Anda di halaman 1dari 101

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Kharisma Pratiwi

NIM : 4617008

Tempat / Tgl Lahir : Padang Pariaman, 09 September 1998

Judul Skripsi : Nilai-nilai Kearifan Lokal dalam Tradisi Mandoa Pusaro

Menjelang Bulan Puasa Ramadhan di Kampung Tangah

Nagari Parit Malintang Kabupaten Padang Pariaman.

Menyatakan dengan ini sesungguhnya bahwa karya ilmiah (skripsi)

saya dengan judul di atas adalah benar dan asli karya sendiri. Apabila dikemudian

hari terbukti skripsi ini bukan karya sendiri, maka saya bersedia diproses sesuai

hukum berlaku dan gelar kesarjanaan saya dapat dicabut sampai batas waktu yang

telah ditentukan.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya untuk dapat

dipergunakan sebagaimana mestinya.

Bukittinggi, 31 Januari 2022


Saya yang menyatakan

KHARISMA PRATIWI
Nim. 4617008
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi atas nama Kharisma Pratiwi Nim. 4617008 dengan judul “NILAI-NILAI

KEARIFAN LOKAL DALAM TRADISI MANDOA PUSARO

MENJELANG BULAN PUASA RAMADHAN DI KAMPUNG TANGAH

NAGARI PARIT MALINTANG KABUPATEN PADANG PARIAMAN”

telah diperiksa dan akan diuji dalam sidang munaqasyah.

Bukittinggi, 31 Januari 2022


Saya yang menyatakan

Dr. Syafwan Rozi, M. Ag


NIP. 197710082005011008

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan karunia-Nya yang telah memberikan ilmu pengetahuan

kepada makhlu-Nya dan senantiasa memberikan kekuatan pada diri secara lahir dan

batin serta petunjuk, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat

beserta salam tak juga lupa dihadiahkan kepada Nabi Muhamamd SAW, yang telah

membawa umat dari zaman kebodohan hingga zaman yang penuh pengetahuan

seperti yang kita nikmati saat sekarang ini. Penulisan skripsi yang bertujuan untuk

memperoleh gelar kesarjanaan pada program studi Sosiologi Agma pada Fakultas

Ushuluddin Adab dan Dakwah IAIN Bukittinggi, dengan judul skripsi “Nilai-nilai

Kearifan Lokal dalam Tradisi Mandoa Pusaro Menjelang Puasa Ramadhan di

Kampung Tangah Nagari Parit Malintang Kabupaten Padang Pariaman”.

Penyelesaikan skripsi ini tidak terlepas terlepas dari banyak bantuan serta

dukungan berbagai pihak. Terutama kepada segenap keluarga yang memberikan

dukungan secara moril maupun material. Teristimewa kepada kedua orang tua

tercinta Ayahanda Mansjur dan Ibunda Ratnawati serta saudara Irvonny Gustira

selaku kakakku yang memberikan dukungan dan masukan kepada penulis.

ii
Selanjutnya penulis ucapkan terimakasih juga kepada:

1. Ibu Dr. Ridha Ahida, M.Hum selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri

(IAIN) Bukittinggi yang telah memfasilitasi semua perlengkapan perkuliahan

sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir (skripsi) ini.

2. Bapak Dr. Nunu Burhanudin, Lc, M.Ag selaku Dekan Fakultas Ushuluddin

Adab dan Dakwah IAIN Bukittinggi beserta jajarannya.

3. Ibu Vivi Yulia Nora, M.Si selaku Ketua Prodi Sosiologi Agama IAIN

Bukittinggi beserta jajarannya.

4. Bapak Dr. Syafwan Rozi, M.Ag sebagai Dosen Pembimbing Skripsi yang

telah meluangkan waktu, ilmu, tenaga, nasehat, pikiran serta bimbingannya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

5. Ibu Tyka Rahman, M.Si sebagai Dosen Penasehat Akademik, terimakasih

atas ilmu dan bimbingannya kepada penulis dalam menyelesaikan semua

tugas-tugas perkuliahan dan menyelesaikan tugas akhir.

6. Bapak ibu dosen Program Studi Sosiologi Agama yang telah membagi

ilmunya sehingga dapat bermanfaat bagi kita semua.

7. Terimakasih kepada Nur Azizah, Refni Rahmat Julia, Defika Putri, Puja

Kusuma Dinata, Rahmi Putri Ayunda dan Fitrah Nurjannah selaku

sahabat yang telah mensuport saya dalam menyelesaikan skripsi, terimakasih

telah meluangkan waktu, memberikan nasehat serta membantu ketika saya

perlu bantuan.

iii
8. Bagi pihak yang lain, yang tidak bisa disebutkan namanya satu persatu yang

turut andil dalam penyelesaian skripsi ini. Akhir kata penulis berharap Allah

SWT membalas segala kebaikan yang telah membantu. Semoga skripsi ini

dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.

Bukittinggi, 31 Januari 2022

Penulis

Kharisma Pratiwi
NIM. 4617008

iv
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul “Nilai-nilai Kearifan Lokal dalam Tradisi Mandoa
Pusaro Menjelang Puasa Ramadhan di Kampung Tangah Nagari Parit
Malintang Kabupaten Padang Pariman” karya yang ditulis atas nama Kharisma
Pratiwi Nim. 4617008 Pragram Studi Sosiologi Agama Fakultas Ushuluddin Adab
dan Dakwah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi.
Tradisi ziarah kubur disebut sebagai tradisi mandoa pusaro oleh
masyarakat di Kampung Tangah Nagari Parit Malintang. Tradisi ini sebagai kearifan
lokal yang sudah sejak dahulunya dilakukan masyarakat. Masyarakat meyakini
bahwa ini sebagai suatu yang harus dilakukan setiap tahunnya. Namun yang menjadi
persoalan yakni generasi muda saat ini menjadi persoalan yang semestinya sadar akan
pentingnya untuk menjadi regenerasi dalam melanjutkan pelaksanaan tradisi mandoa
pusaro. Minat yang mulai berkurang dan kesadaran sebagai estafet sudah mulai
mengalami krisis, sehingga yang memimpin tradisi ini masih banyak ulama yang
sudah berumur.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Data yang
diperoleh menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi. Adapun dalam
analisis data yang digunakan yaitu data reduction, display, verifikasi. Agar
memperoleh data yang valid penelitia ini memperpanjang waktu dilapangan dan
triangulasi.
Berdasarkan hasil penelitian dapat menyimpulkan, pertama proses
pelaksanaan tradisi mandoa pusaro di Kampung Tangah yaitu (a). Menentukan hari
untuk pelasanaan tradisi mandoa pusaro dengan cara wirid oleh masyarakat kaum.
(b). Memeprsiapkan perlengkapan sebelum waktu pelaksanaan tradisi serperti
menyiapkan batu tahlil, bunga rampai, bahan makanan, banbu untuk lemang, alat
untuk membersihkan makam. (c) Malamang untuk disedekahkan nantinya kepada
orang siak. (d). Pengumpulan batu tahlil sebelum kegiatan tahlil dimulai. (e).
Memandikan makam dengan menyiramkam bunga rampai di atas makam. Kedua
nilai-nilai kearifan lokal dalam tradisi mandoa pusaro di Kampung Tangah yaitu (a).
Nilai religi yaitu dalam tradisi mandoa pusaro adanya hubungan antara manusia
dengan Tuhannya dan manusia dengan manusia. (b) Nilai sosial yaitu hubungan yang
mempererat antar sesama kaum dengan saling bergotong-royong. (c) Nilai estetika
yang terdapat juga dalam tradisi ini, yang terdapat pada batu tahlilnya, lemang, bunga
rampai dan jamba. (d). Nilai sejarah, tardisi mandoa pusaro dibawakan oleh Tuangku
Syekh Surau Baukie. (e) Nilai ekonomi, tradisi ini memberikan kesejahteraan bagi
masyarakat sekitar.

Kata Kunci : Masyarakat, Nilai-nilai Kearifan Lokal, Tradisi Mandoa Pusaro

v
DAFTAR ISI

PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................. i


KATA PENGANTAR ................................................................................. ii
ABSTRAK ................................................................................................... v
DAFTAR ISI ................................................................................................ vi
BAB. I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................................. 1

B. Batasan Masalah................................................................................ 9

C. Rumusan Masalah ............................................................................. 10

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ...................................................... 10

E. Penjelasan Judul ................................................................................ 10

F. Sistematika Penulisan ....................................................................... 12

BAB. II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Nilai-nilaiKearifan Lokal

1. Pengertian Kearifan Lokal .......................................................... 14

2. Bentuk-bentuk Kearifan Lokal .................................................... 15

3. Fungsi dan Makna Kearifan Lokal .............................................. 21

4. Manfaat Kearifan Lokal .............................................................. 23

B. Tradisi Ziarah Kubur

1. Makna Ziarah Kubur ................................................................... 24

2. Macam-macam Ziarah Kubur ..................................................... 27

3. Tujuan Ziarah Kubur ................................................................... 28

vi
C. Teori Fungsionalisme Struktural Talcott Parsons ............................. 28

D. Penelitian Relevan ............................................................................. 32

E. Kerangka konseptual ......................................................................... 36

BAB. III. METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian .................................................................................. 37

B. Tempat Penelitian.............................................................................. 38

C. Informen Penelitian .......................................................................... 38

D. Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 40

E. Analisis Data ..................................................................................... 41

F. Teknik Keabsahan Data .................................................................... 42

BAB IV. PEMBAHASAN

A. Temuan Umum

1. Demografi Kampung Tangah Nagari Prait Malintang ................ 44

2. Sejarah Singkat Tradisi Mandoa Pusaro di Kampung Tangah .. 45

3. Tokoh-tokoh yang Terlibat Dalam Tradisi Mandoa Pusaro

di Kampung Tangah .................................................................... 48

B. Temuan Khusus

1. Proses Pelaksanaan Tradisi Mandoa Pusaro

di Kampung Tangah .................................................................... 50

2. Nilai-Nilai Kearifan Lokal Dalam Tradisi Mandoa Pusaro

di Kampung Tangah .................................................................... 58

C. Pembahasan ...................................................................................... 73

vii
BAB V. PENUTUP

A. Kesimpulan ....................................................................................... 78

B. Saran .................................................................................................. 82

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR LAMPIRAN

viii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara gugusan kepulauan yang terdiri dari pulau

besar dan kecil tersebar diberbagai wilayah, baik yang sudah berpenghuni

maupun belum dihuni, baik yang sudah mempunyai nama maupun yang belum

mempunyai nama. Kementerian Pertahanan menyebutkan jumlah pulau di

Indonesia mencapai 17.504 pulau. Sekretaris Jendral Dewan Ketahanan

mengungkapkan masih terdapat perbedan-perbedaan jumlah hitungan pulau yang

dikemukakan oleh berbagai lembaga, sehingga ada yang berpendapat jumlah

pulau di Indonesia 17.504 pulau, ada pula yang menghitung 17.480 pulau, 17.508

pulau dan bahkan ada yang menyatakan lebih dari 17.000 pulau.1

Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki ragam bahasa, budaya,

ras, agama dan banyak ragam lainnya. Budaya merupakan hasil daya dari budi

yang berupa hasil dari cipta, karsa, rasa suatu kelompok atau masyarakat.

Sehingga menjadikan pola dalam bersikap ditengah-tengah lingkungan

kelompoknya. Manusia, masyarakat dan kebudayaan nyatanya suatu satu

kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Masyarakat tidak dapat dipisahkan dengan

1
Silfia Hanani, 2017, “Keterlibatan Perempuan Dalam Kepemimpinan Publik: Studi
Kepemimpinan Ketua RT Perempuan Di Desa Dendun Kepulauan Riau”, Jurnal Of Gender Studies,
Vol 7. No 1. Institud Agama Islam Negeri Bukittinggi. Indobesia.

1
2

manusia, dengan adanya manusia lah terbentuknya masyarakat sehingga dapat

menjalankan dan memenuhi hak dan kewajibannya.2

Apabila manusia menemukan suatu tindakan yang terbukti berdayaguna

dalam menanggulangi suatu masalah hidup, maka tingkah laku itu tentu akan

diulanginya lagi tatkala masalah yang sama kembali dialaminya. Pola tingkah

laku itu kemudian dikomunikasikan kepada individu-individu lain dalam

kolektifnya, dan terutama kepada keturunannya sehingga menjadi mantap

tertanam didalam diri, kemudian menjadi adat yang dijalankan warga kolektif

tersebut. Dengan demikian berbagai pola tindakan manusia yang telah dibakukan

menjadi adat-istiadat itu, telah menjadi bagian dari dirinya melalui proses

belajar.3 McClleland mengatakan, sebenarnya untuk memotivasi seseorang atau

kelompok orang bisa dilakukan dengan mengubah khayalan orang melalui cerita-

cerita dan kepiawaian seseorang yang bisa mempengaruhi sehingga nilai-nilai

perubahan muncul dalam hidupnya, ia terangsang untuk mengikuti dan keluar dari

permasalahan hidupnya.4

Budaya yang dijaga memiliki kearifan lokal yang memberikan identitas

setiap daerahnya. Kearifan lokal merupakan suatu pandangan tradisional yang

menjadi acuan masyarakat dalam berperilaku atau bertindak dengan

pengaplikasiannya secara turun-temurun untuk memenuhi kebutuhan dan


2
Joko T ri Prasetya, Ilmu Budaya Dasar, (Jakarta: PT Rineka: 1998), hal 36.
3
Kontjaraninggrat, 2003, Pengantar Antropolog, Jakarta: PT RINEKA CIPTA.
4
Yanti Elvita, Dkk, 2018, “Pemberdayaan Masyarakat Muslim Kepulauan Dengan Penguatan
Achievement Motivation Untuk Mengatasi Prilaku Hedonism Dalam Masyarakat Dendun Kecamatan
Mantang Kepulauan Bintan”, Jurnal Humanisma, Vol 2. No 1, Isntitut Agama Islam Negeri
Bukittinggi. Indonesia.
3

tantangan dalam kehidupan masyarakat. Kearifan lokal menjadi suatu warisan

yang seharusnya tetap dijaga oleh masyarakat, sebab kearifan lokal memberikan

tatanan masyarakat yang masih memiliki kesadaran akan alam atau lingkungan

masyarakat yang berbudaya. Kehidupan masyarakat yang terikat dengan jiwa

yang sadar akan pentingnya kebersamaan serta jiwa yang memiliki

tanggungjawab terhadapa lingkungannya.5 Salah satu kearifan lokal itu adalah

ziarah kubur. Ziarah kubur sebagai bentuk aktivitas yang sudah biasa dilakukan

oleh masyarakat beragama Islam untuk mengunjungi makam alim ulama atau

keluarga. Dalam pelaksanaannya pun juga diatur yang disebut dengan adab

berziarah kubur. Nilai-nilai yang ditanamkan dalam berziarah kubur diperoleh

dari ajaran yang dibawakan oleh nenek moyang dahulunya hingga sampai

sekarang masyarakat menanamkan nilai tersebuat.

Tradisi zizarah kubur merupakan sebuah tradisi yang sudah menjadi

turun temurun dalam masyarakat agama Islam. Dalam bentuk pelasanaannya juga

beberapa setiap wilayah, pada akhirnya memiliki tujuan yang sama yaitu untuk

keselamat mereka yang telah di alam kubur. Untuk terus berlanjutnya ziarah

kubur yang sudah membudaya, perlu juga unsur-unsur yang terlibat berperan

sesuai fungsinya agar ziarah kubur terus ada dalam kehidupan masyarakat walau

zaman sudah semakin berkembang.

5
Raden Cecep E. P, dkk, “Kearifan Lokal Tentang Mitigasi Bencana Pada Masyarakat
Baduy”, Jurnal Sosial Humaniora, Vol. 15, No. 1. Hal 68.
4

Perkembangan zaman akam membawa perubahan dalam berbagai aspek

di kehidupan masyarakat, baik itu dalam segi sosial, ekonomi, budaya, politik dan

sebagainya. Sebuah kearifan lokal sebagai warisan serta identidas asli sebuah

daerah perlu dijaga dan dilestarikan agar tidak hilang dan dilupakan oleh

masyarakat setempat. Untuk itu perlu peran masyarakat sebagai subyek untuk

mengenalkan kearifan lokal yang dimiliki dari generasi ke generasi. Perubahan

sosial yang terjadi pada masyarakat berpengaruh terhadap kearifan lokal terutama

pada tradisi ziarah kubur. Jika tidak mampu mengimbangi perubahan sosial yang

terjadi, tradisi ziarah kubur sebagai kearifan lokal bagi suatu daerah dapat

terancam punah. Perubahan sosial perlu bagi masyarakat agar masyarakat tidak

mengalami ketertinggalan, tapi perlu masyarakat perlu memfilter hal-hal yang

merusak budaya.

Perubahan sosial dapat terjadi secara revolusi atau juga disebut dengan

people’s power dan dapat pula terjadi secara evolusi atau lambat.

Perkembangannya pun semakin canggih, manusia bahkan dapat bertemu walau

secara virtual. Akses wilayah yang jauh pun dapat kita ketahui kondisinya. Ada

tiga strategi perubahan sosial yang dijelaskan di dalam buku yang ditulis oleh

Jalaluddin Rahmat yang berjudul rekayasa sosial. Yang pertama power strategy,

Perubahan sosial yang terjadi disebabkan oleh adanya kekuasaan. Revolusi atau

people power ini menyentuh segala sudut kehidupan bahkan terjadi secara radikal,

cepat, massal dan mencolok dalam kehidupan masyarakat bahkan mengundang

gejolak intelektual dan emosional dari semua orang yang terlibat. Kedua
5

persuasive strategy, Bentuk dari starategi ini dapat kita lihat dengan

perkembangan media sosial yang dengan mudahnya merambah kepada anak-anak

yang usianya masih belum cukup untuk menerima atau mengahadapi informasi-

informasi yang ada di media sosial. Ketiga normative reeducative, strategi ini

sebagai upaya penanaman dan mengganti paradigma berfikir masyarakat yang

tradisional dengan yang baru yang sifatnya bertahap-tahap.6

Proses perubahan pola pikir itu pun juga ikut mempengaruhi gerak

masyarakat dalam menjaga nilai-nilai kearifan lokal yang dimiliki. Termasuk

pada masyarakat di Kampung Tangah Nagari Parit Malintang Kabupaten Padang

Pariaman yang memiliki nilai kearifan lokal dalam tradisi mandoa pusaro. Kata

mandoa pusaro dalam bahasa minang yang artinya mendoa ke makam, yang

biasanya kita sebut dengan ziarah kubur. Ziarah kubur adalah mengunjungi

makam keluarga, kerabat ataupun makam para ulama yang telah berjasa bagi

perkembangan agama islam. Ziarah kubur merupakan hal yang disyari‟atkan

dalam agama islam dengan tujuan agar orang yang melakukannya dapat

mengambil pelajaran dengannya dan dapat mengingat akhirat. Ada fungsi dan

tujuan ziarah kubur yaitu mengingat kematian dan mendoakan ahli kubur. 7

Setiap suku di Nagari Parit Malintang untuk melaksanakan tradisi

mandoa pusaro sesuai dengan tempat pemakaman masing-masing suku. Ada

6
Jalaluddin Rahmat, Rekayasa Sosial Reformasi, Revolusi, atau Manusia Besar, (Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 1999), hal 53.
7
M. A Rabbani, 2014, Adab Berziarah Kubur Untuk Wanita, (Jakarta: Lembaran Pustaka
Indonesia).
6

empat suku awal yang terdapat di Minangkabau yaitu Koto, Piliang, Bodi, dan

Chaniago. Kemudian keempat suku ini berkembang hingga melahirkan banyak

cabang suku seperti melayu, caniago, bodi, Sikumbang, Guci, Pisang, Panyalai,

Tanjuang, Jambak, dan banyak lainnya. Setiap nagari atau daerah di Minangkabau

memiliki keempat macam suku ini, atau cabang-cabang dari keempat suku. Setiap

suku memiliki mamak kepala suku sebagai pengontrol tiap-tiap sukunya.8

Dari hasil observasi awal lokasi tempat pelaksanaan tradisi mandoa

pusaro diadakan di tempat pemakaman berdasarkan sukunya masing-masing.

