhadap bahaan-bahan kimia dan enzim

Sifat Mekanik Polimer

 Kekuatan (Strength):

 Tensile Strength) Kekuatan tarik adalah tegangan yang dibutuhkan untuk


mematahkan suatu sampel.
 Compressive strength adalah ketahanan terhadap tekanan.
 Flexural strength adalah ketahanan pada bending (flexing).
 Impact strength adalah ketahanan terhadap tegangan yang datang secara tiba-
tiba.

 Elongation

Elongasi merupakan salah satu jenis deformasi. Deformasi merupakan perubahan


ukuran yang terjadi saat material di beri gaya.% Elongasi adalah panjang polimer
setelah di beri gaya (L) dibagi dengan panjang sampel sebelum diberi gaya (Lo)
kemudian dikalikan 100.

 Modulus

Modulus diukur dengan menghitung tegangan dibagi dengan elongasi. Satuan


modulus sama dengan satuan kekuatan (N/cm2).

 Ketangguhan (Toughness)

Ketangguhan adalah pengukuran sebenarnya dari energi yang dapat diserap oleh suatu
material sebelum material tersebut patah

Sifat Termal Polimer


Sifat khas bahan polimer sangat berubah oleh perubahan temperature. Hal ini
disebabkan apabila temperatur berubah, pergerakan molekul karena temperature akan
mengubah struktur (terutama struktur yang berdimensi besar). Sifat termal polimer
menurut Arifianto (2008), adalah:

 Koefisien pemuaian termal

Koefisien pemuaian panjang pada film dan serat sering terjadi penyusutan karena
panas, karena apabila temperature itu naik, cara pengumpulan molekul berubah oleh
pergerakan termal dari molekul.

 Panas jenis

Panas jenis bahan polimer kira-kira 0,25 - 0,55 cal/g/oC yang lebih besar dibandingkan
dengan bahan logam, juga lebih besar dibandingkan dengan keramik. Hal ini
disebabkan karena panas jenis adalah panas yang digunakan untuk pergerakan termal
dari molekul-molekul dalam struktur-strukturnya.

 Koefisien hantaran termal

Koefisien hantaran termal adalah harga yang penting bagi bahan polimer sehubungan
dengan panas pencetakan dan penggunaan produknya.

Menurut Hendrawati dan Wibowo (2018), sifat termal polimer:

 Glass transition temperature (Tg)

Tg adalah suhu transisi polimer amorft yang ditandai dengan polimer berubah menjadi
keras seperti gelas pada saat dibawah sushu tersebut, kemudian polimer menjadi lunak
jika diatas suhu tersebut. Jika polimer didinginkan dibawah Tg, maka polimer akan
menjadi keras dan rapuh seperti gelas.

 Melting temperature (Tm)


Tm adalah suhu transisi polimer kristalin yang ditandai dengan polimer berubah
menjadi lelehan karena mulai putusnya ikatan dari rantai-rantau polimer

Perbedaan Tm dan Tg

Temperature Melt (Tm) Temperatur glass (Tg)

Terjadi pada polimer bersifat kristal Terjadi pada polimer bersifat amorf

Melibatkan panas laten Tidak melibatkan panas laten


(dari luar)

First order transition, karena melibatkan Second order transition, karena melibatkan
perubahan kapasitas panas dan panas laten perubahan kapasitas panas tetapi tidak ada panas
laten

Berat Molekul Polimer

Berat molekul rata-rata jumlah adalah bilangan atau ukuran jumlah molekul dari setiap
berat dalam sampel uji. Sehingga, berat total dari suatu sampel uji polimer, W = jumlah
berat dari setiap bagian molekul polimer.

Massa molekul rata-rata jumlah Mn , dapat dihitung dengan menggunakan definisi Mn =


berat sampel per mol
̅̅̅̅̅), adalah hasil penjumlahan fraksi bobot masing-
Bobot molekul rata-rata bobot (𝑀𝑤
masing spesies polimer dikalikan berat molekulnya:

Pertemuan 3 : Degradasi Polimer

Degradasi polimer

Degradasi polimer merupakan perubahan sifat polimer dengan ditandai putusnya rantai
utama atau putusnya ikatan-ikatan pada gugus cabang.

