Anda di halaman 1dari 48

PERANCANGAN KEAMANAN PINTU RUMAH

MENGGUNAKAN E-KTP BERBASIS SENSOR RFID (RADIO


FREQUENCY IDENTIFICATION)

Disusun dan Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Ujian Akhir


Memperoleh Gelar Sarjana Komputer Pada Fakultas Teknik
Universitas Pembangunan Panca Budi
Medan

SKRIPSI

OLEH :

NAMA :
N.P.M :
PROGRAM STUDI :
KONSENTRASI :

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN PANCA BUDI
MEDAN
2023
PERANCANGAN KEAMANAN PINTU RUMAH
MENGGUNAKAN E-KTP BERBASIS SENSOR RFID (RADIO
FREQUENCY IDENTIFICATION)
Laporan Skripsi Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menempuh Ujian Akhir
Memperoleh Gelar Sarjana Komputer Pada Fakultas Teknik
Universitas Pembangunan Panca Budi
Medan

SKRIPSI

OLEH :

NAMA :
N.P.M :
PROGRAM STUDI :
KONSENTRASI :

Diketahui dan Disetujui Oleh :

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

.................................. .......................................

Diketahui dan Disetujui Oleh :

Dekan Fakultas Teknik Kepala Program Studi Sistem


Komputer

................................................. ........................................................
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sistem keamanan pintu rumah menjadi isu yang sangat penting pada zaman

sekarang ini. Isu keamanan dalam rumah merupakan sesuatu hal penting dan

sering dibicarakan di lingkungan sekitar. Sistem keamanan rumah yang kurang

terjaga dapat mengundang hal-hal yang tidak diinginkan seperti pencurian dan

sebagainya. Oleh sebab itu dibutuhkan suatu sistem keamanan pintu untuk

keamanan yang dapat menjaga keamanan setiap waktu bahkan melindungi asset

dan privasi yang dimiliki.

Pada umumnya pengaman pintu rumah yang digunakan masyarakat masih

menggunakan kunci biasa. Dalam memenuhi kriteria diatas, maka pengembangan

peralatan keamanan ini terus diteliti dan diuji dengan baik. Sebagai pengganti

kunci pintu manual, pemanfaatan RFID telah dilakukan pada penelitian

sebelumnya. Sistem Radio Frequency Identification (RFID) adalah sebuah

teknologi yang dapat mendeteksi identitas pengguna dimana proses ini terbilang

unik karena tidak harus bersentuhan langsung dengan RFID Reader. Kunci pintu

manual yang biasanya digunakan juga diganti dengan kunci pintu solenoid yang

hanya dapat diaktifkan dengan arus listrik. Hal ini memungkinkan untuk

menggunakan keamanan yang berlapis dikarenakan cara manual tidak dapat lagi

digunakan.

Radio Frequency Identification (RFID) juga merupakan perangkat yang

digunakan untuk mengidentifikasi suatu benda dengan gelombang


elektromagnetik. RFID dapat berfungsi untuk bermacam-macam aplikasi seperti

pada sistem keamanan sebagai hak akses dan transfortasi. Sehingga RFID pada

penelitian ini sangat cocok untuk diterapkan atau diimplementasikan pada

prototype sistem keamanan pintu rumah karena dapat menjadikan sebagai

keamanan berlapis (K.E. Akbar, 2019).

Pada penelitian ini, Radio Frequency Identification (RFID) akan

dimanfaatkan untuk membaca data dari kartu tanda pengenal (E-KTP). Data dari

E-KTP saat ini memiliki data yang unik yang merupakan ID dari setiap pemegang

E-KTP. Data tersebut yang akan dimanfaatkan untuk pengenal dari sistem

keamanan yang akan dirancang. Jika didapatkan ketidak-cocokan data, sistem

tidak akan bekerja. Dari pemanfaatan teknologi tersebut, diangkat sebuah

penelitian dengan judul “Perancangan Keamanan Pintu Rumah Menggunakan

E-KTP Berbasis Sensor RFID (Radio Frequency Identification)”, yang

diharapkan dapat memenuhi penelitian-penelitian saat ini dan menjadi acuan

untuk penelitian selanjutnya.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam skripsi ini

adalah sebagai berikut :

a. Bagaimana cara merancang sistem keamanan pintu rumah menggunakan

Radio Frequency Identification (RFID) RC-522 yang dapat membaca

data dari E-KTP?

b. Bagaimana cara merancang sistem keamanan pintu rumah dengan

menggunakan Arduino sebagai kontroler?


c. Bagaimana cara menganalisis hasil uji rancangan sistem keamanan pintu

rumah menggunakan Radio Frequency Identification (RFID) RC-522?

1.3 Batasan Masalah

Untuk menghindari penyimpangan pembahasan dari tujuan penulisan

skripsi, maka perlu diambil beberapa batasan masalah, yaitu :

a. Hanya membahas tentang sistem keamanan pintu rumah dengan

menggunakan Radio Frequency Identification (RFID) dengan tipe RC-

522

b. Hanya membahas tentang sistem keamanan pintu rumah menggunakan

kontroler Arduino Uno

c. Tidak membahas tentang sistem keamanan lain dengan menggunakan ID

Card lain selain E-KTP

d. Tidak membahas tentang ID Card negara lain selain E-KTP yang

dipegang oleh masyarakat Negara Indonesia

e. Hanya menggunakan bahasa program C dengan compiler Arduino IDE

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam skripsi ini adalah :

a. Untuk mengetahui cara merancang sistem keamanan pintu rumah

menggunakan E-KTP.

b. Untuk mengetahui cara merancang sistem keamanan pintu rumah

menggunakan Radio Frequency Identification (RFID) RC-522.


c. Untuk mengetahui cara menganalisis hasil uji rancangan sistem

keamanan pintu rumah menggunakan Radio Frequency Identification

(RFID) RC-522.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian dalam penyusunan skripsi ini adalah :

a. Untuk penulis :

Penambah wawasan dan diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan

dan kemampuan mahasiswa dalam melakukan perancangan sistem

menggunakan mikrokontroler atau arduino dan meningkatkan

kemampuan mahasiswa dalam menulis pemrograman mikrokontroler

menggunakan bahasa C dengan compiler Arduino IDE (Integrated

Development Environment).

b. Untuk pengguna :

1) Memberikan keamanan yang lebih baik untuk rumah dikarenakan

menggunakan kunci pintu yang berbeda dari biasanya.

2) Berfungsi sebagai sistem keamanan pintu rumah menggunakan Radio

Frequency Identification).

3) Berfungsi sebagai sistem keamanan pintu rumah yang dapat

memanfaatkan E-KTP untuk mengaktifkan sistemnya.

1.6 Sistematika Penulisan

Dalam penulisan laporan skripsi ini akan disusun secara sistematis yang

terdiri atas bagian-bagian yang saling berhubungan sehingga diharapkan akan

mudah dipahami dan dapat diambil manfaatnya.


BAB 1 Pendahuluan

Pada Bab ini berisi Latar Belakang, Perumusan Masalah, Batasan Masalah,

Tujuan Penelitian, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan.

BAB 2 Landasan Teori

Pada Bab ini berisi tentang teori-teori pendukung tentang sistem keamanan

pintu rumah menggunakan Radio Frequency Identification (RFID) yang

bersumber dari jurnal, buku, e-book, dan lain sebagainya.

BAB 3 Metode Perancangan Alat

Pada Bab ini dijabarkan metode perancangan sistem atau prototype

penelitian baik dalam bentuk implementasi maupun desain. Penjelasan dapat

meliputi diagram blok, diagram alur sistem atau deskripsi matematis dari

objek yang diteliti.

