Anda di halaman 1dari 100

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF MENGENAL

KONSEP BILANGAN MELALUI MEDIA KANTONG BILANGAN PADA


ANAK USIA 4-5 TAHUN DI KB TUNAS BANGSA I KEDUNGWUNGU
JATINEGARA TEGAL

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Oleh

Nama : Maspukha

NPM : 2621230720

Program Studi : Pendidikan Guru Anak Usia Dini

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS IVET
SEMARANG
2023
i
PENGESAHAN

Skripsi dengan judul “Upaya Meningkatkan Kemampuan Kognitif Mengenal


Konsep Bilangan Melalui Media Kantong Bilangan Pada Anak Usia 4-5
Tahun Di Kb Tunas Bangsa I Kedungwungu Jatinegara Tegal” telah
dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Ujian Skripsi pada Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Ivet pada :

Hari :
Tanggal :

Dewan Penguji:
Ketua Sekretaris

..................................... ......................................
NIY. NIY.

Penguji I ...................................... ......................................


NIP/ NIY.

Penguji II Dr. Dyah Kusbiantari, S.Ps.,M.Si. ......................................


NIY. 623011969

Penguji III Ratno, M.Pd. ......................................


NIY. 610041984

ii
PERSETUJUAN

Skripsi dengan judul “Upaya Meningkatkan Kemampuan Kognitif Mengenal


Konsep Bilangan Melalui Media Kantong Bilangan Pada Anak Usia 4-5
Tahun Di Kb Tunas Bangsa I Kedungwungu Jatinegara Tegal”. Telah di
setujui oleh Dosen pembimbing I dan Dosen Pembimbing II, di ketahui Ketua
Program Studi PG-PAUD dan disahkan oleh Dekan FKIP Universitas Ivet pada :

Hari :
Tanggal :

Semarang,

Maspukha
NPM. 2621230720

Disetujui:
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Dr. Dyah Kusbiantari, S.Psi.,M.Si. Ratno, M.Pd.


NIY. 623011969 NIY. 610041984

Disahkan : Diketahui :
Dekan FKIP Kaprodi PG-PAUD

Dr. Slamet, S.Pd., M.Pd., M.Si., CIQnR Dr. Dyah Kusbiantari , S.Psi., M.Si.
NIDN. 0606016602 NIY. 623011969

iii
PERNYATAAN

iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

 Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu maka Allah akan
memudahkan baginya jalan menuju syurga. (HR. Muslim no. 2699)

PERSEMBAHAN

Orang tua dan kelurga yang telah berjasa membesarkan dan mendidik
sepenuh hati.

Suamiku bapak Muaqil dan Anak- Anak ku Egi, Nela dan Adel yang
selalu mendukung ibunya dalam menuntut ilmu

Pengelola dan pendidik KB Tunas Bangsa I Kedungwungu Jatinegara atas


semua motivasinya.

Almamaterku, Universitas Ivet Semarang

v
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rakhmat dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Skripsi ini tugas akhir untuk memenuhi persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana.
Penulis menyadari dalam menyelesaikan laporan ini banyak menerima
bantuan dan petunjuk dari berbagai pihak. Perkenankanlah penulis mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Tri Leksono Prihandoko, S.Kom., M.Pd., Kons. selaku Rektor
Universitas Ivet Semarang.
2. Bapak Dr. Slamet, S.Pd., M.Pd., M.Si., CIQnR selaku Dekan FKIP Universitas
Ivet Semarang.
3. Ibu Dr. Dyah Kusbiantari, S.Psi.,MSi selaku Dosen Pembimbing I yang telah
banyak memberikan bimbingan dan ilmu kepada penulis.
4. Bapak Ratno, M.Pd selaku Dosen Pembimbing II yang juga telah mensupport
penulis untuk bisa meyelesaikan skripsi ini dengan baik.
5. Pengelola dan teman-teman pendidik KB Tunas Bangsa I Kedungwungu
Jatinegara yang telah banyak memberikan motivasi kepada penulis.
6. Suami tercinta, anak-anak ku dan semua pihak yang selalu mendoakan dan
membantu penulis.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan pembaca
pada umumnya guna meningkatkan mutu pendidikan PAUD maupun pendidikan
secara umum.

Slawi, 27 Juni 2023


Penulis,

MASPUKHA
NPM. 2621230720

vi
ABSTRAK

Maspukha (2023) Penelitian ini di latarbelakangi oleh kurangnya kemampuan


anak dalam mengenal konsep bilangan di KB Tunas Bangsa I Kedungwungu
Jatinegara, penyebabnya diperkirakan oleh kurang menarik dan efektifnya media
pembelajaran seperti gambarnya yang kecil dan tidak berwarna atau masih
bersifat abstrak, kurangnya kemampuan guru dalam mengembangkan kemampuan
mengenal konsep bilangan anak. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan
kelas yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan mengenal konsep bilangan
anak usia dini melalui media kantong bilangan. Subjek penelitian ini adalah anak-
anak KB Tunas Bangsa I Kedungwungu Jatinegara dengan jumlah anak 10 orang
yang terdiri dari 5 orang laki-laki dan 5 orang perempuan. Penelitian ini dilakukan
dua siklus masing-masing siklus dilakukan 3 kali pertemuan. Teknik yang
digunakan dalam penelitian ini adalah observasi dan dokumentasi. Data diolah
dengan menggunakan rumus presentase. Hasil penelitian dapat disimpulkan
bahwa media kantong bilangan memang terbukti dapat meningkatkan kemampuan
mengenal konsep bilangan anak di KB Tunas Bangsa I Kedungwungu Jatinegara.

Kata kunci : Kognitif, Mengenal Bilangan, Kantong Bilangan

vii
ABSTRACT

Maspukha (2023) This research was motivated by the lack of children's ability to
recognize the concept of numbers in the KB Tunas Bangsa I Kedungwungu
Jatinegara, the cause is thought to be less attractive and effective learning media
such as pictures that are small and colorless or still abstract, the teacher's lack of
ability to develop the ability to recognize the concept of children's numbers. This
type of research is classroom action research which aims to improve the ability to
recognize the concept of numbers in early childhood through the media of number
bags. The subjects of this study were the children of KB Tunas Bangsa I
Kedungwungu Jatinegara with a total of 10 children consisting of 5 boys and 5
girls. This research was conducted in two cycles, each cycle was held in 3
meetings. The technique used in this research is observation and documentation.
Data is processed using the percentage formula. The results of the study can be
concluded that number bag media is indeed proven to be able to improve the
ability to recognize the concept of child numbers in KB Tunas Bangsa I
Kedungwungu Jatinegara.

Keywords: Cognitive, Knowing Numbers, Number Pockets

viii
DAFTAR ISI

Halaman Sampul ........................................................................................... i


PENGESAHAN................................................................................................ ii
PERSETUJUAN............................................................................................... iii
PERNYATAAN............................................................................................... iv
MOTO DAN PERSEMBAHAN...................................................................... v
KATA PENGANTAR...................................................................................... vi
ABSTRAK........................................................................................................ vii
DAFTAR ISI.................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ xi
DAFTAR TABEL............................................................................................ xii
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1
A. Latar Belakang.............................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah..................................................................... 3
C. Cakupan Masalah......................................................................... 3
D. Rumusan Masalah......................................................................... 3
E. Tujuan Penelitian.......................................................................... 4
F. Manfaat Penelitian........................................................................ 4
1. Manfaat Teoritis..................................................................... 4
2. Manfaat Praktisi..................................................................... 4

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKAN TEORITIS,


KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS........................................ 6
A. Kajian Pustaka.............................................................................. 6
B. Kerangka Teoritis........................................................................ 11
1. Kemampuan Kognitif............................................................. 11
a. Pengertian Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini........ 11
b. Perkembangan Kognitif Anak Usia 4-5 Tahun................ 12

ix
2. Konsep Bilangan..................................................................... 13
a. Pengertian Konsep Bilangan usia 4-5 Tahun.................. 13
b. Prinsip Pembelajaran Matematika Anak Usia Dini......... 15
c. Indikator Kemampuan Mengenal Konsep Bilangan Pada
Usia 4-5 Tahuni............................................................... 16
d. Tahapan Pengenalan Konsep Bilangan........................... 19
e. Tujuan Mengenal Konsep Bilangan Bagi Anak Usia
Dini.................................................................................. 20
3. Bermain Anak Usia Dini........................................................ 21
a. Pengertian Bermain Bagi Anak Usia Dini........................ 21
b. Karakteristik Bermain Anak Usia Dini............................ 23
c. Tahap-Tahap Perkembangan Bermain Anak Usia Dini... 24
d. Fungsi Dan Manfaat Bermain Bagi Anak Usia Dini........ 26
4. Media...................................................................................... 28
a. Pengertian Media............................................................. 28
b. Jenis Media Pembelajaran............................................... 28
c. Tujuan Penggunaan Media.............................................. 29
d. Syarat Media Pembelajaran............................................. 30
e. Media Pembelajaran Kantong Bilangan.......................... 31
C. Kerangka Pikir.............................................................................. 33
D. Hipotesis...................................................................................... 34

BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN...................................................... 35


A. Pendekatan dan Jenis Penelitian.................................................. 35
B. Waktu dan Tempat Pelaksanaan.................................................. 36
C. Subjek Penelitian......................................................................... 36
D. Prosedur Penelitian...................................................................... 38
E. Teknik Pengumpulan Data.......................................................... 42
F. Keabsahan Data........................................................................... 42
G. Teknik Analisis Data................................................................... 43
H. Istrumen Pengumpulan Data....................................................... 44

x
I. Indikator Keberhasilan................................................................ 47

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN............................... 48


A. Deskipsi Setting Penelitian........................................................... 48
1. Sejarah Berdirinya KB Tunas Bangsa I Kedungwungu
Jatinegara................................................................................ 49
2. Profil Guru.............................................................................. 50
3. Data Anak Didik..................................................................... 50
4. Sarana Prasarana..................................................................... 51
B. Hasil Penelitian............................................................................. 51
1. Pra Siklus................................................................................ 51
2. Siklus I.................................................................................... 53
3. Sikus II.................................................................................... 63
C. Pembahasan.................................................................................. 72
1. Pra Siklus................................................................................ 72
2. Siklus I.................................................................................... 73
3. Siklus II.................................................................................. 73

BAB V PENUTUP......................................................................................... 78
A. Simpulan....................................................................................... 78
B. Saran............................................................................................. 78
1. Bagi Pendidik......................................................................... 78
2. Bagi Orang Tua...................................................................... 79
3. Bagi Sekolah........................................................................... 79
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 80
LAMPIRAN

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1. Grafik Hasil Belajar Pra Siklus, Kemampuan Kognitif


Mengenal Konsep Bilangan KB Tunas Bangsa I
Kedungwungu Jatinegara.......................................................... 53
Gambar 4.2. Grafik Hasil Belajar Siklus I, Kemampuan Kognitif
Mengenal Konsep Bilangan KB Tunas Bangsa I
Kedungwungu Jatinegara.......................................................... 60
Gambar 4.3. Grafik Hasil Belajar Siklus II, Kemampuan Kognitif
Mengenal Konsep Bilangan KB KB Tunas Bangsa I
Kedungwungu Jatinegara.......................................................... 69
Gambar 4.4. Grafik Rekapitulasi Ketuntasan Hasil Belajar Pra Siklus,
Siklus I dan Siklus II Kemampuan Kognitif Mengenal
Konsep Bilangan KB Tunas Bangsa I Kedungwungu
Jatinegara................................................................................... 75
Gambar 4.5. Grafik Rekapitulasi Observasi Kinerja Guru Siklus I dan
Siklus II Kemampuan Kognitif Mengenal Konsep Bilangan
KB Tunas Bangsa I Kedungwungu Jatinegara.......................... 76
Gambar 4.6. Grafik Rekapitulasi Keaktifan Siswa Siklus I dan Siklus II
Kemampuan Kognitif Mengenal Konsep Bilangan
KB Tunas Bangsa I Kedungwungu Jatinegara.......................... 77

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Penelitian yang Relevan................................................................. 6


Tabel 1.2. Indikator Perkembangan Kognitif (mengenal bilangan) Anak
Usia 4-5 Tahun............................................................................... 18
Tabel 3.1 Daftar nama peserta didik KB Tunas Bangsa I Kedungwungu
Jatinegara....................................................................................... 37
Tabel 3.2 Indikator Penilaian STTPA............................................................ 43
Tabel 3.3. Indikator Penilaian Kemampuan Kognitif Mengenal Konsep
Bilangan KB Tunas Bangsa I Kedungwungu Jatinegara............... 44
Tabel 3.4 Skor Skala Penilaian Kemampuan Kognitif.................................. 44
Tabel 3.5. Rekapitulasi Observasi Kinerja Guru Siklus I............................... 45
Tabel 3.6. Lembar Aspek Penilaian Keaktifan Siswa .................................... 46
Tabel 4.1. Daftar Nama Peserta Didik KB Tunas Bangsa I Kedungwungu
Jatinegara....................................................................................... 50
Tabel 4.2. Sarana / Prasarana.......................................................................... 51
Tabel 4.3. Rekapitulasi Kemampuan Kognitif Mengenal Konsep Bilangan
Pra Siklus....................................................................................... 52
Tabel 4.4. Rekapituasi Prosentase Hasil Belajar Pra Siklus........................... 52
Tabel 4.5. Kemampuan Kognitif Mengenal Konsep Bilangan, Siklus I,
Pertemuan 1................................................................................... 56
Tabel 4.6. Kemampuan Kognitif Mengenal Konsep Bilangan, Siklus I,
Pertemuan 2................................................................................... 57
Tabel 4.7. Kemampuan Kognitif Mengenal Konsep Bilangan, Siklus I,
Pertemuan 3................................................................................... 58
Tabel 4.8. Rekapitulasi Kemampuan Kognitif Mengenal Konsep Bilangan
Siklus I........................................................................................... 59
Tabel 4.9. Rekapitulasi Prosentase hasil belajar Siklus I................................ 59
Tabel 4.10. Rekapitulasi Observasi Kinerja Guru Siklus I............................... 60
Tabel 4.11.`Rekapitulasi Keaktifan Siswa Siklus I.......................................... 61

xiii
Tabel 4.12. Kemampuan Kognitif Mengenal Konsep Bilangan, Siklus II,
Pertemuan 1................................................................................... 65
Tabel 4.13. Kemampuan Kognitif Mengenal Konsep Bilangan, Siklus II,
Pertemuan 2................................................................................... 66
Tabel 4.14. Kemampuan Kognitif Mengenal Konsep Bilangan, Siklus II,
Pertemuan 3................................................................................... 67
Tabel 4.15. Rekapitulasi Kemampuan Kognitif Mengenal Konsep Bilangan
Siklus II.......................................................................................... 68
Tabel 4.16. Rekapitulasi Prosentase hasil belajar Siklus II.............................. 68
Tabel 4.17. Rekapitulasi Observasi Kinerja Guru Siklus II.............................. 69
Tabel 4.18. Rekapitulasi Keaktifan Siswa Siklus II......................................... 70
Tabel 4.19. Rekapituasi Prosentase Hasil Belajar
Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II................................................... 75
Tabel 4.20. Rekapituasi Observasi Kinerja Guru
Siklus I dan Siklus II...................................................................... 76
Tabel 4.21. Rekapitulasi Keaktifan Siswa Siklus I dan Siklus II..................... 77