Terkhususnya tempat makam yang di teliti terletah di Kampung Tangah, lokasi

pemakaman tersebut berada di tanah masyarakat yang telah di wakafkan. Lokasi

pemakaman memiliki bangunan beratap tetapi tidak diberi dinding. Bangunan

tersebuat digunakan sebagai tempat pelaksanaan tradisi mandoa pusaro oleh

masyarakat setiap satu kali dalam setahun.9

Dari hasil observasi yang diperoleh, anak muda perlu adanya penanaman

nilai-nilai budaya serta diiringi dengan nilai-nilai agama. Mereka yang masih

duduk dijenjang sekolah menengah perta dan tamat sekolah mengnengah atas

duduk nongkrong diwarung-warung, kerja paruh waktu. Mereka kebanyakan

menghabiskan waktu diwarung bahkan ada yang tidur disana. Warung sebagai

tempat mereka bermain, bercerita-bercerita.10

8
Syaifullah & Febi Yulika, Pertautan Budaya- Sejarah Minangkabau & Negeri Sembilan,
(Guguak Mlintang: Institut Seni Indonesia Padangpanjang, 2017), hal 20.
9
Pengamatan awal di lokasi pemakaman suku panyalai, Kampung Tangah, 28 Oktober 2021.
10
Pengamatan awal, di Kampung Tangah Nagari Parit Malintang, 28 Oktober 2021
7

Dari hasil wawancara awal didapatkan, anak muda di Nagari Parit

Malintang kecenderungan suka aktivitas berkumpul di warung, warnet dan

bermain ketimbang berkumpul di surau. Namun, memang tidak semua anak muda

beraktivitas seperti itu. Surau adalah tempat aktivitas anak-anak belajar mengaji

dan memperoleh ilmu agama lainnya. Berbeda jika ilmu agama diajarkan di

sekolah-sekolah umum yang belajar agama secara umum dan waktu yang singkat.

Surau merupakan tempat anak-anak memperoleh ilmu agama serta juga adanya

paduan belajar ilmu silat dan menyalurkan budaya yang dimiliki. Berdasarkan

wawancara bersama salah seorang tuangku yang mengajarkan anak-anak mengaji,

perubahan sekarang yang dirasakan tuangku adalah anak-anak yang mengikuti

proses mengaji ke surau, anak-anak yang berumur kisaran 5-12 tahunan. Setelah

umur mulai beranjak lebih dari itu, mereka mulai berhenti mengikuti proses di

surau.11

Berdasarkan penelaahan yang dilakukan pengaruh kondisi zaman yang

sudah mengalami banyak kemajuan dan perubahan, memberikan pengaruh serta

perubahan pola pikir generasi muda untuk berfikir terhadap kearifan lokal yang

dimiliki daerahnya. Perasaan yang mulai berkurang untuk menjadikan alim ulama

di kampung sebagai patronnya. Simbol-simbol yang menurutnya mulai mengikat

kurang diminati. Jika berkurangnya keinginan menjadi alim ulama di kampung,

maka akan berkurangnya orang-orang yang akan meneruskan budaya yang telah

11
Tuangku Kuniang Lukman Nurhakim, (Alim Ulama), Wawancara Pribadi, Kampung
Tangah, 28 Oktober 2021.
8

diwariskan kepada masyarakat di Kampung Tangah Nagari Parit Malintang.

Namun dari beberapa yang menjadi persoalan, tentunya masih ada yang

menjadikan alim ulama di kampungnya sebagai patron. Tetapi jika dinilai banyak

tentunya sudah mengalami pengurang minat untuk menggantikan alim ulama.

Nilai-nilai dalam tradisi mandoa pusaro di Kampung Tangah dapat terpelihara

dan tersampaikan nilainya kepada masyarakat jika masih ada kesadaran generasi

untuk menggantikan alim ulama yang sudah berumur tua.

Dari hasil wawancara awal yang didapatkan, diambilah kesimpulan

bahwa kondisi generasi muda saat ini mengarah kepada krisis untuk melestarikan

tradisi mandoa pusaro. Kegiatan tradisi mandoa pusaro di Nagari Parit Malintang

tidak hanya sebagai kegiatan yang memberikan doa dan membersihkan kuburan

keluarga yang telah meninnggal saja. Tapi, dalam tradisi mandoa pusaro

terkandung nilai-nilai kearifan lokal yang terus dilestarikan oleh masyarakat

setempat. Tradisi mandoa pusaro diaykini sebagai bentuk terimakasih kepada ibu

dan bapak, ninik mamak, nenek moyang yang telah berjuang serta meninggalkan

pusaka kepada anak cucunya. Pelaksanaan tradisi mandoa pusaro dilihat dari

bentuk pelaksaannya sudah didapat dari nenek moyang terdahulu, yang

membawakan dan mengajarkan masyarakat kala itu. Sehingga kegiatan ini

sebagai suatu kewajiban yang harus diadakan setiap tahunnya, tepatnya

menjelang bulan puasa ramadhan.12

12
Tuangku Kuniang Saraka, (Alim Ulama), Wawancara Pribadi, Kampung Tangah, 31
Oktober 2021.
9

Berdasarkan hasil pembahasan diatas bahwasannya terkait tradisi ziarah

kubur dimana masyarakat Kampung Tangah Nagari Parit Malintang Kabupaten

Padang Pariaman menyebutkanya sebagai tardisi mandoa pusaro. Tradisi mandoa

pusaro merupakan sebagai suatu budaya, dimana masyarakat melakukan

kunjungan ke makam-makam baik itu makam ulama atau pun keluarga menjelang

puasa ramadhan. Dalam tradisi mandoa pusaro ini terkandung nilai-nilai kearifan

lokal yang diyakini masyarakat sebagai suatu yang mesti harus dilaksnakan setiap

tahunnya.

Dari hasil ini dapat diambil kesimpulan bahwasannya, tradisi mandoa

pusaro merupakan suatu aktivitas masyarakat yang bernilai lokal untuk berziarah

kubur kemakam ulama atau keluarga. Maka peneliti tertarik untuk meneliti

dengan judul “Nilai-nilai Kearifan Lokal dalam Tradisi Mandoa Puasaro

Menjelang Puasa Ramadhan di Kampung Tangah Nagari Parit Malintang

Kabupaten Padang Pariaman”.

B. Batasan Masalah

Pembahasan ini agar lebih terarah, maka perlu memberikan batasan

masalah. Dengan demikian penelitian memfokuskan pada :

1. Proses pelaksanaan tradisi mandoa pusaro di Kampung Tangah Nagari Parit

Malintang Kabupaten Padang Pariaman.

2. Bentuk nilai-nilai kearifan lokal dalam tradisi mandoa pusaro di Kampung

Tangah Nagari Parit Malintang Kabupaten Padang Pariaman.


10

C. Rumusan Masalah

1. Bagaimana proses pelaksanaan tradisi mandoa pusaro di Kampung Tangah

Nagari Parit Malintang Kabupaten Padang Pariaman?

2. Bagaimana bentuk nilai-nilai kearifan lokal dalam tradisi mandoa pusaro di

Kampung Tangah Nagari Parit Malintang Kabupaten Padang Pariaman?

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui proses pelaksanaan tradisi mandoa pusaro di Kampung

Tangah Nagari Parit Malintang Kabupaten Padang Pariaman.

b. Untuk mengetahui bentuk nilai-nilai kearifan lokal dalam tradisi mandoa

pusaro di Kampung Tangah Nagari Parit Malintang Kabupaten Padang

Pariaman.

2. Kegunaan Penelitian

a. Untuk memproleh gelar kesarjanaan pada program studi Sosiologi Agama.

b. Untuk menyelesaikan permasalahan nilai-nilai kearifan lokal dalam

tradisimendoa pusaro menjelang puasa di Kampung Tangah Nagari Parit

Malintang Kabupaten Padang Pariaman.

E. Penjelasan Judul

Untuk lebih jelas dalam memahami judul penelitian, sebagai berikut:

1. Kearifan Lokal : Kearifan loka secara bahasa berasal dari bahasa inggris

terdiri dari dua kata yaitu kearifan berarti kebijaksanaan

dan lokal berarti setempat. Sehinggga local wisdom berarti


11

gagasan-gagasan, nilai-nilai, ataupun pandangan-

pandangan setempat yang bersifat bijaksana, bernilai baik,

penuh kearifan yang tertanam serta diikuti oleh penduduk

masyarakat setempatnya. Kearifan lokal sebagai suatu

warisan buadaya Indonesia yang berkembang sejak lama,

yang didalamnya terkandung nilai-nilai, norma-norma

sistem kepercayaan dan ide-ide masyarakat setempat.

Kearifan lokal ini sebagai bentuk perilaku positif

masyarakat yang dapat bersumber dari nilai-nilai agama,

adat istiadat, petuah nenek moyang atau buadaya

setempat.13

2. Mandoa Pusaro : mandoa pusaro merupakan tardisi yang dilakukan oleh

masyarakat ke tempat pemakaman keluarganya atau kerabat

yang telah meninggal dunia, dengan membersihkan

pemakamannya serta mengirimkan doa untuk keluarga atau

kerabatnya, tradisi ini dengan cara mendatangkan pemakaman

secara bersama-sama. Kegiatan ini dilaksanakan menjelang

bulan puasa atau bulan ramadhan. Tradisi mandoa pusaro

sebagai pembuka pintu silahturahmi antar sesama masyarakat,

13
Patta Rapanna, Membumikan Kearifan Lokal Menuju Kemandirian Ekonomi, (Makassar:
CV SAH MEDIA, 2016), hal 4.
12

sebab masyarakat yang merantau pun akan datang untuk

datang berziarah kepemakaman.14

3. Puasa : puasa menurut bahasa berasal dari kata shama yang berarti

menahan diri. Sedangkan menurut syariat adalah menahan diri

dari makan, minum, hawa nafsu atau segala hal yang

membatalkan puasa dari terbit fajar hingga terbenamnya

matahari. Berpuasa baik dibulan ramadhan maupun puasa

sunnah sekalipun harus diiringi dengan iman, menjauhi segala

sesuatu yang dilarang atau mampu menahan diri yang juga

diiringi dengan muhasabah pada diri sendiri. Puasa merupakan

penghapus segala dosa, sebab itu puasa yang benar yaitu puasa

yang disertai dengan iman dan muhasabah.15

F. Sistematika Penulisan

Gambaran keseluruhan pembahasan proposal ini secara umum dapat penulis

sajikan dalam sistematika pembahasan sebagai berikut:

1. BAB I berisikan pendahuluan yang terdiri dari (a) latar belakang (b) batasan

masalah (c) rumusan masalah (d) tujuan dan kegunaan penelitian (e)

penjelasan judul (f) sistematika penulisan.

14
https://www.google.com/amp/s/www.saribundo.biz/tradisi-ranah-minang-sebelum-
ramadhan-gotong-royong-dan-mandoa-pusaro.html/amp (Akses pada rabu 10/07/2021, pukul 00.14).
15
AK. Muatafit, Kupas Tuntas Puasa, (Jakarta Selatan: Qultum Media, 2004), hal 4.
13

2. BAB II berisikan tinjauan pustaka yang terdiri dari (a) nilai-nilai kearifan

lokal (b) tradisi mandoa pusaro (c) puasa (d) teori fungsionalisme strukturral

talcott parsons (e) penelitian relevan (f) kerangka konseptual.

3. BAB III berisikan metode penelitian yang terdiri dari (a) jenis penelitian (b)

tempat penelitian (c) informen penelitian (d) teknik pengumpulan data (e)

analisis data (f) teknik keabsahan data.

4. BAB IV berisikan pembahasan yang terdiri dari (a) temuan umum (b) temuan

khusus (c) pembahasan.

5. BAB V berisikan penutup yang terdiri dari (a) kesimpulan (b) saran
BAB II

STUDI KEPUSTAKAAN

A. Nilai-nilai Kearifan Lokal

1. Pengertian Kearifan lokal

Kearifan lokal adalah ilmu pengetahua melalui pendangan yang

dimiliki atau diciptakan dari akal manusia yang berupa aktivitas suatu

masyarakat dan dilaksakannya oleh masyarakat lokal untuk menjawab

persoalan kehidupannya serta pemenuhan kebutuhan mereka.16

Menurut Sartini, kearifan lokal terdiri dari dua kata yaitu kearifan dan

lokal. Kearifan diartikal sama dengan kebijaksanaan, sedangkan lokal

memiliki arti setempat. Dengan begitu kearifan lokal atau local wisdom dapat

dipahami yaitu gagasan-gagasan setempat yang sifatnya bijaksana, bernilai

baik, yang tertanam serta diikuti oleh anggota masyarakatnya. Menurut

Murdiono, kearifan lokal itu adalah suatu sikap, pandangan, dan kemampuan

sutu komunitas dalam mengelola lingkungan rohaninya serta jasmaninya,

yang diberikan kepada komunitas itu sebuah daya tahan dan daya tumbuh

dimana komunitas itu berada. Kearifan lokal dapat juga diartikan sebagai

sebuah produk lokal yang bersifat turun-temurun, yang didalamnya

terkandung perpaduan nilai-nilai suci dari Tuhan dengan berbagai nilai yang

ada dalam masyarakat. Kearifan lokal menjadi sebuah ilmu pengetahuan bagi

16
Rusmin Tumanggor, “Pemberdayaan Kearifan Lokal, Memacu Kesetaraan Komunitas Adat
Terpencil”, Jurnal Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial, Vol. 12, No. 01, (2007), Hal
01.

14
15

masyarakat untuk menjawab berbagai persoalan dalam masyarakat dan

dijadikan sebagai sebuah strategi dalam kehidupan dengan wujud aktivitas

masyarakat.17 Keraifan lokal merupakan suatu bentuk hasil dari pemikiran

manusia sebagai aktivitas yang dapat mengelola suatu komunitas masyarakat

dalam tatanan sosial, kearifan lokal mengandung nilai dan norma tradisional.

Sebagaimana dalam kearifan lokal yang dimiliki dalam pelaksanaan tradisi

mandoa pusaro di wilayah Nagari Parit Malintang terkususnya pada di

Kampung Tangah. Dalam pelaksanaannya terkandung nilai-nilai kerifan lokal.

Aktivitas yang sudah di turun-temurunkan hingga ke masyarakat sekarang.

2. Bentuk-bentuk Kearifan lokal

Kearifan lokal memiliki beberapa bentuk yaitu berupa nilai-nilai,

norma-norma, tradisi, kepercayaan, mitos, ritual-ritual, adat, kesenian,

sismbol-simbol dan peraturan-peraturan yang sifatnya lokal. Sedangkan

menurut Jim Ife kearifan lokal terbagi kedalam 5 bentuk yaitu:

a. Pengetahuan lokal

Masyarakat yang menempati wilayah yang sudah cukup lama,

dengan melewati berbagai macam perubahan-perubahan yang dilaluinya

di wilayah yang mereka tempati itu. Mulai dari perubahan iklim,

perubahan kehidupan sosial yang beragam, kemudian perubahan pada

geografi, demografi dan sosiografi. Kemunculan perubahan ini mereka

17
Ujang Syarip Hidayat, Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Kearifan Lokal Sunda,,
(Sukabumi: Budi Mulia, 2019), Hal 176.
16

mampu beradaptasi dengan kondisi lingkungannya, hal inilah yang

disebuat sebagai pengetahuan lokal.

b. Nilai lokal

Nilai merupakan pandangan hidup dalam wujud berbagai simbol

kehidupan, baik berbentuk pepatah, nasehat, simbol-simbol budaya dan

sebagainya. Wujud nilai menjadi aktivitas masyarakat maupun petuah atau

nasihat yang dijadikan pandangan hidup masyarakat itulah sebagai wujud

dari kearifan lokal.18 nilai-nilai yang terkandung dalam kerafan lokal di

Indonesia, antara lain:

1) Nilai religi

Nilai religi merupakan nilai yang terkait dengan hubungan manusia

dengan Tuhan. Masyarakat Indonesia yang mayoritas beragama islam

dalam tradisi atau budaya yang ia menghubungan nilai agama

didalamnya. Mereka meyakini bahwa tindakan yang dilakukan juga

menyertakan pengaharapan kepada Tuhan mereka agar diberkati dan

mereka juga memperoleh kedaiman dalam melakasankaan aktivitas

budaya.

2) Nilai gotong royong

Nilai gotong royong merupakan nilai yang tidak pernah lepas dalam

masyarakat Indonesia. Suatu aktivitas budaya akan berjalan dengan

18
Karimatuus saidah, Nilai-nilai Kearifan Lokal Masyarakat Indonesia dan Implementasinya
dalam Pendidikan Sekolah Dasar, (Genteng Banyuwangi : LPPM Institut Agama Islam Ibrahimy
Genteng Banyuwangi, 2020), hal 14.
17

baik jika bekerjasama atau saling bahu-membahu. Kesadaran ini selalu

ditanamkan oleh masyarakat setempat, baik dalam kehidupan sehari-

hari pun. Selain itu, hubungan sosial masyarakat akan semakin erat

antar anggota masyarakat, sehingga melahirkan masyarakat yang

rukun.

3) Nilai estetika

Nilai estetika dalah nilai keindahan atau sebuah seni. Dalam kearifan

lokal yang dimiliki masyarakat akan memiliki keindahan yang akan

menjadi kualitas pada suatu objek.

4) Nilai sejarah

Nilai sejarah merupakan peristiwa yang sudah lampau, dimana terus

dijaga, dikenang, dan ada yang terus melestarikan. Dalam sebuah

kearifan lokal yang menjadi warisan bagi masyarakat sekarang.

Warisan inilah yang terus dipakai dan terus realisasikan oleh

masyarakat setempat. Masyarakat mengenagnya sebagai bentuk

penghargaan maupun tanda terimakasih kepada orang yang telah

berjuang dan memberikan ilmu pengetahuan.