BAB 4 Hasil Pengujian

Pada Bab ini berisi penjabaran hasil analisa, hasil pengujian, hasil

perancangan hingga muncul hasil akhir dari penelitian.

BAB 5 Kesimpulan Dan Saran

Pada Bab ini merupakan penutupan yang meliputi tentang kesimpulan dari

pembahasan yang dilakukan dari skripsi ini serta saran apakah rangkaian ini

dapat dibuat lebih efisien dan dikembangkan perakitannya pada suatu

metode lain yang mempunyai sistem kerja yang sama.


BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Kunci (Security)

Kunci adalah perangkat mekanik atau elektrik yang dikendalikan oleh suatu

objek fisik (seperti kunci, kartu, sidik jari, kartu RFID Radio Frequency

Identification data dan token keamanan) yang berisi informasi rahasia atau dibuat

secara unik (tidak diduplikasi). Kunci umumnya digunakan untuk memungkinkan

seseorang mengakses sesuatu yang dilindungi dalam tempat maupun ruang

tertentu, sehingga kunci dapat disebut sebagai perangkat kontrol akses. Sistem

penguncian pertama ditemukan pada reruntuhan Nineveh, ibukota dari Assyria

kuno. Kemudian berkembang ke kunci pin kayu di Mesir, yang terdiri atas baut,

pintu, dan kunci. Ketika kunci di masukkan, pin diantara pintu terangkat dari

lubang diantara baut yang memungkinkannya untuk bergerak. Ketika kunci

dilepas, pin terlepas ke dalam baut yang mencegah pergerakan, seperti pada

gambar 2.1.

Gambar 2.1 Kunci Pin Kayu Mesir Kuno


2.2 RFID (Radio Frequency Identification)

Radio Frequency Identification (RFID) adalah teknologi untuk

mengidentifikasi dan mengendalikan data dari jarak jauh menggunakan transmisi

gelombang radio. RFID menggunakan sarana transponder atau RFID tag untuk

menyimpan dan mengambil data dari jarak jauh. RFID tag mirip dengan

penggunaan barcode yang melekat pada sebuah objek yang menyimpan

identifikasi data obyek. Antenna adalah salah satu komponen penting pada RFID

tag yang digunakan untuk mengirim dan menangkap sinyal informasi yang

dipancarkan antenna menggunakan gelombang radio (Yuwono, 2014).

Berdasarkan definisi menurut (Maryono, 2005) identifikasi dengan frekuensi

radio adalah teknologi untuk mengidentifikasi seseorang atau objek benda

menggunakan transmisi frekuensi radio, khususnya 125kHz, 13.65MHz, atau 800-

900MHz. RFID menggunakan komunikasi gelombang radio untuk secara unik

mengidentifikasi objek atau seseorang. Terdapat beberapa pengertian RFID

menurut (Maryono, 2005) yaitu :

a. RFID (Radio Frequency Identification) adalah sebuah metode

identifikasi dengan menggunakan sarana yang disebut label RFID atau

transponder (tag) untuk menyimpan dan mengambil data jarak jauh.

b. Label atau transponder (tag) adalah sebuah benda yang bisa dipasang

atau dimasukkan di dalam sebuah produk, hewan atau bahkan manusia

dengan tujuan untuk identifikasi menggunakan gelombang radio. Label

RFID terdiri atas microchip silicon dan antenna.

Suatu sistem RFID secara utuh terdiri atas 3 (tiga) komponen :


a. Tag RFID, dapat berupa stiker, kertas atau plastik dengan beragam

ukuran (gambar 2.2). Di dalam setiap tag ini terdapat chip yang mampu

meyimpan sejumlah informasi tertentu. RFID tag berfungsi sebagai

transponder (transmitter dan responder) yang berisikan data dengan

menggunakan frekuensi 125 KHz.

Gambar 2.2 RFID Tag

b. Terminal Reader RFID, terdiri atas RFID reader dan antenna yang akan

mempengaruhi jarak optimal identifikasi. Terminal RFID akan

membaca atau mengubah informasi yang tersimpan di dalam tag melalui

frekuensi radio.

c. Komputer. Salah satu jenis terminal reader RFID adalah MFRC522.

MFRC522 beroperasi pada frekuensi 13.56MHz dengan konsumsi arus

10-13 mA / 3.3 Volt.

Gambar 2.3 RFID Reader MFRC522


Cara kerja RFID Reader dapat diterangkan sebagai berikut (Doni S. dkk.

2010) label tag RFID yang tidak memiliki baterai, antenna yang berfungsi sebagai

pencatu sumber daya dengan memanfaatkan medan magnet dari pembaca (reader)

dan memodulasi medan magnet. Kemudian digunakan kembali untuk

mengirimkan data yang ada dalam label tag RFID. Data yang diterima reader

diteruskan ke database host komputer. Reader mengirim gelombang

elektromagnet, yang kemudian diterima oleh antenna pada label RFID. Label

RFID mengirim data biasanya berupa nomor serial yang tersimpan dalam label,

dengan mengirim kembali gelombang radio ke reader. Informasi dikirim ke dan

dibaca dari label RFID oleh reader menggunakan gelombang radio. Dalam sistem

yang paling umum yaitu sistem pasif, reader memancarkan energy gelombang

radio yang membangkitkan label RFID dan menyediakan energy agar beroperasi.

Sedangkan sistem aktif, baterai dalam label digunakan untuk memperoleh

jangkauan operasi label RFID yang efektif, dan fitur tambahan penginderaan

suhu. Data yang diperoleh atau dikumpulkan dari label RFID kemudian

dilewatkan atau dikirim melalui jaringan komunikasi dengan kabel atau tanpa

kabel ke sistem komputer. Antenna akan mengirimkan melalui sinyal frekuensi

radio dalam jarak yang relative dekat. Dalam proses transmisi tersebut terjadi 2

(dua) hal :

a. Antenna melakukan komunikasi dengan transponder, dan

b. Antenna memberikan energi kepada tag untuk berkomunikasi (untuk tag

yang sifatnya pasif) ini adalah kunci dalam teknologi RFID. Sebuah tag

pasif yang tidak perlu power seperti baterai sehingga dapat digunakan
dalam waktu yang sangat lama. Antenna bisa dipasang secara permanen

(walau saat ini tersedia juga yang portabel) bentuknya pun beragam

sekarang sesuai dengan keinginan kita. Pada saat tag melewati wilayah

sebaran antenna, alat ini kemudian mendeteksi wilayah scanning.

Selanjutnya setelah terdeteksi maka chip yang ada di tag akan “terjaga”

untuk mengirimkan informasi kepada antenna.

2.3 E-KTP

Kartu Tanda Penduduk Elektronik atau E-KTP adalah dokumen

kependudukan yang memuat sistem keamanan/pengendalian baik dari sisi

administrasi ataupun teknologi informasi dengan berbasis pada database

kependudukan nasional. Penduduk hanya diperbolehkan memiliki satu KTP yang

tercantum Nomor Induk Kependudukan (NIK). NIK merupakan identitas tunggal

setiap penduduk dan berlaku seumur hidup. Nomor NIK yang ada di E-KTP

nantinya akan dijadikan dasar dalam penerbitan Paspor. Surat Izin Mengemudi

(SIM), Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), Polis Asuransi, Sertifikat atas Hak

Tanah dan penerbitan dokumen identitas lainnya (Pasal 13 UU No. 23 Tahun

2006 tentang Administrasi kependudukan).