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian


Lampiran 2 Surat Keterangan Penelitian
Lampiran 3 Perhitungan Per Siklus
Lampiran 4 Gambar Kegiatan Santri
Lampiran 5 Kartu Bimbingan

xv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Saputra ( 2018 ) Ada banyak potensi dalam diri anak dan semuanya
perlu dikembangkan, salah satunya adalah kemampuan berhitung. Pengenalan
angka serta berhitung sederhana pada anak usia dini sama pentingnya dengan
pengenalan huruf. Menurut Gardner kemampuan mengenal angka merupakan
salah satu dari tujuh inteligen yang harus dikembangkan pada diri anak usia
dini sebagai berikut : 1) Logical Mathematical; 2) Linguistic; 3) Musical
Spatial; 4) Bodily; 5) Kinesthetic; 6) Interpersonal; 7) Intrapersonal. Belajar
matematika terdapat salah satu kemampuan inti yang dicapai adalah kepekaan
dan kemampuan untuk mengamati pola – pola logis dan numeric (bilangan)
serta kemampuan berpikir rasional atau logis, yang mana ini termasuk ke
dalam intelijen Logical Mathematical. Dari sini anak diharapkan mampu
mengenal dan membuat bagaimana bentuk angka yang sesuai dan mampu
mencocokan jumlah benda dengan simbol angka yang sesuai.
Jamaludin ( 2010 ). Selain salah satu dari tujuh intelijen yang harus
dikembangkan pada anak usia dini tersebut, yaitu peserta didik diharapkan
mengetahui bentuk simbol angka dari 1 – 10, mampu menyebutkan, mampu
menyesuaikan antara jumlah suatu benda dengan simbol angka yang sesuai,
dan mampu berhitung sederhana. Pembelajaran berhitung yang baik pada anak
usia dini diharapkan mampu mencapai hasil maksimal dan mampu mencapai
indikator belajar yang ditentukan.
Berdasarkan hasil observasi pada murid di KB Tunas Bangsa I
Kedungwungu Jatinegara Tegal ditemukan bahwa kemampuan berhitung pada
anak belum sesuai dengan standart. Hal ini terlihat setelah seluruh anak
diberikan soal berhitung, dimana setiap anak menjawab soal yang disediakan
berupa menghitung, mencocokan, penjumlahan, dan pengurangan. 7 dari 10
anak masih memiliki skor dibawah 50 dengan skor maksimal 100. Hasil
penilaian banyak anak salah menjawab pada butir soal penjumlahan
1
2

sederhana. Proses pembelajaran berhitung di PAUD tersebut yaitu guru


langsung menulis soal penjumlahan di papan tulis dan anak mulai
mengerjakan di lembar masing – masing. Dalam berhitung media yang
dipakai hanya dengan bantuan jari, sehingga dapat dikatakan setiap belajar
berhitung tidak ada media lain yang mendukung.
Berdasarkan wawancara dengan guru di KB Tunas Bangsa I tersebut
bahwa anak tidak bisa fokus dan kurang tertarik sehingga lebih banyak
mengobrol dan bergurau dengan sesama teman, tetapi guru juga tidak
mempunyai pilihan macam media yang digunakan dan masih menggunakan
media yang sama. Dalam hal ini faktor yang menyebabkan kurangnya
kemampuan tersebut adalah minimnya penggunaan media dalam proses
belajar, karena anak merasa bosan dan tidak fokus dalam belajar. Tenaga
pengajar menggunakan media yang monoton atau bahkan sering tidak
menggunakan media, sehingga ini perlu adanya peningkatan proses belajar
salah satunya yaitu dengan penggunaan media yang tepat. Selain penggunaan
media dalam belajar tentu cara pendidikan anak usia dini berbeda dengan
pendidikan usia dewasa. Perlu diketahui bahwa anak usia dini adalah masa
dimana anak suka bermain, sehingga dalam proses belajarnya harus dengan
metode bermain sambil belajar dan belajar sambil bermain.
Saat ini kegiatan berhitung yang biasa dilakukan di lembaga
pendidikan anak usia dini sebagian besar yaitu dengan berhitung pada gambar
di LK yang disediakan oleh guru. Selain itu ada juga yang hanya melakukan
berhitung dengan kegiatan yang sederhana seperti menghitung jumlah anak
yang hadir di kelas, bahkan ada juga yang hanya dikenalkan dengan tulisan
angka di papan tulis. Model kegiatan berhitung seperti ini kurang efektif
apabila diterapkan pada anak usia dini, karena anak-anak akan cepat
menangkap pembelajaran bila kegiatan yang dilakukan dapat dikaitkan dengan
benda-benda konkrit.
Raysia (2016). Penggunaan media kantong bilangan merupakan salah
satu media pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengajarkan cara
berhitung pada anak. Kegiatan berhitung permulaan anak harus melalui
3

beberapa tahapan, yaitu mampu mengenal angka, menyebutkan angka, dan


mengurutkan angka yang pada akhirnya anak akan mampu melakukan
berhitung secara sederhana dengan benar.
Dalam hal ini guru harus bisa melakukan kegiatan mengajar berhitung
pada anak sesuai dengan tahap-tahap tersebut. Stimulus yang dapat diberikan
pada keterampilan kognitif–matematika yang terstimulasi yaitu agar anak
dapat menyebutkan urutan bilangan, mengenal lambang dan konsep bilangan.
Sehingga dapat disimpulkan dengan menggunakan kantong bilangan dapat
membantu mengoptimalkan kemampuan berhitung pada anak.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian tentang Upaya meningkatkan kemampuan kognitif mengenal
konsep bilangan melalui media kantong bilangan pada anak usia 4-5 tahun di
KB Tunas Bangsa I Kedungwungu Jatinegara Tegal.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan pemaparan latar belakang dapat diidentifikasi permasalah
sebagai berikut:
1. Rendahnya kemampuan kognitif yang dimiliki anak.
2. Rendahnya kemampuan mengenal konsep bilangan
3. Metode pembelajaran yang digunakan monoton dan membosankan

C. Cakupan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang telah peneliti kemukakan dan
identifikasi masalah yang ada, peneliti membatasi masalah dalam penelitian
ini yaitu peningkatan kemampuan kognitif konsep bilangan melalui kantong
bilangan.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah adalah
“Bagaimanakah upaya peningkatan kemampuan kognitif mengenal konsep
bilangan melalui media kantong bilangan ?”
4

E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas, maka
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan bahwa
peningkatan kemampuan kognitif mengenal konsep bilangan melalui media
kantong bilangan pada anak usia4-5 tahu di KB Tunas Bangsa I
Kedungwungu Jatinegara Tegal.

F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat :
1. Manfaat Teoritis
Hasil dari penelitian ini diharapkan data memberikan sumbangsih
pengetahuan pada umumnya, dan pengembangan pengetahuan yang
sejenis khusunya yang berhubungan dengan peningkatan kemampuan
kognitif mengenal konsep bilangan pada anak usia 4-5 tahun di KB
Tunas Bangsa I Kedungwungu Jatinegara Tegal.
2. Manfaat Praktisi
Secara praktisi, penelitian ini di harapkan bermanfaat bagi :
a. Bagi siswa
Dapat meningkatkan kemampuan berhitung sebagai dasar kelak anak
tidak mengalami kesulitan dalam hal berhitung pada jenjang
pendidikan selanjutnya.
b. Bagi pendidik
Diharapkan dapat meningkatkan kemampuan kognitif mengenal
konsep bilangan anak didik sesuai dengan perkembangan anak usia
dini melalui berbagai media kantong bilangan.
c. Bagi sekolah
pendidikan sebagai bahan bacaan dan sumbangan referensi bagi
pengembangan pendidikan anak usia dini, terutama dalam hal
pengembangan minat belajar anak tentang kemampuan mengenal
konsep bilangan melalui permainan.
5

d. Bagi peneliti
Menjadi masukan dalam meneliti dan mengembangkan penelitian
yang berkaitan dengan penelitian kemampuan kognitif mengenal
konsep bilangan dengan media kantong bilangan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA TEORITIS, KERANGKA PIKIR, DAN
HIPOTESIS

A. Kajian Pustaka
Penelitian ini sebagai pembanding dari penelitian yang peneliti
lakukan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti atau ahli
sebelumnya, adapun penjelasannya adalah sebagai berikut :

Tabel 2.1. Penelitian yang Relevan

No Nama/Tahun/Judul Jenis Hasil Penelitian


1 Sahiba (2016) Penelitian Hasil penelitian menunjukkan
“Meningkatkan Tindakan bahwa secara keseluruhan
pemahaman konsep Kelas kemampuan mengenal
bilangan melalui konsep bilangan anak
permainan kantong meningkat dari sebelum
ajaib di TK Baadia penelitian sampai dengan
kecamatan Murhum siklus II. Pada saat penelitian
Kota Baubau” awal, kemampuan mengenal
konsep bilangan anak rata-
rata di kelas yaitu 70,7%,
pada siklus I menjadi 78,1%
dan pada siklus II rata-rata
kemampuan mengenal
konsep bilangan anak di kelas
mencapai 93,8%%.

2 Umi Khasanah, Dra. Jurnal Berdasarkan hasil penelitian


Nurhenti Dorlina mahasiswa yang dilakukan di Kelompok
(2022) Univeritas A TK Aisyiyah Bustanul
Negeri

6
7

No Nama/Tahun/Judul Jenis Hasil Penelitian


“Meningkatkan Surabaya Athfal Kecamatan Ngoro
kemampuan kognitif Mojokerto pada kemampuan
anak dalam mengenal mengenal lambang bilangan
lambang bilangan anak masih kurang.
melalui permainan Pembelajaran yang dilakukan
kantong angka” tidak dalam bentuk
permainan sehingga dapat
dipastikan kurang efektif
karena anak merasa bosan.

Menurut Berlyne (dalam


Santrock, 2007: 217)
menggambarkan permainan
sebagai sesuatu yang menarik
dan menyenangkan karena
memuaskan dorongan
eksplorasi kita. Dorongan
tersebut melibatkan rasa
ingin tahu dan keinginan
akan informasi tentang
sesuatu yang baru dan tidak
biasa. Permainan juga
merupakan sebuah alat ketika
anak-anak dapat
mengeksplorasi dan mencari
informasi baru dengan
menawarkan kepada anak-
anak kemungkinan
pemburuan, kompleksitas,

ketidakpastian, kejutan, dan


8

No Nama/Tahun/Judul Jenis Hasil Penelitian


keanehan. Contoh:

permainan kantong angka.

Usaha peningkatan
kemampuan mengenal

lambang bilangan 1-10


dilakukan dalam bentuk

permainan. Melalui
permainan kantong angka

anak merasa senang dan tidak


merasa dipaksa belajar
berhitung. Dalam
menyampaikan aturan
permainan kantong angka
jelas dan mendetail sehingga
anak tidak bingung. Selain itu
dalam memberikan
kesempatan bermain pada
anak, guru memberikan
dengan waktu yang cukup.

pada siklus I persentase


keberhasilan aktivitas kinerja
guru adalah 62,5% meningkat

menjadi 82,5% pada siklus II.


Peningkatan ini merupakan
salah satu bukti bahwa ada
usaha perbaikan mengelola
9

No Nama/Tahun/Judul Jenis Hasil Penelitian


proses pembelajaran. Selain

itu keberhasilan aktvitas anak


pada siklus I adalah 62,5%
pada siklus II meningkat
menjadi 82,5%.

Peningkatanpada kemampuan
mengenal lambang bilangan
1-10 anak juga terjadi
peningkatan pada siklus II.
Dengan bukti prosentase
pada siklus I adalah 63,75%,
maka pada siklus II mencapai

82,5%. Sudah dapat


dikatakan bahwa proses

pembelajaran pada siklus II


dinyatakan berhasil karena
kemampuan mengenal
lambang bilangan 1-10 anak
sudah sesuai harapan dan
sudah memenuhi kriteria
keberhasilan.

3 Yunita Marlina Salang ( Jurnal Penelitian pengembangan ini


2022) “Pengaruh Media Bimbingan ditujukan untuk
Kantong Bilangan dan meningkatkan hasil belajar
Animasi Terhadap Konseling pengenalan bilangan di Paud
Kemampuan Kasih Ibu Subo dengan
bantuan media kantong
10

No Nama/Tahun/Judul Jenis Hasil Penelitian


Berhitung Anak Paud bilangan. Dengan
Kasih Ibu Subo.” menggunakan desain
penelitian pengembangan,
penelitian ini melibatkan
beberapa subjek yaitu (1).
subjek validasi yang terdiri

dari ahli media, ahli materi


dan ahli praktisi, (2)subjek
Uji coba yaitu uji coba
kelompok kecil dan uji coba
kelompok besar terdapat dua
jenis data yaitu kualitatif dan
kuantitatif. Teknik
pengumpulan data yang di
gunakan dalam penelitian ini
yaitu teknik observasi, dan
angket (kuesioner).
Instrumen yang digunakan
dalam penelitian ini berupa
kuesoner. Analisa
mennjukkan kontribusi yang
diperoleh dari penggunaan
media animasi kantong pada
hasil belajar mengenal
bilangan pada PAUD Kasih
Ibu Subo Hasil tersebut di

buktikan dengan validitas


skor sangat baik dari para
ahli dengan validitas ahli
11

No Nama/Tahun/Judul Jenis Hasil Penelitian


media diperoleh skor 91%,
hasil validitas ahli materi
diperoleh skor 95%, hasil
validitas praktisi diperoleh
skor 90,5%. Maka penerapan
media kantong bilangan
animasi ini di katakan “valid”
dengan kualfikasi sangat
layak digunakan di PAUD
Kasih Ibu Subo sebagai
media pembelajaran.

B. Kerangka Teoritis
1. Kemampuan Kognitif
a. Pengertian Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini
Suhada (2016 : 109) Anak usia dini adalah anak yang termasuk
dalam kelompok usia 0 bulan sampai 8 tahun.
Menurut Sujiono (Desmita, 2013 : 103) anak usia dini adalah anak
yang termasuk dalam kelompok usia 0 bulan sampai 6 tahun. Pada
tahap ini anak memiliki kemampuan kognitif yang mampu mengolah
informasi. Perkembangan kognitif adalah salah satu aspek
perkembangan pada manusia yang berkaitan dengan pengertian
(pengetahuan), yaitu proses psikologi yang berkaitan dengan
bagaimana individu mempelajari dan memikirkan lingkungannya.
Seiring dengan meningkatnya kemampuan anak untuk mengenal
lingkungan, kemampuan bertanya anak dengan menggunakan kalimat
yang mudah dipahami oleh orang dewasa pun semakin baik. Hal ini
menunjukkan adanya perkembangan yang pesat pada kognitif anak
sehingga menjadikan anak semakin kratif dan imajinatif.
12

Khadijah (2016 : 34). Menurut Piaget sejak usia dini anak sudah
mampu membangun pengetahuan dan mengembangkan kemampuan
kognitifnya sendiri. Pieget juga meyakini bahwa pemikiran seorang
anak berkembang melalui serangkaian tahap pemikiran dari masa bayi
hingga masa dewasa.
Dari penjabaran pengertian kogntif diatas dapat disimpulkan bahwa
perkembangan kognitif anak usia dini adalah semua aktivitas mental
yang melibatkan persepsi, pikiran, ingatan, dan pengelolaan informasi
yang memungkinkan anak untuk memperoleh pengetahuan.

b. Perkembangan kognitif anak usia 4-5 tahun


Piaget (Santrock 2007:47) menyebutkan bahwa perkembangan
kognitif anak terdiri dari empat tahap yaitu :
1) Tahap sensorimotorik (0-2 tahun)
2) Tahap praoperasional (2-7 tahun)
3) Tahap operasional konkrit (7-11 tahun)
4) Tahap operasional formal (11-15 tahun)
Dari tahap-tahap yang disebutkan di atas maka dapat diketahui
anak usia 4-5 tahun berada pada tahap praoperasional. Pada tahap
praoperasional , tahap perkembangan anak dibagi menjadi dua sub
tahap yaitu fungsi simbolis yang terjadi pada usia 2-4 tahun dan sub
tahap pemikiran intuitif yang terjadi pada usia 4-7 tahun.
Gustina F,dkk (2020 : 45) Dari pendapat di atas maka dapat
diketahui anak usia 4-5 tahun berada pada tahap perkembangan
kognitif praoperasional dengan sub tahap pemikiran intuitif. Pada sub
tahap pemikiran intuitif ini pieget mengidentifikasikan beberapa
karakteristik, diantaranya :
1) Anak mulai menggunakan penalaran primitif dan ingin tahu semua
jawaban atas semua pertanyaan
13

2) Cara berpikir anak lebih bersifat intuitif dari pada logis.