Degradasi polimer menyebabkan terjadinya perubahan dalam sifat kekuatan tarik, warna,
dan bentuk dari suatu polimer

Pada polimer linier, reaksi tersebut mengurangi massa molekul atau panjang rantainya

Penyebab Degradasi

 Kerusakan karena panas (termal)

 Kerusakan karena cahaya (fotodegradasi)

 Kerusakan karena energi tinggi (radiasi)

 Kerusakan secara kimia

 Kerusakan karena mekanik

 Kerusakan secara biologi (biodegradasi)


Degradasi kimia

Degrdasi secara kimia terjadi karena adanya reaksi polimer dengan polimer di dekatnya,
sehingga menyebabkan terjadinya pemecahan suatu makromolekul menjadi molekul yang
lebih kecil.

Degradasi Kimia Negatif

 Degradasi karena Hidrolisis

 Degradasi Fluoroelastomer

 Degradasi Klor-Induced Cracking

 Degradasi Karet oleh ozon

Degradasi Kimia Positif

 Daur ulang PET


 Degradasi Nilon

Degradasi Termal (Termokimia)

 Pada temperatur tinggi, suatu polimer dengan komponen rantai utama yang panjang
akan mengalami peruraian atau degradasi dan bereaksi antara satu dengan lainnya
sehingga polimer mengalami perubahan kimia

Degradasi Cahaya (Fotodegradasi)

Fotodegradasi ialah reaksi pemisahan senyawa karena cahaya. Pada proses ini
membutuhkan suatu fotokatalis berupa bahan semikonduktor.

Degradasi Radiasi
Pada degradasi dengan energi tinggi atau radiasi, contohnya sinar gamma, sinar X atau
partikel, semua unit molekul akan terkena dampaknya jika ada faktor pendukungnya
antara lain aditif, oksigen, kristalin atau pelarut tertentu

Degradasi Mekanis

Degradasi mekanis bisa berlangsung saat pemprosesan maupun ketika produk tersebut
digunakan yaitu dengan adanya gaya geser, dampak benturan, adanya tekanan dan
sebagainya

Degradasi biologi (Biodegradasi)

Biodegradasi adalah perombakan atau pemecahan bahan organik yang dilakukan oleh
mikroba hidup. Perombakan ini bertujuan untuk menghasilkan energi yang digunakan
untuk kelangsungan hidupnya. Perombakan bahan organik tertentu akan terjadi serangkaian
reaksi kimia enzimatik atau biokimia yang dilakukan oleh mikroba tertentu pula dan
keadaan yang sesuai untuk tmbuh kembangnya mikroorganisme tersebut.

Klasifikasi Polimer Sintetik Biodegradasi

Poli etilena, Polipropilena, Polivinil klorida (PVC), Polyethylene terephthalate


(PET), Polistiren (Polystyrene), Polikarbonat (polycarbonate), Polimer Akrilat,
Poliester, Karet sintetik, Polivinil Asetat, Nilon

Klasifikasi Polimer Alami Biodegradasi

Pati, Selululosa, Glikogen, Protein, Kitin, Kitosan, Karet

Pertemuan 4 : Polimer Termoplastik dan Termosetting

Definisi Polimer Termoplastik

 Polimer termoplastik adalah polimer yang ketika dipanaskan akan mengalami


pelelehan dan dapat dibentuk sesuai pola yang diinginkan.
Definisi Polimer Termosetting

 Polimer termosetting adalah polimer yang tidak mengalami pelelehan ketika


dipanaskan.

Perbedaan sifat polimer termoplastik dan plastik termosetting

Polimer termoplastik Polimer termosetting

Mudah diregangkan Keras dan rigid

Fleksibel Tidak fleksibel

Melunak jika dipanaskan Mengeras jika dipanaskan

Dapat meleleh leleh ketika dipanaskan Tidak meleleh jika dipanaskan

Dapat dibentuk ulang Tidak dapat dibentuk ulang

Klasifikasi Polimer Termoplastik

 Polietilen (PE)

Polietilen (PE) merupakan produk polimer plastik yang paling banyak dipakai
dalam kehidupan sehari-hari mulai dari plastik tipis (film) yang lunak hingga rompi
anti peluru

 Polipropilen
o Polipropilen mempunyai suhu pelelehan lebih tinggi daripada polietilen.
o Polipropilen bisa tahan sampai suhu dibawah 165oC.
o beberapa produk kerumah tangga seperti piring plastik (yang kadang
menerima panas dari nasi) dibuat dari polipropilen.
o Sebagai fiber polipropilen banyak dimanfaatkan untuk karpet dalam rumah
maupun sebagai rumput sintetis untuk pelatihan oleh raga golf

 Polistiren (PS)

Beberapa produk seperti boneka, pengering rambut (hair drier) dan beberapa
peralatan dapur dari plastik rata-rata terbuat dari polistirine.