Autentikasi Kartu Identitas (E-ID) biasanya menggunakan biometrik yaitu

verifikasi dan validasi sistem melalui pengenalan karakteristik fisik atau tingkah

laku manusia. Ada banyak jenis pengaman dengan cara ini, antara lain sidik jari

(fingerprint), retina mata, DNA, bentuk wajah, dan bentuk gigi. Pada E-KTP,

yang digunakan adalah sidik jari. Penggunaan sidik jari E-KTP lebih canggih dari

yang selama ini telah diterapkan untuk SIM. Sidik jari tidak sekedar dicetak
dalam bentuk gambar (format jpeg) seperti di SIM, tetapi juga dapat dikenali

melalui chip yang terpasang di kartu. Data yang tersimpan di kartu tersebut telah

dienkripsi dengan algoritma kriptografi tertentu. Proses pengambilan sidik jari

dari penduduk sampai dapat dikenali dari chip kartu yaitu, sidik jari yang direkam

dari setiap wajib KTP adalah seluruh jari (berjumlah sepuluh), tetapi yang

dimasukkan datanya dalam chip hanya dua jari, yaitu jempol dan telunjuk kanan.

Sidik jari dipilih sebagai autentikasi untuk E-KTP karena alas an biaya paling

murah, lebih ekonomis daripada biometrik yang lain, bentuk dapat dijaga tidak

berubah karena gurat-gurat sidik jari akan kembali ke bentuk semula walaupun

kulit tergores, unik karena tidak ada kemungkinan sama walaupun orang kembar.

Struktur E-KTP terdiri dari sembilan layer yang akan meningkatkan

pengamanan dari KTP konvensional. Chip ditanam diantara plastik putih dan

transparan pada dua layer teratas (dilihat dari depan). Chip ini memiliki antenna

didalamnya yang akan mengeluarkan gelombang jika digesek. Gelombang inilah

yang akan dikenali oleh alat pendeteksi E-KTP sehingga dapat diketahui apakah

KTP tersebut berada ditangan orang yang benar atau tidak. Untuk menciptakan E-

KTP dengan sembilan layer, tahap pembuatannya cukup banyak, tahap pertama

Hole punching, yaitu melubangi kartu sebagai tempat meletakkan chip. Tahap

kedua Pick dan pressure, yaitu menempatkan chip di kartu. Tahap ketiga

Implanter, yaitu pemasangan antenna (pola melingkar spiral). Tahap ketiga

Printing, yaitu pencetakan kartu. Tahap keempat Spot welding, yaitu pengepresan

kartu dengan aliran listrik. Tahap kelima Laminating, yaitu penutupan kartu

dengan plastik pengaman. E-KTP dilindungi dengan keamanan pencetakan seperti


teks bantuan (relief text), teks mikro (microtext), gambar penyaring (filter image),

invisible ink dan warna yang berpendar dibawah sinar ultra violet serta anti copy

design. Penyimpanan data di dalam chip sesuai dengan standard dan bentuk E-

KTP sesuai dengan ISO 7810 dengan form faktor ukuran kartu kredit yaitu 53,98

mm x 85,60 mm.

2.4 Mikrokontroler

Saat ini perkembangan teknologi semakin pesat berkat adanya teknologi

mikrokontroler, sehingga rangkaian kendali atau rangkaian kontrol semakin

banyak dibutuhkan untuk mengendalikan berbagai peralatan yang digunakan

manusia dalam kehidupan sehari-hari. Dari rangkaian kendali inilah akan

terciptanya suatu alat yang dapat mengendalikan sesuatu. Rangkaian kendali atau

rangkaian kontrol adalah rangkaian yang dirancang sedemikian rupa sehingga

dapat melakukan fungsi-fungsi kontrol tertentu sesuai dengan kebutuhan.

Bermula dari dibuatnya Integrated Circuit (IC). Selain IC, alat yang dapat

berfungsi sebagai kendali adalah chip sama halnya dengan IC. Chip merupakan

perkembangan dari IC, dimana chip berisikan rangkaian elektronika yang dibuat

dari artikel silicon yang mampu melakukan proses logika. Chip berfungsi sebagai

media penyimpanan program dan data, karena pada sebuah chip tersedia RAM

dimana data dan program ini digunakan oleh logic chip dalam menjalankan

prosesnya.

Chip lebih di identikkan dengan kata mikroprosesor. Mikroprosesor adalah

bagian dari Central Processing Unit (CPU) yang terdapat pada computer tanpa

adanya memori, I/O yang dibutuhkan oleh sebuah sistem yang lengkap. Selain
mikroprosesor, ada sebuah chip lagi yang dikenal dengan nama mikrokomputer.

Berbeda dengan mikroprosesor, pada mikrokomputer ini telah tersedia I/O dan

memori. Dengan kemajuan teknologi dan dengan perkembangan chip yang pesat

sehingga saat ini didalam sekeping chip terdapat CPU memory dan kontrol I/O.

Chip jenis ini sering disebut microcontroller.

Mikrokontroler merupakan sebuah sistem komputer dimana seluruh atau

sebagian besar elemennya dikemas dalam satu chip IC (Integrated Circuit),

sehingga sering disebut single chip microcomputer. Mikrokontroler ini juga

merupakan sebuah sistem komputer yang memiliki beragam fungsi. Perbedaan

yang lain adalah perbandingan RAM dan ROM yang sangat besar dibanding

RAM, sedangkan dalam komputer atau PC RAM jauh lebih besar dibanding

ROM.

Mikrokontroler memiliki kemampuan untuk mengolah serta memproses

data sekaligus juga dapat digunakan sebagai unit kendali, maka dengan sekeping

chip yaitu mikrokontroler kita dapat mengendalikan suatu alat. Mikrokontroler

mempunyai perbedaan dengan mikroprosesor dan mikrokomputer. Suatu

mikroprosesor merupakan bagian dari CPU tanpa memori dan I/O pendukung dari

sebuah komputer, sedangkan mikrokontroler umumnya terdiri atas CPU, memory,

I/O tertentu dan unit-unit pendukung lainnya.

Pada dasarnya terdapat perbedaan sangat mencolok antara mikrokontroler

dan mikroprosesor serta mikrokomputer yaitu pada aplikasinya, karena

mikrokontroler hanya dapat digunakan pada aplikasi tertentu saja. Kelebihan

lainnya yaitu terletak pada perbandingan Random Access Memory (RAM) dan
Read Only Memory (ROM). Sehingga ukuran board mikrokontroler menjadi

sangat ringkas ataupun kecil, dari kelebihan yang ada terdapat keuntungan

pemakaian mikrokontroler dengan mikroprosesor yaitu pada mikrokontroler

sudah terdapat RAM dan peralatan I/O pendukung sehingga tidak perlu

menambahnya lagi. Pada dasarnya struktur dari mikroprosesor memiliki

kemiripan dengan mikrokontroler.

Mikrokontroler biasanya dikelompokkan dalam satu keluarga, masing –

masing mikrokontroler memiliki spesifikasi tersendiri namun cocok dalam

pemrogramannya misalnya keluarga MCS-51 yang diproduksi ATMEL seperti

AT89C51, AT89S52 dan lainnya sedangkan keluarga AVR seperti ATMega

8535, ATMega328P dan lain sebagainya.