Maksudnya, anak mengatakan mengetahui sesuatu tetapi
mengetahuinya tanpa menggunakan pemikiran yang rasional.
3) Kurangnya keterampilan konservasi, baik konservasi benda cair,
konservasi jumlah, bahan, panjang, isi, dan bidang.
4) Memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dari beberapa pertanyaan yang
diajukan
5) Aktif memperhatikan segala sesuatu tetapi dengan rentan atensi
yang pendek
6) Memiliki daya ingat yang baik
Menurut Marinda L (2020 : 123) Karakteristik perkembangan
kognitif pada tahap praoperasional diantaranya adalah :
1) Cara berpikir anak bersifat konkrit
2) Anak sudah mampu menghubungkan sebab-akibat yang tampak
secara langsung
3) Anak memiliki cara berfikir yang bersifat transduksi, yaitu
pengambilan keputusan dengan menghubungkan benda-benda yang
baru dipelajari berdasarkan pengalaman berinteraksi dengan
bendabenda sebelumnya
4) Anak masih asih sulit membuat generalisasi atau menarik
kesimpulan
5) Kurangnya keterampilan konservasi

2. Konsep Bilangan
a. Pengertian konsep bilangan usia 4-5 tahun
Menurut Ramaini (2014:121) mengatakan konsep bilangan adalah
himpunan benda-benda atau angka yang dapat memberikan sebuah
pengertian. Pengenalan konsep bilangan pada anak usia dini cukup
penting karena ketika anak sudah mengenal konsep bilangan anak akan
mampu memecahkan masalah dan membangun pengetahuan mengenai
konsep matematika. Adapun potensi yang harus dikembangkan pada
14

diri anak usia dini tersebut ada enam aspek dan salah satunya adalah
aspek kognitif. Aspek kognitif yang seharusnya dimiliki oleh anak usia
dini dalam bidang matematika adalah menyebut atau menunjuk urutan
bilangan dari 1 – 10, membilang (mengenal konsep bilangan dengan
benda-benda dan menghubungkan konsep bilangan dengan lambang
bilangan). Untuk mempermudah anak usia dini memahami hal tersebut
dibutuhkan sarana dalam proses pembelajarannya
Konsep pembelajaran pada anak usia dini lebih kepada dasar atau
pengenalan awal serta berhitung secara sederhana. Berikut konsep
berhitung anak usia dini :
1) Memilih, membandingkan, dan mengurutkan, misalnya memilih
balok yang pendek kemudian diteruskan ke yang lebih panjang
sehingga menjadi urutan dari yang pendek ke yang lebih panjang.
2) Klasifikasi, yaitu mengelompokan benda ke dalam beberapa
kelompok untuk matematika bisa berdasar bentuk atau ukurannya.
3) Menghitung, yaitu menghubungkan antara benda dengan konsep
bilangan dimulai dari satu, jika sudah mahir anak dapat menghitung
kelipatannya.
4) Angka, yaitu simbol dari kuantitas. Anak dapat menghubungkan
banyaknya benda dengan simbol angka.
5) Ukuran, yaitu anak dapat mengukur ukuran suatu benda dengan
berbagai cara, dimulai dengan ukuran non standar ke ukuran
standar.
6) Geometri, yaitu mengenal bentuk, luas, volume, dan area.
7) Membuat grafik
8) Pola
9) Problem Solving, yaitu kemampuan memecahkan persoalan
sederhana yang melibatkan bilangan dan operasi bilangan.
Dari penjelasan teori di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
pengenalan angka dan berhitung termasuk konsep dalam pembelajaran
matematika anak usia dini, di mana dijelaskan bahwa anak usia dini
15

menggunakan simbol dalam hal ini angka untuk merepresentasikan


benda sekitar yang dilihat dengan menggantinya dengan angka sesuai
jumlah benda.

b. Prinsip pembelajaran matematika anak usia dini


Anak usia dini menurut teori Piaget masih dalam tahap
praoprasional yang mana mempunyai cara tersendiri dalam proses
pembelajaran dibanding orang dewasa. Pembelajaran anak usia dini
masih menggunakan benda – benda konkrit serta dalam suasana yang
menyenangkan. Anak lebih mudah dalam merepresentasikan
lingkungan menggunakan benda – benda konkrit. Matematika
merupakan kemampuan kognitif anak salah satunya berhitung secara
sederhana. Pembelajaran menyenangkan salah satunya dengan bermain
sambil belajar dan belajar sambil bermain.
Maryam (2019 : 130), prinsip permainan berhitung anak sebagai
berikut :
1) Permainan berhitung diberikan secara bertahap, diawali dengan
menghitung benda – benda atau pengalaman konkrit yang dialami
melalui pengamatan terhadap alam sekitar.
2) Pengetahuan dan ketrampilan pada permainan berhitung diberikan
secara bertahap menurut tingkat kesukarannya, misalnya dari
konkrit ke abstrak, mudah ke sukar, dan dari sederhana ke yang
lebih kompleks.
3) Permainan berhitung akan berhasil jika anak – anak diberi
kesempatan berpartisipasi dan dirangsang untuk menyelesaikan
masalah – masalahnya sendiri.
4) Permainan berhitung membutuhkan suasana menyenangkan dan
memberikan rasa aman serta kebebasan bagi anak. Untuk itu
diperlukan alat peraga atau media yang sesuai dengan benda
sebenarnya (tiruan), menarik dan bervariasi, mudah digunakan dan
tidak membahayakan.
16

5) Bahasa yang digunakan dalam pengenalan konsep berhitung


seyogyanya bahasa yang sederhana dan jika memungkinkan
mengambil contoh yang terdapat di lingkungan sekitar anak.
6) Dalam permainan berhitung anak dapat dikelompokan sesuai tahap
penguasaanya, yaitu tahap konsep, masa transisi dan lambing.
7) Dalam mengevaluasi hasil perkembangan anak harus dimulai dari
awal sampai akhir kegiatan.
Berdasarkan teori tersebut menjelaskan bahwa prinsip dalam
berhitung anak usia dini adalah dimulai dari yang mudah sesuai
perkembangan anak, metode belajar sambil bermain agar anak merasa
senang, dan proses evaluasi dilakukan seluruhnya dari awal sampai
akhir.

c. Indikator Kemampuan Kognitif Mengenal Konsep Bilangan pada Usia


4-5 Tahun
Permendikbud no 146 tahun 2014 tentang kurikulum 2013
Pendidikan Anak Usia Dini.
a) Mengenal benda benda di sekitarnya nama, warna, bentuk, ukuran,
pola, sifat,suara,tekstur,fungsi,dan ciri-ciri lainnya
a) Anak mampu mengenal benda
b) Anak mampu mengelompokkan benda berdasarkan ukuran
(besar-kecil-panjang-pendek-tebal-tipis-berat-ringan)
2) Menyampaikan tentang apa dan bagaimana benda di sekitar yang
dikenalnya (nama, warna, bentuk, ukuran, pola, sifat, suara, tekstur,
fungsi dan ciri-ciri lainnya melalui berbagai hasil karya :
a) Anak mengenal benda dengan menghubungkan satu benda
dengan benda yang lainnya.
b) Mengenal benda dengan menghubungkan nama benda dengan
tulisan sederhana melalui berbagai aktivitas (misal :
menjodohkan, menjiplak, meniru)
17

c) Mengenal benda berdasarkan lima seriasi atau lebih, bentuk,


ukuran, warna, jumlah melalui kegiatan mengurutkan benda.
d) Mengenal konsep besar kecil, banyak sedikit, panjang pendek,
berat ringan, tinggi rendah dengan menggunakan alat ukur tidak
baku
Menurut Kementrian Pendidikan Nasional tahun 2010
(Wahyuni 2018:44) di jabarkan menjadi beberapa indikator
diantaranya membilang atau menyebut urutan bilangan 1-20,
membilang (mengenal konsep bilangan dengan benda-benda) sampai
20, mengurutkan lambang bilangan dengan benda-benda 1-20, dan
menghubungkan atau memasangkan lambang bilangan dengan benda-
benda sampai 20 (anak tidak menulis).
Berdasarkan Permendikbud nomor 146 tentang pendidikan
anak usia dini usia 4-6 tahun (2014) ada beberapa indikator mengenal
konsep bilangan yang di kembang yaitu:
1. Menyebut lambang bilangan 1-10.
2. Menggunakan lambang bilangan untuk menghitung.
3. Mencocokkan bilangan dengan lambang bilangan.
Menurut Ahmad Susanto (Ulum 2014:16) karakterisktik
pemahaman konsep bilangan anak usia dini 4-5 tahun adalah sebagai
berikut:
1. Membilang sampai dengan sepuluh.
2. Menyebut urutan bilangan.
3. Membuat urutan 1-10 bilangan dengan benda.
Berdasarkan teori di atas maka indikator kemampuan kognitif
mengenal konsep bilangan dengan media kantong bilangan adalah :
1. Menyebutkan angka 1-10
2. Mengurutkan angka 1-10
3. Menghitung sederhana
Diperlukan cara yang tepat dalam mengenalkan bilangan pada
anak agar nantinya anak bisa paham tentang konsep bilangan.
18

Menurut Sudaryanti (Ulum 2014:16) terdapat beberapa cara yang


dapat dilakukan dalam mengenalkan bilangan pada anak, diantaranya
adalah menghitung dengan jari, menghitung benda-benda, berhitung
sambil berohlaga berhitung sambil bernyanyi, menghitung di atas
sepuluh, menuliskan angka, memasangkan angka, serta
membandingkan angka.
Diah Hartanti (Ulum 2014:16-17) juga menjelaskan tentang
cara yang dapat dilakukan untuk mengenal konsep bilangan pada
konsep bilangan pada anak, yakni:

Tabel 2.2
Indikator Perkembangan Kognitif (mengenal bilangan)
Anak Usia 4-5 Tahun
Kompetensi dasar Indikator
Dapat mengenal 1. Membilang/menyebut urutan bilangan
bilangan minimal 1 sampai 10

2. Membilang dengan menunjuk benda


(mengenal konsep bilangan dengan benda-
benda sampai 6)

3. Menunjukkan urutan benda untuk bilangan


1-6

4. Mengenal konsep banyak, sedikit, lebih-


kurang, sama-tidak sama

5. Menghubungkan/memasangkan lambang
bilangan dengan benda-benda sampai 6 (anak
disuruh menulis)

6. Menunjuk 2 kumpulan benda yang sama


jumlahnya yang tidak sama, lebih banyak
dan lebih sedikit

7. Menyebutkan hasil penambahan


19

Kompetensi dasar Indikator


(menggabungkan 2 kumpulan benda)

8. Menyebutkan hasil pengurangan


(memisahkan kumpulan benda) dengan
benda sampai 6

Dalam penelitian ini indikator yang digunakan adalah :


1. Anak mampu menyebutkan angka 1-10
2. Anak dapat mengurutkan angka 1-10
3. Anak dapat menghitung sederhana

d. Tahap Pengenalan Konsep Bilangan


Pengenalan konsep bilangan pada anak disesuaikan dengan
karakteristik anak dan sesuai tahap perkembangannya, yaitu usia 2-7
tahun anak berada pada masa praoperasional. Pada usia ini anak
membutuhkan benda konkrit untuk memahami konsep
hitung/bilangan. Menurut Departemen Pendidikan Nasional, (2000)
menyatakan bahwa penguasaan konsep hitung/bilangan melalui
beberapa tahap yaitu:
1. Tahap Konsep/Pengertian
Pemahaman atau pengertian tentang sesuatu dengan
menggunakan benda/peristiwa konkrit seperti pengenalan warna,
bentuk, dan menghitung bilangan.

2. Tahap Transisi atau Pengalihan


Peralihan dari konkrit ke abstrak melalui benda konkrit dapat
dikenalkan bentuk bilangannya. Misalnya ketika guru
menjelaskan konsep satu dengan benda (1 buah pensil), anak
anak dapat menyebutkan benda-benda lain dengan konsep yang
sama. Sekaligus mengenal bentuk dari lambang angka satu itu.
20

3. Tahap Lambang Bilangan


Tahap ini anak sudah mulai diberi kesempatan menuliskan
lambang bilangan sendiri tanpa paksaan. Misalnya lambang
bilangan 5 untuk menggambarkan jumlah hitungan

Uraian yang telah dipaparkan, dapat disimpulkan bahwa dalam


pengenalan konsep bilangan pada anak usia dini memiliki beberapa
tahap yaitu tahap konsep, tahap transisi, dan tahap lambang bilangan.

e. Tujuan mengenal konsep bilangan bagi anak usia dini


Kegiatan mengenal konsep bilangan bagi anak usia dini dapat
memotivasi anak untuk mengembangkan konsep diri, melatih
kedisiplinan dan dapat menyelesaikan masalah yang terjadi di
sekitarnya sehingga anak lebih siap untuk mengikuti kegiatan belajar
berhitung pada jenjang pendidikan selanjutnya. Mengenal konsep
bilangan sejak usia dini sangat perlu dilakukan karena dalam
kehidupan sehari-hari manusia tidak akan lepas dari kegiatan berhitung
yang merupakan bagian dari matematika. Karena kegiatan mengenal
konsep bilangan tidak hanya dilakukan di sekolah,berhitung juga
dilakukan di tempat-tempat umum seperti di pasar dan kantor. Maka
dari itu mengenalkan dunia berhitung sejak dini sangat penting
dilakukan.
Tujuan mengenal konsep bilangan di Kelompok Bermain dibagi
menjadi dua, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum
pembelajaran mengenal konsep bilangan di Kelompok Bermain yaitu
untuk mengetahui dasar-dasar pembelajaran berhitung sehingga pada
saatnya nanti anak akan lebih siap mengikuti pada jenjang selanjutnya
yang lebih kompleks.
Sedangan tujuan khusus belajar mengenal konsep bilangan di
Kelompok Bermain yaitu:
21

1) Anak dapat berpikir logis dan sistematis sejak dini melalui


pengamatan terhadap benda-benda konkrit, gambar-gambar atau
angka-angka yang ada di sekitar
2) Anak dapat menyesuaikan dan melibatkan diri dalam kehidupan
bermasyarakat yang dalam kesehariannya memerlukan kemampuan
berhitung, ketelitian, konsentrasi, abstraksi dan daya apresiasi yang
lebih tinggi
3) Memiliki pemahaman konsep ruang dan waktu serta dapat
memperkirakan kemungkinan urutan sesuai peristiwa yang terjadi di
sekitarnya
4) Memiliki kreatifitas dan imajinasi dalam menciptakan sesuatu secara
spontan
Raysia (2016 : 138), Sedangkan menurut Piaget tujuan
pembelajaran matematika untuk anak usia dini sebagai logico-
mathematical learning atau belajar berpikir logis dan matematis dengan
cara yang menyenangkan dan tidak rumit. Jadi tujuannya bukan agar
anak dapat menghitung sampai seratus atau seribu, tetapi memahami
bahasa matematis dan penggunaannya.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan mengenal
konsep bilangan untuk anak usia dini adalah untuk mengembangkan
kemampuan anak pada bidang matematika agar anak memiliki konsep
berpikir yang logis, memiliki sikap ketelitian, konsentrasi dan dapat
mengembangkan kemampuannya untuk melanjutkan pendidikan ke
jejang yang lebih tinggi.

3. Bermain Anak Usia Dini


a. Pengertian bermain bagi anak usia dini
Bermain bagi anak usia dini sudah tidak asing lagi. Setiap ada anak
usia dini, di situ pasti dijumpai kegiatan bermain. Bermain dan anak
usia dini dibaratkan seperti halnya dua sisi mata uang. Antara sisi satu
dengan sisi yang lainnya saling melengkapi dan tidak dapat dipisah-
22

pisahkan. Karena memang bermain merupakan dunianya anak-anak.


Dalam hal ini, aktivitas bermain yang dilakukan anak-anak merupakan
cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional dan sosial.
M. Fadlillah (2017 :7) Bermain adalah serangkaian kegiatan atau
aktivitas anak untuk bersenang-senang. Bermain juga diartikan sebagai
dunia anak-anak, yang merupakan hak asasi bagi anak usia dini dan
hakiki pada masa prasekolah, berkaitan dengan hal itu Hurlock
mengategorikan bermain menjadi dua, yaitu: “Bermain aktif dan
bermain pasif, bermain aktif yaitu kesenangan yang dilakukan individu
seperti berlari sedangkan bermain pasif yaitu tidak melakukan kegiatan
secara langsung seperti menonton tv
Dirjen PAUD (2020:1) Bermain adalah melakukan aktivitas atau
kegiatan untuk menyenangkan hati, baik menggunakan alat maupun
tanpa alat. Dalam konteks ini bermain perlu kita maknai sebagai upaya
menjadikan anak merasa senang, nyaman, ceria, bersemangat, bebas
dan aktif. Para ahli psikologi anak menekankan pentingnya bermain
bagi anak. Bagi anak-anak, bermain merupakan kegiatan yang alami
dan sangat berarti.
Bermain merupakan kegiatan santai, menyenangkan tanpa tuntutan
(beban) bagi anak. Bermain juga merupakan kebutuhan yang esensial
bagi anak. Melalui bermain anak dapat memuaskan tuntutan dan
kebutuhan perkembangan demensi motorik, kognitif,kreatifitas, emosi,
sosial, nilai, bahasa dan sikap hidup.
Prinsip bermain adalah :
a. Memiliki tujuan yang jelas
b. Dilakukan dengan bebas, tanpa paksaan
c. Mementingkan proses, bukan hasil
d. Memperhatikan keselamatan dan keamanan
e. Menyenangkan dan dapat dinikmati
f. Bersifat fleksibel, artinya anak memiliki kesempatan untuk
memberikan beragam solusi atas tantangan yang diberikan.
23

g. Memberikan kesempatan bagi anak untuk menciptakan sesuatu.

