Anda di halaman 1dari 3

SUWARDI SEORANG TOKOH YANG MENGEMBANGKAN

WAYANG BEBER DI PACITAN

Suwardi adalah seorang tokoh seniman di Pacitan yang sangat rajin serta kaya
ide dalam hal penciptaan karyanya. Penuangan ide yang kreatif pada setiap karya
buatannya sehingga menjadikan setiap karyanya memiliki nilai filosofis dan estetis.
Tokoh seniman ini termasuk pada golongan seniman yang sangat produktif dan
inovatif pada setiap karyanya serta sering mengikuti berbagai pameran baik nasional
ataupun internasional. Berawal pada kayu sebagai media yang dibentuk oleh rayap
dan beranggapan bahwa rayap merupakan inspirasinya dalam menciptakan karya
patung maupun mebel antiknya. Selain berkarya pada bidang tersebut, suwardi juga
meluki dan kemampuan ini dikembangakna pada pengembangan wayang beber di
Pacitan (Lis, 2014).
Karya wayang beber milik Suwardi juga telah diikutkan pada berbagai
pameran seni rupa serta festival wayang baik secara nasional ataupun internasional.
PAcitan sendiri dikenal sebagai salah satu daerah wisata dengan banyaknya pantai
dan gua yang memanjakan mata serta sering dikunjungi oleh berbagai wisatawan baik
turis lokal ataupun asing (Pamadhi, 2018). Selain menjadi daerah wisata Pacitan juga
mempunyai salah satu ciri khas pada karya seni rupa yang menjadi daya Tarik lainnya
yaitu pertunjukan seni wayang beber (Pratama & Oemar, 2016). Wayang beber
sendiri memang bukanlah salah satu jenis wayang yang cukup dikenal di dunia, tetapi
hal inilah yang membuat Suwardi mempelajari seni rupa ini dan menjadikan karya
ciptaannya untuk diperlihatkan dan dikenalkan ke publik baik secara nasional ataupun
dunia internasional.
Wayang beber merupakan sebuah asset yang menjadikan inspirasi serta
memperkuat budaya local itu sendiri di Pacitan. Sehingga wayang beber yang
menjadi seni rupa publik ini perlu dilestarikan akan keberadaanya dimana pada saat
ini semakin tergusur oleh budaya modern yang hadir. Persoalan tersebut meembuat
Suwardi terus menggali kesenian ini untuk memperkenalkannya kepada masyarakat
lua dengan harapan dapat menumbuhkan rasa bangga akan keberadaan seni rupa
tradisisi ini di Pacitan. Rafsanjani (2014) mengemukakan bahwa wayang adalah
sebuah jati diri Bangsa serta di dalamnya memiliki berbagai jenis seni baik music,
tari, drama dan seni rupa itu sendiri. Kesenian ini perlu dilestarikan agar
keberadaannya senantiasa selalu ada dan tidak hilang. Furchan dan Maimun (2005)
mengemukakan bahwasannya ketokohan seseorang dapat diakui ketika sebagian
besar masyarakan mampu meberikan sebuah apresiasi positif dan mengidolakannya
sebagai seseorang yang dapat ditokohkan untuk memberikan penyelesaian akan
berbagai permasalahan pada bidangnya.
Dampak yang diberikan Suwardi pada seni rupa publik ini yaitu dengan
banyaknya karya yang diciptakan serta diikutkan pada berbagai gelaran karya dan
mendapatkan apresiasi dari berbagai kalangan seperti masyarakat, pemerintah, tokoh
seni, dan lain sebagainya. Penghargaan yang Suwardi terima adalah suatu bentuk
pengakuan dari publik akan karya ciptaannya. Selain itu juga dengan berdirinya
berbagai sanggar seni yang Suwardi buat mampu memiliki peran sebagai seniman
yang mampu mengatur masyarakat pada tempat tinggal sekitarnya untuk berkarya,
mencintai serta melestarikan kesenian seni rupa wayang beber di Pacitan. Melalui
berbagai pameran seni rupa yang diikuti di nasional maupun internasional
menjadikan posisi Suwardi sebagai seniman dan mempunyai kontribusi dalam seni
rupa di Pacitan.
Berdasrakan uraian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwasannya wayang
beber merupakan sebuah asset yang dapat menjadikan sumber inspirasi dalam upaya
memperkuat budaya local khususnya di Pacitan ataupun nasional. Suwardi mampu
memperkenalkan kesenian wayang beber dan menumbuhkan kebanggaan masyarakat
akan budaya serta seni rupa tradisi di Pacitan. Dengan apa yang dilakukan Suwardi
maka dia mampu berperan sebagai tokoh seniman yang mampu untuk
mengorganisasi masyarakat di Pacitan untuk mecintai dan melestarikan wayang beber
dan dengan berbagai upaya yang dia lakukan membuatnya mampu membuat wayang
geger dapat semakin dikenal publik baik secara nasional maupun internasional.
REFERENSI
Furchan, Arief dan Agus Maimun. (2005). Studi Tokoh, Metode Penelitian Tokoh,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Lis, M. (2014). Contemporary" Wayang Beber" in Central Java. Asian Theatre
Journal, 3(1) 505-523.
Pamadhi, H. (2018). Wayang Beber. PARAIANOM. Jurnal Pengkajian Seni Budaya
Tradisional, 1(1), 16-30.
Pratama, R. F., & Oemar, E. A. (2016). Analisis Visual Tokoh Panji Asmorobangun
dan Dewi Sekartaji Wayang Beber Pacitan Melalui Pendekatan Semiotik.
Jurnal Pendidikan Seni Rupa, 4(3), 393-403.
Rafsanjani, A. (2014). Figur-figur Wayang Sebagai Inspirasi dalam Karya Seni
Lukis, Jurnal Seni Rupa, 3(1), 1-8..

Anda mungkin juga menyukai