Gambar 2.4 Blok Diagram Mikrokontroler Secara Umum


(Sumber : Aprianah, 2013)
2.5 Mikrokontroler AVR ATMega 328P (Arduino Uno)

Papan Arduino Uno adalah sebuah perangkat mikrokontroler (Development

Board) menggunakan chip mikrokontroler ATMega 328 yang fleksibel dan open-

source. Software dan Hardware nya relatif mudah digunakan sehingga banyak

dipakai oleh pemula sampai ahli. Untuk dapat digunakan, Arduino Uno

dihubungkan ke komputer dengan menggunakan kabel USB atau dengan adaptor

atau power supply 7 – 12V DC. Arduino Uno dapat digunakan untuk mendeteksi

lingkungan dengan membaca data dari berbagai sensor, misalnya jarak,

inframerah, suhu, cahaya, ultrasonik, tekanan, kelembaban, dan lain – lain. Secara

garis besar Arduino Uno mempunyai 14 pin digital yang dapat di set sebagai input

atau output dan 6 pin input analog. Untuk lebih jelasnya spesifikasi Arduino uno

bisa dilihat dibawah :

Tabel 2.1 Spesifikasi Arduino Uno


Spesifikasi
mikrokontroler ATMega 328P
Tegangan Pengoperasian 5V
Tegangan Input (rekomendasi) 7 – 12V
Batas Tegangan Input 6 -20 V
Pin I/O Digital 14 (6 diantaranya dapat digunakan
sebagai output PWM)
Pin digital PWM 6
Pin Input Analog 6
Arus DC Tiap Pin I/O 20 mA
Arus DC untuk pin 3.3V 50 mA
Flash Memory 32 KB (ATMega 328P) Sekitar 0.5
KB digunakan untuk bootloader
SRAM 2 KB (ATMega 328P)
EEPROM 1 KB (ATMega 328P)
Clock Speed 16 Mhz
LED Builtin 13
Panjang 68.6 mm
Lebar 53.4 mm
Berat 25 gr
Gambar 2.5 Arduino Uno
(Sumber : Aprianah, 2013)

Pin digital Arduino Uno terdiri dari 14 pin yang dapat digunakna sebagia

input atau output dan 6 pin Analog berlabel A0 hingga A5 sebagai ADC, setiap

pin Analog memiliki resolusi sebesar 10 bit. Ada beberapa pin yang memiliki

fungsi khusus :

- Serial : Pin 0 (RX) dan Pin 1 (TX) dapat digunakan untuk mengirim (TX)

dan menerima (RX) TTL data serial.

- External interrupts : INT0 adalah Pin 2 dan INT1 adalah Pin 3

- PWM : 3, 5, 6, 9, 10, dan 11 menyediakan output PWM 8 bit

- SPI : 10 (SS), 11 (MOSI), 12 (MISO), 13 (SCK). Pin ini mendukung

komunikasi SPI menggunakan SPI Library.

- LED : 13, Built-in LED terhubung dengan Pin Digital 13


- I2C : A4 adalah Pin SDA dan A5 adalah Pin SCL. Komunikasi I2C

menggunakan Wire Library.

2.6 Arduino IDE

Arduino IDE arduino adalah software yang sangat canggih ditulis dengan

menggunakan java. IDE Arduino terdiri dari : - Editor program, sebuah window

yang memungkinkan pengguna menulis dan mengedit program dalam bahasa

Processing. - Compiler, sebuah modul yang mengubah kode program (bahasa

processing menjadi kode biner. Bagaimanapun sebuah mikrokontroler tidak akan

bisa memahami bahasa processing. Yang bisa dipahami oleh

microcontroller adalah kode biner. Itulah sebabnya compiler diperlukan dalam hal

ini. - Uploader, sebuah modul yang memuat kode biner dari komputer ke

dalam memory dalam papan arduino.(Baidhowi, 2014)

Gambar 2.6 Arduino IDE


(Sumber : www.arduino.cc)

2.6.1 Bahasa Pemrograman C

Bahasa C adalah Bahasa pemrograman yang dapat dikatakan berada

diantara bahasa tingkat rendah (bahasa yang berorientasi pada mesin) dan
bahasa tingkat tinggi (bahasa yang berorientasi pada manusia). Seperti yang

diketahui, bahasa tingkat tinggi mempunyai kompatibilitas antara platform.

Pembuat bahasa C adalah Brian W. Kernighan dan Dennis M. Ritchie

pada tahun 1972. C adalah bahasa pemrograman terstruktur, yang membagi

program dalam bentuk blok. Tujuannya untuk memudahkan dalam

pembuatan dan pengembangan program. Program yang ditulis dengan

bahasa C mudah sekali dipindahkan dari satu jenis program ke bahasa

program lain. Hal ini karena adanya standarisasi bahasa C yaitu berupa

ANSI (American National Standar Institut) yang dijadikan acuan oleh para

pembuat kompiler jenis mesin.

Kelebihan Bahasa C :

1) Bahasa C tersedia hampir di semua jenis komputer.

2) Kode bahasa C sifatnya adalah portable dan fleksibel untuk semua

jenis komputer.

3) Bahasa C hanya menyediakan sedikit kata-kata kunci. Hanya

terdapat 32 kata kunci.

4) Proses executable program bahasa C lebih cepat.

5) Dukungan pustaka yang banyak.

6) C adalah bahasa yang terstruktur.

7) Bahasa C termasuk bahasa tingkat menengah.

Penempatan ini hanya menegaskan bahwa C bukan bahasa

pemrograman yang berorientasi pada mesin yang merupakan ciri bahasa

tingkat rendah, melainkan berorientasi pada obyek tetapi dapat


diinterpretasikan oleh mesin dengan cepat, secepat bahasa mesin. Inilah

salah satu kelebihan C yaitu memiliki kemudahan dalam menyusun

programnya semudah bahasa tingkat tinggi namun dalam mengeksekusi

program secepat bahasa tingkat rendah.

Kekurangan Bahasa C :

1) Banyaknya operator serta fleksibilitas penulisan program kadang-

kadang membingungkan pemakai.

2) Bagi pemula pada umumnya akan kesulitan menggunakan pointer.

2.7 Pengertian Power Supply

Power supply atau sumber tegangan/catu daya adalah suatu alat atau sistem

yang dapat menghasilkan energi listrik.

2.7.1 Power Supply Arus Searah (Direct current/DC)

Arus listrik searah adalah arus lisrik yang bernilai konstan dan

mengalir dari potensial tinggi (+) ke potensial rendah (-). Besar arus listrik

searah yang sering kita temukan berkisar antara 1,5 hingga 24 volt. Arus

listrik searah biasa digunakan pada baterai, dinamo arus searah, dan aki.

Sumber tegangan searah merupakan sumber tegangan yang tidak mengalami

perubahan terhadap waktu. Untuk sumber tegangan DC, dipilih baterai

sebagai sumber tegangan DC. Baterai yang sering dijumpai dipasaran

mempunyai kapasitas tegagan bervariasi mulai dari 1.5 volt hingga 24 volt

DC.
2.7.2 Module DC to DC Step Down LM2596S

Modul DC to DC Step Down adalah modul penurun tegangan DC ke

DC yang bekerja pada frekuensi 300Khz. Modul ini mampu melewatkan

arus beban hingga maksimal 3 ampere dengan efisiensi yang tinggi, noise

yang rendah, serta pengaturan saluran beban keluaran yang sangat baik.

Modul LM2596S tidak memerlukan komponen pendukung yang banyak,

mudah digunakan dan termasuk konpensasi frekuensi internal dan osilator

frekuensi yang tetap.