Dunia anak usia dini tidak bisa lepas dari dunia bermain. Dengan
aktivitas bermain anak dapat memperoleh pengalaman secara langsung,
selain itu kegiatan bermain juga dapat mengoptimalkan aspek
perkembangan anak. Bermain merupakan suatu tuntutan dan kebutuhan
yang harus dipenuhi oleh anak KB, karena melalui bermain aspek
motorik, kognitif, kreativitas, bahasa, emosi, sosial, nilai agama, dan
sikap hidup akan berkembangan dengan optimal.
Nining Indriyani (2016: 157), Menurut Montolalu bermain bagi
anak memiliki arti yang sangat penting, karena melalui bermain anak
dapat menyalurkan segala keinginan dan kepuasa, kreativitas, dan
imajinasinya. Melalui aktivitas bermain anak dapat melakukan kegiatan
fisik, belajar bergaul dengan teman sebaya, melatih hidup positif, serta
mengetahui peran berdasarkan gender dan menyalurkan perasaan.
Sedangkan menurut Hurlock bermain dapat diartikan sebagai
kegiatan yang dilakukan demi memenuhi rasa senang tanpa memikirkan
hasil akhir. Kegiatan bermain dilakukan secara suka rela tanpa adanya
paksaan dari pihak lain.
Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa bermain
merupakan kegiatan yang sangat penting karena dapat memberikan
stimulus pada tumbuh kembang anak. Dengan bermain maka seluruh
aspek perkembangan anak dapat berkembang secara optimal. Kegiatan
bermain yang dilakukan oleh anak harus berdasarkan keinginannya
sendiri tanpa ada paksaan dari orang-orang dilingkungan sekitarnya.

b. Karakteristik bermain Anak Usia Dini


M. Fadillah (2017:7) Karakteristik bermain anak usia dini dapat
dilihat melalui berbagai hal pada saat anak melakukan kegiatan bermain
dan diklasifikasikan menjadi enam, yaitu:
24

1. Bermain muncul dari dalam diri anak, maksudnya keinginan


bermain harus muncul dari dalam diri anak, sehingga anak dapat
menikmati dan bermain sesuai dengan caranya sendiri.
2. Bermain harus bebas dari aturan yang mengikat dan kegiatan untuk
dinikmati, maksudnya bermain pada anak usia dini harus terbebas
dari aturan yang mengikat, karena anak usia dini memiliki cara
bermain sendiri.
3. Bermain adalah aktivitas nyata atau sesungguhnya, maksudnya pada
saat bermaian air, anak melakukan aktivitas dengan air dan
mengenal air dari bermainnya.
4. Bermain harus didominasi oleh pemain maksudnya, pemain adalah
anak itu sendiri tidak didominasi oleh orang dewasa.
5. Bermain harus melibatkan peran aktif dari pemain.
Tahap ini terjadi pada anak usia 7-11 tahun. Pada tahap ini anak
bermain sudah menggunakan nalar dan logika yang bersifat
objektif. Adapun alat permainan yang tepat untuk usia ini ialah
yang mampu menstimulasi cara berpikir anak. Melalui alat
permainan yang dimainkan anak dapat menggunakan nalar maupun
logikanya dengan baik. Bentuk permainan yang bisa digunakan di
antaranya: dakon, puzzle, ular tangga, dam-daman, dan monopoli.
6. Formal operasional (game with rules and sport)
Terjadi pada tahap anak usia 11 tahun ke atas. Pada tahap ini anak
bermain sudah menggunakan aturan-aturan yang sangat ketat dan
lebih mengarah pada game atau pertandingan yang menuntuk
adanya menang dan kalah.

c. Tahap-tahap perkembangan bermain Anak Usia Dini


M. Fadhillah (2017 : 43) Menurut Jean Piaget tahapan
perkembangan bermain anak
dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok sebagai berikut:
25

1. Sensori motor (sensory motor play)


Tahap ini terjadi pada anak usia 0-2 tahun. Pada tahap ini bermain
anak lebih mengandalkan indra dan gerak-gerak tubuhnya. Untuk
itu, pada usia ini mainan yang tepat untuk anak ialah yang dapat
merangasang panca indranya, misalnya mainan yang berwarna
cerah, memiliki banyak bentuk dan tekstur, serta mainan yang tidak
mudah tertelan oleh anak.
2. Praoprasional (symbolic play)
Tahap ini terjadi pada anak usia 2-7 tahun. Pada tahap ini anak
sudah mulai bisa bermain khayal dan pura-pura, banyak bertanya,
dan mulai mencoba hal-hal baru, dan menemui simbol-simbol
tertentu. Adapun alat permainan yang cocok untuk usia ini adalah
yang mampu merangsang perkembangan imajinasi anak, seperti
menggambar, balok/lego, dan puzzle. Namun sifat permainan anak
usia dini lebih sederhana dibandingkan dengan operasional konkret.
3. Operasional konkret (social play)
Tahap ini terjadi pada anak usia 7-11 tahun. Pada tahap ini anak
bermain sudah menggunakan nalar dan logika yang bersifat
objektif. Adapun alat permainan yang tepat untuk usia ini ialah
yang mampu menstimulasi cara berpikir anak. Melalui alat
permainan yang dimainkan anak dapat menggunakan nalar maupun
logikanya dengan baik. Bentuk permainan yang bisa digunakan di
antaranya: dakon, puzzle, ular tangga, dam-daman, dan monopoli.
4. Formal operasional (game with rules and sport)
Terjadi pada tahap anak usia 11 tahun ke atas. Pada tahap ini anak
bermain sudah menggunakan aturan-aturan yang sangat ketat dan
lebih mengarah pada game atau pertandingan yang menuntuk
adanya menang dan kalah.
26

d. Fungsi dan manfaat bermain bagi anak usia dini


Menurut Sujiono (2009:145) fungsi bermain, antara lain: 1).
Dapat memperkuat dan mengembangkan otot dan koordinasinya
melalui gerak, melatih motorik halus, dan keseimbangan, karena ketika
bermain fisik anak juga belajar memahami bagaimana kerja tubuhnya;
2). Dapat mengembangkan keterampilan emosinya, rasa percaya diri
pada orang lain, kemandirian dan keberanian untuk berinisiatif, karena
saat bermain anak sering bermain pura-pura menjadi orang lain,
binatang, atau karakter orang lain. Anak juga belajar melihat dari sisi
orang lain/ empati; 3). Dapat mengembangkan kemampuan
intelektualnya, karena melalui bermain anak sering kali melakukan
eksplorasi terhadap segala sesuatu yang ada dilingkungan sekitarnya
sebagai wujud dari rasa keingintahuannya; 4). Dapat mengembangkan
kemandiriannya dan menjadi dirinya sendiri, karena melalui bermain
anak selalu bertanya, meneliti lingkungan, belajar mengambil
keputusan, berlatih peran sosial sehingga anak menyadari kemampuan
dan kelebihannya.
Manfaat bermain pada anak :
1. Belajar memecahkan masalah.
Saat bermain, ada kalanya anak menghadapi kesulitan. di situlah
anak terlatih untuk memecahkan masalah dan mencari solusi untuk
situasi yang dihadapi bahkan anak bisa terlatih untuk berdiskusi
hingga berdebat dengan temannya terkait solusi sebuah masalah.
2. Mengembangkan rentang konsentrasi.
Ketika bermain anak tidak hanya bersenang-senang saja, ia juga
tengah belajar sesuatu dari permainan itu seperti mengembangkan
kemampuan sensor motorik, logika berfikir, konsentrasi, maupun
ketekunannya.
3. Membangun kecerdasan sosial emosional.
Bermain juga membantu anak berinteraksi dengan baik bersama
teman-temannya. Tak hanya itu mereka juga mengasah kemampuan
27

sosial dan emosional ketika menghadapi teman baru atau situasi


yang belum pernah dihadapi sebelumnya.
4. Belajar terampil dalam berbahasa dan berkomunikasi
Lewat bermain anak-anak belajar untuk menguasai bahasa dan
berbicara. Tahapan ini adalah awal untuk belajar lebih banyak lagi
hal lainnya. lewat bermain anak-anak mengenal kosa kata baru dan
belajar bagaimana berkomunikasi dengan temannya.
5. Belajar berorganisasi.
Permainan seringkali mengehendaki adanya peran yang berbeda,
oleh karena itu dalam permainan anak-anak dapat belajar
berorganisasi sehubungan dengan penentuan siapa yang akan
menjadi apa. Dengan permainan anak-anak dapt belajar bagaimana
membuat peran yang harmonis dan melakukan kompromi.   
6. Meningkatkan potensi rasa percaya diri.
Bermain menyediakan kesempatan pada anak-anak mengatasi
situasi. Kemampuan ini akan membentuk rasa kompeten dan
berhasil. Perasaan mampu ini dapat pula mengembangkan percaya
diri anak-anak. selain itu anak-anak dapat membandingkan
kemampuan pribadinya dengan temannya sehingga dia dapat
memandang dirinya lebih wajar atau (mengembangkan konsep diri
yang realistis).
7. Bermain mendorong kreativitas dan mendukung anak untuk
berkhayal dan berimajinasi.
8. Bermain memungkinkan anak “mencoba” dan mempraktikan
kecakapan baru atau kecakapan  yang dibutuhkan agar bisa
memenuhi di sekitarnya

4. Media
a. Pengertian Media
Adam, dkk (2013 : 809), Kata media berasal dari bahasa latin
dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah
28

berarti perantara atau pengantar, dengan demikian media merupakan


wahana penyalur informasi belajar atau penyalur pesan.
Association of Education and Communication Technology/AECT
di Amerika membatasi media sebagai segala bentuk dan saluran yang
digunakan orang mempertinggi proses belajar anak dalam pembelajaran
yang pada gilirannya diharapkan dapat mempertinggi hasil belajar yang
dicapainya.
Berdasarkan teori di atas dapat disimpulkan bahwa media
pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan sebagai alat
menyampaikan pesan belajar dari pengirim ke penerima dengan
merangsang pikiran, rasa, dan perhatian peserta didik agar proses
belajar dapat terjadi sesuai yang diharapkan.

b. Jenis media pembelajaran


Susanti (2016 : 54) Dalam pembelajaran penggunaan media harus
disesuaikan dengan materi, tempat, maupun lingkungan. Terdapat
beberapa jenis media pembelajaran sebagai berikut :
1) Media Visual, media ini termasuk dalam media visual dengan
melibatkan indera penglihatan dan pesan yang disampaikan
dituangkan dalam simbol komunikasi visual dan tercetak.
2) Media Audio, media yang mengandalkan peran dari indera
pendengaran dengan disampaikan dengan lambing auditif baik
verbal maupun non verbal.
3) Media Audio Visual, media ini mempunyai persamaan dengan
media grafis yang menyajikan rangsangan visual. Perbedaan yang
jelas diantara kedua media ini adalah pada media grafis dapat secara
langsung berinteraksi dengan pesan media yang bersangkutan.
Sedangkan pada media proyeksi diam, pesan harus diproyeksikan
dengan proyektor agar dapat dilihat oleh sasaran dalam hal ini
peserta didik.
29

Media belajar yang digunakan dalam penelitian ini termasuk dalam


jenis media grafis, karena pesan belajar yang disajikan mengandalkan
indera penglihatan dan berbentuk simbol visual tercetak.

c. Tujuan penggunaan media


Penggunaan media dalam sebuah pembelajaran tentu mempunyai
tujuan yaitu membantu menyampaikan pesan belajar kepada penerima
atau peserta didik. Secara garis besar media dibuat agar proses
pembelajaran menjadi lebih mudah, efektif, dan efisien sesuai karakter
peserta didik sehingga pesan belajar akan tersampaikan dengan baik.
Kaitannya dengan pengembangan kognitif anak, media apapun yang
akan digunakan dalam proses belajar mengajar di Taman Kanak –
kanak adalah untuk belajar sambil bermain, karena suasana belajar yang
penuh tawa dan gerak dapat diwujudkan salah satunya bentuk
permainan dan kegiatan – kegiatan kreatif serta penggunaan pendekatan
rekreatif edukatif bisa menghadirkan suasana yang kondusif untuk
menggerakan keakraban anak – anak dengan alam sekitarnya.
Nurrita, (2018 : 171) Tujuan dan fungsi penggunaan media dalam
pembelajaran :
1) Merangsang anak melakukan kegiatan, pikiran, perasaan,
perhatian, dan minat.
2) Bereksperimen
3) Menyelidiki atau meneliti
4) Alat bantu
5) Mencapai tujuan pendidikan yang maksimal
6) Alat peraga untuk memperjelas sesuatu (menghilangkan
verbalisme)
7) Mengembangkan imajinasi
8) Melaksanakan tugas yang diberikan
9) Melatih kepekaan berfikir
10) Digunakan sebagai alat permainan
30

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan dan


fungsi media dalam pengembangan kognitif adalah untuk menggunakan
media yang dapat menyentuh sisi kognitif dan afeksi anak, agar media
tersebut dapat menyatu dan sesuai dengan karakteristik anak.

d. Syarat Media Pembelajaran


Media pembelajaran pada anak usia dini tentu mempunyai aturan
atau syarat tersendiri, dijelaskan bahwa pada usia dini proses belajar
disertai dengan bermain. Maka dari itu media pembelajaran usia dini
harus sesuai dengan karakter anak, materi belajar, dan tidak
membahayakan bagi anak.
Beberapa syarat media pembelajaran untuk mengembangkan
kognitif anak usia dini sebagai berikut :
1) Menarik / menyenangkan baik warna maupun bentuk
2) Tumpul
3) Ukuran sesuai anak usia dini
4) Tidak membahayakan anak
5) Serta bisa dimanipulasi
Berdasarkan uraian di atas tentang syarat media untuk anak usia
dini dapat disimpulkan bahwa media untuk anak usia dini yaitu
menarik, tidak membahayakan, dapat dimanipulasi, dan
ukurandisesuaikan dengan perkembangan anak

e. Media Pembelajaran Kantong Bilangan


1) Pengertian media kantong bilangan
Menurut Dwi Yuniarto (2012 : 96) Kantong bilangan
merupakan suatu alat sederhana yang ditujukan untuk
mempermudah siswa dalam memahami materi operasi hitung dalam
matematika. Media ini berbentuk segi empat dengan beberapa kotak
yang menempel atau disebut kantong bilangan. Kantong bilangan
tersebut digunakan untuk penentu nilai suatu bilangan. Sedangkan
31

stik es krim pada media ini digunakan sebagai penentu jumlah suatu
bilangan. Apabila stik es krim diletakkan pada kantong yang sesuai
dengan angka, maka nilai stik es krim tersebut adalah sesuai dengan
angka tersebut. Media ini dapat membantu siswa KB Tunas Bansa I
Kedungwungu Jatinegara dalam mengenal konsep bilangan.
Raharjo dalam Martianti Narore ( 2014 ) mengemukakan
bahwa kantong bilangan merupakan media konkret berupa kantong-
kantong yang diisi dengan stik es krim atau sedotan.
Sejalan dengan pernyataan di atas, Heruman ( 2007 : 08 )
menjelaskan bahwa kantong bilangan dibuat berbentuk kantong-
kantong sebagai tempat penyimpanan dan menempel pada selembar
kain atau kertas. Kantong tersebut menyimbolkan nilai tempat pada
suatu bilangan. Sedangkan stik es krim sendiri digunakan sebagai
pengisi kantong-kantong yang tersedia sebagai indikator jumlah
bilangan yang akan dihitung. Kantong bilangan dirancang untuk
memudahkan siswa dalam mengenal konsep bilangan. Berdasarkan
penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa media kantong
bilangan adalah sebuah alat pembelajaran yang memanfaatkan
prinsip nilai tempat untuk mengajarkan materi penjumlahan yang
berbentuk kantong. Dengan kata lain, kantong bilangan adalah
sebuah media pembelajaran matematika yang berbentuk kantong-
kantong yang menunjukkan nilai tempat suatu bilangan.
2) Fungsi Media Kantong Bilangan
Heruman ( 2007:19 ) juga menyebutkan fungsi penggunaan
kantong bilangan sebagai berikut :
1. Sebagai media dalam pembelajaran matematika, khususnya
pada operasi hitung matematika.
2. Sebagai salah satu sumber belajar matematika pada operasi
bilangan.
3. Sebagai motivasi belajar bagi siswa karena ditampilkan dengan
media yang sederhana tetapi menarik.
32

3) Manfaat penggunaan media kantong bilangan


Manfaat penggunaan media kantong bilangan dalam
pembelajaran yaitu:
1. Meningkatkan minat dan mendorong siswa lebih
memperhatikan pelajaran,
2. Lebih memusatkan perhatian siswa,
3. Memindahkan suatu pemikiran kedalam situasi yang nyata dan
sesungguhnya.
Dengan menggunakan alat media kantong bilangan serta
melalui penyampaian materi yang menarik dari guru, diharapkan
siswa dapat lebih termotivasi dalam proses belajar dan lebih jelas
memberikan pelajaran sehingga tidak terjadi pengetahuan yang
verbalisme.
4) Kelebihan Media Kantong Bilangan
Martianti Narore dalam Siti Zulaichah ( 2014 : 87 ) yaitu
menkonkretkan konsep bilangan dipelajari. Kantong bilangan
merupakan media 3 dimensi yang memberikan gambaran proses
konkret dalam pembelajaran, gambaran nyata ini diperoleh dari
pengoperasian yang dilakukan menggunakan kantong-kantong dan
stik es krim yang dijadikan bentuk konkret dari simbol matematika.
Berdasarkan hal tersebut diharapkan anak akan lebih mudah dalam
memahami konsep. Media kantong bilangan dibuat berdasarkan
keefektifan media, salah satunya yaitu media kantong bilangan
dibuat berdasarkan konsep nyata pengoperasian penjumlahan.
Dwi Yuniarto (2012 : 42) menyampaikan kelebihan
penggunaan media kantong bilangan sebagai berikut :
a. Membantu guru untuk menyampaikan materi pembelajaran
dengan lebih menarik.
b. Membantu guru untuk bisa menyampaikan suatu konsep
pembelajaran yang abstrak menjadi sebuah situasi yang nyata.
33

c. Memantapkan pengetahuan siswa dalam memahami nilai tempat


suatu bilangan.

