2950
JURNAL KOMUNITAS
Research & Learning in Sociology and Anthropology
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/komunitas
Permalink/DOI: http://dx.doi.org/10.15294/komunitas.v6i1.2950
Abstract
Fishing communities experiencing socio-economic transformation as a result of development and market
penetration. Socio-economic transformation is followed by significant change in economic institutions, as
fishermen have to construct a new economic institutions which are supposed to maintain the livelihood
in survival conditions and in accordance with the changes. This research was to explore how economic
institution transformation happens and its effect on economic security in coastal fishing communities
in Ujung Kulon. The method uses a qualitative approach and the type of research uses a case study
research. Results of the research showed coastal fishing communities in Ujung Kulon transformed
economic institutions of patronage based morality becomes the norm based market economy. In the era
of market economy, patronage remains an alternative economic institutions built to survive the crisis and
uncertainty and livelihood fluctuated. The fact is related to economic security, institutional patronage
morality in the past to provide security over the fishing economy in crisis situations rather than norm
-based patronage institutions of the market economy. In situations where the institution of patronage can
not fully function as economic security institutions of fishermen, then to survive on less secure economic
situation of fishermen rely on alternative economic relations are provided markets outside patronage.
UNNES JOURNALS
Jurnal Komunitas 6 (1) (2014): 115-134 117
main tersendiri, seperti yang dikemukakan tingkat subsisten. Pendapat senada juga
sebagai berikut: dikemukakan Khan (2001), bahwa dalam
sistem produksi agraria yang cenderung
The patron client – an exchange relation- subsisten di Asia Selatan dan Asia Tengga-
ship between roles- may be defined as a ra pada umumnya, maka pranata patronase
special case of dyadic (two person) ties merupakan relasi struktural moralitas yang
involving a largely instrumental friend- menentukan survivalitas sosial terutama
ship in which an individual of higher so-
dalam sistem produksi dan distribusi. Lyon
cioeconomic status (patron) uses his own
influence and resources to provide protec- (2002) memperkuat kedua pendapat di atas
tion or benefits, or both, for a person of bahwa patronase berbasis moralitas dalam
lower status (client) who, for his part, re- pertukaran sosial memang lazim terdapat
ciprocates by offering general support and dalam masyarakat yang baru berkembang
assistance, including personal services to dan digambarkan sebagai hubungan priba-
the patron. di yang berwujud jaringan sosial antara dua
pihak atau lebih yang melakukan relasi yang
Patron klien disebutnya sebagai hu- bersifat sukarela dan timbal balik yang di-
bungan pertukaran antara peran di mana dasarkan pada hubungan kekeluargaan dan
satu pihak memiliki status sosial ekonomi kedekatan secara sosial.
lebih tinggi (patron) menggunakan penga- Sebaliknya dari aliran ekonomi rasio-
ruh dan sumber daya sendiri untuk mem- nal, pranata ekonomi patronase memiliki
berikan perlindungan atau manfaat, atau makna yang berbeda dari pengertian patro-
keduanya, untuk pihak yang memiliki sta- nase yang telah dikemukakan tokoh-tokoh
tus lebih rendah (klien) yang membalasnya aliran ekonomi moralitas. Popkin (1986)
dengan menawarkan dukungan umum dan membenarkan bahwa sistem pranata ekono-
bantuan, termasuk jasa pribadi kepada pat- mi patronase lekat dengan masyarakat Asia
ron. tenggara, namun Popkin tidak setuju de-
Pendapat Scott di atas mengandung ngan pendapat yang mengatakan bahwa
makna moralitas yang terkandung dalam etika ekonomi yang bermain dalam pranata
ikatan ekonomi vertikal, di mana kedua be- ekonomi patronase dilandasi ekonomi mo-
lah pihak yang terlibat dalam satu ikatan ral. Menurutnya, petani Asia Tenggara sa-
saling beresiprositas dan bertukar dalam ngat rasional, sehingga etika-etika ekonomi,
hal manfaat hubungan keduanya. Definisi pola relasi dan rasionalitas yang mendasa-
inilah semakin mengukuhkan posisi Scott rinya sudah mencerminkan bahwa petani
sebagai salah seorang eksponen dari ali- sudah benar-benar rasional. Popkin sa-
ran ekonomi moral. Dalam karyanya yang Ingat percaya pada kekuatan pasar.