Gambar 2.7 IC LM2596S


(Sumber : Datasheet LM2596S)

2.8 Pengertian Resistor

Widodo Budiharto dan Sigit Firmansyah (2008:3) menyatakan :” Resistor

adalah komponen elektrik yang berfungsi memberikan hambatan terhadap aliran

arus listrik. Setiap benda adalah resistor, karena pada dasarnya tiap benda dapat

memberikan hambatan listrik.Dalam rangkaian listrik dibutuhkan resistor dengan

spesifikasi tertentu, seperti besar hanbatan, arus maksimum yang boleh dilewatkan

dan karakteristik hambatan terhadap suhu dan panas.

Winarno dan Deni Arifianto (2011:4) menyatakan :” Resistor atau hambatan

listrik adalah salah satu komponen elektronik yang digunakan untuk membatasi

arus yang mengalir dalam rangkaian tertutup. Lambang komponen resistor dalam
elektronika adalah huruf R dan satuannya adalah ohm (Ω).Berikut adalah jenis-

jenis resistor yang biasa digunakan dalam rangkaian elektronik.

Pada beberapa resistor berbahan karbon dan metafilm, nilai resistansi

ditunjukkan menggunakan kode gelang-gelang warna yang melingkar pada badan

resistor. Masing-masing gelang warna memiliki nilai yang berbeda berdasarkan

urutannya.Berikut adalah tabel gelang warna pada resistor.

Gambar 2.8 Resistor Tetap


(Sumber : The Mc-Graw-Hill Companies, 2007)

Tabel 2.2 Kode Warna Resistor


Warna Cincin 1 Cincin 2 Cincin 3 Pengali Toleransi Koefisien
Temperatur
(ppm)
Hitam 0 0 0 1 -
Cokelat 1 1 1 10 1% 100
Merah 2 2 2 100 2% 50
Jingga 3 3 3 1k - 15
Kuning 4 4 4 10k - 25
Hijau 5 5 5 100 k - -
Biru 6 6 6 1m - -
Ungu 7 7 7 10M - -
Abu-abu 8 8 8 100m - -
Putih 9 9 9 1g - -
Emas - - - 0.1 g 5% -
Perak - - - 0.01 10% -
Tak - - - - 20% -
berwarn
a
(Sumber : Widodo dan Sigit Firmansyah. Elektonika Digital dan Mikroprosesor (Andi
Yogyakarta) Hal. 33-34)
Gambar 2.9 Resistor Empat Gelang Warna
(Sumber : The Mc-Graw-Hill Companies, 2007)

Gelang 1 coklat =1

Gelang 2 hitam =0

Gelang 3 hijau = x 100.000

Gelang 4 emas = 10%

Jadi, nilai hambatan resistor tersebut adalah 1.000.000 +10%, atau

Nilai hambatan maksimum adalah 1.000.000 + (1.000.000 x 10%) = 1.050.000 Ω

Nilai hambatan minimum adalah 1.000.000 – (1.000.000 x 10%) = 950.000 Ω

2.9 Pengertian Transistor

Richard Blocher, Dipl. Phys (2004:5) menyatakan : ”Transistor adalah

komponen elektronik yang memiliki tiga sambungan.

Transistor adalah komponen elektronika multitermal, biasanya memiliki 3

terminal. Secara harfiah, kata ‘Transistor’ berarti ‘ Transfer resistor’, yaitu suatu

komponen yang nilai resistansi antara terminalnya dapat diatur. Secara umum

transistor terbagi dalam 3 jenis :

1. Transistor Bipolar
2. Transistor Unipolar

3. Transistor Unijunction

Pada transistor bipolar, arus yang mengalir berupa arus lubang (hole) dan

arus electron atau berupa pembawa muatan mayoritas dan minoritas.

Transistordapat berfungsi sebagai penguat tegangan, penguat arus, penguat daya

atau sebagai saklar. Ada 2 jenis transistor yaitu PNP dan NPN.

Transistor didesain dari pemanfaatan sifat diode, arus menghantar dari diode

dapat dikontrol oleh electron yang ditambahkan pada pertemuan PN diode.

Dengan penambahan elekdiode pengontrol ini, maka diode semi-konduktor dapat

dianggap dua buah diode yang mempunyai electrode bersama pada pertemuan.

Junction semacam ini disebut transistor bipolar dan dapat digambarkan sebagai

berikut :

Gambar 2.10 Transistor Bipolar dan Lambang Transistor


(Sumber : Pearson Education, Inc, 2004)
Dengan memilih electrode pengontrol dari type P atau type N sebagai

electrode persekutuan antara dua diode, maka dihasilkan transistor jenis PNP dan

NPN.

Transistor dapat bekerja apabila diberi tegangan, tujuan pemberian

tegangan pada transistor adalah agar transistor tersebut dapat mencapai suatu

kondisi menghantar atau menyumbat. Baik transistor NPN maupun PNP tegangan

antara emitor dan basis adalah forward bias, sedangkan antara basis dengan

kolektor adalah reverse bias.

2.10 Pengertian Kapasitor

Kapasitor adalah komponen elektronika yang digunakan untuk menyimpan

muatan listrik yang terdiri dari dua konduktor dan dipisahkan oleh bahan penyekat

(bahan dielektrik) tiap konduktor disebut keeping.Kapasitor atau sering disebut

kondensator merupakan komponen listrik yang dibuat sedemikian rupa sehingga

mampu menyimpan muatan listrik. Prinsip sebuah kapasitor pada umumnya sama

halnya dengan resistor yang juga termasuk dalam kelompok komponen pasif,

yaitu jenis komponen yang bekerja tanpa memerlukan arus panjar. Kapasitor

terdiri atas dua konduktor (lempeng logam) yang dipisahkan oleh bahan penyekat

(isolator).Isolator penyekat ini sering disebut sebagai bahan (zat) dielektrik.

Satuan nilai kapasitor dinyatakan dalam Farad (F), miliFarad (mF),

mikroFarad (µF), nanoFarad (nF), atau pikoFarad (pF). Konversi satuan nilai

kapasitor sama dengan konversi satuan tahanan listrik.


Kapasitor disusun menggunakan dua pelat logam.Kedua pelat logam itu

dipisahkan dengan isolator yang disebut dielektrikum.Jenis-jenis dielektrikum

antara lain mika, plastik, keramik, tantalum, dan elektrolit.

Gambar 2.11 Prinsip Dasar Kapasitor


(Sumber : KEMET Corporation, 2013)

2.11 Optocoupler PC817

Optocoupler juga dikenal dengan sebutan Opto-isolator, Photocoupler atau

Optical Isolator. Optocoupler adalah komponen elektronika yang berfungsi

sebagai penghubung berdasarkan cahaya optik. Pada dasarnya Optocoupler terdiri

dari 2 bagian utama yaitu Transmitter yang berfungsi sebagai pengirim cahaya

optik dan Receiver yang berfungsi sebagai pendeteksi sumber cahaya. Masing-

masing bagian Optocoupler (Transmitter dan Receiver) tidak memiliki hubungan

konduktif rangkaian secara langsung tetapi dibuat sedemikian rupa dalam satu

kemasan komponen.

Jenis-jenis Optocoupler yang sering ditemukan adalah Optocoupler yang

terbuat dari bahan semikonduktor dan terdiri dari kombinasi LED (Light Emitting

Diode) dan Phototransistor. Dalam kombinasi ini, LED berfungsi sebagai


pengirim sinyal cahaya optik (Transmitter) sedangkan Phototransistor berfungsi

sebagai penerima cahaya tersebut (Receiver). Jenis-jenis lain dari Optocoupler

diantaranya adalah kombinasi LED-Photodiode, LED-LASCR dan juga Lamp-

Photoresistor. Optocoupler yang digunakan dalam laporan tugas akhir ini adalah

PC817 seperti pada gambar 2.12.