C. Kerangka Pikir
Untuk meningkatkan kemampuan kognitif, guru harus dapat
menciptakan suasana pembelajaran yang menarik bagi anak sehingga anak
termotifasi untuk melakukan proses pembelajaran dengan mudah dan
menyenangkan sesuai dengan kemampuan dan keinginannya serta tidak
membebani memori otak anak.
Faktor-faktor yang menyebabkan kurangnya ketertarikan anak untuk
meningkatkan kemampuan kognitif di KB Tunas Bangsa I Kedungwungu
Jatinegara adalah karena tidak adanya alat peraga atau media yang kongkrit
serta metode pembelajaran yang kurang menarik.

Guru Belum Kemampuan konsep


Kondisi Berhitung Rendah
Menggunakan Media
Awal Anak Rendah
Permainan Menarik
Menerapkan
Tindakan Siklus I
Media kantong
bilangan
Siklus II

Melalui Media kantong


bilangan dapat Meningkatkan
Kondisi kemampuan kognitif
Akhir mengenal konsep bilangan
34

D. Hipotesis
Penggunaan media kantong bilangan dapat meningkatkan kemampuan
kognitif mengenal konsep bilangan pada anak usia 4-5 tahun di KB Tunas
Bangsa I Kedungwungu Jatinegara Tegal.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian


Penelitian dengan judul : “Peningkatan kemampuan kognitif konsep
bilangan melalui media kantong bilangan pada anak usia 4-5 tahun di KB
Tunas Bangsa I Kedungwungu Jatinegara Tegal” ini merupakan penelitian
tindakan kelas, yaitu suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif yang
melakukan beberapa tindakan tertentu agar dapat memperbaiki serta
meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas secara lebih profesional. Sesuai
dengan judul tersebut, maka yang menjadi subyek dalam penelitian tindakan
kelas ini adalah siswa usia 4-5 tahun di KB Tunas Bangsa I Kedungwungu
Jatinegara Tegal yang berjumlah 10 anak.
Denok, dkk (Arikunto 2006:16) Peneliti memilih model penelitian
yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggart. Model PTK yang
dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggart yaitu pelaksanaan penelitian
tindakan kelas meliputi perencanaan, tindakan dan observing (pengamatan),
dan refleksi serta perbaikan rencana Penelitian tindakan kelas merupakan
kegiatan penelitian yang dilakukan terhadap sejumlah subjek yang menjadi
sasaran yaitu peserta didik, bertujuan memperbaiki situasi pembelajaran di
kelas agar terjadi peningkatkan kualitas pembelajaran.
Saminanto (2014:2) PTK mampu mengenali adanya kesulitan dalam
proses belajar mengjar, baik dari segi guru/pengajar, peserta didik maupun
interaksi komponen-komponen pembelajaran (bahan ajar, media, pendekatan,
metode, startegi, setting kelas, penilaian), sehingga dapat mencari solusi yang
tepat sesuai dengan kondisi real kelas tersebut.
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam 2 (dua) siklus.
Masing-masing siklus sekali pertemuan dengan waktu 150 menit selama 3
hari.

35
36

B. Waktu dan Tempat Penelitian


1. Waktu Pelaksanaan
Waktu pelaksanaan penelitian masing-masing siklus dilaksanakan pada
hari aktif sekolah KB Tunas Bangsa I Kedungwung Jatinegara Tegal yaitu
mulai pukul 07.30 - 10.00 WIB.
2. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di KB Tunas Bangsa I terletak di pelosok Dukuh
Tampingan Desa Kedungwungu kecamatan Jatinegara. Lokasi KB Tunas
Bangsa 1 berada di dataran tinggi dan dikelilingi dengan sawah dan
kebun . Masyarakat yang hidup di pedesaan memiliki adat istiadat yang
masih terpelihara. Kerjasama dan gotong royong juga menjadi budaya
yang masih sering dijumpai di tengah-tengah masyarakat salah satunya
saat hari raya Islam seperti Idul Adha dan Idul Fitri. Sebagian besar
masyarakat bekerja sebagai petani dan perantauan yang rata-rata berlatar
belakang pendidikan hingga sekolah menengah. Peserta didik KB Tunas
Bangsa 1 berusia 3 - 5 tahun berjumlah 18 anak yang terbagi menjadi 2
rombongan belajar yaitu kelas A (3-4 tahun) = 8 anak dan B (4-5 tahun) =
10 anak. Seluruh peserta didik KB Tunas Bangsa 1 beragama Islam.
Hampir 80 % peserta didik berasal dari keluarga pedagang dan dari
keluarga yang mata pencahariannya bergantung dari hasil pertanian..
Anak-anak terbiasa bermain di alam baik sekitar rumah maupun sekolah.
KB Tunas Bangsa 1 menempati lahan seluas 6 x 4 m yang terdiri dari satu
bangunan persegi Panjang dan di sekat menjadi dua kelas. Halaman
sekolah juga memiliki lahan yang digunakan anak-anak praktek bercocok
tanam.

C. Subjek Penelitian
Sesuai dengan judul tersebut, maka yang menjadi subyek dalam
penelitian tindakan kelas ini adalah siswa yang berusia 4-5 tahun di KB Tunas
Bangsa I Kedungwungu Jatinegara Tahun Pelajaran 2022/2023 yang
berjumlah 10, yang terdiri dari 5 anak laki-laki dan 5 anak perempuan.
37

Tabel 3.1

Daftar nama peserta didik


KB Tunas Bangsa I Kedungwungu Jatinegara

Jenis
No Nama Anak Tempat Tanggal Lahir
Kelamin
1. R1 Tegal, 05 April 2019 P
2. R2 Tegal, 11 Mei 2019 P
3. R3 Tegal, 15 februari 2019 P
4. R4 Tegal, 30 Agustus 2018 P
5. R5 Tegal, 16 Oktober 2018 L
6. R6 Tegal , 28 Agustus 2018 P
7. R7 Tegal, 13 Agustus 2018 L
8. R8 Tegal, 04 April 2019 L
9. R9 Tegal, 26 Januari 2019 L
10. R10 Tegal, 02 November 2018 L

Berdasarkan data yang ada di sekolah mengenai karakteristik anak KB


Tunas Bangsa I Kedungwungu Jatinegara diperoleh gambaran sebagai
berikut :
a. Pada umumnya anak-anak di KB Tunas Bangsa I Kedungwungu Jatinegara
memiliki kemampuan rata-rata, hal ini dapat dilihat dari peningkatan hasil
belajar dari setiap proses pembelajaran.
b. Kurang aktifnya anak-anak dalam mengungkapkan pendapat, hanya
beberapa anak saja yang sudah berani mencoba hal ini.
c. Anak-anak belum dapat berkonsentrasi penuh dalam mengikuti setiap
kegiatan pembelajaran, masih banyak yang main sendiri dan mengobrol
dengan teman-temannya.
d. Anak-anak belum dapat mematuhi setiap kesepakatan atau aturan dalam
setiap kegiatan sehingga guru harus sering mengingatkan aturan main
dalam kegiatan dan harus lebih sabar dalam memberikan motivasi,
38

bimbingan, dan perhatian sehingga anak dapat memahami dan


menyelesaikan setiap tahapan pembelajaran.

D. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini
adalah metode siklus. Tiap siklus terdiri dari empat langkah yaitu :
1. Perencanaan
Rencana penelitian tindakan kelas merupakan tindakan yang tersusun dan
harus memiliki pandangan jauh kedepan, yakni untuk memperbaiki dan
meningkatkan kualitas pembelajaran.
2. Pelaksanaan
Tindakan guru sebagai peneliti yang dilakukan secara sadar dan terkendali
dan yang merupakan variasi praktik yang cermat dan bijaksana untuk
mengembangkan tindakan-tindakan.
3. Pengamatan
Tahap ketiga yaitu kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh pengamat.
Pada bagian pengamatan dilakukan perekaman data yang meliputi proses
dan hasil dari pelaksanaan kegiatan. Pengamatan dilakukan pada waktu
tindakan sedang berjalan, keduanyaberlangsung dalam waktu bersamaan.
Tujuan dilakukannya pengamatan yaitu untuk mengumpulkan bukti hasil
tindakan yang sudah dilaksanakan agar dapat dievaluasi dan dijadikan
landasan bagi pengamat dalam melakukan refleksi.
4. Refleksi
Refleksi dilakukan pada akhir pembelajaran. Kegiatan ini dilakukan
sebagai upaya untuk mengkaji dan mempertimbangkan hasil yang telah
terjadi pada tahap tindakan. Dalam hal ini, peneliti melakukan analisis
terhadap hasil observasi, dokumentasi dan hasil wawancara yang telah
dilakukan. Refleksi ini memberikan gambaran kekurangan atau kelemahan
pada siklus I sehingga nantinya dapat dicari pemecahannya dan
mempertahankan atau meningkatkan kelebihan yang terdapat dalam siklus
39

I. Berdasarkan hasil refleksi ini, peneliti dapat melakukan revisi terhadap


rencana kegiatan di siklus II.

Berdasarkan keempat langkah dalam setiap siklus penetapan di


lapangan dapat dijelaskan sebagai berikut :
Untuk memudahkan dalam mengadakan Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) guna mengatasi perrmasalahan pengembangan kecerdasan logika
mateatika, maka penulis merencanakan perbaikan pembelajaran dalam dua
siklus. Pada masing-masing siklus dilaksanakan selama 3 hari berturut-turut.
Masing-masing juga dilaksanakan melalui 4 tahap dalam PTK yaitu :
merencanakan, melaksanakan, observasi/pengamatan, dan refleksi.
1. Siklus I : Perencanaan, Pelaksanaan, Pengamatan, Refleksi
Perencanaan pada satuan kegiatan harian ke-1 sampai ke-3 adalah :
a. Perencanaan
Menyediakan perangkat penelitian, meliputi :
1) Rencana Kegiatan Harian (RKH) yang mencakup: indikator,
kegiatan pembelajaran, alat/sumber belajar dan penilaian
perkembangan anak
2) Menyiapkan berbagai media pembelajaran
3) Membuat lembar observasi siswa
4) Membuat lembar hasil belajar siswa
b. Pelaksanaan Tindakan
Rencana pembelajaran yang telah dirancang pada tahap
perencanaan, dilaksanaan sepenuhnya pada tahap pelaksanaan ini.
Secara garis besar kegiatan pelaksanaan tindakan pada siklus I
adalah :
1) Kegiatan inti pembelajaran : bermain sesuai tema dan sub tema
2) Istirahat meliputi : cuci tangan, berdoa, makan, bermain dengan
teman
3) Kegiatan penutup meliputi : review, pemberian reward dan doa
penutup.
40

c. Observasi
Observasi dilakukan dari awal sampai akhir proses pembelajaran
untuk mencatat partisipasi siswa, meliputi: konsentrasi siswa,
antusiasme siswa, tanggungjawab siswa, keberanian siswa
mengajukan pertanyaan, dan keberanian siswa menjawab pertanyaan.
Dari hasil kegiatan pembelajaran bermain dengan kantong
bilangan meliputi membilang, mengelompokkan, penjumlahan dan
pengurangan, melatih kefokusan, melatih kesabaran serta memecahkan
masalah, hasilnya mulai menunjukkan hasil yang cukup, walaupun
memang belum semua anak melakukan dengan baik. Hal ini
ditunjukkan masih ada anak-anak yang masih bingung dan ragu-ragu
ketika melakukan kegiatan tersebut, sehingga hasilnya belum optimal.
d. Refleksi
Setelah pelaksaaan tindakan pada siklus I ini maka
dilakukan refleksi dengan menganalisa hasil non tes pada siklus I ini.
Analisa non tes dilakukan dengan observasi dan dokumetasi. Hasil
refleksi tersebut kemudian dilakukan perbaikan rencana
pelaksanaan pembelajaran untuk memecahkan masalah yang
terjadi pada siklus II.

2. Siklus II : Perencanaan, Pelaksanaan, Pengamatan, Refleksi


a. Perencanaan
Perencanaan pada satuan kegiatan harian ke-1 sampai 3 adalah :
Menyediakan perangkat penelitian, meliputi :
1) Rencana Kegiatan Harian (RKH) yang mencakup: indikator,
kegiatan pembelajaran, alat/sumber belajar dan penilaian
perkembangan anak.
2) Menyiapkan media pembelajaran kantong bilangan.
3) Membuat lembar observasi siswa.
4) Membuat lembar hasil belajar siswa.
41

b. Pelaksanaan Tindakan
Tindakan dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar
disesuaikan dengan rencana yang telah dibuat dengan memperbaiki
hasil refleksi siklus I, yaitu Peningkatan kemampuan kognitif
konsep bilangan melalui media kantong bilangan pada anak usia 4-5
tahun di KB Tunas Bangsa I Kedungwungu Jatinegara Tegal,
Tindakan pada siklus II antara lain:
1. Kegiatan inti pembelajaran : bermain sesuai dengan tema dan sub
tema.
2. Istirahat meliputi : cuci tangan, berdoa, makan, bermain dengan
teman
3. Kegiatan penutup meliputi : review, pemberian reward dan doa
penutup.
c. Observasi
Observasi/pengamatan dilakukan dari awal sampai akhir proses
pembelajaran untuk mencatat partisipasi siswa, meliputi:
konsentrasi siswa, antusiasme siswa, tanggungjawab siswa,
keberanian siswa mengajukan pertanyaan, dan keberanian siswa
menjawab pertanyaan.
Dari hasil kegiatan pembelajaran berhitung meliputi membilang,
mengelompokkan, penjumlahan dan pengurangan dengan menggunakan
media kantong bilangan, ternyata menunjukkan hasil yang signifikan
Hal ini terlihat karena hampir semua anak dapat melakukan dengan baik,
dan hal ini menunjukkan bahwa anak-anak KB Tunas Bangsa I
Kedungwungu Jatinegara sudah menguasai dan memahami konsep
bilangan.
d. Refleksi
Refleksi pada siklus II dilakukan dengan menganalisa hasil notes.
Siklus II untuk mengetahui keberhasilan pelaksanaan perbaikan,
dilakukan dengan cara menganalisa hasil kegiatan
42

E. Teknik Pengumpulan Data


Dalam rangka memenuhi validitas data, teknik pengumpulan data
merupakan bagian yang terpenting dalam suatu penelitian. Untuk
mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka peneliti
menggunakan beberapa teknik dalam pengumpulan data sebagai berikut :
1. Teknik observasi
Teknik ini penulis gunakan untuk mengumpulkan data tentang
partisipasi siswa di kelas, meliputi: konsentrasi siswa, antusiasme siswa,
tanggungjawab siswa, keberanian siswa mengajukan pertanyaan, dan
keberanian siswa menjawab pertanyaan.
2. Teknik dokumentasi
Teknik ini digunakan penulis untuk mengambil gambar di setiap
kegiatan dan di setiap siklusnya.