5) Nilai ekonomi

Nilai ekonomi merupakan nilai yang memberikan manfaat kepada

kehidupan masyarakat. Dalam kearifan lokal yang dimiliki,


18

masyarakat dapat menjaga dan dapat menjadikan sumber

matapencaharian masyarakat setempat.19

Lingkungan masyarakat perlu adanya aturan atau nilai yang

mempu mengikat masyarakat demi terjaganya lingkungan masyarakat

yang aman dan teratur. Aturan atau nilai yang berada dilingkungan

masyarakat inilah disebuat sebagai nilai-nilai lokal. Nilai-nilai ini

mengatur hubungan manusia dengan manusia, manusia dengan alam dan

manusia dengan Tuhannya.20

c. Keterampilan lokal

Keterampilan lokal meruapakan sebuah kemampuan

keterampilan yang dimiliki daerah setempat, yang juga dipengaruh oleh

kondisi geografisnya. Seperti misalkan dari segi bercocok tanam, di

daerah kabupaten padang pariaman masyarakat dalam memenuhi

kebutuhan ekonominya dengan bertani, berkebun pisang, kelapa. Sebab

kondisi georafisnya yang juga berada pada dataran rendah. Berbeda

halnya dengan daerah dataran tinggi yang memenuhi kebutuhannya

dengan berkebun sayur, walaupun ada beberapa juga menaman hal serupa

dengan dataran rendah, namun dominannya mereka memenuhi kebutuhan

hidup dengan menanam sayur-sayuran sebab iklimnya yang juga sejuk.

19
https://www.google.com/amp/s/amp.tirto.id/arti-kearifan-lokal-di-indonesia-nilai-dimensi-
contoh-fungsi-gadt.(akses19-01-2022, pukul: 13.16).
20
Muhammad Japar, dkk, Pendidikan Toleransi Berbasis Kearifan Lokal, (Surabaya: CV.
Jakad Media Publishing, 2020), hal 23.
19

Misalkan juga masyarakat yang tinggal di daerah pantai yang hidup

sebagai nelayan. Jadi setiap daerah memiliki keterampilan lokalnya yang

berbeda-beda sesuai dengan kondisi letak geografisnya.

d. Sumber daya lokal

Sumber daya lokal merupakan sumber daya alam yang tidak

dapat terbarui, namun dapat diperbaharui oleh masyarakat setempat.

Bentuk dari sumber daya lokal ini seperti hutan, kebun, sumber air, lahan

dan sebagainya. Kepemilikan sumber daya lokal bersifat kolektif. Seperti

yang biasa kita temukan sumber mata air di perdesaan. Biasanya

masyarakat membuatkan tempat tersebut sebagai tempat mandi, cuci baju

yang bisa digukan oleh masyarakat setempat dengan bergantian.

e. Mekanisme pengambilan keputusan lokal

Adat dan budaya menjadi sebuah tonggak dalam lingkup

masyarakat setempatnya. Dalam lingkungan masyarakat juga memiliki

yang namanaya pemimpin adat atau yang dalam pengambilan keputusan

serta menglola kehidupan sukunya. Masing-masing masyarakat

mempunyai mekanisme yang berbeda. Ada yang secara demokratis

sebagaimana filosofi minangnya “duduak samo randah, tagak samo

tinggi”. Ada pula yang bertingkat yaitu “bajanjang naik, batanggo

turun”.21

21
Ibid., hal 23.
20

Adat basandi sarak, sarak basandi kitabullah merupakan filosofi

adat Minangkabau yang diterapkan beberapa tahun setelah perang pediri

atau perang antar kelompok pemangku adat. Berakhir dengan saling

menyadari kesalahan, maka diadakanlah rekonsiliasi pada tahun 1840 di

Puncak Pato Bukik Marapalam Tanah Datar Sumatera Barat. Kemudian

dilakukanlah pembai‟atan, dikenal dengan nama Piagam Bukik

Marapalam. Masyarakat Minangkabau dikenal sebagai masyarakat yang

menjadikan nilai-nilai adat dan Islam sebagai pedoman hidup dan patokan

dalam bertingkah laku, berbicara, bersikap, bergaul dan berpakaian, hal itu

berlaku semenjak Islam masuk ke Minangkabau. Perpaduan adat dan

Islam itu dikenal sebagai ungkapan adat basandi sarak, sarak basandi

kitabullah.22

Kearifan lokal memiliki beragam bentuknya, setiap bentuk dari

keraifan lokal memiliki nilai-nilai yang berbeda yang tidak lepas dari

kehidupan masyarakat. Pengetahuan yang dimiliki masyarakat terhadap

kondisi lingkungan menjadi suatu bentuk kepeduliaan seseorang sebagai

masyarakat dalam menjaga dan memanfaatkan kondisi lingkungannya

dengan baik dan benar. Tentunya berpengetahuan atau tidak terhadap

tempat yang ditinggali akan memberikan pengaruh besar terhadap

terpelihara atau tidaknya suatu kearifan lokal yang dimiliki suatu tempat.

22
Febri Yulika, Epistimologi Minangkabau Makna Pengetahuan dalam Falsafat Adat
Minangkabau, (Padang Panjang: ISI Padang Panjang, 2017), hal 1-2.
21

Seperti di minangkabau selain adat dan budayanya, dalam filosofi

minangkabau juga merupakan sebagai bentuk dari kearifan lokal. Adat

basandi sarak, sarak basandi kitabullah, filososi ini menjadi peganggan

bagi masyarakat adat Minangkabau dalam berkehidupan.

3. Fungsi dan makna Kearifan Lokal

Menurut Prof. Nyoman Sirtha, bentuk-bentuk kerarifan lokal yang ada

dalam masyarakat berupa nilai, norma, etika, kepercayaan, adat-istiadat,

hukum adat, dan aturan-aturan khusus. Oleh karena bentuk dari kearifan lokal

ini yang beragam, maka beragam pula lah fungsi dari kearifan lokal yang ada

dalam masyarakat. Berikut adalah fungsi dan makna dari kearifan lokal dalam

tulisan “Pola Pikir Orang Bali Merujuk Unsur Tradisi” anatara lain :

a. Berfungsi untuk konservasi dan pelestarian sumber daya alam.

Proses pemeliharaan dan pemanfaatan sumber daya alam yang baik,

membawa pengaruh kepada bagaiman mana proses kehidupan masyarakat

setempat. Dengan kearifan lokal yang ada, masyarakat setempat bertindak

dengan teratur dan beretika terhadap lingkungan sekitarnya.

b. Berfungsi untuk pengembangan sumber daya manusia.

Kearifan lokal memberikan wadah masyarakat untuk aktif dalam usaha

menjaga dan terus mengenalkan kepada generasi ke generasi selanjutnya.

Untuk itu, perlunya peran aktif masyarakat setempat ikut terlibat dalam

aktifitas yang diwarisan oleh nenek moyangnya.

c. Berfungsi untuk pengembangan kebudayaan dan ilmu pengetahuan.


22

Masyarakat setempat dapat melihatkan eksistensi dari budaya lokalnya

dari zaman ke zaman. Mengenalkan budaya lokalnya kepada masyarakat

sehingga tidak hanya masyarakat setempat, tetapi masyarakat luas dapat

mengenal budayanya dan memperoleh ilmu pengetahuan kepada

masyarakat yang luas.

d. Berfungsi sebagai petuah, kepercayaan, sastra dan pantangan.

Kearifan lokal memberikan lingkungan masyarakat yang teratur. Dengan

keyakinan yang dimiliki mayarakat setempat terhadap budayanya,

menjadikan masyarakat yang tau arah dan bertidak sebagaimana

semestinya.

e. Bermakna sosial.

Kearifan lokal yang dimiliki mengandung makna sosial, dimana hubungan

dalam lingkungan sosial masyarakat yang lebih erat dibandingkan mereka

yang telah kehilangan budaya aslinya. Sebab kearifan lokal budaya

masyarakat memberikan masyarakat hidup yang saling gotong royong,

peka dengan kondisi antar sesamanya, tidak mementingkan kepentingan

sendiri melainkan kebersamaan.

f. Bermakna etika dan moral.

Keraifan lokal bermakna etika dan moral yaitu masyarakat setempat

memproleh sikap yang menghargai pa yang telah ditinggalkan nenek

moyang kepadanya mereka. Sehingga ia menghargai warisan yang


23

diberikan dan menjaganya sebagai tatanan kehidupan yang akan

mendatang.

g. Bermakna politik.

Kearifan lokal bermakna politik yaitu warisan yang telah ditinggalkan

nenek moyoang, tentunya terus dijaga dan dipelihara. Dengan begitu

masyarakat akan membutuhkan orang-orang yang akan terus menjaga dan

memelihara warisan itu. Sehingga diperlukan adanya kekuasaan maupun

patron yang akan disegani dan dihargai oleh masyarakat setempat.23

4. Manfaat Kearifan Lokal

Kearifan lokal dalam budaya yang dimiliki masyarakat setiap daerah akan

berbeda dengan daerah lainnya. Perbedaan ini memberikan masyarakat

memiliki identitas daerahnya tersendiri. Hal ini menjadi sesuatu yang sudah

seharusnya dijada dan dilestarikan oleh masyarajat setempat. Berikut beberapa

manfaat kearifan lokal, yaitu:

a. Kemandirian

Kemandirikan yang dimaksud yaitu masyarakat setempat memiliki hasil

warisan nenek moyangnya, bukan hasil pengaruh budaya luar. Jika

mandiri dengan budaya dan rohani, maka ia memiliki ciri khas daerahnya

tersendiri. Masyarakat setempat juga mandiri dalam segi tatanan

lingkungan masyarakat, alam maupun perekonomian.

b. Mampu memahami perkembangan zaman


23
Patta Rapana. Op. Cit., hal 16.
24

Kondisi zaman yang akan terus mengalami perubahan dan melahirkan

budaya-budaya yang baru, bahkan mampu menghilankan budaya asli

suatu daerah. Jika masyarakat setempat, sudah melihat kondisi perubahan

yang akan muncul, meraka akan mampu menjaga dan melestarikan

budaya aslin daerahnya. Hal itu sebagai bentuk mempertahankan keaslian

daerah maupun budaya lokal.

c. Faham dengan kearifan lokal yang dimiliki

Bertindak dengan cara menyalurkan nilai-nilai kearifan lokal yang

dimiliki kepada masyarakat setempat, dengan memberi pemahaman dan

bertanggung jawab agar masyarakat dapat memahami nilai-nilai atau

prinsip-prinsip budaya lokanya. Sampai kepada kesadaran bahwa adanya

manfaat yang terkandung jika masyarakat setempat dapat memahimi

budaya yang dimiliki.24

B. Tradisi Ziarah Kubur

1. Makna Ziarah Kubur

Ziarah kubur menurut Munzir Al-Muswa, ziarah kubur adalah

mendatangi kuburan dengan tujuan mendatangi ahli kubur sebagai pelajaran

bagi peziarah bahwa tidak lama lagi juga akan menyusul menghuni kuburan

sehingga dapat lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT. Sedangkan

menurut „Ali Al-Harawi yang menulis sebuah Pedoman Tempat-tempat

24
Yulian Anouw, Kepemimpinan Rumah Tangga Suku Meree di Kaimana, (Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 2016), hal 86.
25

Ziarah Kubur adalah suatu bentuk ritual yang sudah berakar dimasyarakat

sejak zaman dahulu.25 Jadi dari pendapat para ahli dapat disimpulkan

kunjungan yang dilakukan oleh keluarga atau kerabat untuk mengunjungi

keluarga yang telah meninggal, bentuk kegiatan ini sudah mentradisi atau

sudah dilakukan sejak dahulu. Kegiatan ini memberikan penyadaran diri

bahwa dunia bukanlah tempat yang kekal dan semua makhluk akan melewati

fase kematian.

Ziarah kubur merupakan suatu tradisi yang tidak dapat terpisahkan

dalam lingkungan sosial masyarakat, terutama pada masyarakat Indonesia.

Tradisi ziarah kubur ini dilakukan hampir seluruh kalangan masyarakat

Indonesia mulai dari masyarakat kalangan bawah sampai kepada masyarakat

kalangan atas. Bentuk dari tradisi ziarah kubur yang dilakukan oleh

masyarakat di Indonesia ini memiliki keragaman dalam bentuk tujuan dan

pelaksanaannya. Ditilik dari sejarah ziarah kubur di Indonesia sudah ada

dilakukan sebelum Islam masuk. Masa dimana masyarakat masih memiliki

kepercayaan kepada arwah-arwah leluhur, masyarakat ini diwajibkan untuk

mengunjungi makam tertentu sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur.

Beberapa ada yang sekedar berziarah, ada juga yang mendoakan penghuni

kubur dan ada pula yang meminta keselamatan dan kesejahteraan

kehidupannya. Setelah Islam masuk ke Indonesia ziarah kubur terus

25
Hana Nurrahmah, 2014, “Tradisi Ziarah Kubur Studi Kasus Prilaku Muslim Karawang
Yang Mempertahankan Tradisi Ziarah Pada Makam Syeh Quro di Kampung Pulo Bata Karawang
Tahun 1970-2013”,Skripsi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Hal 41-42.
26

berkembang dalam kehidupan masyarakat. Islam yang mudah berbaur dengan

budaya lokal, sehingga ziarah kubur juga di Islamkan di Indonesia. Bentuk

pelaksanaanya pun juga diaturkan dalam Islam, sebab Islam agama yang

sempurna sehingga mengatur seluruh sendi kehidupan manusia.26

Tradisi keagamaan ziarah kubur di Indonesia dilakukan hampir setiap

datangnya bulan Ramadhan dan awal bulan Syawal. Secara hukum ziarah

kubur yang dilakukan pada bulan Ramadhan secara khusus tidak disunatkan

atau diwajibkan, sehingga berziarah kubur pada bulan Ramadhan tidak

dilarang. Ziarah kubur dilakukan dengan mengunjungi makam-makam

keluarga, kerabat, tokoh masyarakat, ulama, wali, dan juga makam para Nabi.

Tradisi ziarah kubur dilakukan secara turun-temurun dari generasi ke

generasi. Ziarah kubur dimaknai secara kreatif oleh umat Islam, karena

menunjukkan adanya dua nilai yang muncul yaitu nilai didaktis dan sosial.27

Nilai didaktis yang diberikan berupa bentuk penanaman kesadaran diri bahwa

melihat aktivitas berziarah kubur sebagai bentuk gambaran kehidupan yang

dijalankan di dunia ini bertujuan semata-mata kembali kepada Allah SWT.

Sedangkan nilai sosial dalam berziarah kubur bagaimana dalam sebuah

hubungan tidak akan putus walau akhir hayat sekali pun, kita tetap

memberikan doa kepada yang telah meninggal agar lepas dari siksa kubur.

Kegiatan tradisi ziarah kubur di Indonesia yang biasanya dilakukan secara

26
Abdurrahman MisnoBP, Mari Ziarah Kubur, (Indramayu: Penerbit Adab, 2020), hal 1-2.
27
Lalu Fauzi Haryadi,dkk, “Tradisi Ziarah Kubur Dalam Pendekatan Sejarah”, Al-Hikmah,
vol. 1, no. 1, (2020), hal 121.
27

bersamaan atau beramai-ramai mengunjungi makam, memberikan ruang pula

bagi masyarakat dalam berinteraksi satu sama lain. Sehingga dalam jalinan

sosial masyarakat semakin erat.

Berziarah kubur didalam Islam diperbolehkan, jika tidak bertentangan

dengan syari‟at Islam. Ziarah kubur pada awalnya dilarang dalam Islam,

dimana pada masa itu Nabi Muhammad SAW melarang karena ditakutkan

umat Islam melakukan tindakan yang menyekutukan Allah SWT. Namun,

setelah diperhatikan pada masa itu umat Islam tahu memaknai ziarah kubur

bukan tempat bermohon atau meminta sesuatu kepada kuburan, melainkan

sebagai menyadarkan diri juga bahwa kita sebagai manusia akan mengalami

proses kematian suatu saat nanti. Aisyah istri Nabi Muhammad SAW juga

pernah berziarah kubur ke makam saudaranya.28

2. Macam- macam Ziarah Kubur

a) Ziarah ketempat makam orang-orang yang mulia mereka masih hidup

kepada orang mulia yang telah meninggal. Seperti misalkan ulama yang

berziarah ke makam ulama yang telah meinggal dunia.

b) Ziarah yang dilakukan orang-orang yang diangga mulia ke makam orang

yang orang-orang biasa. Sebagaimana Rasulullah SAW yang sering

dahulunya berziarah ke makan kaum muslimin dan memberikan doa,

bahkan Rasulullah SAW juga mendatangi makam pendosa juga.

28
Abdurrahman Misno BP. Op. Cit., Hal 36.
28

c) Ziarah orang-orang biasa kepada orang-orang biasa, atau kaum muslimim

yang awam kepada kaum muslimim awam. Biasanya yang dilakukan

orang-orang tua, karib kerabat dan saudara-saudara.29

3. Tujuan Ziarah Kubur

a) Sebagai bentuk silahturahmi kepada sehabat, kerabat, keluarga yang telah

meninggal. Sebagiaman semasa hidup mengunjunginya begitu pula ketika

telah meninggal. Hal ini sebagai bentuk ungkapan kasih sayang kepada

mereka yang telah meninggal.

b) Memberikan penyadaran kepada orang yang masih hidup didunia sebagai

bentuk mengingatkan bahwa kematian adalah peristirahatan terakahir

setelah hidup didunia.

c) Dengan adanya kesadaran akan kematian, mampu meneguhkan

ketaantannya kepada Allah SWT.

d) Memotivasi jiwa dan mengendalikan nafsu untuk terus semangat

beribadah kepada Allah SWT disaat rasa malas menerpa.30

C. Teori Fungsionalisme Struktural Talcott Parsons

Penelitian kearifan lokal dalam pelaksanaan mandoa puasaro

menjelang puasa di Kampung Tangah Nagari Parit Malintang Kecamatan Enam

Lingkung Kabupaten Padang Pariaman, peneliti menggunakan teori

29
Jalaluddin Rakhmat, Memaknai Kematian Agar Mati Menjadi Istirahat Paling Indah,
(Depok: Pustaka Ilman, 2006), hal 234-248
30
Ali Muhammad Al-Shalabi, Biografi Ali Bin Abi Thalib, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2012),
hal 317-318.
29

fungsionalisme struktural. Masyarakat tidak akan lepas dari yang namanya

struktural dalam kehidupannya, budaya yang dimiliki secara turun temurun

sebagai bentuk ciri khas suatu masyarakat. Mandoa pusaro di Kampung Tangah

sebagai kearifan lokal bagi masyarakat di Kampung Tangah Nagari Parit

Malintang Kecamatan Enam Lingkung Kabupaten Padang Pariaman, dimana

bentuk pelaksanaannya yang juga menjadi berbeda dari daerah lainnya.

Pemeliharaan kearifan lokal dalam mandoa pusaro juga sebagai bentuk adanya

keberfungsian unsur-unsur dalam struktural yang sadar akan masing-masing

perannya. Struktural yang terkait didalam mandoa pusaro yaitu pemuka adat,

ulama-ulama, masyarakat. Jika salah satu dari sistem ini tidak menjalankan peran

dan fungsinya masing-masing, maka akan mempengaruhi aktivitas unsur lainnya.

Dapat kita analogikan dengan rantai motor, jika salah satu rantai putus maka akan

membuat kepingan-kepingan rantai lainnya menjadi terhenti untuk berfungsi

menjalankan sepeda motor.