Gambar 2.12 Optocoupler PC817

Pada prinsipnya, Optocoupler dengan kombinasi LED-Phototransistor

adalah Optocoupler yang terdiri dari sebuah komponen LED (Light Emitting

Diode) yang memancarkan cahaya infra merah (IR LED) dan sebuah komponen

semikonduktor yang peka terhadap cahaya (Phototransistor) sebagai bagian yang

digunakan untuk mendeteksi cahaya infra merah yang dipancarkan oleh IR LED.

Untuk lebih jelas mengenai prinsip kerja Optocoupler, berikut merupakan

rangkaian internal komponen Optocoupler pada Gambar 2.13.

Gambar 2.13 Rangkaian Internal Optocoupler


Dari gambar diatas dapat dijelaskan bahwa arus listrik yang mengalir

melalui IR LED akan menyebabkan IR LED memancarkan sinyal cahaya infra

merahnya. Intensitas Cahaya tergantung pada jumlah arus listrik yang mengalir

pada IR LED tersebut. Kelebihan cahaya Infra Merah adalah pada ketahanannya

yang lebih baik jika dibandingkan dengan cahaya yang tampak.

Cahaya Infra Merah yang dipancarkan tersebut akan dideteksi oleh

Phototransistor dan menyebabkan terjadinya hubungan atau Switch ON pada

Phototransistor. Prinsip kerja Phototransistor hampir sama dengan Transistor

Bipolar biasa, yang membedakan adalah terminal basis (base) Phototransistor

merupakan penerima yang peka terhadap cahaya.

2.12 Liquid Cristal Display (LCD)

Untuk menampilkan informasi kadar asap maupun suhu pada ruangan,

rancangan ini menggunakan LCD 2x16 karakter. LCD menggunakan bahan yang

disebut liquid cristal atau kristal cair. Kristal cair ini memiliki molekul-molekul

yang berbentuk seperti cerutu dan sangat peka tehadap medan listrik. Kristal cair

ini dikemas dalam suatu wadah transparan yang pada sisi belakangnya diberi

penghantar transparan dan reflektor. Pada sisi depan dari wadah ini diberi

penghantar-penghantar transparan yang berbentuk seperti segmen yang ingin

ditampilkan.

Gambar 2.14 Struktur LCD.


(Sumber : Datasheet LCD 2x16)
Salah satu kelebihan LCD dari LED adalah konsumsi dayanya yang sangat

rendah, yaitu hanya beberapa microwatt. Modul LCD dapat dengan mudah

dihubungkan degan mikrokontroler seperti ATmega 16. LCD yang akan

digunakan penulis mempunyai lebar display 4 baris 20 kolom atau biasa disebut

sebagai LCD 4x20 karakter.

Modul LCD terdiri dari sejumlah memori yang digunakan untuk display.

Semua teks yang dituliskan ke modul LCD disimpan di dalam memori ini dan

modul LCD secara berurutan membaca memori ini untuk menampilkan teks ke

modul LCD itu sendiri.

Gambar 2.15 Modul LCD 2 x 16 karakter


(Sumber : Datasheet Modul LCD 2 x 16)

Untuk keterangan Pin yang ada pada LCD 2 x 16 karakter bisa dilihat pada

tabel berikut :

Tabel 2.3 Keterangan Pin LCD 2x16 Karakter

PIN Name Function


1 VSS Ground Voltage
2 VCC +5 V
3 VEE Contrast voltage
Register Select
4 RS 0 = Instruction Register
1 = Data Register
5 R/W Read/Write, to choose write or read mode
0 = write mode
1 = Data Register
Enable
6 E 0 = start to lacht data to LCD character
1 = disable
7 DB0 LSB
8 DB1 -
9 DB2 -
10 DB3 -
11 DB4 -
12 DB5 -
13 DB6 -
14 DB7 MSB
15 BPL Backplane Light
16 GND Ground voltage
(Sumber : Datasheet LCD 16x2)

Tabel 2.4 Set alamat memori DDRAM

RS R/W DB7 DB6 DB5 DB4 DB3 DB2 DB1 DB0


0 0 1 A A A A A A
(Sumber: Datasheet LCD 16x2)

Catatan :

A : Alamat RAM yang akan dipilih.

Sehingga alamat RAM LCD adalah 000 0000 s/d 111 1111 b atau 00 s/d 7Fh.

Display karakter pada LCD diatur oleh pin Enable (EN), Register Select

(RS) dan Read/Write (RW). Jalur EN digunakan untuk memberitahu LCD bahwa

ada data yang dikirim. Untuk mengirimkan sebuah data ke LCD, maka melalui

program EN harus diberi logika low “0” dan atur pada dua jalur control yang lain

RS/RW. Ketika dua jalur yang lain telah siap, EN diberi logika high “1” dan

tunggu beberapa saat (sesuai dengan datasheet dari LCD tersebut) dan berikutnya

EN kembali ke logika low “0” lagi.


Jalur RS adalah jalur register select. Ketika RS berlogika low “0” data

dianggap sebagai sebuah perintah atau instruksi khusus seperti clear screen,

posisi kursor dan lain-lain.

Ketika RS logika high “1” data yang kirim adalah data teks yang akan

ditampilkan pada display LCD. Sebagai contoh, untuk menampilkan huruf “T”

pada layar LCD maka RS harus diatur logika high “1”.

Jalur RW adalah jalur kontrol Read/Write. Ketika RW berlogika low (0),

maka informasi pada data bus akan dituliskan pada layar LCD. Ketika RW

berlogika high “1” maka program akan melakukan pembacaan memori dari LCD.

Sedangkan pada aplikasi umum pin RW selalu diberi logika low “0”.

Pada akhirnya, data bus terdiri dari 4 atau 8 jalur (tergantung pada mode

operasi yang dipilih oleh user).

2.13 Relay

Relay adalah sebuah saklar yang dikendalikan oleh arus. Relay memiliki

sebuah kumparan tegangan rendah yang dililitkan pada sebuah inti. Terdapat

sebuah armatur besi yang akan tertarik menuju inti apabila arus mengalir melewati

kumparan. Armatur ini terpasang pada sebuah tuas berpegas. Ketika armatur

tertarik menuju inti, kontak jalur bersama akan berubah posisinya dari kontak

normal-tertutup ke kontak normal-terbuka.

Relay dibutuhkan dalam rangkaian elektronika sebagai eksekutor sekaligus

interface antara beban dan sistem kendali elektronik yang berbeda sistem power

supplynya. Secara fisik antara saklar atau kontaktor dengan electromagnet relay

terpisah sehingga antara beban dan sistem kontrol terpisah. Bagian utama relay
elektro mekanik adalah sebagai berikut. Kumparan elektromagnet Saklar atau

kontaktor Swing Armatur Spring (pegas). Tampilan relay terlihat pada gambar

berikut :

Gambar 2.16 Relay


(Sumber : Daniel, 2015)

Relay dapat digunakan untuk mengontrol beban dengan tegangan AC dari

rangkaian kontrol DC atau beban lain dengan sumber tegangan yang berbeda

antara tegangan rangkaian kontrol dan tegangan beban. Rangkaian penggerak

relay dapat dilihat pada gambar 2.15. Diantara aplikasi relay yang dapat ditemui

diantaranya adalah : Relay sebagai kontrol ON/OFF beban dengan sumber

tegangan yang berbeda. Relay sebagai selektor atau pemilih hubungan. Relay

sebagai eksekutor rangkaian delay (tunda) relay sebagai protektor atau pemutus

arus pada kondisi tertentu.

a. Sifat-sifat relay :

1) Impedansi kumparan, biasanya impedansi ditentukan oleh tebal

kawat yang digunakan serta banyaknya lilitan. Biasanya impedansi

berharga 1 – 50 KΩ guna memperoleh daya hantar yang baik.