 Polimetilmetakrilat (PMMA)

o Polimetilmetakrilat disingkat mampu menggantikan sebagian fungsi kaca


karena mempunyai transmitan yang bagus.
o Aplikasinya dalam Lampu mobil, “kaca” jendela, atap pemberhentian bus,
akuarium raksasa pada Sea World .
o Produk khusus PMMA juga dimanfaatkan sebagai bahan lensa kontak mata.
o Polimerisasi PMMA bersifat radikal bebas dengan monomer
metilmetakrilat. Hasilnya adalah PMMA dengan suhu transisi kaca Tg = 115
oC.
 Polivinil Asesat
PVA merekatkan antara lembaran kayu satu dengan lainnya pada plywood
misalnya. Selain itu PVA juga dimanfaatkan oleh industri tekstil dan kertas sebagai
lapisan (coating) yang memberi kesan mengkilap. PVA termasuk golongan polimer
vinil dimana reaksi dasarnya adalah radikal bebas dengan monomer vinil asetat
 Polivinilklorida (PVC)
o Produk PVC sangat dikenal di masyarakat dalam bentuk pipa paralon.
o Produk PVC lain seperti jas hujan, isolator listrik, boneka dan lain
sebagainya.
o penemuan PVC cukup unik, kimiawan Jerman Fritz Klatte mencoba
mereaksikan gas asetilen dengan asam khlorida yang menghasilkan vinil
khlorida yang mengalami polimerisasi menjadi PVC
o PVC dapat menghasilkan produk PVC tipe kaku dan tipe lunak.
o PVC tipe lunak dapt diperoleh bila selama proses polimerisasi
ditambahkan plastisizer
o polimerisasi tanpa penambahan plastisize akan diperoleh PVC tipe kaku
mempunyai berat molekul antara 25.000 s/d 150.000.
o Untuk jenis PVC yang lebih tahan panas dapat diperoleh dengan khlorinasi
sehingga didapatkan chlorinated polyvinyl chloride (CPVC)

Contoh lain: Poliamida, Politetrafluoretilen (PTFE).

Klasifikasi Polimer Termosetting

 Epoksi (EP)

o Proses pembuatan epoksi resin pada dasarnya dilakukan melalui dua tahap.
Tahap pertama adalah membuat gugus diepoksi.
o Gugus diepoksi dibuat dengan mereaksikan bisfenol A dengan
epikhlorohidrin dalam suasana basa.
o Bila epoksi resin mempunyai struktur molekul raksasa maka produknya
berupa padatan yang teramat keras

 Poliimida

Poliimida mempunyai strukrur dasar berupa gugus molekul imida seperti dibawah.
R, R’ dan R’’ merupakan hidrokarbon. Kebanyakan polimer poliimida merupakan
produk atau bahan dengan kekerasan yang tinggi.
 Aramid
Produk aramid yang dikenal dengan nama dagang Kevlar dan Nomex
dimanfaatkan antara lain sebagai baju anti peluru, baju tahan panas dan
sebagainya.Polimer yang istimewa oleh karena ketangguhannya terhadap
panas dan juga kekerasannya yang luar biasa

 Melamine-formaldehid (MF), Urea-Formaldehid (UF), Unsaturated polyester (UP),


Fenolik (PF), Poliuretan (PUR)

Pertemuan 5: Klasifikasi Polimer berdasarkan sifat elastisnya, Polimer Termoplastik


rekayasa dan Polimer Khusus

Klasifikasi polimer berdasarkan sifat elastisnya

Serat

 Memiliki struktur yang seragam dan rapi yang mayoritas berbentuk kristalin
 Memiliki kecenderungan ikatan menuju satu arah
 Jika dilakukan peregangan ke arah tegak lurus dari arah serat akan mudah patah
 Jika ditarik ke arah yang sama dengan alur, maka akan terasa kekuatan serat

Elastomer

 produk polimer yang elastis

Serat (Fiber)

1. Selulosa

Turunan dari seloluse yaitu hidroksietilselulose.Hidroksietilselulose dimodifikasi


dari unit monomer selulose dimana gugus hidroksil digantikan dengan gugus
hidroksietil..
2. Aramid

polimer yang tergolong high performance fiber.Produk aramid yang dikenal dengan
nama dagang Kevlar dan Nomex sebagai bahan anti peluru.