Ciri utama pendekatan fungsionalisme struktural ada dua unsur yaitu

stuktural dan fungsional dalam proses sosial. Fungsionalisme kemasyarakatan

merupakan pendekatan utama yang digunakan oleh kalangan fungsionalisme

struktural. Sasaran fungsionalisme kemasyarakatan adalah struktur sosial dan

institusi masyarakat berskala luas, antar hubungannya, dan pengaruhnya terhadap

aktor. Masalah fungsional utama yaitu bagaimana cara masyarakat memotivasi

dan menempatkan orang-orang pada posisi yang tepat dalam suatu sistem

stratifikasi. Setiap manusia akan selalu berada dalam lingkungan yang struktural.
30

Davis dan Moore, karyanya yang paling terkenal dalam teori fungsionalisme

struktural yaitu mereka menganggap stratifikasi sosial sebagai fenomena

universal dan penting. Talcott parsons dalam karya terakhirnya juga membahas

terkait dengan fungsionalisme struktural dengan teori AGIL miliknya. Talcott

Parsons lahir di Colorado pada tahun 1902, dilahirkan dalam latar belakang

keluarga religius dan intelek. Pada tahun 1924, person mendapat gelar sarjana di

Amherst College dan melanjutkan pascasarjana di London School of Economics.

Pada Tahun 1927, parsons mengajar di Harvard. Tahun 1949 ia dipilih sebagai

presiden Asosiasi Sosiologi Amerika. Tahun 1950-1960 an ia menerbitkan buku

The Social System.31

Telcott Parsons berbicara tentang perubahan sosial, menurutnya

perubahan sosial tidak lepas dari struktur sosial. Struktur sosial sebuah tatanan

sosial yang membentuk kelompok-kelompok sosial dalam masyarakat baik secara

vertikal maupun secara horizontal yang membentuk pola-pola perilaku

masyarakat yang berulang antar individu maupun antar kelompok. Didalam

struktur sosial inilah adanya sistem-sistem sosial yang saling berinteraksi satu

dengan yang lainnya. Menurut parsons agar sistem sosial ini dapat berfungsi atau

bergerak dengan sesuai harapan, perlu adanya empat fungsi yang harus

31
George Ritzer, Teori Sosiologi dari Teori Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan
Mutakhir Teori Sosial Postmodern, (Bantul: Kreasi Wacana, 2008), Hal 252.
31

terintegrasi yang penting bagi seluruh sistem yang ada. Ada pun empat fungsi

yang dimaksud yaitu:32

a. Adaptasi (adaptation)

Fungsi adaptasi ini menjelaskan bahwa, suatu sistem harus mampu

beradaptasi dengan situasi dan kondisi lingkungannya. Dalam sistem ini

sistem dapat mengatasi serta menanggulani persoalan yang dihadapi dari luar

sistem. Penyesuaian diri dengan lingkungan ini agar suatu sistem dapat

memenuhi kebutuhannya.

b. Pencapaian tujuan (goal attainment)

Fungsi ini, suatu sistem dapat merumuskan tujuan utama dan mencapainya.

Suatu sistem harus memiliki tujuan dalam tindakannya, serta mampu

memetakan tahapan apa yang akan dicapainya. Dengan begitu sistem mampu

bagaimana bertindak untuk mencapai tujuannya.

c. Integrasi (integration)

Sistem harus mampu mengatur dan menjaga bagian-bagian yang menjadi

komponennya. Sistem juga mampu mengelola fungsi adaptasi, pencapaian

tujuan dan integritas. Dengan begitu proses sistem dalam lingkungan dapat

berjalan sebagaimana mestinya dengan mengikut sertakan fungsi sebelumnya.

d. Pemeliharaan pola-pola (latent pattern maintenance)

32
Kamanto Sunarto, Sosiologi Perubahan Sosial Perspektuf Klasik, Modern, Postmodern, dan
Poskolonial, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), hal 49.
32

Sistem harus berfungsi sebagai pemelihara pola, melengkapi dan memperbaiki

motivasi individu dan budaya yang telah diciptakan.

Bentuk dari pelaksanaan mandoa pusaro di Nagari Parit Malintang

merupakan suatu warisan orang terdahulu. Dalam pelaksanaannya terdapat

kearifan lokal yang sampai saat ini masyarakat masih menjaganya. Berbeda

dengan kondisi zaman yang sudah menjadi kondisi yang serba praktis, namun

masyarakat di Nagari Parit Malintang terus melaksanakan mandoa pusaro seperti

yang sudah diturun temurunkan. Hal ini merupakan bentuk dari masih aktifnya

sistem dalam struktur masyarakat Nagari Parit Malintang, khususnya di Kampung

Tangah. Sebagaimana teori talcott parsons terkait struktural yang memerlukan

empat fungsi AGIL. Perlunya ada sistem yang terkait mampu menerapkan konsep

AGIL, ada pengenalan atau adaptasi yang dilakukan agar tujuan yang akan

dicapai dapat terwujud sesuai dengan yang telah di rancangkan, sehingga

masyarakat memelihara yang telah tercapai dengan terus memberikan dukungan

atau motivasi kepada tiap individunya.

D. Penelitian Relevan

Berdasarkan penelitian yang sudah ada terdapat perbedaan dan

persamaan antara peneliti dengan peneliti terdahulu atau sebelumnya. Penelitian

sebelumnya dibuat oleh Abdul Wafi Muhaimin dengan judul Mengurai Polemik

Hukum Ziarah Kubur Bagi Perempuan lebih kepada posisi perempuan ini dalam

melakukan ziarah kubur, dengan membandingkan hadist-hadist yang isinya ada

yang memperbolehkan dan ada pula hadist yang melarang seorang perempuan
33

melaksanakan ziarah kubur. Sehingga penulis memperoleh sebuah kesimpulan,

perbedaan mazhab atau pemahaman tidak semestinya bertindak menyalahkan

salah satu pihak, melainkan menghargai perbedaan itu sehingga tidak

mengakibatkan renggangnya jalinan ukhuwa antar sesama umat Islam.33

Pada penelitian sebelunya yang dibuat oleh Asri Wulandari dengan judul

Nilai-Nilai Islam Yang Terkandung Dalam Tradisi Ziarah Kubur Pada Hari Raya

Idul Fitri Kec. Tanjung Batu Kel. Tanjung Batu Kab. Ogan Ilir, penetlitian ini

membahas lebih kepada nilai-nilai budaya islam yang terkandung didalam ziarah

kubur pada hari raya idul fitri. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

metode penulisan sejarah dengan menggunakan metode antropologi. Yang

menjadi permasalah penitng dalam penelitian ini mengenai tata cara ziarah kubur

di Kelurahan Tanjung Batu. Nilai islam yang terkandung dalam ziarah kubur di

Kelurahan Tanjung Batu yaitu nilai bersyukur kepada Allah, nilai berdo‟a kepada

Allah, nilai bermaafan.34

Penelitiaan yang dibuat oleh Firmansyah dan M. Dini Handoko dengan

judul Analisis Pemakaman Multi Etnik dan Multi Agama di Kota Metro.

Penelitian ini membahas terkait bagaimana reaksi masyarakat muslim terhadap

persandingan makam non muslim, dimana adanya kepercayaan bahwa siksa

kubur yang dialami oleh jenazah non muslin jika makan bersandingan akan ikut

33
Abdul Wafi Muhaimin, 2020, “Mengurai Polemik Hukum Ziarah Kubur Bagi Perempuan”,
Tahdis: Jurnal Kajian Ilmu Al-Hasit. Vol 10. No 2.
34
Wulandari, Asri. 2016. “Nilai-Nilai Islam Yang Terkandung Dalam Tradisi Ziarah Kubur
Pada Hari Raya Idul Fitri Kec. Tanjung Batu Kel Tanjung Batu Kab. Ogan Ilir. Skripsi. UIN Raden
Fatah Palembang.Hal 200.
34

dirasakan oleh jenazah muslim. Ada keresahan pada diri umat muslim di kota

metro jika makam disandingkan. Namun, sampai saat ini belum ditemukan dalam

penelitiaan terkait hadis yang melarangnya terkait pemakaman yang multi etnik

dan multi Agama.35

Penelitian yang dibuat oleh Ali Badri dan Chelsy Yesicha dengan judul

Komunikasi Ziarah Kubur “Atib Ko Ambai”, membahas tentang ritual yang

dilakukan oleh masyarakat di Teluk Nilap, Kecamatan Kubu Babussalam,

Kabupaten Rokan Hilir Provinsi Riau, ritual ini disebut sebagai Atib Ko Ambai.

Pelaksanaan ritual ini dilakukan masyarakat tiga hari setelah lebaran. Kegiatan

ritual itu dilaksanakan selain sebagai menjaga tali silahturahmi juga sekaligus

menolak bala di desa. Ritual Atib Ko Ambai bertujuan untuk mengenal para

ulama terdahulu, yang didalamnya juga terkandung nilai solidaritas, keislaman

dan adat.36

Penelitian yang dibuat oleh Emmanuel Satyo Yuwono dengan judul

Kejawaan dan Kekristenan: Negosiasi Identitas Orang Kristen Jawa dalam

Persoalan di Sekitar Tradisi Ziarah Kubur. Ajaran Kristen memandang bahwa

tidak ada hubungan atau sangkut pautnya manusia yang masih hidup dengan yang

telah maninggal berdasarkan kitabnya. Dalam kajian ini ada dua pengawasan

35
Firmansyah & H. Dini, 2017, “Analisis Pemakaman Multi Etnik dan Multi Agama di Kota
Metro”, Istinbath: Jurnal Hukum, Vol. 14. No. 2, Hal 236.
36
Ali Badri & Chelsy Yesicha. 2019. “Komunikasi Ziarah Kubur “Atib Ko Ambai”. Jurnal
Ilmiah Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Islam Riau, Vol. 7. No. 1.Hal 45.
35

yang mempengaruhi negosiasi identitas. Usaha purifikasi tidak berhasil secara

totol sebab dipengaruhi oleh kekuasaan dan kekuatan tradisi lokal.37

Penelitian yang dibuat oleh Wawansyah, Sipa Sasmanda dan Mu‟aini

dengan judul Tradisi Ziarah Kubur Masyarakat Sasak (Studi kasus Makam Loang

Baloq). Metode yang digukan dalam penelitian ini adalah merode kualitatif

dengan teknik pengumpulan data dengan wawancara, observasi dan studi

dokumentasi. Motivasi masyarakat dalam melakukan ziarah kubur untuk

mendapatkan ketenangan disaat mendapatkan masalah kesulitan dalam hidup,

berdoa dimakam akam diyakini akan dikabulkan semua permintaan, melakukan

hajatan dimakam akan membawa keberkahan dan keselamatan.38

Persamaan dengan penelitian yang sebelumnya yaitu sama-sama

meneliti terkait dengan ziarah kubur, namum berbeda fokus kajiannya. Kajian

yang sekarang dengan penelitian sebelumnya terdapat pada fokusnya, dimana

fokus kajian peneliaan saat ini kepada kearifan lokal yang dimiliki pada kegiatan

mandoa pusaro di Kampung Tangah Nagari Parit Malintang. Terfokusnya kepeda

nilai-nilai kearifan lokal yang ada pada tradisi mandoa puasaro di Kampung

Tangah Nagari Prait Malintang Kabupaten Padang Pariaman. Permasalahan yang

paling penting dalam penelitian ini yaitu terkait dengan generasi yang akan

37
Emmanuel Satyo Yuwono, 2016, “Kejawaan dan Kekristenan: Negosiasi Identitas Orang
Kristen Jawa dalam Persoalan di Sekitar Tradisi Ziarah Kubur”, Humanika, Vol. 16, No. 1, Universitas
Dharma Yogyakarta. Hal 93.
38
Wawansyah, Dkk, 2014, “Tradisi Ziarah Kubur Masyarakat Sasak (Studi kasus Makam
Loang Baloq”, Peadagoria, Vol. 9, No. 1. Univ. Muhammadyah Mataram. Hal 25.
36

menjadi penerus yang menjalankan untuk selanjutnya. Sebab penting adanya

penerus untuk keberlanjutan dan pemeliharaan tradisi yang dimiliki.

E. Kerangka Konseptual

Tradisi Ziarah Masyarakat

Tradisi Mandoa Pusaro Nilai-nilai kearifan


lokal

- Nilai Religi
- Nilai Sosial
- Nilai Estetika
- Nilai Sejarah
- Nilai Ekonomi

Kegiatan mandoa puasro tidak hanya sebagai aktifitas masyarakat di

Nagari Parit Malintang terkususnya masyarakat Kampung Tangah untuk

memberikan tahlilan dan doa kepada keluarga yang telah meninggal. Masyarakat

sebagai sebuah agen yang akan memberikan atau menyalurkan nilai-nilai yang

sudah tertanam dikehidupan suatu kelompoknya. Sebab itu, masyarakat di

kampung tangah memelihara apa yang telah diwariskan oleh nenek moyang

kepadanya salah satunya tradisi mandoa pusaro. Dalam tradisi mandoa pusaro di

Kampung Tangah Nagari Parit Malintang memiliki nilai kearifan lokal yang perlu

dipelihara masyarakat sampai saat ini.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian merupakan bentuk dari pengaplikasian ilmu pengetahuan

yang dimiliki untuk menguji atau untuk mengetahui sebab dan akibat dari sebuah

permasalahan yang ada di masyarakat, karna sifatnya manusia adanya rasa ingin

tahu, sehingga manusia mencari jawaban mengenai permasalahan yang tidak

diketahui. Penelitian dan ilmu pengetahuan merupakan proses yang sama artinya

proses yang berlangsung bersama-sama dan hasilnya disebut sebagai kebenaran.

Penelitian kualitatif digunakan untuk kegiatan penelitian tentang kehidupan

masyarakat, sejarah, tingkah laku, aktivitas sosial dan ekonomi.39 Penelitian

kualitatif merupakan sebuah metode yang menekankan pada aspek pemahaman

secara mendalam terhadap suatu masalah, penelitian ini lebih menggunkan teknik

analisis mendalam yaitu mengkaji masalah secara kasus perkasus. Penelitian

kualitatif merupakan mengkaji perspektif partisipan dengan strategis yang bersifat

interaktif dan fleksibel. Penelitian kualitatif ditujukan untuk memahami

fenomena-fenomena sosial dari sudut pandang partisipan.40

39
I Made Laut M. J, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif: Teori, Penerapan, dan
Riset Nyata, (Yogyakarta: Anak Hebat Indonesia, 2020), Hal, 2.
40
Sandu Siyoto, dkk, Dasar Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: Literasi Media Publisihing,
2015), hal 28.

37
38

Peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif dalam meneliti Kearifan

Lokal dalam Pelaksanaan Mandoa Pusaromenjelang puasa Di Kampung Tangah

Nagari Parit Malintang Kabupaten Padang Pariaman.

B. Tempat Penelitian

Tempat penelitian yang dipilih dalam penelitian ini yaitu di Kampung

Tangah Nagari Parit Malintang Kecamatan Enam Lingkung Kabupaten Padang

Pariaman. Nagari Prait Malintang terdiri dari 9 korong dengan luas wilayah ±

3,780 Ha / 19,34 Km, ada pun Korong yang dimaksud yaitu Pasa Limau, Pasa

Balai, Kampung Tangah, Kampung Bonai, Pasa Dama, Padang Baru, Pauh,

Padang Toboh, dan Hilalang Gadang. Jumlah penduduk Nagari Parit Malintang

pada data Tahun 2019 berjumlah 5.888 jiwa, yang terdiri dari 2.997 jiwa

penduduk laki-laki dan perempuan 2.891 jiwa. Kampung Tangah memiliki luas

wilayah 1,88 Km.41Tempat ini sebagai pilihan peneliti dikarenakan lokasi

pemakaman yang menjadi penelitian berada pada wilayah Kampung Tangah yaitu

pemakaman milik suku pinyalai.

C. Informan Penelitian

Informan penelitian merupakan orang-orang yang memiliki pengetahuan

atau orang yang terlibat langsung dengan yang akan menjadi penelitian. Dengan

adanya informan, peneliti dapat memperoleh data yang akan dapat diolah sebagai

data penelitian, karena itu perlunya peneliti memiliki jaringan atau berbagai

41
Website Resmi Nagari Parit Malintang Kec. Enam Lingkung Kab. Padang Pariaman Prov.
Sumatera Barat. (akses pada Jumat, 11 Januari 2021: pukul 04.17 WIB).
39

macam sumber sebanyak mungkin agar informasi yang diperoleh dapat

melengkapi data dengan valid untuk penelitian.42

Untuk dapat memperoleh informasi terkait dengan penelitian tentang

kearifan lokal dalam pelaksanaan mandoa pusaro menjelang puasa di Kampung

Tangah Nagari Parit Malintang Kecamatan Enam Lingkung Kabupaten Padang

Pariaman. Dalam penelitian kualitatif, untuk mendapatkan atau memperoleh data

dalam penelitian bisa menggunakan purposive sampling. Purposive sampling

adalah teknik pengumpulan sampel dengan pertimbang tertentu. 43 Jadi dalam

penentuan ini sudah dapat diketahui siapa yang akan dituju sebagai informan

pelaku dan informan pengamat. Sebab itu peneliti memeilih purposive sampling

dalam mengumpulkam data, karena sudah mengetahui siapa saja yang akan

menjadi informen dalam penelitian ini. Informan dalam penelitian ini berjumlah 5

orang yang terdiri dari informan pelaku berjumlah 3 orang yaitu sebagai warga di

Nagari Parit Malintang dan informan pengamat berjumlah 2 orang sebagai

Tuangku.

42
Talumewo,P.O., Kawet, L., & Pondaag, J.J, 2014, “Analisis Rantai Pasok Ketersediaan
Bahan Baku di Industri Jasa Makanan Cepat Saji pada KFC Multimart Ranota”, Jurnal EMBA: Jurnal
Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis dan Akuntansi, Vol. 2. No. 3, Hal 1588.
43
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandumg: Alfabeta, 2013),
hal 85.
40

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik dalam pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berupa:44

1. Observasi

Observasi atau disebut juga dengan pengamatan merupakan suatu tindakan

yang dilakukan oleh si peneliti untuk memperoleh informasi di wilayah yang

menjadi kajiannya. Observasi dilakukan pada awal penentuan lokasi

penelitian dengan melakukan pra-survey hingga pengumpulan data dilakukan.

Dalam observasi, peneliti dapat bertindak sebagai partisipan dan non-

partisipan. Ketika melakukan observasi peneliti mencoba mempelajari dan

memahami perilaku orang-orang yang terlibat didalamnya dengan jalan

sedapat mungkin berpartisipasi secara penuh. Observasi yang dilakukan

peneliti mengenai kearifan lokal dalam pelaksanaan mandoa pusaro dilakukan

di Kampung Tangah Nagari Parit Malintang Kecamatan Enam Lingkung

Kabupaten Padang Pariaman untuk memperoleh data yang lebih valid.

2. Wawancara

Wawancara merupakan seuatu teknik pengumpulan data dengan memberikan

pertanyaan-pertanyaan kepada informen terkait dengan permasalahan yang

akan diteliti. Selain observasi untuk memperoleh data, juga menggunakan

wawancara sebagai menambah kevalidan data. Pertanyaan yang diberikan

kepada informen yaitu teknik wawancara berstruktur. Teknik wawancara

44
Ajat Rukajat, Pendekatan Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Deepublish, 2018), hal 21.
41

berstruktur adalah peneliti memberikan pertanyaan-pertanyaan yang telah

disiapkan sebelumnya untuk permasalahan yang akan diteliti.