2) Daya yang diperlukan untuk mengoperasikan relay besarnya sama

dengan nilai tegangan dikalikan arus.

3) Banyaknya kontak-kontak jangkar dapat membuka dan menutup

lebih dari satu kontak sekaligus tergantung pada kontak dan jenis

relaynya. Jarak antara kontak-kontak menentukan besarnya tegangan

maksimum diizinkan antara kontak tersebut (Bishop, 2004).

Gambar 2.17 Rangkaian Penggerak Relay


(Sumber : Daniel, 2015)

2.14 Selenoid Doorlock

Solenoid doorlock adalah salah satu solenoid yang difungsikan khusus

sebagai solenoid untuk pengunci pintu elektronik. Solenoid ini mempunyai dua

sistem kerja, yaitu Normaly Close (NC) dan Normaly Open (NO). Perbedaannya

adalah jika cara kerja solenoid NC apabila diberi tegangan, maka solenoid NO

adalah kebalikannya dari solenoid NC. Biasanya kebanyakan solenoid doorlock

membutuhkan input tegangan kerja 12V DC tetapi ada juga solenoid doorlock

yang hanya membutuhkan input tegangan output dari pin IC digital. Namun jika
menggunakan solenoid doorlock yang 12V DC. Berarti dibutuhkan tegangan

supply 12V serta relay untuk mengaktifkannya.

Gambar 2.18 Solenoid Doorlock


(Sumber : Suwartika, 2020)

2.15 Buzzer

Buzzer adalah sebuah komponen elektronika yang berfungsi untuk

mengubah getaran listrik menjadi getaran suara. Pada dasarnya prinsip kerja

buzzer hampir sama dengan loud speaker, jadi buzzer juga terdiri dari kumparan

yang terpasang pada diafragma dan kemudia kumparan tersebut dialiri arus

sehingga menjadi elektromagnet, kumparan tadi akan tertarik ke dalam atau

keluar, tergantung dari arah arus dan polaritas magnetnya, karena kumparan

dipasang pada diafragma maka setiap gerakan kumparan akan menggerakkan

diafragma secara bolak-balik sehingga membuat udara bergetar yang akan

menghasilkan suara. Buzzer biasa digunakan sebagai indikator bahwa proses telah

selesai atau terjadi suatu kesalahan pada sebuah alat (alarm).


Gambar 2.19 Buzzer
(Sumber : Mardiati, 2016)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Metodologi Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian

experimental (Experimental Research). Penelitian eksperimental adalah jenis

penelitian yang digunakan untuk melihat hubungan sebab-akibat. Penelitian

eksperimental merupakan kegiatan penelitian yang bertujuan untuk menilai

pengaruh suatu perlakuan atau tindakan dibandingkan dengan tindakan lain.

Penelitian eksperimental menggunakan suatu percobaan yang dirancang

secara khusus guna membangkitkan data yang diperlukan untuk menjawab

pertanyaan penelitian. Penelitian eksperimental dilakukan secara sistematis, logis,

dan teliti didalam melakukan kontrol terhadap kondisi.

Pada penelitian ini dilakukan penghubungan komponen alat-alat yang

berbeda karakteristik. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari sesuatu dengan

memvariasikan beberapa kondisi dan mengamati efek yang akan terjadi.

Penelitian ini ditunjang dengan studi literatur (literatur research), yaitu

dengan membaca dan mempelajari literatur tentang bagaimana merancang Sistem

Keamanan Pintu Rumah dengan Menggunakan RFID serta merangkai komponen-

komponen yang dibutuhkan untuk membangun Sistem Keamanan tersebut.

Metodologi penelitian dapat dilihat pada gambar berikut :


Gambar 3.1 Metodologi Penelitian

Berdasarkan Gambar 3.1 dapat dijelaskan tahap-tahap yang akan dilakukan

untuk menyelesaikan penelitian ini, yaitu :

a. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah dilakukan dengan cara pengumpulan materi berupa

masalah melalui jurnal atau penelitian sebelumnya sehingga dengan


melakukan pembuatan skripsi ini diharapkan dapat memberikan solusi

atau menambah rancangan dari rancangan sebelumnya.

b. Studi Literatur

Studi Literatur dilakukan dengan mencari serta mengumpulkan teori –

teori yang mendukung dan berkaitan dengan pembuatan penelitian ini.

Teori – teori tersebut meliputi Modul RFID (Radio Frequency

Identification), Arduino IDE, Selenoid Doorlock, Display LCD 16x2.

c. Analisa Kebutuhan

Untuk memenuhi kebutuhan sistem ini, maka sistem yang dirancang

memenuhi tiga fungsionalitas sistem yaitu dapat membaca data dari E-

KTP, mengaktifkan dan menonaktifkan selenoid doorlock agar pintu bisa

terkunci dan tidak terkunci, serta memberikan tampilan dengan display

maupun notifikasi melalui bunyi buzzer.

d. Perancangan Sistem

Perancangan Sistem dibagi menjadi 2 tahap, yaitu :

a) Perancangan Hardware

Sistem membutuhkan sebuah ruangan lingkungan sistem (plant).

Untuk menerapkan sistem Keamanan Pintu Rumah, dibutuhkan

perangkat keras yang terdiri dari Arduino Board, RFID Reader,

Selenoid doorlock, Display 16x2, dan Buzzer.

b) Perancangan Software

Perancangan Software meliputi proses pembacaan data E-KTP melalui

RFID reader yang dikirimkan datanya ke mikrokontroler serta


mikrokontroler akan mengaktifkan selenoid doorlock untuk terbuka

dan mengunci, status yang terjadi pada sistem akan ditampilkan pada

display character 16x2 serta bunyi buzzer akan dimanfaatkan jika ada

kendala yang tidak diinginkan terjadi (misalnya pembobolan sistem).

e. Implementasi Sistem

Tahapan implementasi Sistem menggambarkan proses implementasi

perancangan penelitian yaitu, sistem yang dapat membaca data dari E-

KTP dan mengaktifkan selenoid doorlock untuk membuka maupun

menutup dan menampilkannya pada display.

f. Pengujian Sistem

Serangkaian pengujian terhadap sistem dilakukan untuk menguji kinerja

dari masing-masing komponen yang digunakan untuk membangun sebuah

Sistem Keamanan Pintu Rumah Menggunakan RFID.

g. Analisa Hasil

Dari pengujian sistem, dilakukan analisis kinerja sistem dan data-data

yang didapatkan selama pengujian.

h. Dokumentasi Skripsi

Dokumentasi dilakukan sebagai pelaporan hasil penelitian skripsi.

3.1 Perancangan hardware

Untuk memulai suatu perancangan, baik itu aplikasi, software dan

hardware, sebaiknya dimulai dengan merancang blok diagram. Blok diagram

merupakan penyederhanaan dari rangkaian yang menyatakan hubungan berurutan


dari satu atau lebih rangkaian yang memiliki kesatuan kerja tersendiri. Blok

diagram tidak mempunyai bentuk atau ukuran yang khusus.