3. Poliester

Polietilen tereftalat (PET)

o Tg rendah
o Digunakan untuk botol air minuman dalam kemasan
o Digunakan sebagai di industri tekstil

Polietilen Naftalat (PEN)

o Tg tinggi
o Dapat digunakan sebagai kemasan makanan

Contoh lain: Poliakrilonitril, Poliuretan, Fiberglass dan serat karbon, Nilon

Elastomer

1. Poliisopren

Karet alam,karet sintesis dari isoprena dengan katalisator Zieger-Natta [TiCl4 dan
Al(C2H5)3 ]

2. Senyawa organik berbasik Silikon

o Cair dimanfaatkan sebagai pelumas


o Padat berupa polidimetilsiloksan dimanfaatkan sebagai keramik tahan panas
untuk take off pesawat luar angkasa

Contoh lain: Polibutadien, Polikloropren, Polibutilen, Kopolimer stiren-


butadien-stiren, Ethylene –Propylene Rubber (ERP)
Polimer Termoplastik rekayasa dan Polimer khusus

1. Polifenilen Sulfida

Polimer termoplastik rekayasa yang banyak dipakai oleh industri kimia seperti
sebagai komponen pompa. Tahan terhadap bebagai bahan kimia yang korosif,
selain juga tahan terhadap gesekan serta panas tinggi struktur kristal dengan suhu
lelehnya tinggi yaitu 285oC. sedikit menyulitkan dalam pemrosesan saat pencetakan
PPS umumnya dibentuk (dengan disuntikkan kedalam cetakan atau molding) pada
suhu diatas 300 oC.

2. Polietersulfon

Selain tahan panas tinggi PES juga sangat stabil bila terkena uap (steam) .PES
banyak dipergunakan dalam proses sterilisasi peralatan kedokteran.

3. Polifenilenoksida

Produk PPO mempunyai kekerasan yang cukup tinggi, namun mudah pecah (getas).
Oleh karenanya PPO umumnya dicampur dengan high impact polistirine (HIPS)
untuk menaikan performa lebih liat juga lebih mudah diproses.

4. Poliketon

Poliketon baru meleleh bila dipanaskan hingga suhu diatas 255 oC.

5. Polimer Fluoro

Politetrafluroetilen (PTFE) memiliki Suhu pellehan PTFE adalah 327oC .Dalam


perdagangan PTFE lebih banyak dikenal dengan Teflon yang diproduksi oleh Du
Pont. Peralatan yang dilapisi PTFE memiliki struktur tidak lengket, tahan panas,
tahan bermacam bahan kimia, halus

6. Polielektrolit
Produk polimer spesial dengan karakteristik dapat membentuk ion postif dan
negatif manakala berada dalam air sehingga terjadinya peruraian rantai polimer
dan polimer mengental

7. Polisilan

Produk polisilan berupa polidimetilsilan cukup keras, sulit larut dan tahan panas.

8. Poligerman dan Polistanan

Polimer anorganik yang mengacu pada senyawa Germanium (Ge) dan Stanum (Sn).
Polimer anorganik yang memiliki aplikasi sebagai konduktor listrik

9. Polifosfazen

Rantai utama terdapat dua jenis atom yaitu atom P dan atom N

10. Polimer Kristal cair

Polimer kristal cair (liquid crystal polymer, LCP). Diaplikasikan pada layar LCD
(liquid crystal display). Kreasi awal mengenai LCP ditemukannya poliester kristal
cair dengan nama dagang Vectra dan nama dagang Xydar.

11. Plastikbio

Bioplastik yaitu jenis plastik yang dapat diurai alam (biodegradable).terbuat dari
bahan dasar seperti hasil pertanian misalnya yang merupakan renewable resources .

Pertemuan 6 : Reaksi Polimer

 Reaksi Polimerisasi adisi

Pembentukan polimer yang berdasarkan reaksi adisi, dan terjadi pada monomer
yang mempunyai ikatan rangkap yang ditandai dengan terbukanya ikatan rangkap
menjadi ikatan tunggal .
Mekanisme reaksi polimerisasis adisi dapat melalui radikal bebas:

 Inisiasi (Tahap pembentukan radikal bebas)


 Propagasi (Tahap perpanjangan monomer)
 Terminasi Tahap pemotongan atau penyetopan reaksi)

 Reaksi Polimerisasi kondensasi

Pembentukan polimer dimana dua atau lebih monomer bergabung membentuk


molekul yang lebih besar dengan melepas suatu molekul kecil, seperti H2O,
NH3, HCl dan CH3OH

Ciri polimerisasi kondensasi :