F. Keabsahan Data
1. Identifikasi Variabel (Variabel Tindakan dan Variabel Masalah)
Sutrisno Hadi (2011 : 260) mengemukakan bahwa variabel adalah
gejala yang bervariasi dalam suatu penelitian.
Suharsimi (2012 : 118) variabel adalah gejala yang menunjukkan
variasi baik dalam jenis maupun dalam tingkatannya.
Menurut Sugiyono (2014:61) klasifikasi variabel penelitian
berdasarkan hubungan antara variabel sebagai berikut:
a. Variabel independen (bebas) yaitu variabel yang mempengaruhi atau
yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen
(variabel terikat). Variabel bebas pada penelitian ini adalah bermain
dengan kantong bilangan
b. Variabel dependen (terikat) yaitu variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel terikat pada
penelitian ini adalah kemampuan kognitif mengenal konsep bilangan.
43

2. Indikator Penilaian STTPA


Tabel 3.2
Indikator Penilaian STTPA

Lingkup Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak


Perkembangan 4-5 tahun
Kognitif 1. Menyebutkan angka bilang 1-10.
2. Mengenal beberapa huruf A-Z.
3. Bereksperimen.
4. Menyebutkan berbagai macam kegunaan benda.
5. Memahami persamaan antara 2 benda.
6. Menempatkan benda dalam urutan.
7. Mengenal konsep banyak sedikit.
8. Mulai mengikuti pola tepuk tangan.

G. Teknik Analisis Data


Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
deskriptif komparatif dan analisis kritis. Teknik deskriptif komparatif
digunakan untuk data kuantitatif, yakni dengan membandingkan hasil antara
siklus. Peneliti membandingkan hasil sebelum penelitian dengan hasil pada
akhir tiap siklus dengan menggunakan data hasil penugasan, atau unjuk kerja
dari masing-masing peserta didik.
Teknik komparatif dalam penelitian ini dilakukan dengan
membandingkan hasil penelitian siklus pertama dan kedua. Hasil komparasi
tersebut digunakan untuk mengetahui indikator keberhasilan dan kegagalan
dalam setiap siklus. Indikator yang belum tercapai diperbaiki pada siklus
berikutnya sehingga dapat meningkatkan kemampuan siswa.
Teknik analisis kritis berkaitan dengan data kualitatif, yakni mencakup
kegiatan untuk mengungkap kelemahan dan kelebihan kinerja siswa dan guru
dalam proses pembelajaran. Hasil analisis tersebut dijadikan dasar dalam
penyusunan perencanaan tindakan untuk tahap berikutnya. Setelah kondisi
44

awal kemampuan menghitung siswa diketahui, peneliti bersama guru-guru


untuk merencanakan siklus tindakan untuk mengatasi masalah yang dihadapi.

H. Instrumen Pengumpulan Data


Setelah dilakukan analisis kuantitatif, kemudian dilakukan analisis
secara kualitatif yang digunakan untuk mengetahui keberhasilan tindakan guru
dan kolabolator serta peserta didik berdasarkan hasil penelitian di lapangan.
1. Lembar Aspek Penilaian Anak
Tabel 3.3
Indikator Penilaian Kemampuan Kognitif
Mengenal Konsep Bilangan
KB Tunas Bangsa I Kedungwungu Jatinegara

Skala
Sub N Penilaian
Variabel Indikator
Variabel o Belum
Tuntas Tuntas
Peningkatan Media 1 Anak mampu
kemampuan Kantong menyebutkan
kognitif konsep Bilangan angka 1-10.
bilangan pada 2 Anak dapat
anak usia 4-5 mengurutkan
tahun di KB angka 1 – 10.
Tunas Bangsa I 3 Anak dapat
Kedungwungu menghitung
Jatinegara Tegal sederhana

Tabel 3.4
Skor Skala Penilaian Kemampuan Kognitif

Skala Penilaian Skor Total


Belum Tuntas 180
Tuntas 270
45

2. Lembar Aspek Penilaian Kinerja Guru

Tabel 3.5
Rekapitulasi Observasi Kinerja Guru Siklus I

Skor Penilaian
No Aspek Yang Dinilai
4 3 2 1
1 Kemampuan guru mempersiapkan kelas
2 Kemampuan guru memberikan apersepsi
3 Kemampuan membuka proses
pembelajaran
4 Kemampuan guru menyampaikan materi
5 Kemampuan guru memberikan contoh
6 Kemampuan guru menggunakan media
pembelajaran
7 Kemampuan guru memotivasi siswa
8 Kemampuan guru memotivasi siswa
melakukan pengamatan proses
9 Kemampuan guru berkomunikasi dengan
siswa
10 Kemampuan guru memberikan tugas
11 Kemampuan guru memberikan penilaian
12 Kemampuan guru melakukan evaluasi
13 Kemampuan guru membuat kesimpulan
hasil belajar
14 Kemampuan guru menutup pelajaran
Jumlah
Jumlah Keseluruhan
Persentase

KETERANGAN :

Baik Sekali : 76 – 100 %


Baik : 56 – 75 %
Cukup : 26 – 55 %
Kurang : 10 – 25 %
46

3. Lembar Aspek Penilaian Keaktifan Siswa

Tabel 3.6
Lembar Aspek Penilaian Keaktifan Siswa

Skor Penilaian
No Aspek Yang Dinilai
4 3 2 1
1 Keterlibatan siswa baik secara fisik,
mental, emosional, maupun intelektual
dalam setiap proses pembelajaran
2 Siswa belajar secara langsung. Dalam
proses pembelajaran secara langsung,
konsep dan prinsip di berikan melalui
pengalaman nyata seperti merasakan,
meraba, mengoperasikan, melakukan
sendiri, dan lain sebagainya.
3 Adanya upaya siswa untuk menciptakan
iklim belajar yang kondusif.
4 Keterlibatan siswa dalam mencari dan
memanfaatkan setiap sumber belajar yang
tersedia yang dianggap relevan dengan
tujuan pembelajaran.
5 Keterlibatan siswa dalam melakukan
prakarsa seperti menjawab dan
mengajukan pertanyaan, berusaha
memecahkan masalah yang diajukan atau
yang timbul selama proses pembelajaran
berlangsung.
6 Siswa mampu berinteraksi multi-arah, baik
antara siswa dengan siswa atau antara guru
dengan siswa. interaksi ini juga ditandai
dengan keterlibatan semua siswa secara
merata
7 Keterlibatan siswa secara mandiri untuk
melaksanakan kegiatan tes, dan tugas-tugas
yang harus dikerjakannya.
Total Skor
KETERANGAN :
Baik Sekali : 76 – 100 %
Baik : 56 – 75 %
Cukup : 26 – 55 %
Kurang : 10 – 25 %
47

I. Indikator keberhasilan
Penelitian tindakan kelas sebagai tindakan untuk memperbaiki
pembelajaran yang berdampak pada motivasi dan hasil belajar anak yang
lebih baik. Dari pembelajaran tersebut diharapkan anak mampu
meningkatkan kemampuan kognitif dengan baik di sekolah.
Indikator keberhasilan dan instrumen penelitian dalam penelitian ini
didasarkan pada ketentuan sebagai berikut :
b. Indikator keberhasilan peningkatan belajar anak minimal ‘Berkembang
Sesuai Harapan’ dengan prosentase 80%.
c. Indikator kinerja guru minimal ‘Baik’.
d. Indikator kemampuan kognitif mengenal konsep bilangan , berkaitan
keaktifan belajar anak minimal ‘Baik’ dengan prosentase 80%
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Setting Penelitian


1. Sejarah Berdirinya KB Tunas Bangsa I Kedungwungu Jatinegara
KB TUNAS BANGSA 1 terletak di pelosok Dukuh Tampingan
Desa Kedungwungu kecamatan jatinegara. Lokasi KB Tunas Bangsa 1
berada di dataran tinggi dan dikelilingi dengan sawah dan kebun dapat
ditemui di sekitar KB TUNAS BANGSA 1 Kedungwungu Jatinegara.
Masyarakat yang hidup di pedesaan memiliki adat istiadat yang masih
terpelihara. Kerjasama dan gotong royong juga menjadi budaya yang
masih sering dijumpai di tengah-tengah masyarakat salah satunya saat
hari raya Islam seperti Idul Adha dan Idul Fitri. Sebagian besar
masyarakat bekerja sebagai petani dan perantauan yang rata-rata berlatar
belakang pendidikan hingga sekolah menengah.
KB Tunas Bangsa 1 bermitra dengan beberapa pihak dalam
penyediaan layanan yang holistik integratif untuk peserta didik, antara
lain :
• Layanan pendidikan bermitra dengan Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan Kecamatan Jatinegara
• Layanan kesehatan dan gizi bermitra dengan Puskesmas.
Peserta didik KB Tunas Bangsa 1 berusia 3 - 5 tahun berjumlah 18
anak yang terbagi menjadi 2 rombongan belajar yaitu kelas A (3-4 tahun)
berjumlah 8 anak dan B (4-5 tahun) berjumlah 10 anak Seluruh peserta
didik KB Tunas Bangsa 1 beragama Islam. Hampir 80 % peserta didik
berasal dari keluarga pedagang dan dari keluarga yang mata
pencahariannya bergantung dari hasil pertanian. Anak-anak terbiasa
bermain di alam baik sekitar rumah maupun sekolah.
KB Tunas Bangsa 1 menempati lahan seluas 6 x 4 m yang terdiri
dari satu bangunan persegi Panjang dan di sekat menjadi dua kelas.
Halaman sekolah juga memiliki lahan yang digunakan anak-anak

48
49

praktek bercocok tanam. Selain ruangan, di KB Tunas Bangsa 1 terdapat


tempat cuci tangan. Ruang kelas dilengkapi 12 meja dan 25 kursi ukuran
anak, rak buku bacaan, rak mainan anak, meja guru dan kursinya, dan
loker untuk menyimpan tas, sepatu dan perlengkapan anak.

Visi
“Terbentuknya Anak Yang Cerdas, CeriaDan Bertaqwa Kepada Allah
SWT.”
Misi
a. Membimbing dan membiasakan anak melakukan kegiatan sendiri,
Pembiasaan hidup bersih, sehat, dan berakhlak mulia secara
mandiri
b. Memfasilitasi kegiatan belajar yang aktif dan menyenangkan sesuai
dengan tahapan perkembangan, minat, dan potensi anak agar
menjadi anak yang cerdas
c. Menanamkan nilai-nilai agama dan moral untuk meningkatkan
ketakwaan kepada Allah SWT, agar menjadi anak yang sholeh dan
sholekha.
Tujuan
a. Mewujudkan dan Membantu anak agar bisa mandiri, jujur, senang
belajar , terampil dan bertanggungjawab.
b. Mewujudkan anak yang mampu merawat diri sendiri, teman dan
lingkungan sekitarnyadan agar lebih siap untuk memasuki
pendidikan dasar,.
c. Menjadikan anak yang mampu berfikir, berkomunikasi, bertindak
produktif dan kreatif
c. Membantu anak agar menjadi anak yang beriman dan bertakwa
kepada Allah SWT.
50

2. Profil Guru
Guru KB Tunas Bangsa I Kedungwungu Jatinegara ada 4 guru
yang sudah masuk pada guru tetap yayasan, sehingga setiap hari selalu
mengampu dan mengajar. Guru di KB Tunas Bangsa I Kedungwungu
Jatinegara berasal dari masyarakat sekitar, sehingga masyarakat secara
langsung mengetahui figur guru di KB Tunas Bangsa I Kedungwungu
Jatinegara.

3. Data Anak Didik

Tabel 4.1
Daftar nama peserta didik
KB Tunas Bangsa I Kedungwungu Jatinegara

Jenis
No Nama Anak Tempat Tanggal Lahir
Kelamin

1. R1 Tegal, 05 April 2019 P

2. R2 Tegal, 11 Mei 2019 P

3. R3 Tegal, 15 februari 2019 P

4. R4 Tegal, 30 Agustus 2018 P

5. R5 Tegal, 16 Oktober 2018 L

6. R6 Tegal , 28 Agustus 2018 P

7. R7 Tegal, 13 Agustus 2018 L

8. R8 Tegal, 04 April 2019 L

9. R9 Tegal, 26 Januari 2019 L

10. R10 Tegal, 02 November 2018 L


51

4. Sarana / Prasarana

Tabel 4.2

Sarana / Prasarana

Gedung / Ruang Alat Kegiatan Mebelair


Jum- Jum- Jum-
Jenis Nama Jenis Nama Jenis Nama
lah lah lah
Ruang Kelas 2 Papan Tulis 2 Meja Guru 5
Ruang Guru 1 TV - Kursi Guru 5
Tempat Cuci 2 CD - Kursi Tamu 2
Tangan
Kamar 1 Tape - Meja Anak 10
Mandi/WC Recorder
Tempat 1 Ayunan 1 Kursi Anak 10
Bermain di Jungkitan 1 Almari Guru 2
luar/dalam Peluncur 1 Rak Buku 10
Anak
Papan Titian 1 Rak Tempat 2
Mainan
Bola Dunia 1 Rak Sepatu 2
Bebek- 2
bebekan
Kapal- 4
kapalan

B. Hasil Penelitian
1. Pra Siklus
Pada pembelajaran pra siklus ini memfokuskan pada
permasalahan yang ada pada pembelajaran setiap harinya yang hanya
menggunakan tulisan pada papan tulis dan LKA. Dalam pra siklus, hasil
observasi guru pada kegiatan pembelajaran kecerdasan logika
matematika menunjukkan hasil bahwa belum mencapai yang diharapkan
yaitu belum mencapai indikator yang sesuai dengan perkembangan anak.
Hasil observasi dari kegiatan pembelajaran selama pra siklus
teridentifikasi bahwa dari 10 anak didik terdapat 8 anak atau sekitar 80%
52

masuk dalam kategori belum tuntas dan 2 anak atau 20% masuk dalam
kategori tuntas, hal ini menunjukkan bahwa masih diperlukan
perbaikan dalam meningkatkan kemampuan kognitif anak. Untuk
mengetahui hasil rekapitulasi observasi kemampuan kognitif pada KB
Tunas Bangsa I Kedungwungu Jatinegara sebagai berikut :

Tabel 4.3
Rekapitulasi
Kemampuan Kognitif Mengenal Konsep Bilangan
Pra Siklus

Kemampuan Kognitif mengenal konsep Bilangan


Per Anak dapat Anak dapat
N te Anak mampu
mengurutkan angka menghitung
o mu menyebutkan 1-10
1 – 10 sederhana
an
Belum Belum Belum
Tuntas Tuntas Tuntas
Tuntas Tuntas Tuntas

1 P1 6 18 4 18 6 16

2 P2 6 14 6 16 8 16

3 P3 6 16 8 14 4 16

Jumlah 18 48 18 18 18 48

Tabel 4.4
Rekapituasi Prosentase Hasil Belajar Pra Siklus

Rata-Rata Siklus I
Kategori
Total nilai Prosentase keberhasilan (%)

144 80% Belum Tuntas

54 20% Tuntas
(Perhitungan terlampir)
53

Gambar 4.1
Grafik Hasil Belajar Pra Siklus
Kemampuan Kognitif Mengenal Konsep Bilangan
KB Tunas Bangsa I Kedungwungu Jatinegara

90%

80%
80%
70%
60%
50%
TIDAK TUNTAS
40% TUNTAS
30%
20%
20%
10%
0%
Rata-Rata Pra Siklus

Dari gambar 4.1 kondisi awal anak diatas dapat diketahui bahwa
kemampuan kognitif mengenal konsep bilangan belum sesuai dengan
harapan. Karena dari jumlah keseluruhan anak, baru ada 2 anak atau
20% dengan kategori tuntas, sedangkan 8 anak atau 80% dengan
kategori belum tuntas. Dengan demikian pada KB Tunas Bangsa I
Kedungwungu Jatinegara masih perlu adanya bimbingan dan motivasi
pembelajaran serta pemberian metode yang tepat untuk meningkatkan
kemampuan kognitif mengenal konsep bilangan.