3. Dokumentasi

Pengumpulan data melalui dokumentasi mencari data yang bukan benda

hidup, melainkan benda mati. Teknik pengumpulan data ini seperti foto, surat

kabar, notulen rapat, majalah, prasasti dan sebagainya.45 Peneliti juga

menggunakan teknik pengumpulan data dengan dokumentasi untuk dapat juga

mendukung kevalidan data dalam penelitian.

E. Analisis Data

Analisis data merupakan Dalam analisis data peneliti menggunakan cara

berdasarkan menurut miles dan huberman yaitu melalui proses data reduction,

data display, dan verification.

1. Proses Data Reduction

yaitu setelah kita mendapatkan data baik melalui wawancara, obsevasi,

dokumentasi. Data yang telah diperoleh dilapangan itu kemudian kita

kumpulkan dan kita pilah-pilah mana yang menjawab dari rumusan masalah

dalam penelitian kita. Sebahagiaan data yang kita peroleh ada kemungkinan

menemukan hasil yang tidak ada berhubungan dengan apa yang kita teliti,

sebab itu proses pemilahan diperlukan.

45
Sandu Siyoto, dkk. Op. Cit., hal 77.
42

2. Proses Data Display

yaitu setelah selesai proses data kita pilah-pilah,masuk kepada proses data

display atau disebut juga sebagai model data. Pada proses ini selanjutnya

pengambilan kesimpulan data yang telah kita pilah-pilah tersebut.46 Dalam

mengambil kesimpulan juga harus berhati-hati serta betul-betul

memperhatikan walau sifatnya praktis, namun melalui analisis data display ini

kita juga dapat mengambil tindakan pula.

3. Proses Verifikasi

yaitu jika telah selesai data tersebut kita paparkan pada sub-sub rumusan

masalah, peneliti melakukan verifikasi kesimpulan dari hasil penelitian.47Dari

dua proses analisis sebelumnya memperoleh kesimpulan, kesimpulan ini perlu

diverifikasi sebagaimana peneliti memproses. Makna akan ditemukan dari

data yang telah teruji kepercayaannya, kekuatannya, konfirmabilitasnya.48

F. Teknik Keabsahan Data

Untuk memperoleh data yang valid untuk penelitian ini, peneliti

melakukan beberapa hal sebagai berikut:

1. Memperpanjang waktu dilapangan

Dalam proses memperoleh data penelitian yang lebih tepat, peneliti

berada di lapangan dalam waktu yang cukup panjang untuk bertemu beberapa

46
Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data, (Jakarta: PT RAJAGRAFINDO
PERSADA, 2010), hal 131.
47
Sugiono. Op. Cit., hal 293.
48
Emzir. Op. Cit., hal 133
43

informen. Peneliti juga melibatkan diri dalam tradisi mandoa pusaro di

Kampung Tangah Nagari Parit Malintang. Dengan berada langsung, peneliti

dapat melihat bagaimana situasi dan kondisi dalam kegiatan tersebu, peneliti

sekaligus melakukan pengecekan data untuk dapat melihat sejauh mana

kevalidan data yang sudah peneliti peroleh. Peneliti melakukan perpanjangan

waktu untuk mencari data sebanyak-banyaknya terkait dengan bagaimana

generasi muda memiliki pengaruh terhadap hidupnya sebuah tradsi mandoa

pusaro dan nilai-nilai keraifan lokal yang terdapat didalamnya. Hal ini

dilakukan juga untuk menghindari data yang tidak benar baik disengaja

ataupun tidak disengaja dari informan.

2. Triangulasi

Triangulasi adalah pemeriksaan keabsahan data dengan memanfaatkan

sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan pengecekan atau pembanding

terhadap data yang didapatkan. Dengan begitu data dapat diketahui

kebenarannya untuk diolah sebagai hasil dari penelitian dilapangan. 49 Dalam

melakukan keabsahaan data penelitian, peneliti menggunakan teknik

triangulasi. Dengan teknik triangulasi peneliti dapat memperoleh kemantapan

dalam data, sebab teknik triangulasi ini peneliti melakukan perbandingan

dengan data lainnya.

49
https://www.academia.edu/42883149/METODE_PENELITIAN_PENDIDIKAN_AGAMA
_ISLAM?from=cover_page, ( Akses, senin 23/08/2021, pukul 14.00).
BAB IV
HASIL PENELEITIAN
A. Temuan Umum

1. Demografi Kampung Tangah Nagari Prait Malintang

Kampung Tangah merupakan Korong di Nagari Parit Malintang.

Nagari Parit Malaintang memiliki Sembilan Korong yang memiliki luas

wilayah kurang lebih 19,34 Km. Sembilan Korong tersebut tersiri dari Korong

Pasa Limau, Pasa Balai, Kampung Tangah, Kampung Bonai, Pasa Dama,

Padang Baru, Pauh, Padang Toboh, Hilalang Gadang. Kampung Tangah

memeiliki luas wilayah 1,88 Km. Masyarakat Nagari Parit Malintang

memiliki area yang luas untuk bertani, dimana masyarakat masih

menggunakan pola tradisional dalam memproduksi pertanian sebagai

pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Biasanya hasil pertanian yang diperoleh itu

sebagian akan diperjual belikan dan sebagaian hasilnya diperoleh untuk

pemenuhan kebutuhan hidup. Untuk dapat melihat lebih lengkap mata

pencaharian masyarakat di Nagari Parit Malintang berdasarkan data yang

diperoleh dari website Nagari. Berikut adalah rincian mata pencaharian

masyarakat di Nagari Parit Malintang Kabupaten Padang Pariaman.

44
45

Tabel.1
Mata Pencaharian Penduduk Nagari Parit Malintang
No Mata Pencaharian Jumlah Orang
1 Buruh tani 764 Orang
2 Peternak 529 Orang
3 Pedagang 116 Orang
4 Tukang kayu 210 Orang
5 Tukang batu 65 Orang
6 Tambang batu bata 79 Orang
7 Penjahit 21 Orang
8 PNS 215 Orang
9 Pensiunan 101 Orang
10 TNI/Polri 31 Orang
11 Pengusaha 15 Orang
12 Perangkat desa 18 Orang
Dll
Website Resmi Nagari Parit Malintang Kec. Enam Lingkung Kab.
Padang Pariaman Prov. Sumatera Barat, akses pada 31 Desember 2021.

Berdasarkan mata pencaharian penduduk di Nagari Parit Malintang,

dapat dilihat bahwa penduduk dengan mata pencaharian buruh tani mencapai

jumlah tertinggi yaitu 764 Orang. Nagari Parit Malintang memang lokasi yang

masih memanfaatkan harta pusaka dari nenek moyang mereka untuk

mengolah lahan sebagai pemenuhan kebutuhan hidup mereka. Hasil lahan

yang mereka olah sebagian untuk dikonsumsi dan beberapa juga diperjual

belikan.

2. Sejarah Singkat Tradisi Mandoa Pusaro di Kampung Tangah

Pertama kali masuk agama islam yang dibawakan oleh syekh

Burnanuddin ke Ulakan sekitar tahun 1680. Pada sejak itu masyarakat

mengnal nilai-nilai agama dan budaya yang diajarkan oleh syekh

Burhanuddin. Syekh Burhanuddin yang biasa dipanggil si Pono, menyebarkan


46

agama islam setelah ia belajar di singkili. Sesampai di Ulakan beliau

mendirikan surau dan mengajarkan masyarakat sedikit demi sedikit ilmu

agama islam. Kemudian lahirlah anal-anak didik beliau dan menyeberkan

agama islam ke berbagai wilayah di kabupaten pariaman, termasuk di Nagari

Parit Malintang. Masyarakat di Nagari Parit Malintang sangat menghargai

kehadiran syekh Burhanuddin beserta ajaran agama yang dibawakannya.50

Dalam masyarakat Minangkabau surau merupakan wadah untuk anak-anak

mengaji, sebagai sarana pendidikan atau madrasah tarbiyah bagi anak-anak

nagari di Ranah Minangkabau. Surau sebagai sarana transformai nilai dan

budaya juga. Eksistensi surau memiliki fungsi ganda, disamping sabagai

tempat ibadah, juga sebagai tenpat pendidikan, tempat berkumpulnya anak

laki-laki untuk mendalami keterampilan bekal hidup seperti silat, adab

pergaulan, akhlak sopan santun, hal ini ikut memperlancar terjadinya proses

pendidikan Islam secara efektif.51

Suarau menjadi sarana utama tersebarnya agama Islam di Nagari Parit

Malintang. Dahulunya anak laki-laki belajar banyak disurau tentang sejarah,

budaya juga di Nagari Parit Malintang. mereka akan ikut gurunya, bahakan

setengah kegiatan dalam hidupnya itu berada di surau. Anak laki-laki bakal

tidur disurau bersama-sama, selain belajar tentang budaya yang tekalah

dibawakan ulama dahulu, juga belajar ilmu bela diri.

50
Tuangku Kuniang Saraka,( Alim Ulama), Wawancara Pribadi, Kampung Tangah, 31
Oktober 2021.
51
Mas‟oed Abidin, Surau Kito, (Yogyakarta: Gre Publishing, 2016), hal 2.
47

Dari hasil observasi yang didapat dari informen A, sekaligus sebagai

warga Nagari Parit Malintang juga sebagai keturan dari tokoh ulama yang

mengajarkan Islam di Nagari Parit Malintang.

Banyak orang tidak mengetahui nama asli dari ulama yang


mengajarkan tradisi mandoa pusaro di Nagari Parit Malintang. Nama
asli beliau Sapa, masyarakat biasanya menyebut nama inyiak atau
kakek secara bahasa Indonesia nya ini dengan sebutan nama Tuangku
Surau Baukie. Karena dahulunya beliau memiliki surau yang banyak
ukirannya. Beliau merupakan puyang saya. Beliau datang ke Nagari
Parit Malintang mengajarkan Islam termasuk budaya yang ada
sampai saat ini. Beliau datang jauh sebelum Indonesia merdeka.
Sekitar tahun 1925 beliau wafat dan dimakankan di Kampung
Tangah.52

Tuangku Syekh Surau Baukia Beliau datang ke nagari parit malintang

sebelum kemerdekaan Indonesia. Tidak ditemukan tahun berapa beliau datang

ke nagari parit malintang, namun berdasarkan informan A menjelaskan beliau

wafat sekitar tahun 1925. Beliau yang mengajarkan agama Islam kepada

masyarakat di Nagari Parit Malintang, termasuk untuk melaksanakan mandoa

pusaro secara berkelumun. Beliau dimakamkan di pemakaman suku panyalai

dalam bangunan surau yang berada di pemakaman Kampung Tangah Nagari

Parit Malintang. tradisi mandoa pusaro hingga sekarang masih terealisaikan

setiap tahunnya dengan bentuk pelaksanaan yang sama.53

52
H. Mansur, (Warga), Wawancara Pribadi, di Kampung Bonai, 18 Desember 2021.
53
H. Mansur, (Warga), Wawancara Pribadi, di Kampung Bonai, 18 Desember 2021.
48

3. Tokoh-tokoh yang Terlibat Dalam Tradisi Mandoa Pusaro di Kampung

Tangah

Seluruh wilayah di Nagari Parit Malintang dalam pelaksanaan tradisi

mandoa pusaro sebagai acara yang tentunya membutuhkan sekelompok orang

yang saling berkaitan satu sama lainnya. Setiap sistem saling berkaitan dan

saling membutuhkan. Tentunya tokoh-tokoh yang diperlukan adalah

masyarakat, pemuka adat, serta alim ulama di Nagari Parit malintang. Berikut

data jumlah penduduk yang diperoleh dari website Nagari Parit Malintang

Kabupaten Padang Pariaman.

Tabel. 2
Jumlah penduduk Nagari Parit Malintang
No Jenis Kelamin Jumlah Pedagang
1 Laki-laki 3.441 Orang
2 Perempuan 3.447 Orang
Jumlah 6.888 Orang
Website Resmi Nagari Parit Malintang Kec. Enam Lingkung
Kab. Padang Pariaman Prov. Sumatera Barat, akses pada 31 Desember 2021.

Dari data penduduk yang didapatkan masyarakat Nagari Parit

Malintang berjumlah 6.888 orang, dimana 3.441 orang berjenis kelamin laki-

laki dan 3.447 orang berjenis kelamin perempuan. Dalam pelaksanaan tradisi

mandoa pusaro seluruh masyarakat terlibat untuk ikut serta. Setiap

masyarakatnya terbagi dalam beberapa kaum suku pinyalai, sikumbang, koto,

dan bebeerapa suku lainnya. Kemudian yang terlibat selain masyarakat yaitu

labai, ninik mamak, tuangku.


49

Penjelasan terkait dengan tokoh-tokoh yang terlibat dalam tradisi

mandoa pusaro sebagaimana penjelasan dari informen E, dimana informen

merupakan seorang alim ulama di Kampung Tangah:

Orang yang terlibat dalam kegiatan mandoa puraso yaitu masyarakat


kaum, ninik mamak, sedangakan untuk melaksakan tahlilan di
lakukan oleh labai dan tuangku. Ninik mamak itu adalah orang yang
mempin adat atau disebut juga dengan seorang penghulu. Sedangkan
labai adalah orang yang masuk dalam perangkat adat di bidang
agama, labai ini nantinya menyusun dan mengatur proses kegiatan
tradisi mandoa pusaro ketika kegiatan akan berlangsung. Sedangkan
tuangku adalah seorang ulama terkemuka di nagari, tuangku dianggap
menguasai ilmu agama Islam.54

Berdasarkan pengamatan Dhurkheim tentang keberagamaan dalam

masyarakat, Dhurkheim membuktikan bahwasannya agama memiliki fungsi

menginteraksikan masyarakat dalam suatu tatanan sosial. Setiap masyarakat

memiliki peran dan fungsinya masing-masing. Melalui aktivitas ritual suci

sebagai tindakan kolektif yang mencerminkan solidaritas kelompok.55Dari

pernyataan informen E, terlihat bahwa semua masyarakat memiliki perannya

dalam pelaksanaan tradisi mandoa pusaro. Karena dalam tradisi mandoa

pusaro terlihat banwa adanya saling membutuhkan kerja sama untuk dapat

memcapai tujuan yang diharapkan. Dapat terealisasikan atau tidaknya

kegiatan tradisi ini, tergantung kepada masyarakat kaum yang masih

menganggap tradisi ini sebagai suatu hal yang penting. Dimana penting secara

54
Tuangku kuniang Lukman Nurhakim,, (Alim Ulama), Wawancara Pribadi, 27 Oktober
2021.
55
Sindung Haryanto, Sosiologi Agama Dari Klasik Hingga Postmodern, (Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media, 2015), hal 58.
50

moral atau adab kepada ibu, ayah, ninik mamak, nenek moyang yang telah

berjasa selama hidupnya, dengan kita yang masih hidup untuk memberikan

seuatu yang berbentuk balas budi dengan mengirimkan doa.

3. Temuan Khusus

1. Proses Pelaksanaan Tradisi Mandoa Pusaro di Kampung Tangah

Tradisi mandoa pusaro dilaksanakan setiap bulan sya‟ban atau bulan

lamang, karena dianggap sebagai bulan mengenyangi yaitu kenyang dengan

mengaji. Tradisi mandoa pusaro sebagai rasa terimakasih dan bentuk balas

budi kepada ayah, ibu, ninik mamak, nenek moyang dengan mengahadiahkan

mengaji dan doa sebagai ganti hadiah semasa hidupnya. Berikut proses

pelaksanaan tradisi mansoa pusaro :

a. Menentukan Hari

Dalam mengadakan sebuah kegiatan perlu adanya beberapa

persiapan yang paling dasar agar kegiatan dapat diketahui secara informasi

yang lengkap, mislanya menentukan jadwal pelaksanaan. Hal ini perlu

dirundingkan bersama atau beberapa orang. Sehingga jelas kapan kegiatan

akan dilakukan. Begitu juga dalam tradisi mandoa pusaro sebagai

kegiatan yang wajib dilakukan setiap tahunnya.

Berdasarkan hasil wawancara dengan informen E, selaku tuangku

atau orang yang dianggap memahami ilmu agama. Beliau menjelaskan

bahwa perlu dahulu untuk menentukan hari dalam tradisi mandoa pusaro.
51

Sebelum persiapan yang lainnya, biasanya itu yang dipersiapkan


terlebih dahulu jadwal pelaksanaannya. Menenutukan hari
dilakukan oleh masyarakat kaum atau beberapa orang yang
mewakili seperti ada labia kaum, tuangku, penghulu. Mereka
bermusyawah yang kita sebut wirid sampai kemufakat. Kemudian
disampaikanlah secara penyampaian orang-orang kampung yaitu
telinga ke telinga. Tujuannya agar waktu pelaksanaan tradisi
mandoa pusaro tidak bentrok antara kaum dengan kaum yang lain.
Misalnya antara kaum sikumbang dengan kaum piliang, begitupun
yang lainnya.56

Dengan begitu langkah yang utama dilakukan oleh masyarkat

kaum yaitu menentukan hari akan dilaksankan tradisi mandoa pusaro

diatur dengan cara wirid kaum. Wirid hingga sampai kepada mufakat

setiap sukunya. Hasil mufakat akan disampaikan dari mulut ke mulut oleh

masyarakat. Masyarakat juga spontan akan memberikan kabar tersebut

kepada kaumnya. Memang mudah menyebarkan suatu informasi yang kita

anggap tradisional ini cara penyampaiannya, tanpa harus mengumpulkan

semua anggota kaumnya. Penentuan hari setiap kaumnya dilakukan agar

tidak terjadinya bentrokan jadwal dalam pelaksanaan tradisi mandoa

pusaro. Ketika masyarakat telah mengetahui kapan kaumnya akan

melaksankaan tradisi mandoa pusaro, maka masyarakat kaum akam

menyiapkan perlengkapan apa saja yang akan disiapkan untuk kegiatan

tersebuat.57

56
Tuangku kuniang Lukman Nurhakim, (Alim Ulama), Wawancara Pribadi, 28 Oktober
2021.
57
Tuangku kuniang Lukman Nurhakim, (Alim Ulama), Wawancara Pribadi, 28 Oktober
2021.
52

b. Mempersiapkan Perlengkapan

Ketika telah menegetahui untuk waktu pelsanaan dalam sebuah

kegiatan, tentunya kita perlu mengetahui apa saja yang diperlukan atau

perlengakapan apa saja yang digunakan dalam pelasanaan kegiatan.

Perlengkapan yang lengkap dapat memperlancar acara, dan tidak membuat

kita tergesa-gesa jika sudah disuapkan sebelum hari acara lakukan.

Berdasarkan wawancara bersama informen B, sebagai warga di

Nagari Parit Malintang. Ia juga sebagai seorang yang mengikuti tradisi

mandoa pusaro setiap tahunnya.