 Bersifat step reaction dimana rantai polimer yang sedang tumbuh (growing
chain) dapat saling bereaksi dan ada sisa atau hasil samping
 Reaksinya lebih lambat
 Reaksinya berhenti saat kehabisan gugus fungsional
 Reaksinya satu per satu

 Reaksi Polimerisasi anionic

 Pada polimerisasi anionik digunakan anion (ion bermuatan negatif)


sebagai inisiator atau katalisator. Salah satu inisiator yang sering dipakai
dalam polimerisasi anionik adalah butil litium.
 Terbentuk Anion yang bermuatan negatif pada atom karbon (disebut
carabanion).
 Identik dengan mekanisme radikal bebas, pada polimerisasi anionik
juga terbagi dalam tiga langkah inisiasi, propagasi dan terrminasi

 Reaksi Polimerisasi kationik


 Polimerisasi kationik mempunyai ciri yaitu penggunaan kation sebagai
inisiator. Kation adalah ion bermuatan positif yang dalam ilustrasi dibawah
menggunakan simbol K+.
 Ikatan rangkap akan terbuka dan bersama dengan kation membentuk
senyawa yang bermuatan positif.
 Dengan monomer baru senyawa tersebut berinteraksi membentuk rantai
yang lebih panjang
 Contohnya Reaksi pembentukan poliisobutilen dengan katalis KCH3

 Reaksi Polimerisasi koordinasi

Polimerisasi koordinasi banyak terdapat pada gugus olefin dimana dalam prosesnya
menggunakan kombinasi katalisator dan ko-katalisator. Katalisator yang dipakai
merupakan logam transisi dari grup IV s/d VIII, sedang ko-katalisator adalah
organometalik dari grup Is/d III.Kataliastor Ziegler-Natta merupakan campuran
katalisator dan ko-katalisator yang banyak dipakai dalam polimerisasi
koordinasi untuk memproduksi poliropilen dan polietilen. Salah satu contoh adalah
campuran antara TiCl3 dan AL(C2H5)2Cl atau TiCl4 dan AL(C2H5)3 .
Sumber Pustaka

 B. A. Harsojuwono dan I. W. Arnata, Teknologi Polimer Industri Pertanian.


Malang: Intimedia, 2017.

 B.D. Anwar, dan G. Yuliani, Kimia Polimer, Tanggerang Selatan: Universitas


Terbuka, 2019.

 F.W. BillMeyer, Textbook of Polimer Science, New York: John Wiley & Sons,
1984.

 W. Pudjiastuti, A. Listyarini dan S. Sudirman, Polimer Nanokomposit Sebagai


Master Batch Polimer Biodegradable Untuk Kemasan Makanan, Jurnal Riset
Industri, . 2012, Vol. VI No. 1, Hal. 51-60

 R. A.F. Siburian dkk., Polimer: Ilmu Material, Medan: USU Press, 2017.

 G.T. Austin, Shreve’s Chemical process industries fifth edition. Singapore :


Mc Graw-Hill International Company, 1984.

 R. Rochmadi dan A. Permono, Mengenal Polimer dan Polimerisasi, Cetakan 2.


Yogyakarta: UGM Press, 2018.

 N. Hendrawati dan A.A. Wibowo, Teknologi Polimer, Malang: Polinema Press.

 G. A. Kalfas, Mathematical Modeling of the Depolymerization of Polyamide


Mixtures - Part I: Kinetic Mechanism and Parametric Studies in Batch Reactors,
Polymer Reaction Engineering, 6:1 (1998), 41-67

 Suwardi, C.F. Partana, A. Salim, dan D. Anitasari, Sintesis Dibenzil Tereftalat


Melalui Depolimerisasi Plastik Poli(etilena Tereftalate) Sebagai Alternatif Daur
Ulang Plastik Bekas , Makara, Teknologi, Vol. 9, No. 1, April 2005: 20-24
 A.S. Seto dan A.M. Sari. (2013) Pembuatan Selulosa Asetat Berbahan Dasar
Nata De Soya, Konversi, Vol. 2 No. 2: hal 1-11.

 Tao, C., Gao, M.-H., Yin, B.-H., Li, B., Huang, Y.-P., Xu, G., and Bao, J.-J.
(2017). A Promising TPU/PEO Blend Polymer Electrolyte for All-Solid-State
Lithium Ion Batteries. Electrochimica Acta, 257:31–39. DOI:

 A.S. Seto dan A.M. Sari. (2013) Pembuatan Selulosa Asetat Berbahan Dasar
Nata De Soya, Konversi, Vol. 2 No. 2: hal 1-11.

Anda mungkin juga menyukai