2. Siklus I
Siklus I : Perencanaan, Pelaksanaan, Pengamatan, Refleksi
Perencanaan pada satuan kegiatan harian ke-1 sampai ke-3 adalah :
a. Perencanaan
Menyediakan perangkat penelitian, meliputi :
54

1) Rencana Kegiatan Harian (RKH) yang mencakup: indikator,


kegiatan pembelajaran, alat/sumber belajar dan penilaian
perkembangan anak
2) Menyiapkan berbagai media pembelajaran
3) Membuat lembar observasi siswa
4) Membuat lembar hasil belajar siswa
b. Pelaksanaan Tindakan
Rencana pembelajaran yang telah dirancang pada tahap
perencanaan, dilaksanaan sepenuhnya pada tahap pelaksanaan ini.
Secara garis besar kegiatan dari RKH 1-3 mencakup hal-hal sebagai
berikut :
Pertemuan pertama (RKH-1)
1) Kegiatan awal meliputi : berbaris, salam dan doa, pl. Menirukan
gerakan katak yang sedang melompat, upacara bendera, bercerita
dengan teman.
2) Kegiatan inti pembelajaran : Menyebutkan angka 1-10,
mengurutkan angka 1-10, membentuk angka 1,2,3 di atas beras.
3) Istirahat meliputi : cuci tangan, berdoa, makan, bermain dengan
teman
4) Kegiatan penutup meliputi : bermain tebak angka, evaluasi dan
doa penutup.
Pertemuan kedua (RKH-2)
1) Kegiatan awal meliputi : berbaris, salam dan doa, PL, berdiri
jongkok jinjit berdiri.
2) Kegiatan inti pembelajaran : Mencocokkan angka, menaruh stik es
krim sesuai dengan kantong bilangan dan membuat angka 4 dari
stik es krim.
3) Istirahat meliputi : cuci tangan, berdoa, makan, bermain dengan
teman
4) Kegiatan penutup meliputi : bermain kartu bergambar, evaluasi
dan doa penutup.
55

Pertemuan ketiga (RKH-3)


1) Kegiatan awal meliputi : berbaris, salam dan doa, Pl.
Menggelindingkan bola.
2) Kegiatan inti pembelajaran : Membilang angka dan mengenalkan
menghitung sederhana dan mewarnai gambar bebek.
3) Istirahat meliputi : cuci tangan, berdoa, makan, bermain dengan
teman
4) Kegiatan penutup meliputi : bermain kartu bergambar angka ,
evaluasi dan doa penutup.
c. Observasi
Observasi dilakukan dari awal sampai akhir proses pembelajaran
untuk mencatat partisipasi siswa, meliputi: konsentrasi siswa,
antusiasme siswa, tanggungjawab siswa, keberanian siswa mengajukan
pertanyaan, dan keberanian siswa menjawab pertanyaan.
Dari hasil kegiatan pembelajaran meningkatkan kemampuan
kognitif mengenal konsep bilangan, hasilnya mulai menunjukkan hasil
yang cukup, walaupun memang belum semua anak melakukan dengan
baik. Hal ini ditunjukkan masih ada anak-anak pada KB Tunas Bangsa
I Kedungwungu Jatinegara yang masih bingung dan ragu-ragu ketika
melakukan kegiatan tersebut, sehingga hasilnya belum maksimal.
56

Tabel 4.5
Kemampuan Kognitif Mengenal Konsep Bilangan
Siklus I
Pertemuan 1

Kemampuan Kognitif mengenal konsep Bilangan


Anak dapat Anak dapat
N Anak mampu
Nama mengurutkan angka menghitung
menyebutkan 1-10
o Anak 1 – 10 sederhana
Belum Belum Belum
Tuntas Tuntas Tuntas
Tuntas Tuntas Tuntas

1 R1 3 3 3

2 R2 3 3 3

3 R3 2 2 3

4 R4 2 2 2

5 R5 2 2 3

6 R6 2 2 2

7 R7 2 2 2

8 R8 2 2 2

9 R9 2 2 2

10 R10 2 3 2

Jumlah 6 18 9 14 12 10
57

Tabel 4.6

Kemampuan Kognitif Mengenal Konsep Bilangan


Siklus I
Pertemuan 2

Kemampuan Kognitif mengenal konsep Bilangan


Anak dapat Anak dapat
N Anak mampu
Nama mengurutkan angka menghitung
menyebutkan 1-10
o Anak 1 – 10 sederhana
Belum Belum Belum
Tuntas Tuntas Tuntas
Tuntas Tuntas Tuntas

1 R1 2 3 3

2 R2 2 3 3

3 R3 2 2 2

4 R4 2 2 2

5 R5 3 3 2

6 R6 3 2 2

7 R7 2 2 2

8 R8 2 2 2

9 R9 3 3 3 2

10 R10 2 3 2

Jumlah 9 14 15 10 9 16
58

Tabel 4.7

Kemampuan Kognitif Mengenal Konsep Bilangan


Siklus I
Pertemuan 3

Kemampuan Kognitif mengenal konsep Bilangan


Anak dapat Anak dapat
N Anak mampu
Nama mengurutkan angka menghitung
menyebutkan 1-10
o Anak 1 – 10 sederhana
Belum Belum Belum
Tuntas Tuntas Tuntas
Tuntas Tuntas Tuntas

1 R1 3 3 3

2 R2 3 2 3

3 R3 3 3 3

4 R4 2 3 3

5 R5 3 3 3

6 R6 2 2 2

7 R7 2 2 3

8 R8 2 2 2

9 R9 3 3 2

10 R10 2 2

Jumlah 15 10 15 8 18 8
59

Tabel 4.8

Rekapitulasi
Kemampuan Kognitif Mengenal Konsep Bilangan
Siklus I

Kemampuan Kognitif mengenal konsep Bilangan


Anak dapat Anak dapat
N Anak mampu
Perte mengurutkan angka menghitung
menyebutkan 1-10
o muan 1 – 10 sederhana
Belum Belum Belum
Tuntas Tuntas Tuntas
Tuntas Tuntas Tuntas

1 P1 6 18 9 14 12 12

2 P2 9 14 15 10 9 14

3 P3 15 10 15 8 18 8

Jumlah 30 42 39 32 39 34

Tabel 4.9
Rekapitulasi Prosentase Hasil Belajar Siklus I

Rata-Rata Siklus I
Kategori
Prosentase keberhasilan
Total nilai
(%)

108 60 % Belum tuntas

108 40 % Tuntas
(Perhitungan terlampir.)
60

Gambar 4.2
Grafik Hasil Belajar Siklus I
Kemampuan Kognitif Mengenal Konsep Bilangan
KB Tunas Bangsa I Kedungwungu Jatinegara

70%

60%
60%

50%
40%
40%
BELUM TUNTAS
30% TUNTAS

20%

10%

0%
Rata-Rata Siklus I

Tabel 4.10
Rekapitulasi Observasi Kinerja Guru Siklus I

Skor Penilaian
No Aspek Yang Dinilai
4 3 2 1
1 Kemampuan guru mempersiapkan kelas 4
2 Kemampuan guru memberikan apersepsi 4
3 Kemampuan membuka proses
4
pembelajaran
4 Kemampuan guru menyampaikan materi 4
5 Kemampuan guru memberikan contoh 3
6 Kemampuan guru menggunakan media
2
pembelajaran
7 Kemampuan guru memotivasi siswa 2
8 Kemampuan guru memotivasi siswa
2
melakukan pengamatan proses
9 Kemampuan guru berkomunikasi dengan
2
siswa
10 Kemampuan guru memberikan tugas 2
61

Skor Penilaian
No Aspek Yang Dinilai
4 3 2 1
11 Kemampuan guru memberikan penilaian 2
12 Kemampuan guru melakukan evaluasi 2
13 Kemampuan guru membuat kesimpulan
3
hasil belajar
14 Kemampuan guru menutup pelajaran 4
Jumlah 5 2 7
Jumlah Keseluruhan 20 6 14
Persentase = (40 : 56) x 100 = 71,5% BAIK

KETERANGAN :
Baik Sekali : 76 – 100 %
Baik : 56 – 75 %
Cukup : 26 – 55 %
Kurang : 10 – 25 %

Observasi terhadap kinerja guru pada peningkatan kemampuan


kognitif mengenal konsep bilangan dengan media kantong bilangan
pada siklus I sudah baik karena nilai tercapai 71,5 %.

Tabel 4.11
Rekapitulasi Keaktifan Siswa Siklus I

Skor Penilaian
No Aspek Yang Dinilai
4 3 2 1
1 Keterlibatan siswa baik secara fisik, 2
mental, emosional, maupun intelektual
dalam setiap proses pembelajaran
2 Siswa belajar secara langsung. Dalam 3
proses pembelajaran secara langsung,
konsep dan prinsip di berikan melalui
pengalaman nyata seperti merasakan,
meraba, mengoperasikan, melakukan
sendiri, dan lain sebagainya.
3 Adanya upaya siswa untuk menciptakan 3
iklim belajar yang kondusif.
4 Keterlibatan siswa dalam mencari dan 3
memanfaatkan setiap sumber belajar
62

Skor Penilaian
No Aspek Yang Dinilai
4 3 2 1
yang tersedia yang dianggap relevan
dengan tujuan pembelajaran.
5 Keterlibatan siswa dalam melakukan 2
prakarsa seperti menjawab dan
mengajukan pertanyaan, berusaha
memecahkan masalah yang diajukan atau
yang timbul selama proses pembelajaran
berlangsung.
6 Siswa mampu berinteraksi multi-arah, 3
baik antara siswa dengan siswa atau
antara guru dengan siswa. interaksi ini
juga ditandai dengan keterlibatan semua
siswa secara merata
7 Keterlibatan siswa secara mandiri untuk 2
melaksanakan kegiatan tes, dan tugas-
tugas yang harus dikerjakannya.
Jumlah 4 3
Jumlah Keseluruhan 12 6
Persentase = (18 : 28) x 100 %= 64,3% BAIK

KETERANGAN :
Baik Sekali : 76 – 100 %
Baik : 56 – 75 %
Cukup : 26 – 55 %
Kurang : 10 – 25 %

Observasi terhadap keaktifan siswa pada peningkatan


kemampuan kognitif mengenal konsep bilangan dengan media
kantong bilangan pada siklus I baik karena nilai tercapai 64,3 %.

d. Refleksi
Dari kegiatan yang dilakukan di kegiatan inti, pada tabel 4.2
menunjukkan hasil yang diperoleh siswa dalam siklus 1, dari 10
siswa yang memenuhi standart “Tuntas” 60 %, memenuhi standar
“Belum Tuntas” adalah 40 %.
63

Berdasarkan refleksi dari kegiatan siklus I diatas maka untuk


meningkatkan hasil dan kualitas pembelajaran perlu diadakan
perbaikan dengan melakukan siklus II.

3. Siklus II
Siklus II : Perencanaan, Pelaksanaan, Pengamatan, Refleksi
Perencanaan pada satuan kegiatan harian ke-1 sampai ke-3 adalah :
a. Perencanaan
Menyediakan perangkat penelitian, meliputi :
a. Rencana Kegiatan Harian (RKH) yang mencakup: indikator,
kegiatan pembelajaran, alat/sumber belajar dan penilaian
perkembangan anak
b. Menyiapkan berbagai media pembelajaran
c. Membuat lembar observasi siswa
d. Membuat lembar hasil belajar siswa
b. Pelaksanaan Tindakan
Rencana pembelajaran yang telah dirancang pada tahap
perencanaan, dilaksanaan sepenuhnya pada tahap pelaksanaan ini.
Secara garis besar kegiatan dari RKH 1-3 mencakup hal-hal sebagai
berikut :
Pertemuan pertama (RKH-1)
1) Kegiatan awal meliputi : berbaris, salam dan doa, pl. Melompat
seperti katak, upacara bendera, mendengarkan cerita fabel.
2) Kegiatan inti pembelajaran : Menghitung jumlah stik es krim,
memasukkan stik es krim ke kantong bilangan, menyusun stik
es krim menjadi jembatan.
3) Istirahat meliputi : cuci tangan, berdoa, makan, bermain.
4) Kegiatan penutup meliputi : tebak angka, evaluasi dan doa
penutup.
Pertemuan kedua (RKH-2)
64

1) Kegiatan awal meliputi : berbaris, salam dan doa, pl. Bergerak


jongkok jinjit berdiri, bincang-bincang tentang burung.
2) Kegiatan inti pembelajaran : Membuat angka 7 dari stik es krim,
mencocokkan jumlah stik es krim dengan angka yang ada di
kantong bilangan , menghitung sederhana.
3) Istirahat meliputi : cuci tangan, berdoa, makan, bermain.
4) Kegiatan penutup meliputi : tebak angka, evaluasi dan doa
penutup.
Pertemuan ketiga (RKH-3)
1) Kegiatan awal meliputi : berbaris, salam dan doa, Pl.
Menggelindingkan bola, senam irama ceria.
2) Kegiatan inti pembelajaran : Membilang 1-10, mengurutkan
angka 1-10 dan mengelompokkan stik es krim sesuai angka di
kantong bilangan.
3) Istirahat meliputi : cuci tangan, berdoa, makan, bermain dengan
teman
4) Kegiatan penutup meliputi : bincang-bincang tentang ayam,
evaluasi dan doa penutup.

c. Observasi
Hasil observasi dan belajar anak pada siklus II di atas dapat
diihat dalam tabel data obseravsi berikut ini :
65

Tabel 4.12
Kemampuan Kognitif Mengenal Konsep Bilangan
Siklus II
Pertemuan 1

Kemampuan Kognitif mengenal konsep Bilangan


Anak dapat Anak dapat
N Anak mampu
Nama mengurutkan angka menghitung
menyebutkan 1-10
o Anak 1 – 10 sederhana
Belum Belum Belum
Tuntas Tuntas Tuntas
Tuntas Tuntas Tuntas

1 R1 3 2 3

2 R2 3 2 3

3 R3 3 2 3

4 R4 3 2 3

5 R5 3 3 3

6 R6 3 3 3

7 R7 2 3 3

8 R8 2 3 3

9 R9 2 3 2

10 R10 2 3 2

Jumlah 24 4 18 8 24 4
66

Tabel 4.13
Kemampuan Kognitif Mengenal Konsep Bilangan
Siklus II
Pertemuan 2

Kemampuan Kognitif mengenal konsep Bilangan


Anak dapat Anak dapat
N Anak mampu
Nama mengurutkan angka menghitung
menyebutkan 1-10
o Anak 1 – 10 sederhana
Belum Belum Belum
Tuntas Tuntas Tuntas
Tuntas Tuntas Tuntas

1 R1 2 3 2

2 R2 2 3 2

3 R3 3 3 2

4 R4 3 3 3

5 R5 3 3 3

6 R6 3 3 3

7 R7 3 3 3

8 R8 3 3 3

9 R9 3 2 3

10 R10 3 2 3

Jumlah 24 4 24 4 24 6
67

Tabel 4.14

Kemampuan Kognitif Mengenal Konsep Bilangan


Siklus II
Pertemuan 3

Kemampuan Kognitif mengenal konsep Bilangan


Anak dapat Anak dapat
N Anak mampu
Nama mengurutkan angka menghitung
menyebutkan 1-10
o Anak 1 – 10 sederhana
Belum Belum Belum
Tuntas Tuntas Tuntas
Tuntas Tuntas Tuntas

1 R1 3 3 3

2 R2 3 3 1

3 R3 3 3 1

4 R4 3 3

5 R5 3 3

6 R6 3 3 3

7 R7 2 2

8 R8 3 3

9 R9 3 3

10 R10 3 3

Jumlah 27 2 27 2 27 2
68

Tabel 4.15

Rekapitulasi
Kemampuan Kognitif Mengenal Konsep Bilangan
Siklus II

Kemampuan Kognitif mengenal konsep Bilangan


Anak dapat Anak dapat
N Perte- Anak mampu
mengurutkan angka menghitung
menyebutkan 1-10
o muan 1 – 10 sederhana
Belum Belum Belum
Tuntas Tuntas Tuntas
Tuntas Tuntas Tuntas

1 P1 24 4 18 8 24 4

2 P2 24 4 24 4 21 6

3 P3 27 2 27 2 27 2

Jumlah 75 10 66 10 75 16

Tabel 4.16
Rekapituasi Prosentase Hasil Belajar Siklus II

Rata-Rata Siklus I
Kategori
Jumlah Prosentase keberhasilan (%)

36 20% Belum Tuntas

216 80% Tuntas


(Perhitungan terlampir.)
69

Gambar 4.3
Grafik Hasil Belajar Siklus II
Kemampun Kognitif Mengenal Konsep Bilangan
KB Tunas Bangsa I Kedungwungu Jatinegara

90%

80%
80%
70%
60%
50%
BELUM TUNTAS
40% TUNTAS
30%
20%

20%
10%
0%
Rata-Rata Siklus II

Tabel 4.17

Rekapitulasi Observasi Kinerja Guru Siklus II

Skor Penilaian
No Aspek Yang Dinilai
4 3 2 1
1 Kemampuan guru mempersiapkan kelas 3
2 Kemampuan guru memberikan apersepsi 3
3 Kemampuan membuka proses 4
pembelajaran
4 Kemampuan guru menyampaikan materi 4
5 Kemampuan guru memberikan contoh 4
6 Kemampuan guru menggunakan media 4
pembelajaran
7 Kemampuan guru memotivasi siswa 3
8 Kemampuan guru memotivasi siswa 4
melakukan pengamatan proses
9 Kemampuan guru berkomunikasi dengan 3
siswa
10 Kemampuan guru memberikan tugas 3
70

Skor Penilaian
No Aspek Yang Dinilai
4 3 2 1
11 Kemampuan guru memberikan penilaian 3
12 Kemampuan guru melakukan evaluasi 3
13 Kemampuan guru membuat kesimpulan 3
hasil belajar
14 Kemampuan guru menutup pelajaran 4
Jumlah 6 8
Jumlah Keseluruhan 24 24
Persentase = (48 : 56) x 100 %= 85,7% BAIK SEKALI

KETERANGAN :
Baik Sekali : 76 – 100 %
Baik : 56 – 75 %
Cukup : 26 – 55 %
Kurang : 10 – 25 %

Observasi terhadap kinerja guru pada peningkatan kemampuan


kognitif mengenal konsep bilangan dengan media kantong bilangan
pada siklus II mengalami peningkatan sudah baik sekali tercapai 85,7%.