Sebelum hari pelasanaan dimulai, kita sebagai perempuan perlu


mempersiapkan ada namanya bunga rampai, batu tahlil, jamba
atau bisa menggunakan rentengan makanan. Tetapi jamba bagi
orang sumando atau istrinya mamak wajib membawanya.
Kemudian yang perlu dibawa itu cangkul, daun pisang yang sudah
dipanggang.58

Setelah pengetahui hari dan tanggal untuk pelaksanaan tradisi

mandoa pusaro, masyarakat kaum juga perlu mempersiapakn beberapa

perlengkapan yang diperlukan agar proses mandoa pusaro dapat

terlaksankan. Berdasarkan wawancara dengan Informen B, sebagai

masyarakat kaum yang ingin mentahlilkan keluarganya yang telah

meningal perlu mempersiapkan beberapa perlengkapan seperti

58
Hj. Ratnawati,(Wwarga), Wawancara Pribadi, 1 Januari 2022.
53

menyiapkan batu tahlilan, jamba atau renteng makanan, bunga ranpai,

perlengkapan untuk membersihkan makaman, serta uang sedekah.59

c. Malamang

Lemang merupakan suatu makanan yang dimasak dengan

menggunakan banbu atau buluah. Makanan lemang bias terbuat dari

pisang, ketan, beras. Lemang menjadi makanan yang sudah sebagai

tradisi oleh masyarakat di Nagari Parit Malintang ketika ada acara adat

dilakukan.

Berdasarkan wawancara dengan informen E selaku tuangku, beliau

menjelaskan bagaimana asal mula lemang yang sudah membudaya di

masyarakat Nagari parit Malintang.

Lemang itu makanan yang dimasak dari bambu, dahulunya


masyarakat sebelum mengenak Islam mereka memakan berbagai
macam makanan yang belum tentu halal atau dibolehkan dalam
Islam. Jadi daulunya Syekh Burhanuddin menyuruh masyarakat
memasak menggunakan buluah atau bambu, agar wadah yang
digunakan bersih.60

Lemang akan dimasaka biasanya satu hari sebelum kegiatan tradisi

mandoa pusaro dilakukan. Memasaknya dengan menggunakan tungku

yang dibuat sederhana oleh masyarakat. Dengan mendirikan dua besi sisi

kiri dan kanan, kemudian atas seabagai tempat menyandarkan lemang

yang akan dimasak. Memasaknya biasa dilakukan bersama-sama tetangga

59
Hj. Ratnawati,(Wwarga), Wawancara Pribadi, 1 Januari 2022.
60
Tuangku kuniang Lukman Nurhakim, (Alim Ulama), Wawancara Pribadi, 28 Oktober
2021.
54

yang dekat rumah mereka yang satu kaum. Disini ada pembagian tugas

yang dilakukan dengan membagi ada yang sebagai mencari bambunya,

ada yang membeli bahannya, kemudian dimasak bersama.

d. Pengumpulan Batu Tahlil dan Sedekah

Dalam kegiatan tentunya akan ada orang-orang yang mengatur

jalannya acara sesuai dengan biasanya. Panitia akan dibentuk dalam

beberapa orang biasanya orang tersebut adalah ninik mamak. Nantinya aka

nada pengumpulan batu tahlil dan sedekah terlebih dahulu sebelum acara

tahlilan dimulai.

Berdasarkan hasil wawancara bersama informen E selaku tuangku

atau alim ulama, beliau menjelaskaan sebagaimana seperti biasa

dilakaukan sebelum tahlilal dimulai.

Orang-orang yang datang tradisi mandoa pusaro, mereka


biasanya sudah sekaligus membawa batu tahlil dari rumah. Batu
itu dibawa dengan menggunakan kantong plastik yang sudah
diberi nama orang yang akan ditahlilkan. Sampai di pemakaman
mereka akan memberikan kepada panitia disana batu tersebut
beserta sedekah yang sudah ditraifkan.61

Setelah terkumpul nama-nama yang akan ditahlilkan, maka alim

ulama seperti labai, tuangku, orang siak, laibai-labai yang diundang dan

sipangka memulai proses tahlilan di pemakaman Kampung Tangah,

selang alim ulama melakukan tahlilan, masyarakat kaum membersihkan

makam bersama kerabatnya, ada sebagaian menyusun hidangan makanan

61
Tuangku kuniang Lukman Nurhakim, (Alim Ulama), Wawancara Pribadi, 28 Oktober
2021.
55

yang akan dimakan bersama nantinya setelah selesai seluruh yang

ditahlilkan.

e. Memandikan Makam

Memandikan makaman merupakan menyirami makam dengan

menggunakan air yang telah dicampurkan dengan bunga rampai. Proses

penyiraman dilakukan dengan secara serentak, yang telah ditentukan oleh

tuagku, labia dan mereka yang ikut mentahlilkan dalam acara tradisi

mandoa pusaro.

Berdasarkan wawancara bersama informen D selaku tuang atau

alim ulama di Ngari Parit Malintang juga tuangku kaum di suku pinyalai

beliau mengatakan semua teratur oleh masyarakat kaum, dilakukan sampai

kegiatan selesai.

Nanti jika sudah semua ditahlilkan dan batu sudah ditebarkan ke


makam masing-masing orangnya. Maka nanti ada namanya
penutup dalam tahlilan ini, ketika orang siak semuanya sudah
berdiri untuk menutup, maka semuanya baru boleh menyiramkan
bunga rampai ke makam orang yang telah ditahlilkan serta juga
membagikannya kepada makam-makam lainnya seperti makam
inyiak yang ada disini. Itu sebagai bentuk memandikan makam
agar segar jika secara batinnya.62

Berdasarkan keterangan wawancara diatas Nama yang sudah

ditahlilkan akan disebutkan dan kerabat akan mengambil batu tahlilnya

untuk di taburkan di makam orang tersebut. Sampai pada proses tahlilah

seluruh orang yang telah meninggal berakhir, Alim ulama salam-salaman,

62
Tuangku Saraka, (Alim Ulama), Wawancara Pribadi, 31 Oktober 2021.
56

masyarakat mulai menyirami makam dengan bunga rampai yang telah

dicampur dengan air .63

Ketika kegiatan tradisi mandoa pusaro berlangsung, bacaan dalam

pelaksanaan tradisi mandoa pusaro berdasarkan wawancara bersama informen

E selaku tuangku kuniang di Kampung Tangah:

Bismillahirrahmanirrahimi Alhamdulillahirabbil „alamina


Arrahmanirrahim Maliki yaumiddini Iyyaka na‟budu wa iyyaka
nastainu Ihdinassiratalmustaqima Siratallazina an‟amta „alaihim
gairilmagdubi „alaihim wa laddallina, Membaca Al-Quran,
Menyebutkan nama orang yang akan ditahlilkan beserta nama
ayahnya, Shalawat, Alif Lam Mim Zalikalkitabu la raiba fih, hudal
lil mttaqin Allazina yu‟ minuna bilgaibi wa yuqimunassalata wa
mimma razaqnahum yunfiqun Wallazina yu‟minuna bima unzila
ilaika wa ma unzila ming qablik, wa bil-akhirati hum yuqinun Ula
„ika „ala hudam mir rabbihim wa ila „ika humul-muflihun
Innallazina kafaru sawa „un „alaihim a anzartahum am lam
tunzirhum la yu‟ minun, Membaca Asma‟ul Husna Membaca akhir
ayat surah Al-Baqarah (berdiri/ atik tagak) Lailahaillallah 33x, Allah
Allah 33x, Hu Allah hu Allah, 10x Allah hu Allah hu 10x, (duduk)
Membaca pawatiah (menyebutkan nama guru dari Nabi Muhammad
SAW, Tuangku Syekh Burhanuddin, jajaran syekh lainnya sampai
pada Tuangku Syekh Surau Baukia) Membaca shalawat diakhiri
dengan salam anatara alim ulama yang melakukan tahlil.64

Begitulah bentuk dari proses dalam pelaksanaan tradisi mandoa

pusaro di Kampung Tangah Nagari Parit dari sebelum hari pelaksanaan tradisi

dilakukan sampai pada akhir acara. Bacaan dalam tahlilah tidak hanya

ditujukan kepada orang-orang yang diminta oleh masyarakat saja, tetapi juga

diberikan kepada baginda Rasullullah sampai kepada alim ulama yang

63
Tuangku kuniang Lukman Nurhakim, (Alim Ulama), Wawancara Pribadi, 28 Oktober
2021.
64
Tuangku kuniang Lukman Nurhakim, (Alim Ulama), Wawancara Pribadi, 28 Oktober
2021.
57

membawa ajaran Islam ke Nagari Parit Malintang. Tahlilan diakhiri dengan

salam oleh para sesama laibai, tuangku, orang siak, orang pangka.

Proses tradisi mandoa pusaro yang dilaksanakan pada pemakaman

kaum atau makam tiap suku, salah satunya pada pemakaman suku pinyalai

yang ada di Kampung Tangah. Bentuk pelaksanaanya tidak berbeda dengan

proses tradisi mandoa pusaro dari kaum yang lainnya yang masih selingkup

Nagari Parit Malintang. Berikut dibawah ini gambar terkait dengan tradisi

mandoa pusaro.

Gambar 1. Pelaksanaan tradisi mandoa pusaro

Gambar diatas dapat dilihat bahwa kegiatan tradisi mandoa pusaro

yang sedang berlangsung. Masyarakat kaum membawa rentengan serta

lemang. Sedangkan labai, tuangku, orang siak, dan orang pangka atau ninik

mamak mengatur prosesnya tradisi serta melaksanakan tahlilan untuk keluarga

masyarakat. Masyarakat akan hadir sampai selesainya acara, sebab air bunga
58

serampai akan disiramkan ke makam setelah semua yang ditahlilkan sudah

selesai.

2. Nilai-Nilai Kearifan Lokal Dalam Tradisi Mandoa Pusaro di Kampung

Tangah

Tradisi mandoa pusaro di Kampung Tangah Nahari Parit Malintang

sebagai tradisi yang sudah menjadi kebiasaan masyarakat sejak dahulunya.

Dalam tradisi mando pusaro terkandung nilai-nilai kearifan lokal yang mesti

di jaga dan harus ada dalam kehidupan masyarakat, sebab tidak hanya sebagai

aktivitas ziarah kubur yang pada umumnya umat Islam lakukan, tetapi juga

terdapat nilai-nilai kearifan lokal di dalamnya. Berikut bentuk dari nilai-nilai

kearifan lokal dalam tradisi mandoa pusaro di Kampung Tangah.

a. Nilai Religi

Tradisi mandoa pusaro sebagai aktivitas yang memiliki

hubungan dengan Allah SWT. Dimana alim ulama dam masyarakat yang

ikut serta dalam pelaksanaan mandoa pusaro memohon kepada Allah

SWT, untuk diberikannya keselamatan dan ketenangan untuk ibu, bapak,

ninik mamak, nenek moyang yang telah meninngal. Tradisi mandoa

pusaro doa yang dipanjatkan berupa shalawat serta ayat-ayat Al-Quran.

Tradisi ini sebagai menyambut akan datangnya bulan ramadhan, sebab itu

dilaksanakan menjelang bulan puasa ramadhan. Dengan diadakannya

tradisi mandoa pusaro masyarakat merasa akan lebih lega dalam

menyambut bulan puasa ramadha, sebab telah bersilahturahmi kepada


59

keluarga dan nenek moyang yang telah meninggal. Silahturahmi dengan

cara memberikan doa keselamatan kepada yang telah terdahulu.

Dari hasil wawancara bersama informen C selaku warga Nagari

Parit Malintang, yang juga sudah lama terlibat dalam pelaksanaan tradisi

mandoa pusaro. beliau menjelaskan bahwa pentingnya tradisi ini

dilakukan.

mandoa pusaro penting dan harus dilakukan oleh masyarakat


kaum, agar keluarga kita yang telah meninggal tenang dialam
kubur dan kita pun juga tenang dalam menjalankan puasa
nantinya. Karna kita juga telah menerima dan menggunakan
harta puasaka yang telah diwariskan ke anak cucunya. Dari hasil
harta pusaka yang telah kita terima, kita berikan jugalah kepada
nenek moyang kita berupa tahlilan yang diadakan satu kali
dalam setahunnya. Sehingga kita juga memberoleh keberkahan
dengan apa yang telah kita terima dari nenek moyang kita. Jika
tidak dilakukan kita bisa disumpahi arwah, artinya kita dapat
bala dari Tuhan karena arwah marah kepada kita yang tidak
mentahlilkan dan mendoakannya. Dalam tradisi mandoa pusaro
kita membawa lemang yang diyakini secara batin sebagai
tongkat diakhirat kita nanti. Sampai hari ini tadisi mandoa
pusaro masih dilaksankan dengan bentuk pelaksaan yang sama
sebagaimana diajarkan nenek moyang.65

Berdasarkan hasil wawancara bersama informen C

bahwasannya masyarakat meyakini adanya disumpahi arwah. Jika sudah

disumpahi arwah, maka kehidupannya akan tidak tenang. Bentuk dari

ketidak tenangan dalam hidup bisa dalam banyak munculnya masalah,

sakit-sakitan dalam diri atau dalam keluarganya. Sebab itu perlu

masyarakat bersyukur dan tidak melupakan harta pusakatersebut bukanlah

65
Nurbaiti, (Warga), Wawancara Pribadi, 10 januari 2022.
60

semata-mata sepenuhnya milik sendiri. Mengirimkan doa kepada keluarga

atau kerabat kita yang telah meninggal juga akan memberikannya

ketenangan diakhirat. Selain itu juga memberikan hikmah kepada mereka

yang masih hidup didunia, bahwa dunia hanyalah tempat yang tidak akan

kekal, melaikan akhirat adalah tempat yang kekal bagi umat manusia.

b. Nilai Sosial

Durkheim berpandangan bahwa kehidupan sosial membentuk

budaya masyarakat. Ritual-ritual agama meningkatkan kesadaran dan

loyalitas masyarakat. Agama dapat mengendalikan perilaku menyimpang

pada satu sisi dan pada sisi lain agama meningkatkan harmoni dan

solidaritas sosial. Bagi Durkheim fungsi utama agama yakni

meningkatkan kohesi dan solidaritas sosila. Unsure kohesi dan solidaritas

sosial yang tinggi akan menyebabkan kontrol sosial yang kuat.66

Gambar 2. Tempat pelaksanaan tradisi mandoa pusaro

66
Sindung Haryanto. Op.cit., 22-23
61

Dapat dilihat gambar diatas merupakan lokasi pemakaman kaum

pinyalai yang yaitu terletak di Kampung Tangah, akses jalan ketempat

pemakaman tidak sulit. Biasanya sebelum kegiatan tardisi mandoa pusaro

dilakukan, satu hari sebelum kegiatan itu kaum laki-laki bergotong royong untuk

membersihkan pemakaman, dengan menyemprot rumput atau semak-semak.

Tujuannya agar nantinya ketika kegiatan tradisi dilakukan rumput sudah layu dan

mudah diabut oleh masyarakat. Pada bangunan pertama dengan dinding sedikit

itu yang diatasnya dipasangi kain tirai bewarna putih merupakan tempat

pelaksanaan tradisi mandoa pusaro, tempai alim ulama melakukan tahlilan.

Sedangkan pada bagian sebelahnya tempat masyarakat duduk serta meletakkan

jamba dan makanan yang dibawa masyarakat.

Hasil wawancara bersama informen B selaku warga di Nagari

Parit Malintang, yang juga sudah ikut lama terlibat dalam pelaksanaan

tradisi mandoa pusaro. Beliau menjelaskan bentuk gotong-royong

masyarakat sekalipun tidak memiliki kendaraan bagi yang jauh.

Nantinya akan ada yang membawa jamba, jamba itu makanan


yang diletakan dipiring dengan cara bertingkat-tingkat.
Biasanya masyarakat mengisinya dengan lauk pauk, buah-
buahan dan nasi. Untuk membawanya ke lokasi pemakaman,
masyarakat akan pergi bersama-sama dengan mobil, ada pula
yang membawanya berjalan bersama-sama dengan
menjunjungnya diatas kepala. Lalu ada namanya proses
malamang yang dilakukan secara bersama-sama dengan
beberapa tetanggah didekat rumah. lemang yang nantinya akan
dibawa ke pusaro. Ada lemang sipuluik, lemang pisang,
lemang bareh atau beras.67
67
Hj. Ratnawati, (Warga), Wawancara Pribadi, 1 Januari 2022
62

Proses tradisi mandoa pusaro tidak dapat berjalan dengan

lancar jika masyarakat bekerja sendiri-sendiri. Masyarakat kaum perlu

musyawarah, bertanggung jawab, serta menjaga kerukunan dan gotong-

royong. Masyarakat kaum akan membawa makanan yang nantinya akan

dimakan bersama-sama di pusaro. Biasanya masyarakat Makan bersama

di pusaro, kebiasaan ini juga dapat menumbuhkan rasa kebersamaan, rasa

kekeluargaan. Dalam tradisi mandoa pusaro tidak hanya melakukan tahlil,

tetapi juga membuat silahturahmi antar warga masyarakat semakin erat.

Masyarakat akan saling berinteraksi, dengan begitu juga masyarakat akan

saling mengenal satu sama lain.

c. Nilai Estetika

Dari hasil wawancara dengan informen D yang menjelaskan

dalam simbol-simbol yang terdapat dalam pelaksanaan tradisi mandoa

pusaro ada makna secara batin yang diyakini masyarakat:

1) Batu tahlil

Batu tahlil marupakan batu biasa yang berukuran kecil yang

dipilih masyarakat untuk tahlilan. Batu tersebut mudah ditemukan

disekitar kita. Batu tahlil digunakan ketika orang siak mulai duduk

untuk melakukan tahlilan, yang nantinya diletakan di dalam dulang.

Dulang adalah nampan yang bentuknya bulat daatar yang memiliki

diding yang tidak begitu tinggi di tepinya.


63

Berdasarkan hasil wawancara bersama informen D selaku

tuangku di kaum pinyalai. Beliau juga orang yang menjaga

pemakaman tersebut agar tetap terlihat bersih.

Batu tahlil adalah batu biasa saja jika kita lihatnya, sebenarnya
digukan sebagai alat untuk kita melakukan tahlilan. Jika kita
lihat secara batinnya sebagaimana telah diayakini sejak
dahulunya. Batu tahlil sebagai saksi di akhirat bagi orang yang
telah kita tahlilkan.68
Batu tahlil adalah batu yang dibawa oleh masyarakat kaum

yang ingin mentahlilkan ibu, ayah, ninik mamak, nenek moyangnya.

Batu tahlil ini diambil di sekitar-sekitar rumah saja dengan berukuran

kelereng. Setiap satu orang yang akan ditahlilkan makam 100 buah

batu yang harus dikumpulkan. Setelah terkumpul batu tahlil tersebut

dicuci dan dimasukkan ke dalam kantong plastic beserta diberi nama

lengkan orang yang akan ditahlilkan. Batu tahlil secara batin satu butir

batu merupakan sebagai saksi satu kalimat Lailahaillallah diakhirat

nantinya. Selagi batu terus ada, sebab itu setelah ditahlilkan batu

tersebut ditebarkan diatas makam orangnya.