Gambar 3.2 Blok Diagram Hardware

Berikut ini adalah prinsip kerja blok diagram pada gambar diatas :

1. pada gambar blok power supply yang berasal adaptor yang

mengeluarkan tegangan 12 volt akan berperan untuk memberikan

supply tegangan ke seluruh komponen. Adaptor yang digunakan

berfungsi untuk menurunkan tegangan 220 volt yang bersumber dari

listrik PLN ke tegangan 12 volt kemudian menyearahkan tegangan

tersebut menjadi tegangan 12 volt DC. Keseluruhan komponen

pendukung dimana mikrokontroler, display LCD 16x2 menggunakan

tegangan 5 volt DC, maka tegangan 12 volt yang diperoleh dari adaptor

kemudian diturunkan kembali ke tegangan 5 volt. RFID reader yang

digunakan harus di supply ke tegangan 3.3 volt. Maka pada rangkaian

DC to DC step down harus dapat mengeluarkan 2 jenis tegangan

dengan ukuran 5 volt dan 3.3 volt DC.


2. Mikrokontroler berfungsi sebagai pengontrol serta penerjemah data

yang diperoleh dari RFID reader yang kemudian hasilnya di proses

menjadi data yang dapat di tampilkan oleh display LCD.

3. RFID reader digunakan sebagai pembaca data dari tag card ataupun E-

KTP.

4. Relay driver digunakan sebagai pengolah data yang di dapat dari

mikrokontroler untuk diteruskan ke relay dikarenakan perbedaan

tegangan data antara mikrokontroler dan relay, maka relay driver

digunakan untuk mengantisipasi masalah perbedaan tegangan tersebut.

5. Selenoid doorlock berfungsi sebagai pengunci pintu tetapi harus

diaktifkan menggunakan tegangan. Selenoid doorlock yang digunakan

dapat diaktifkan atau bekerja pada tegangan 12 volt DC.

3.2 Alat dan Bahan yang Digunakan

Penelitian ini menggunakan alat dan bahan yang berfungsi sebagai

penunjang proses terlaksananya penelitian ini agar mendapatkan hasil yang

diinginkan. Alat dan bahan yang digunakan meliputi :

1. Alat

Tabel 3.1 Alat yang Digunakan


No Nama Alat Gambar
1 Solder
2 Obeng Plus (+)

3 Obeng Minus (-)

4 Tang Biasa

5 Tang Potong

6 Pisau Cutter
6 Multitester Digital

7 Komputer/Laptop

2. Bahan

Tabel 3.2 Bahan yang Digunakan


No Nama Bahan Gambar
1 Arduino Uno

2 RFID MFRC522 (Support e-


KTP)
3 Selenoid DoorLock

4 Relay

5 Buzzer
6 LCD 2x16 Karakter

7 LM1117 5 Volt dan 3.3 Volt

3.3 Analisa Kebutuhan Sistem

Untuk mempermudah menganalisis sebuah sistem dibutuhkan 2 jenis

kebutuhan. Kebutuhan fungsional dan kebutuhan nonfungsional. Kebutuhan

fungsional adalah kebutuhan yang berisi proses-proses apa saja yang nantinya

dilakukan oleh sistem. Sedangkan kebutuhan nonfungsional adalah kebutuhan

yang menitik-beratkan pada properti prilaku yang dimiliki oleh sistem.

3.3.1 Kebutuhan Fungsional Sistem


Pada bagian ini akan dijelaskan kebutuhan dari sistem berupa hal yang

dapat dilakukan oleh user nantinya. Kebutuhan fungsional sistem ini adalah

dapat membaca kode Tag dari e-KTP dan jika kode tag dari e-KTP tersebut

cocok dengan apa yang diprogramkan, maka sistem akan memacu selenoid

doorlock untuk membuka.

3.3.2 Kebutuhan NonFungsional Sistem

Kebutuhan nonfungsional berupa batasan layanan atau fungsi yang

ditawarkan oleh sistem. Kebutuhan nonfungsional dari sistem ini adalah

dapat membaca setiap e-card yang memiliki kode tag, tetapi kode tag

tersebut tidak akan ditampilkan untuk menjaga privasi dari pemegang e-

card. Tetapi setiap pemegang e-card dapat mengecek apakah e-card yang

dimiliki masih berfungsi atau tidak.

3.4 Kebutuhan Perangkat Lunak

Perancangan perangkat lunak dalam penelitian meliputi perancangan

program yang menggunakan Arduino IDE sebagai software pemrograman yang

berjalan pada mikrokontroler.

3.4.1 Perancangan Pemrograman Perangkat Lunak Pada Sistem

Tertanam
Perancangan pemrograman embedded software terdapat flowchart

utama, berikut terlihat pada gambar 3.3 perancangan pemrograman pada

perangkat hardware.

Gambar 3.3 Flowchart Program

Flowchart program adalah sekumpulan gambar-gambar tertentu

untuk menyatakan alur dari suatu program yang akan diterjemahkan ke

salah satu bahasa pemrograman. Kegunaan flowchart sama seperti halnya

algoritma yaitu untuk menuliskan alur program tetapi dalam bentuk gambar

atau simbol.

Pada gambar diatas terlihat proses program. Untuk lebih jelasnya

proses program tersebut dijabarkan pada bagian bawah :

Keterangan :
a. Setelah aplikasi diberi tegangan, mikrokontroler akan memulai program

dengan mengecek pertama kali dibagian program void setup. Program

dibagian void setup akan dijalankan sekali sewaktu mikrokontroler

diaktifkan. Untuk itu, inisialisa pin yang digunakan serta function-

function akan diletakkan pada program void setup untuk pendaftaran

program yang digunakan.

b. Procedure dan function dibuat untuk menentukan perintah-perintah atau

event-event yang akan dilaksanakan. Kita harus menetukan arah kerja

dari program sebelum kita mengeksekusi program yang akan

dilaksanakan pada “void main”.

c. Inisialisasi komunikasi antara RFID reader dan mikrokontroler

berfungsi untuk mengecek apakah RFID reader dalam posisi siap untuk

bekerja atau tidak ataupun ada pin data yang tidak terhubung dengan

baik. Jika dalam kondisi baik, RFID reader akan memberikan notifikasi

kepada mikrokontroler untuk dapat melanjutkan pekerjaan. Jika tidak

dalam kondisi baik, mikrokontroler juga akan memberikan pesan

kesalahan yang sedang terjadi.

d. Jika RFID reader dalam kondisi yang baik, mikrokontroler akan

melanjutkan pekerjaannya dan menunggu data yang dikirim dari RFID

reader.

e. Tahapan selanjutnya adalah membaca data yang dikirim oleh RFID

reader. Jika data yang diterima mikrokontroler cocok ataupun dapat

dikenali, maka mikrokontroler akan melanjutkan pekerjaan untuk


mengaktifkan relay driver yang akan men-switch solenoid doorlock

untuk membuka kunci. Kemudian pesan akan ditampilkan melalui

display LCD.

f. Jika didapat data yang didapat tidak cocok atau tidak dikenali oleh

mikrokontroler, maka mikrokontroler tidak akan mengaktifkan relay

driver (maka solenoid doorlock juga tidak diaktifkan) dan kemudian

mengaktifkan buzzer untuk berbunyi.

g. Setelah semua program dijalankan dari awal hingga akhir, program

tersebut akan berulang kembali dan proses perulangan akan dijalankan

terus-menerus.

Setelah semua perencanaan telah dilakukan, maka langkah selanjutnya

adalah memulai perancangan dengan cara menguji pemrograman dasar pada

tiap-tiap komponen yang digunakan. Langkah selanjutnya akan dibahas

pada bab 4 untuk menguji pemrograman-pemrograman dasar sebelum

keseluruhan pemrograman disatukan untuk mendapatkan fungsi yang sesuai

dari maksud dan tujuan penelitian.

Anda mungkin juga menyukai