Tabel 4.18
Rekapitulasi Keaktifan Siswa Siklus II
Skor Penilaian
No Aspek Yang Dinilai
4 3 2 1
1 Keterlibatan siswa baik secara fisik, 4
mental, emosional, maupun intelektual
dalam setiap proses pembelajaran
2 Siswa belajar secara langsung. Dalam 3
proses pembelajaran secara langsung,
konsep dan prinsip di berikan melalui
pengalaman nyata seperti merasakan,
meraba, mengoperasikan, melakukan
sendiri, dan lain sebagainya.
3 Adanya upaya siswa untuk menciptakan 4
iklim belajar yang kondusif.
4 Keterlibatan siswa dalam mencari dan 4
memanfaatkan setiap sumber belajar yang
tersedia yang dianggap relevan dengan
tujuan pembelajaran.
5 Keterlibatan siswa dalam melakukan 3
71

Skor Penilaian
No Aspek Yang Dinilai
4 3 2 1
prakarsa seperti menjawab dan
mengajukan pertanyaan, berusaha
memecahkan masalah yang diajukan atau
yang timbul selama proses pembelajaran
berlangsung.
6 Siswa mampu berinteraksi multi-arah, baik 4
antara siswa dengan siswa atau antara guru
dengan siswa. interaksi ini juga ditandai
dengan keterlibatan semua siswa secara
merata
7 Keterlibatan siswa secara mandiri untuk 3
melaksanakan kegiatan tes, dan tugas-tugas
yang harus dikerjakannya.
Jumlah 4 3
Jumlah Keseluruhan 16 9
Persentase = (25 : 28) x 100 %= 89,3% BAIK SEKALI

KETERANGAN :
Baik Sekali : 76 – 100 %
Baik : 56 – 75 %
Cukup : 26 – 55 %
Kurang : 10 – 25 %

Observasi terhadap keaktifan siswa pada peningkatan


peningkatan kemampuan kognitif mengenal konsep bilangan melalui
media kantong bilangan pada siklus II mengalami peningkatan sudah
baik sekali tercapai 89,3%.

d. Refleksi
Berdasarkan dari data penilaian pada tabel 4.15 rekapitulasi hasil
belajar kemampuan kognitif mengenal konsep bilangan pada siklus II
dapat dilihat bahwa hasil belajar “Kemampuan kognitif mengenal
konsep bilangan melalui media kantong bilangan pada KB Tunas
Bangsa I Kedungwungu Jatinegara” menunjukkan adanya
peningkatan yang maksimal. Hal ini dapat dilihat dari 10 anak, Pada
siklus II yang Dari kegiatan yang dilakukan di kegiatan inti, yang
72

memenuhi standart “Belum Tuntas” 20%, memenuhi standar


“Tuntas” adalah 80%
Pada siklus II ini sudah memenuhi indikator keberhasilan yaitu
berkembang sesuai harapan 80% . Dengan demikian penelitian ini
sudah sesuai dengan harapan penulis karena anak yang sudah
menguasai materi pembelajaran sudah di atas 70%. Dapat
disimpulkan bahwa mengenal konsep bilangan dengan media
kantong bilangan dapat meningkatkan kemampuan kognitif di KB
Tunas Bangsa I Kedungwungu Jatinegara.

C. Pembahasan
1. Pra Siklus
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti,
pengelola yayasan dan pendidik pada pra siklus , maka diperoleh hasil
sebagai berikut:

a. Pada pertemuan pertama anak-anak didik belum antusias dengan proses


pembelajaran mengenal konsep bilangan dengan media kantong
bilangan.
b. Pada pertemuan kedua anak-anak didik sedikit mulai antusias
mengikuti pembelajaran mengenal konsep bilangan dengan media
kantong bilangan.
c. Kefokusan anak terhadap kegiatan tidak mengalami kenaikan yang
signifikan karena tidak adanya motivasi untuk anak atas peningkatan
kemampuan kognitif mengenal konsep bilangan melalui media kantong
bilangan.
Hasil penelitian pada pra siklus anak yang memiliki kemampuan
kognitif mengenal konsep bilangan dengan media kantong bilangan
dengan kategori “Belum Tuntas” ada 8 anak atau 80%, sedangkan dengan
ketegori “Tuntas” ada 2 anak atau 20 %. Karena capaian peneliti belum
73

sesuai dengan standart yang dicapai maka peneliti melanjutkan penelitian


dengan perbaikan pada siklus I.

2. Siklus I
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti,
pengelola yayasan dan pendidik pada siklus I, maka diperoleh hasil
sebagai berikut:
d. Pada pertemuan pertama anak-anak didik masih kurang antusias
dengan proses pembelajaran mengenal konsep bilangan dengan media
kantong bilangan.
e. Pada pertemuan kedua anak-anak didik mulai antusias mengikuti
pembelajaran mengenal konsep bilangan dengan media kantong
bilangan.
f. Kefokusan anak terhadap kegiatan belum mengalami kenaikan yang
signifikan karena tidak adanya motivasi untuk anak atas peningkatan
kemampuan kognitif mengenal konsep bilangan melalui media kantong
bilangan.
Hasil penelitian pada siklus I anak yang memiliki kemampuan
kognitif mengenal konsep bilangan dengan media kantong bilangan
dengan kategori “Belum Tuntas” ada 4 anak atau 40%, sedangkan dengan
ketegori “Tuntas” ada 6 anak atau 60 %. Karena capaian peneliti belum
sesuai dengan standart yang dicapai maka peneliti akan melanjutkan
penelitian dengan perbaikan pada siklus II.

3. Siklus II
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti,
pengelola yayasan dan pendidik pada siklus II, maka diperoleh hasil
sebagai berikut:
a. Setelah diberikan media kantong bilangan yang menarik dan
menyenangkan anak menjadi lebih semangat dalam mengenal konsep
bilangan dalam rangka peningkatan kemampuan kognitif.
74

b. Setelah diberikan motivasi dan komunikasi yang efektif dari guru, anak
dengan senang dan cepat dalam menyelesaikan tugas mengenal konsep
bilangan dengan media kantong bilangan.
c. Peran serta guru pada sikus II mengalami peningkatan yang sangat baik
sehingga anak didik pun dengan mudah menyerap semua materi yang
disampaikan oleh guru.
d. Mengenal konsep bilangan dengan media kantong bilangan pada siklus
II ini hasilnya sangat memuaskan. Sehingga peneliti berhenti
mengadakan penelitian sampai pada sikus II saja.

Hasil observasi pada siklus II jumlah anak yang memiliki


kemampuan kognitif mengenal konsep bilangan dengan media kantong
bilangan dengan kategori “Belum Tuntas” mencapai 20% dan “Tuntas”
mencapai 80%. Pada siklus II ini mengalami kenaikan maka hasil tersebut
sudah di atas indikator kriteria ketuntasan yaitu 70%. Untuk itu penelitian
ini dapat dikatakan berhasil dan penelitian ini dapat dihentikan.
75

Tabel 4.19
Rekapituasi Prosentase Hasil Belajar
Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II

Siklus Prosentase keberhasilan (%) Kategori

Pra Siklus 20% Tuntas

Siklus I 60% Tuntas

Siklus II 80% Tuntas

Gambar 4.4
Grafik Rekapitulasi Ketuntasan Hasil Belajar
Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II
Kemampuan Kognitif Mengenal Konsep Bilangan
KB Tunas Bangsa I Kedungwungu Jatinegara

90%
80%

80%
70%
60%

60%
50% Pra Siklus
40% Siklus I
Siklus II
30%
20%

20%
10%
0%
Prosentase Keberhasilan
76

Tabel 4.20
Rekapitulasi Observsi Kinerja Guru
Siklus I dan Siklus II

Siklus Prosentase keberhasilan (%) Kategori

Siklus I 73 % Baik

Siklus II 89,3 % Baik Sekali

Gambar 4.5
Grafik Rekapitulasi Observasi Kinerja Guru
Siklus I dan Siklus II
Kemampuan Kognitif Mengenal Konsep Bilangan
KB Tunas Bangsa I Kedungwungu Jatinegara

100%
89%

90%
73%

80%
70%
60%
50% Siklus I
40% Siklus II

30%
20%
10%
0%
Prosentase Keberhasilan
77

Tabel 4.21
Rekapitulasi Keaktifan Siswa
Siklus I dan Siklus II

Siklus Prosentase keberhasilan (%) Kategori

Siklus I 64,3 % Baik

Siklus II 89,3 % Baik Sekali

Gambar 4.6
Grafik Rekapitulasi Keaktifan Siswa
Siklus I dan Siklus II
Kemampuan Kognitif Mengenal Konsep Bilangan
KB Tunas Bangsa I Kedungwungu Jatinegara

100%
89%

90%
80%
64%

70%
60%
50% Siklus I
40% Siklus II

30%
20%
10%
0%
Prosentase Keberhasilan
BAB V
PENUTUP

A. Simpulan
Berdasarkan hasil dari penelitian “Upaya Meningkatkan Kemampuan
Kognitif Konsep Bilangan Melalui Media Kantong Bilangan Pada Anak Usia
4-5 Tahun Di KB Tunas Bangsa I Kedungwungu Jatinegara Tegal” dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Pada pra siklus diperoleh kemampuan mengenal konsep bilangan
sebesar 20%. Pada siklus I diperoleh 60 % meningkat pada siklus 2
sebesar 80 %. Peningkatan kemampuan kognitif konsep bilangan secara
efektif meningkat sebesar 20%.
2. Kinerja guru mengalami peningkatan dari 75% menjadi 91,1%.
3. Keaktifan siswa juga mengalami peningkatan dari 67,86% menjadi
92,86%.
Hipotesis tindakan bahwa kemampuan kognitif mengenal konsep
bilangan dapat ditingkatkan melalui kantong bilangan pada anak usia 4-5
tahun di KB Tunas Bangsa I Kedungwungu Jatinegara Tegal terbukti dan
dapat diterima.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan tersebut di atas, maka terdapat beberapa hal
yang sebaiknya dilakukan oleh guru sebagai pendidik khususnya pendidik usia
dini dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. Adapun hal-hal yang perlu
dilakukan diantaranya sebagai berikut :
1. Bagi Pendidik
a. Hendaknya seorang guru menentukan metode dan media yang akan
digunakan dalam proses pembelajaran sehingga anak tidak bosan dan
penggunaan media hendaknya bervariasi (tidak monoton) sehingga
menarik anak didik dan membuat suasana belajar mengajar menjadi
hidup dan semangat.
78
79

b. Seorang guru perlu menyiapkan segala sesuatu yang akan digunakan


dalam pembelajaran seperti perencanaan, penyajian materi, alat peraga,
dan menyiapkan tempat untuk proses pembelajaran.
c. Hendaknya pendidik menggunakan bahasa yang sederhana, jelas, dan
mudah dimengerti anak.
d. Memberikan motivasi dan bimbingan pada setiap anak, sehingga tidak
ada anak yang merasa kurang diperhatikan.

2. Bagi Orang Tua


Diharapkan anak mampu meningkatkan seluruh aspek
perkembangan anak melalui kegiatan berekplorasi dengan media kreatif
yang disediakan pendidik, sehingga dapat menunjang pendidikan
selanjutnya.

3. Bagi Sekolah
Sekolah harus dapat membantu mendukung kinerja guru dengan
fasilitas alat dan bahan yang dibutuhkan pendidik untuk menunjang
kegiatan pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Azhar. (2014). Media Pembelajaraan. Jakarta: PT. Raja Grafindo.


Persada. Arikunto

Daryono. 2012. Media Pembelajaran . Bandung: penerbit CV,Yarma Media

Devianti, Ayunita (2013), Panduan Lengkap Mencerdaskan Otak Anak Usia 1-6
Tahun.Yogyakarta: Araska.

Elfiadi (2016) Bermain dan permainan anak usia dini


Jurnal Anak Usia Dini

Hasbi Muhammad (2020) Bermain bermakna di rumah.


Jakarta : Dirjen PAUD

Masnipal. 2013. Siap Menjadi Guru dan Pengelola PAUD Profesional. Jakarta :
PT.Elex Media Komputindo

Muhammad Fadlillah (2012), Desain Pembelajaran PAUD, (Tinjauan Teoritik


& Praktis), Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012)

Nur Saudah (2021), Manfaat Bermain Anak Usia Dini, ( Artikel Kementrian
Pendidikan, kebudayaan, Riset dan Teknologi)

Permendikbud 18 tahun 2018 tentang Penyediaan Layanan PAUD 

Sahiba (2016), PENELITIAN TINDAKAN KELAS : Meningkatkan pemahaman


konsep bilangan melalui permainan kantong ajaib di TK Baadia
kecamatan Murhum Kota Baubau
Umi Khasanah, Dra. Nurhenti Dorlina (2022), JURNAL PENDIDIKAN :
Meningkatkan kemampuan kognitif anak dalam mengenal lambang
bilangan melalui permainan kantong angka
unita Marlina Salang ( 2022), JURNAL BIMBINGAN DAN KONSELING :
Pengaruh Media Kantong Bilangan Animasi Terhadap Kemampuan
Berhitung Anak Paud Kasih Ibu Subo.”

80
Lampiran :

Perhitungan Pra Siklus:

Total Nilai Belum Tuntas


DP= x 100 %
Jumlah anak X ( Indikator X Jumlah pertemuan ) X 2

108
DP= x 100 %
10 X (3 X 3 ) X 2

108
DP= x 100 %
10 X 18

108
DP= x 100 %
180

DP=60 % (BelumTuntas)

Total Nilai Tuntas


DP= x 100 %
Jumlah anak X ( Indikator X Jumlah pertemuan ) X 3

108
DP= x 100 %
10 X (3 X 3 ) X 3

108
DP= x 100 %
10 X 27

108
DP= x 100 %
270

DP=40 %(Tuntas)

81
Perhitungan Siklus I :

Total Nilai Belum Tuntas


DP= x 100 %
Jumlah anak X ( Indikator X Jumlah pertemuan ) X 2

108
DP= x 100 %
10 X (3 X 3 ) X 2

108
DP= x 100 %
10 X 18

108
DP= x 100 %
180

DP=60 % (BelumTuntas)

Total Nilai Tuntas


DP= x 100 %
Jumlah anak X ( Indikator X Jumlah pertemuan ) X 3

108
DP= x 100 %
10 X (3 X 3 ) X 3

108
DP= x 100 %
10 X 27

108
DP= x 100 %
270

DP=40 %(Tuntas)

82
83
Perhitungan Siklus II :

Total Nilai Belum Tuntas


DP= x 100 %
Jumlah anak X ( Indikator X Jumlah pertemuan ) X 2

36
DP= x 100 %
10 X (3 X 3 ) X 2

36
DP= x 100 %
10 X 18

36
DP= x 100 %
180

DP=20 % (Belum Tuntas)

Total Nilai Tuntas


DP= x 100 %
Jumlah anak X ( Indikator X Jumlah pertemuan ) X 2

216
DP= x 100 %
10 X (3 X 3) X 3

216
DP= x 100 %
10 X 27

216
DP= x 100 %
270

DP=80 % (Tuntas)

83
84

Anda mungkin juga menyukai