2) Jamba dan renteng makanan

Jamba merupakan makanan dengan piring yang bertingkat-

tingkat. Jamba biasanya dibawa oleh istri ninik mamak dan yang

membawa rentengan makanan masyarakat kaum. Isi dari jamba

biasanya pada tingkat dasar itu buah-buahan atau makanan yang

68
Tuangku Saraka, (Alim Ulama), Wawancara Pribadi, 31 Oktober 2021.
64

ringan seperti agar-agar, kue. Kemudian pada tingkat kedua diisi

dengan sambal dan gulai atau sejenisnya. Kemudian pada tingkatan

paling tinggi diisi dengan 2 ekor ayam dan 2 ikan yang berukuran

besar. Selain itu, biasanya masyarakat membuatkan satu makanan

kesukaan kerabat yang telah meninngal. Jika dilihat secara batinya

agar arwah yang melihat bahagia.

Berdasarkan hasil wawancara bersama informen D, beliau

menjelaskan bahwa pentingnya membawa jamba dan rentengan dalam

tradisi mandoa pusaro.

Tentunya diwajibkan untuk membawa jamba dan rentengan ke


pemakaman. Membawanya sebagai bentuk raso jo pareso, jika
hidup mamak itu dibakawan nasi sesuap gulai setangkai begitu
contohnya. Kalau kita kepemakaman dibawa nasi sesuap gualai
setangkai namanya, disedekah kepada orang siak. Tujuan
untuk arwah, sebab itu dibawa salah satu makanan kesukaan
keuarga mereka yang telah meninggal. Walaupun tidak tanpak
kita mereka melihatnya.69

Makam dengan jamba sudah menjadai hal harus ada dalam

tradisi mandoa pusaro. Kegiatan maskan bersama yang dilakukan

nantinya setelah acara tahlil selesai. Berikut bentuk gambar jamba dan

rentengan yang dibawa oleh masyarakat ketika mandoa pusaro.

69
Tuangku Saraka, (Alim Ulama), Wawancara Pribadi, 31 Oktober 2021.
65

Gambar 3. Jamba dan rentengan makanan

Biasanya makanan ini akan dihidangkan setelah selesai semua

orang ditahlilkan. Ketika ulama sedang melakukan tahlilan,

masyarakat lainnya melakukan kegiatan pula dengan membersihkan

makam kerabatnya, memberikan salam dan doa secara pribadi kepada

kerabat yang telah meninggal, serta mengunjungi makam Tuangku

Syekh Surau Baukia yang letahnya masih dilokasi pemakaman di

Kampung Tangah. Setelah semuaga aktivitas selesai, maka masyarakat

makan bersama yang biasanya kaum laki-laki didahulukan untuk

makan, setelah selesai kaum laki-laki makan barulah kaum perempuan

makan.70

Tidak ada sisa ataupun mubazir dalam observasi yang

diperoleh dilapangan. Ketika makanan di jamba ataupun di renteng

makanan bersisa atau belum habis sampai kegiatan tradisi berakhir,

70
Tuangku Kuniang Saraka, (Alim Ulama), Wawancara Pribadi, 31 Oktober 2021.
66

masyarakat akan saling membagikan makanannya kepada tetangga

atau kerabatnya. jadi walaupun bersisa dala kegiatan tradisi tetap akan

memberi manfaat kepada masyarakat lainnya. Biasanya juga anak-

anak yang hadir dalam tradisi mandoa pusaro mempersiapkan satu

kantung plastic untuk meletakan makanan yang mereka pilih.71

3) Bunga rampai

Bunga rampai merupakan bunga yang digunakan untuk orang-

orang yang telah meninngal. Percampuran bunga yang memiliki aroma

yang wangi. Biasanya jenis bunga yang dikumpulkan tidak sulit

ditemukan dalam lingkungan masyarakat. Namun, ada pula orang

yang menjualnya di pasar jika kita ingin instan.

Berdasarkan hasil wawancara bersama informen B selaku

warrga Nagari Parit Malintang. Beliau setiap tahunnya mengikuti

tradisi mandoa pusaro.

Kita juga perlu membawa bunga rampa namanya ke


pemakaman. Bunga rampai adalah bunga yang telah dicampur-
campur, isinya daun pandan yang diiris kecil-kecil, bunga
mawar merah, bungan kenangan, jeruk nipis diiris juga. Nanti
dikasih air di pemakaman, karna disana sudah ada tersedia air
sumur.72

Sebagiaman dijelasakan di atas dalam tradisi mandoa pusaro

perlu membawa wangi-wangian untuk makam. Bunga rampai perlu

71
Tuangku Kuniang Lukman Nurhakim, (Alim Ulama), Wawancara Pribadi, 28 Oktober
2021.
72
Ratnawati, (Warga), Wawancara Pribadi, 1 Januari 2022.
67

sebagai perlengkapan yang harus disiapkan masyarakat ketika mandoa

pusaro. Bunga rampai adalah campuran tanaman atau bunga-bunga

yang isinya daun pandan yang telah diiris kecil-kecil, kemudian bunga

mawar, bungan kenanga, jeruk nipis. Semua tumbuhan itu dicampukan

dalam satu wadah yang diberi air, nantinya bunga rampai ini yang

akan disebarkan diatas makam orang yang kita tahlilkan.73 Membawa

bunga rampai sebab baginda Rasulullah menyukai wangi-wangian.

Bunga rampai tersebut nantinya akan ditaburkan diatas makam yang

telah ditahlilkan, menaburkan bunga rampai ketika semua tahlillah

selesai. Bunga rampai diyakini sebagai menyegarkan makam.

4) Lemang

Dalam pelaksa tradisi mandoa pusaro, pagi sebelum pergi ke

pemakaman masyarakat biasanya membuat lemang. Lemang salah

satu yang sudah menjadi wajib ada. Lemang nantinya akan dibuat

bersama-sama dengan tetangga didekat rumah. dipanggang diluar

rumah dengan mendirikan tunggu. Masyarakat mencari bambu terlebih

dahulu serta membeli bahan untuk lemang. Bambu tersebut nantinya

dialas dengan daun pisang didalamnya. Kemudian bahan setelah

diaduk dimasukan ke dalam bambu, lalu dibakar dengan tungku.

Lemang ada sebagai budaya masyarakat di Nagari Parit Malintang.

Dahulunya Syekh Burhanuddin mengajarkan masyarakat memasak


73
Ratnawati, (Warga), Wawancara Pribadi, 1 Januari 2022.
68

dengan menggunakan bambu, sebab dahulunya sebelum Islam masuk

Masyarakat makam hewan yang diharamkan dalam Islam. Hingga

sekarang orang menjadikan lemang sebagai warisan yang rasanya juga

disukai oleh masyarakat.74

Berdasarkan hasil wawancara dengan informen C sebagai

warga Nagari Parit Malintang. Beliau juga orang yang sudah lama

mengikuti tradisi mandoa pusaro setiap tahunnya.

Lemang itu perlu dubuat oleh masyarakat terutama dalam


tradisi mandoa pusaro. Lemang sudah menjadi budaya
masyarakat di Nagari Parit Malintang. sebab ia harus ada,
karena lemang sebagai ganti tokat diakhit kita nantinya,
begitulah kata orang dahulunya.75

Berdasarkan wawancara diatas, kepercayaan yang ia miliki

meruapakan asal dari ajaran yang dia peroleh menutnya. Kesakralan

lemang untuk menjadi tongkat sesorang diakhit, memberikan lemang

sampai sekarang ini masih menjadi wajib dalam acara-acara

tradisional, tidak hanya dalam tradisi mandoa pusaro. Tatapi juga ada

dalam acara kematian untuk 3, 7, 14, 40, sampai 100 hari dan pada

acara maulid Nabi Muhammad SAW. Keyakinan bahwa lemang

sebagai tokat diakhirat hanya diyakini oleh orang tua, tetapi untuk

masyarakat sekarang menggap itu sebagai budaya yang dulunya

diajarkan oleh Syekh Burhanuddin saja, tidak ada makna sakral.

74
Tuangku Kuniang Lukman Nurhakim, (Alim Ulama), Wawancara Pribadi, 28 Okktober.
75
Nurbaiti, (Warga), Wawancara Pribadi, 10 Januari 2022.
69

Lemang di dalam tradisi mandoa pusaro sebagai sedekah masyarakat

kepada tuangku, labai, orang siak, ninik mamak. Selain lemang juga

makan bajamba juga bentuk dari sedekah masyarakat kepada tuangku,

labai, orang siak, ninik mamak.

d. Nilai Sejarah

Tradisi mandoa pusaro tidak lepas dari nilai sejarah karena dalam

sebuah estetika yang dilihat, menjelaskan bahwasannya dilakukan secara

turun-temurun. Terbukti dimana masyarakat kalangan tua mengtakan

bahwa pelaksanaan tradisi ini masih sama seperti dahulunya. Dari mulai

cara masyarakat bertindak dalam mempersiapkan apa yang harus

dipersiapkan untuk pelaksanaan berlangsung, lalu bentuk tahlilan yang

dilakukan, sampai kepada penutupan tradisi mandoa pusaro. Tradisi

mandoa pusaro dianggap penting oleh masyarakat di Nagari Parit

Malintang. Tradisi ini sebagai budaya yang masih memperhatikan adab

dan etika masyarakat terhadap orang terdahulu. Selain itu juga

menyadarkan kepada masyarakat bahwa kkehidupan dunia hanyalah

sementara, perlu menjaga silahturahmi dan menjaga kerukunan. Karena

pada masanya kita akan kembali kepada Yang Maha Kuasa, tentu kita

memerlukan doa keselamatan dialam kubur nantinya.

Sebagaimana yang dikatakan oleh informen D selaku tuangku

dalam kaum pinyalai, terkait dengan pentinganya tradisi ini untuk tetap

ada dan harus ada di Nagarai Parit Malintang.


70

Seluruh kenegarian harus mengadakan ziarah ini, karena ini sudah


kebiasaan itu dalam masyarakat Nagari Parit Malintang harus
dilakukan setiap tahun. Jika tidak ada kebiasaan orang tua dahulu
sampai sekarang tidak akan berlaku. Karena begitu kebiasaan
orang terdahulu, maka sampai sekarang ini ada dilakukan
masyarakat. Pelaksanaan kebiaasaan tradisi mandoaa pusaro
bentuk kita mebalas budi kepada ibu bapak, ninik mamak, nenek
moyang kita yang telah meninngal.76

Apalagi dalam kondisi zaman sekarang perlu kita tanamkan nilai-

nilai yang baik pada diri kita. Agar generasi muda tidak kehilangan jati

dirinya. Maka dari itu nilai sejarah dalam masyarakat perlu ditanamkan.

Budaya yang diperoleh sebagai masyarakat yang masih memelihara

sebuah identitas suatu daerahnya. Kita juga perlu sosok masyarakat yang

memiliki keingintahuan yang tinggi tentang budaya yang dimiliki

daerahnya. Juga mau memelihara kearifan lokal yang diwarisi kepada

masyarakat setempat.

Gambar 4. Makam Syekh Surau Baukia

76
Tuangku Kuniang Saraka, (Alim Ulama), Wawancara Pribadi, 31 Oktober 2021.
71

Makam yang bertirai biru merupakan makam Tuangku Syekh

Surau Baukie. Beliau merupakan muriid dari Syekh Burhanuddin yang

mengajarkan agama Islam di Nagari Parit Malintang. makam beliau

terletak di pemakaman kaum suku pinyalai yaitu di Kampung Tangah.

Ketika tradisi mandoa pusaro maka orang-orang akan berkunjung ke

makam beliat secara pribadi dan memberikan doa kepadanya. Beliau salah

satu ulama yang bersejarah bagi masyarakat Nagari Parit Malintang.

budaya yang beliau ajarakan salah satunya itu adalah tradisi mandoa

pusaro ini.

e. Nilai Ekonomi

Tradisi mandoa pusaro sebagai budaya juga dijadikan sebagai

tempat bagi masyarakat sebagai tempat masyarakat memanfaatkan situa

untuk berdagang. Para pedagang akan berjualan dilokasi, sebab yang hadir

dalam tradisi mando pusaro tidak hanya orang-orang dewasa saja. Tetapi,

anak-anak sampai orang tua juga hadir, karena orang tua akan

mengenalkan kepada anak-anak atau generasinya makam keluarga mereka

yang telah meninggal sebagai penerus dalam pelaksanaan tradisi

berikutnya. Dalam menjelang puasa ramadhan dengan adanya tradisi

mandoa pusaro masyarakat sama-sama merasa diberi keberkahan. Selain

berdagang, setiap orang yang akan kita tahlilkan itu diberikan sedekeh

untuk labai, tuangku, orang siak serta yang terlingkup ikut serta dalam

melakukan tahlilan. Sedekah yang diberikan dikumpulkan oleh panitia


72

dalam pelaksanaan tersebut. setiap orang yang ditahlilkan nominal yang di

tetapkan yaitu Rp. 50.000 pertahlilannya.

Sebagaimana hasil wawancara bersama informen E selaku

tuangku atau alim ulama di Nagari Parit Malintang. Beliau menjelaskan

sedekah yang telah diraifkan.

Setiap keluarga yang ingin mentahlilkan kerabatnya tentunya


wajib membawa batu tahlil serta uang sedekah Rp. 50.000
untuk ulama yang mentahlilkan nantinya. Itu sebagai sedekah,
sebab akan banyak orang yang akan ditahlilkan pada hari itu.77

Tidak ada yang merasa terberatkan atau memberontak atas

keputusan uang sedekah untuk tahlilan. Masyarakat percaya dan iklas

dengan keputusan tersebut bahwa semua demi kebaikan bersama. Alim

ulama di Nagari Parit Malintang selain sebagai orang yang diyakini

memahami ilmu agama, juga sebagai orang yang disegani oleh

masyarakat. Sehingga apa yang sudah menjadi keputusannya diaykini

tentunya tidak lepas dari kebaikan. Begitu pula dengan lemang yang

dibawa sebagai sedekah juga. Tradisi mandoa pusaro selain sebagai

tradisi atau budaya yang berikan keberkahan bagi orang yang telah

meninnggal, juga memberikan keberkahan dan peluang bagi masyatakat

memperoleh keuntungan dalam segi perekonomian.

77
Tuangku Kuniang Lukman Nurhakim, (Alim Ulama), Wawancara Pribadi, 28 Okktober.
73

C. Pembahasan

1. Proses Pelaksanaan Tradisi Mandoa Pusaro di Kampung Tangah

Berdasarkan wawancara dan observasi yang peneliti lakukan sebagai

sebuah kearifan lokal yang memiliki nilai lokal untuk terus jiga dan

ditanamkan oleh masyarakat Kampung Tangah Nagari Parit Malintang

Kabupaten Padang Pariaman. Semuaga proses yang dilakukan berdasarkan

apa yang telah diajarkan atau dilakukan oleh orang tua dahulunya. Orang tua

yang dimaksud adalah orang-orang dahulunya yang diajarkan langsung oleh

Syekh Tuangku Surau Baukie.

Proses pelaksanaan itu diawali dengan pertama menenutkan hari

untuk kaum kampan akan dilaksanakan mandoa pusaro. Penentuan hari ini

dinamakan wirid kaum. Sehingga nantinya memperoleh keputusan bersama.

Stelah memperoleh keputusan tersebut masyarakat akan meninformasikan dari

mulut ke mulut. Bentuk penyampaian informasi ini juga sudah menjadi

kebiasaan juga. Sehingga diyakini bahwa informasi tersebut memang sampai

kepada seluruh kaum. Proses kedua, measyarakat akan mempersiapkan

perlengkapan yang akan diperlukan dalam tradisi mandoa pusaro. baik dari

batu tahlil, bunga rampai, alat untuk membersihkan makam. Proses ketiga,

malamang yang sudah menjadi kebiasaan dari dahulunya dilakukan

masyarakaat. Masyarakat perlu mencari banbu untuk memasak lemang.

Melemang dilakukan bersama-sama dengan membagi tugas untuk

mempersiapkan bahan dan alatnya dan dimasak bersama-sama. Proses


74

keempat yaitu masyarakat sebelum melakukan tahlilan, orang-orang akan

mnegumpulkan terlebih dahulu batu tahlil dan sedekah kepada panitia.

Nantinya batu tersebut diserahkan kepada orang siak untuk ditahlilkan

bersama-sama. Setelah tahlilan selesai baru seluruh masyrakat kaum

menyebarkan bunga pada kuburan-kuburan.

Sebagaimana telcott persons dalan teorinya AGIL yang mengatakan

bahwa setiap sistem memiliki struktur untuk mengatur tatanan dalam

masyarakat. Sehingga masyarakat berada pada kondisi yang baik. Alam tradisi

mandoa pusaro jika tidak menerapkan konsep teori AGIL ini maka sampai

saat ini masyarakat tidak menemukan atau mengnal yang anmanya tradisi

mandoa pusaro yang dilakukan orang tua dahulunya. Perlu juga dalam

perubahan sosial yang membawa generasi kepada ketidak tertarikan

memerankan peran ulama yang telah berumur. Hal ini juga dapat mengalami

krisis perubahan dalam memelihari nilai-nilai yang terkandung dalma tradisi

mandoa pusasro di Kampung Tangah Nagari Parit Malintang.78

Maka dari hasil wawancara dan observasi terlihat bahwa penanaman

nilai tersebut terus direalisaikan oleh orang-orang tua saat ini. Hanya saja

persaingan dengan tantangan kondisi zaman yang kuat membawa pola pikir

anak-anak muda juga diambang kepada krisis untuk menjadi regenerasi

berikutnya. Tidak menutup kemungkinan untuk dapat ditanamkan lebih kuat

kepada anak-anak muda saat ini, tapi perlu juga mengaktifkan kembali hal-hal
78
George Ritzer. Op.cit., hal 252.
75

yang berbau surau sebagai sraana bagi anak-anak memperoleh ilmu agama

dan budaya yang dimiliki.

2. Nilai-nilai Kearifan Lokal dalam Tradisi Mansoa Pusaro di Kampung

Tangah

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang peneliti lakukan

dapat dilihat bahwa terdapat nilai-nilai kearifan lokal dalam tradisi mandoa

pusaro yang diadakan masyarakat di Kampung Tangah menjelang bulan

puasa ramadhan. Nilai-nilai yang terkandung memberikan identitas asli

masyarakat di Nagari Parit Malintang. tradisi mando pusaro tidak hanya

berkaitan dengan hubungan manusia dengan tuhannya, melainkan juga

memberikan masyarakat untuk memanfaatkan sebagai pemenuhan kebutuhan

hidup. Bahkan mempererat hubungan sosial antar masyarakatnya, karena

saling bertemu dan saling mengenalkan keluarganya yang belum diketahui

sebelumnya. Nilai-nilai kearifan lokal dalam tradisi mandoa pusaro perlu

dijaga dan dilestarikan kepada generasi selanjutnya. Hal itu bertujuan agar

tradisi ini terus eksis dalam kehidupan masyarakat.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara juga sejalan dengan

teori AGIL Talcott Parsons yaitu adaptation atau adaptasi, goal attainment

atau pencapaian tujuan, integration atau integrasi, lattent pattern maintenance

atau pemeliharaan pola. Menurutnya perubahan sosial tidak lepas dari struktur

sosial. Didalam struktur sosial inilah adanya sistem-sistem sosial yang saling
76

berinteraksi satu dengan yang lainnya.79 Menurut parsons agar sistem sosial

ini bergerak dengan sesuai harapan, perlu adanya penerapan konsep AGIL

dalam tradisi mandoa pusaro agar nilai-nilai lokal yang dimiliki masih hidup

dalam masyarakat di Nagari Parit Malintang. Dalam pelaksanaan tradisi

mandoa pusaro bentuk kegiatan dan nilai-nilai yang terkandung perlu di

adatasikan kepada generasi muda mulai dari sejak kecil. Agar mereka terbiasa

dan mengtahui dan mengenal bentuk tradisi ini. Kaum tua juga perlu memiliki

tujuan agar tardisi mandoa pusaro dapat dikenal oleh seluruh kalangan

masyarakat tanpa memandang umur. Dengan tujuan bahwa ini merupakan

warisan yang perlu dijaga dan dipelihara serta dilestarikan hari ini, esok

maupun dikemudian hari walau zaman terus berkembang. Memiliki tujuan

maka ada gerak untuk menyatukan masyarakat masyarakat dalam hidup

dengan kearifan lokal yang dimiliki, sehingga bersama-sama dalam menjaga

tradisi mandoa pusaro. Jika melihat kondisi generasi muda yang mulai kurang

dengan keingin tahuannya dengan tradisi ini, perlu tindakan masyarakat untuk

mengenalkan dan memotivasi dengan penuh tanggung jawab agar kearifan

lokal yang dimiliki tetap terpelihara sampai anak cucu antinya.

Dari hasil observasi dan wawancara yang diperoleh terlihat bahwa

masyarakat memiliki kesempatan peluang dalam segi perekonomian,

keindahan yang dapat dilihat dari bagaimana masyarakat menghiasi jamba

yang disusun sedemian baik. Juga hubungan yang terjalin antaran masyarakat
79
George Ritzer. Op.cit., hal 252.
77

menjadikan rasa kekeluargaan yang semakin erat. Nilai-nilai kearifan lokal

yang terkandung dalam tardisi mandoa pusaro memberikan juga rasa

kesadaran diri masyarakat dengan kehidupan yang pada dasarnya semua

makhluk akan kembali kepada-Nya.

Dari hasil wawancara dan observasi juga menjelaskan bahwa tradisi

mandoa pusaro sebagai warisan oleh ulama yang dahulunya mengajarkan

ilmu agama Islam ke Nagari Parit Malintang. Ulama yang makamnya juga

terdapat di pemakaman kaum pinyalai di Kampung Tangah. Tardisi ini

memberikan masyarakat adab kepada ibu, ayah, ninik mamak, nenek moyang

dahulu dengan menghadiahkan sebuah doa kepada mereka sebagai bentuk

terimakasih kepadanya.
BAB V

PENUTUP

B. KESIMPULAN

Tradisi ziarah kubur meruapkan sebuah tradisi yang sudah menjadi

kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat umat Islam. Tetapi dalam perolehan

bentuk atau cara pelaksanaan dan beberapa nilai yang diperoleh memiliki

beberapa perbedaan. Perbedaan itu menjadi sebuah kearifan lokal bagi

masyarakat Kampung Tangah Nagari Parit Malintang Kabupaten Padang

Pariaman.

Talcott Parsons membahas terkait dengan structural fungsional dengan

menggunakan teori AGIL yang dimilikinya. Menurtnya perubahan sosial tidak

lepas dari struktur sosial. Dimana sebuah struktur sosial adanya sistem-sistem

yang saling berinteraksi satu satu sma lain. Pasrons berpendapat bahwa sebuah

sistem sosial dapat berfungsi dan bergerah sebagaimana yang diharapkan

perlunya menerapkan empat fungsi yang saling terintegrasi yakni adaptasi,

ppencapaian tujuan, integrasi dan pemeliharaan pola.

1. Proses Pelaksanaan Tradisi Mandoa Pusaro di Kampung Tangah

Pelaksanaan tradisi mandoa pusaroi dilakukan satu kali dalam satu tahun pada

bulan sya‟ban, biasanya masyarakat sebuat bulan lamang. Berikut proses

pelaksanaan tradisi mandoa pusaro di Kampung Tangah Nagari Parit

Malintang. Pertama menentukan Hari, langkah awal yang perlu dipersiapkan

oleh kaum sebelum pelaksanaan tradisi mandoa pusaro dialkukan yaitu

78
79

menentukan waktu pelaksanaan oleh masyarakat kaum. Penentuan hari

dengan cara wirid kaum sampai kepada mufakat nantinya. Setelah hari

ditentukan informasikan waktu pelaksanaan akan disebarkan dari mulut ke

mulut oleh masyarakat kaum. Kedua mempersiapkan perlengkapan,

Masyarakat perlu mempersiapkan beberapa perlengkapan sebelum hari

kegiatan berlangsung. Beberapa persiapan yang perlu dipersiapkan seperti

batu tahlil yang berjumlah 100 buah per orang yang akan ditahlilkan, bambu

untuk lemang, bunga rampai, bahan-bahan makanan yang akan dimasak atau

dibawa ke pemakaman, alat seperti cangkul untuk membersihkan makam.

Ketiga malamang, Lemang merupakan makanan yang dimasak menggunakan

banbu yang dialasi didalamnya dengan daun pisang. Membuat lemang sudah

menjadi budaya bagi masyarakat, baik itu pada acara kematian maupun acara

keagamaan dan budaya. Lemang dimasak dengan tunggu yang dirancang oleh

masyarakat sendiri. Biasanya ada lemang dengan rasa pisang, sipulut, beras.

Lemang guna untuk sedekah kepada orang siak nantinya setelah kegiatan

selesai. Keempat pengumpulan batu tahlil dan sedekah, pengumpulan batu

tahlil dan sedekah dilakukan sebelum kegiatan tahlilan dimulai. Batu tahlil

yang sudah diberi nama masing-masingnya dan sedekah dikumpulkan kepada

panitia kegiatan. Setelah terkumpul seluruhnya, maka kegiatan tahlilan

dimulai. Kelima memandikan makam, memandikan makam merupakan

aktivitas menyirami makam dengan bunga rampai yang telah diisi dengan air.

Proses penyiraman makam dilakukan setelah kegiatan tahlilan selesai. Tidak


80

hanya menyirami makam keluarga yang kita tahlilkan, tetapi juga

memberikannya kepada makam yang lain.

2. Nilai-nilai Kearifan Lokal dalam Tradisi Mandoa Pusaro di Kampung Tangah

Beberapa nilai-nilai yang terdapat dalam tradisi mandoa pusaro yaitu pertama

nilai religi, tradisi mandoa pusaro sebagai bentuk sikap masyarakat yang

memohon ampun kepada Allah SWT atas kesalahan dan dosa yang telah

diperbuat oleh keluarga yang telah meningga. Juga tadisi ini mengirimkan doa

kepada kerabatnya yang telah meninggal. Tak hanya itu, doa juga dikirimkan

kepada baginda Rasullullah beserta ulama-ulama yang telah berjuang

mengajarkan Islam di Nagari Parit Malintang. Kedua nilai sosial, tradisi

mandoa pusaro juga menjalin hubungan sosial masyarakat yang lebih erat,

kehidupan yang gotong royong. Dapat dilihat dari bagaimana masyarakat

memasak lemang bersama-sama, membawa jamba bersam-sama, ada yang

membawa menggunakan mobil karna jarak tempuh yang jauh dan juga ada

yang membawanya jalan kaki bersama-sama. Ketiga nilai estetika, beberapa

simbol dalam pelaksanaan tradisi mandoa pusaro memberikan makna

spiritual, seperi pada batu tahlil yang sudah ditahlilkan diyakini jika secara

batin sebagai saksi satu batunya kalimat lailahaillahllah untuk orang yang

ditahlilkan, kemudian lemang yang dibuat juga diyakini sebagai suatu tongkat

kita nantinya diakhirat, dan juga ada jamba yang berikan makanan yang

dibuat masyarakat dipercaya bahwa arwah melihatnya dan ikut makan dengan

bentuk sedekah kepada orang siak, bunga rampai sebagai bentuk penyejuk
81

makam. Keempat nilai sejarah, nilai sejarah yang terkandung yaitu segala

sesuatu bentuk kegiatan dalam tradisi mandoa pusaro sebagai bentuk

peninggalan atau ajaran orang dahulunya. Dimana yang mengajarkan cara

pelaksanaan tradisi ini yaitu Tuangku Syekh Surau Baukie. Makam beliau

berada di pemakaman suku pinyalai di Kampung Tangah Nagari Parit

Malintang Kabupaten Padang Pariaman. Kelima nilai ekonomi, nilai ekonomi

yang terdapat dalam tradisi mandoa pusaro yaitu memberikan ruang bagi

pedang untuk berdagang dilokasi. Kemudian dalam pelaksanaan tradisi ini

setiap sedekah tarifnya sudah ditentukan yaitu setiap orang yang ditahlilkan

Rp. 50.000 per orang yang ditahlilkan. Sedekah tersebut nantinya dibagikan

kepada orang-orang siak.


82

C. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan kesimpulan yang telah diuraikan di

atas maka ditemukan saran bahwa:

1. Saya berharap pelaksanaan tradisi mandoa pusaro tetap selalu ada dalam

masyarakat di Kampung Tangah Nagari Parit Malintang sebagai bentuk

identitas serta warisan yang telah di ajarkan oleh nenek moyang. karena jika

suatu identitas daerah sudah hilang maka, maka masyarakat juga akan mudah

terombang ambing dengan kondisi yang semakin hari akan semakin berubah

2. Saya berharap generasi saat ini memahami bahwa nilai-nilai kearifan lokal

yang terkandung dalam tradisi mandoa pusaro memiliki manfaat dalam

kehidupan masyarakat dalam segi perekonomian dan hubungan sosial

masyarakat.

3. Saya berharap untuk penelitian selanjutnya dapat lebih mendalami lagi dengan

penelitian terkait dengan Tradisi mandoa pusaro.


DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Mas‟oed. 2016. Surau Kito. Yogyakarta: Gre Publishing

Al-Shalabi, Ali Muhammad. 2012. Biografi Ali Bin Abi Thalib. Jakarta: Pustaka Al-
Kautsar.

Anouw, Yulian. 2016. Kepemimpinan Rumah Tangga Suku Meree di Kaimana.


Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Badri, Ali & Chelsy Yesicha. 2019. “Komunikasi Ziarah Kubur “Atib Ko Ambai”.
Jurnal Ilmiah Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Islam Riau, Vol. 7.
No. 1.

BP, Abdurrahman Misno. 2020. Mari Ziarah Kubur. Indramayu: Penerbit Adab.

Emzir. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data. Jakarta: PT


RAJAGRAFINDO PERSADA.

Emmanuel Satyo Yuwono. 2016. “Kejawaan dan Kekristenan: Negosiasi Identitas


Orang Kristen Jawa dalam Persoalan di Sekitar Tradisi Ziarah Kubur”.
Humanika. Vol. 16, No. 1. Universitas Dharma Yogyakarta.

Elvita, Yanti, Silfia, Hanani & Helfi.H. 2018. Pemberdayaan Masyarakat Muslim
Kepulauan Dengan Penguatan Achievement Motivation Untuk Mengatasi
Prilaku Hedonism Dalam Masyarakat Dendun Kecamatan Mantang
Kepulauan Bintan”, Humanisma: Journal Of Genjer Studies, Vol 2. No 1,
Isntitut Agama Islam Negeri Bukittinggi. Indonesia.

Firmansyah & H. Dini. 2017. “Analisis Pemakaman Multi Etnik dan Multi Agama di
Kota Metro”. Istinbath: Jurnal Hukum, Vol. 14. No. 2.

Haryanto, Sindung. 2015. Sosiologi Agama Dari Klasik Hingga Postmodern.


Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Hanani, Silfia. 2017. “Keterlibatan Perempuan Dalam Kepemimpinan Publik: Studi


Kepemimpinan Ketua RT Perempuan Di Desa Dendun Kepulauan Riau”.

Haryadi, Lalu Fauzi. dkk. 2020 “Tradisi Ziarah Kubur Dalam Pendekatan Sejarah”.
Al-Hikmah. vol. 1, no. 1.

Hidayat, Ujang Syarip. 2019. Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Kearifan


Lokal Sunda. Sukabumi: Budi Mulia.
J, I Made Laut M. 2020. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif: Teori,
Penerapan, dan Riset Nyata. Yogyakarta: Anak Hebat Indonesia.

Japar, Muhammad. dkk. 2020. Pendidikan Toleransi Berbasis Kearifan Lokal.


Surabaya: CV. Jakad Media Publishing.

Kontjaraninggrat. 2003. Pengantar Antropolog. Jakarta: PT RINEKA CIPTA.

Muatafit, AK. 2004. Kupas Tuntas Puasa. Jakarta Selatan: Qultum Media.

Muhaimin, Abdul Wafi. 2020. “Mengurai Polemik Hukum Ziarah Kubur Bagi
Perempuan”. Tahdis: Jurnal Kajian Ilmu Al-Hasit. Vol 10. No 2.

Nurrahmah, Hana. 2014. “Tradisi Ziarah Kubur Studi Kasus Prilaku Muslim
Karawang Yang Mempertahankan Tradisi Ziarah Pada Makam Syeh Quro
di Kampung Pulo Bata Karawang Tahun 1970-2013”, Skripsi, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.

P, Raden Cecep E. Dkk. “Kearifan Lokal Tentang Mitigasi Bencana Pada Masyarakat
Baduy”. Jurnal Sosial Humaniora. Vol. 15, No. 1.

Prasetya, Joko T ri. 1998. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: PT Rineka.

Rakhmat, Jalaluddin. 2006. Memaknai Kematian Agar Mati Menjadi Istirahat Paling
Indah. Depok: Pustaka Ilman.

Rabbani, M. A. 2014. Adab Berziarah Kubur Untuk Wanita. Jakarta: Lembaran


Pustaka Indonesia.

Rahmat, Jalaluddin. 1999. Rekayasa Sosial Reformasi, Revolusi, atau Manusia Besar.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Rapanna, Patta. 2016. Membumikan Kearifan Lokal Menuju Kemandirian Ekonomi.


Makassar: CV SAH MEDIA.
Ritzer, George. 2008. Teori Sosiologi dari Teori Sosiologi Klasik Sampai
Perkembangan Mutakhir Teori Sosial Postmodern. Bantul: Kreasi
Wacana.

Rukajat, Ajat. 2018. Pendekatan Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Deepublish.

Saidah, Karimatuus. 2020. Nilai-nilai Kearifan Lokal Masyarakat Indonesia dan


Implementasinya dalam Pendidikan Sekolah Dasar, (Genteng
Banyuwangi : LPPM Institut Agama Islam Ibrahimy Genteng
Banyuwangi.

Siyoto, Sandu dkk. 2015. Dasar Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Literasi Media
Publisihing.

Sunarto, Kamanto. 2012. Sosiologi Perubahan Sosial Perspektuf Klasik, Modern,


Postmodern, dan Poskolonial. Jakarta: Rajawali Pers.

Sugiono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandumg:


Alfabeta.

Syaifullah & Febi Yulika. 2017. Pertautan Budaya- Sejarah Minangkabau & Negeri
Sembilan. Guguak Mlintang: Institut Seni Indonesia Padangpanjang.

Talumewo,P.O., Kawet, L., & Pondaag, J.J. 2014. “Analisis Rantai Pasok
Ketersediaan Bahan Baku di Industri Jasa Makanan Cepat Saji pada KFC
Multimart Ranota”. Jurnal EMBA: Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen,
Bisnis dan Akuntansi. Vol. 2. No. 3.

Tumanggor, Rusmin. 2007. “Pemberdayaan Kearifan Lokal, Memacu Kesetaraan


Komunitas Adat Terpencil”. Jurnal Penelitian dan Pengembangan
Kesejahteraan Sosial. Vol. 12, No. 01.

Wawansyah, Dkk. 2014. “Tradisi Ziarah Kubur Masyarakat Sasak (Studi kasus
Makam Loang Baloq”. Peadagoria, Vol. 9, No. 1. Univ. Muhammadyah
Mataram.

Wulandari, Asri. 2016. “Nilai-Nilai Islam Yang Terkandung Dalam Tradisi Ziarah
Kubur Pada Hari Raya Idul Fitri Kec. Tanjung Batu Kel Tanjung Batu
Kab. Ogan Ilir. Skripsi. UIN Raden Fatah Palembang.

Yulika, Febri. 2017. Epistimologi Minangkabau Makna Pengetahuan dalam Falsafat


Adat Minangkabau. Padang Panjang: ISI Padang Panjang.

Website

Website Resmi Nagari Parit Malintang Kec. Enam Lingkung Kab. Padang Pariaman
Prov. Sumatera Barat. Akses pada Jumat, 11 Januari 2021: pukul 04.17
WIB.
https://www.google.com/amp/s/www.saribundo.biz/tradisi-ranah-minang-sebelum-
ramadhan-gotong-royong-dan-mandoa-pusaro.html/amp. Akses pada rabu
10/07/2021, pukul 00.14.
https://www.google.com/amp/s/amp.tirto.id/arti-kearifan-lokal-di-indonesia-nilai-
dimensi-contoh-fungsi-gadt. Akses19-01-2022, pukul: 13.16.

https://www.academia.edu/42883149/METODE_PENELITIAN_PENDIDIKAN_AG
AMA_ISLAM?from=cover_page. Akses, senin 23/08/2021, pukul 14.00.

Wawancara dan Observasi

H.Mansur, warga, wawancara pribadi, di Kampung Bonai, 18 Desember 2021.

Nurbaiti, warga, wawancara pribadi, 10 januari 2022.

Ratnawati, warga, wawancara pribadi, 1 Januari 2022.

Tuangku kuniang Lukman Nurhakim, Alim Ulama, wawancara pribadi, 27 Oktober


2021.

Tuangku Kuniang Saraka, alim ulama, wawancara pribadi, Kampung Tangah, 31


Oktober 2021.
DAFTAR LAMPIRAN

1. Dokumentasi Penelitian

2. Panduan Wawancara

3. SK pembimbing

4. Kartu bimbingan

5. Surat Izin Penelitian

6. Keterangan Wawancara
DOKUMENTASI

Keterangan:
Tempat pelaksanaan tradisi
mandoa pusaro, bangunan
terbuka tempat labai, tuangku dan
penghulu melakukan tahlilan.
Keterangan:
Bentuk pelaksanaan tradisi
mandoa pusaro, labai, tuangku,
penghulu duduk leter U,
melingkari hidangan.
Keterangan:
Saat Wawancara Informen
Panduan Wawancara

Pertanyaan:

1. Kapan tradisi mando‟a pusaro dilakukan di kampung tangah?

2. Bagaimana tahap-tahap dari pelaksanaan tradisi mando’a pusaro?

3. Bagaimana cara pembagian jadwal untuk tradisi mandoa pusaro di kampung

tangah?

4. Siapa saja orang yang teribat dalam mengikuti tradisi mando’a pusaro?

5. Bagaimana proses tradisi mandoa pusaro bisa dikenal oleh masyarakat di

kampung tangah?

6. Berapa hari pelaksanaan tradisi mandoa pusaro dilakukan?

7. Bagaimana nilai-nilai kearifan lokal dalam tradisi mendo’a pusaro?

8. Bagaimana cara masyarakat melestarikan kearifan lokal dalam tradisi mandoa

pusaro di kampung tangah?

Anda mungkin juga menyukai