lain Scott juga menjelaskan bahwa prana- Pendapat Scott tentang kemurahan hati
ta ekonomi ekonomi patronase merupa- patron (basis ekonomi moral Scott) men-
kan sistem ekonomi yang terbangun atas jamin subsistensi klien dengan tujuan me-
solidaritas ekonomi kolektif yang informal langgengkan hubungan ekonomi dan me-
untuk menjaga kepentingan subsistensi niadakan pengaruh pasar ditentang secara
pihak ekonomi lemah. Dengan anggapan total oleh Popkin. Menurutnya tidak men-
seperti ini sepertinya Scott mendudukkan dasar sama sekali apabila patron telah men-
pranata ekonomi patronase berfungsi seba- jamin subsistensi, maka klien akan terus
gai pranata jaminan sosial masyarakat yang menerus memberi patron legitimasi karena
disebutnya sebagai asuransi sosial. Digam- petani-petani akan berjuang merebut oto-
barkan bahwa dalam pola relasi ekonomi nominya jika pasar menyediakan alternatif-
pertukaran dimainkan nilai-nilai ekonomi alternatif yang baik bagi dirinya. Popkin
moral yang melandasi resiprositas dan eti- menambahkan tiga kritikan utama terha-
ka ekonomi yang dianggap sangat ampuh dap basis ekonomi moral dalam ikatan eko-
untuk memberikan jaminan keamanan sis- nomi patronase yang dikemukakan Scott,
tem penghidupan masyarakat pada pada antara lain (1) bahwa tidak ada hubungan
UNNES JOURNALS
118 Mirajiani dkk., Tranformasi Pranata Patronase Masyarakat Nelayan
yang jelas antara ancaman atau alasan sub- tannya dengan keterjaminan ekonomi pada
sistensi dengan respon ekonomi kolektif masyarakat nelayan di Pesisir Ujung Kulon.
yang terjelma dalam patronase berbasis
moral, (2) Ada perbedaan yang nyata antara METODE PENELITIAN
rasionalitas individual dengan rasionalitas Penelitian berlokasi di Desa Pesisir
kolektif, sehingga tidak benar keduanya da- Ujung Kulon, yaitu Desa Sumberjaya, Keca-
pat disatukan, (3) Argumentasi bahwa pat- matan Sumur, Kabupaten Pandeglang, Pro-
ronase dapat menjamin subsistensi dengan vinsi Banten. Penelitian ini menggunakan
sempurna tidak dapat dibuktikan. pendekatan kualitatif dengan tipe peneliti-
Penggambaran para pencetus teoritis an studi kasus. Penelitian studi kasus dite-
konsep patronase yang telah dikemukakan rapkan pada suatu komunitas, karena sesuai
di atas, umumnya berdasarkan pada studi dengan keterwakilannya dengan karakte-
terhadap masyarakat petani, bukan masya- ristik permasalahan dan tujuan penelitian.
rakat nelayan. Namun, kenyataannya prin- Pemilihan strategi penelitian studi kasus
sip tentang pranata ekonomi patronase pe- didasarkan pada (1) kesesuaian dengan per-
tani sebenarnya tidak terlalu jauh berbeda tanyaan penelitian yang bersifat eksploratif,
dengan patronase yang ada dalam masya- (2) peluang peneliti sangat kecil untuk me-
rakat nelayan. Walaupun ada perbedaan, ngontrol peristiwa/gejala sosial yang hen-
hal ini lebih didasarkan pada perbedaan dak diteliti dan (3) pumpunan penelitian
khusus yang mendasari keduanya. Sumber adalah peristiwa/gejala sosial kontemporer
daya laut yang menjadi sumber daya utama (masa kini) dalam kehidupan.
kegiatan mencari nafkah nelayan bersifat Pilihan pendekatan kualitatif sesuai
open access, sementara sumber daya tanah dengan tujuan penelitian yaitu pemahaman
yang menjadi sumber daya terpenting peta- secara mendalam tentang transformasi pra-
ni dalam kondisi sebaliknya yaitu jumlah- nata patronase yang terjadi dan keterkai-
nya terbatas. Menurut Basurto (2013), stra- tannya dengan keterjaminan ekonomi pada
tegi kelembagaan patronase merupakan hal masyarakat nelayan di Pesisir Ujung Kulon.
umum yang dipilih oleh masyarakat yang Artinya peneliti berangkat dari asumsi on-
terlibat pada mata pencaharian perikanan tologis bahwa realitas yang ada bersifat sub-
dan di era globalisasi dan komersialisasi se- jektif dan sebagaimana halnya yang dipa-
kalipun, bentuk kerjasama kolektif ini akan hami dan dimaknai oleh peneliti. Metode
tetap dipertahankan. Eksistensi pranata pengumpulan data yang dilakukan berupa
patronase pada masyarakat nelayan juga di- pengamatan (observasi), wawancara men-
kemukakan oleh Verelst (2013) yang menge- dalam (in depth interview) dan studi litera-
mukakan bahwa masih eksisnya pola relasi tur. Data penelitian terdiri dari data primer
patronase pada nelayan kecil (a small scale dan data sekunder. Data primer akan di-
fishery) mencerminkan bahwa ekonomi po- kumpulkan melalui wawancara mendalam
litik perikanan yang cenderung inequality pada informan-informan yang berasal dari
masih bertahan. masyarakat dan diskusi-diskusi informal
Dalam penelitian ini, fakta yang ter- yang berlangsung dalam berbagai kesempa-
jadi adalah bahwa kedua bentuk patronase, tan yang ada secara spontan. Data sekunder
baik yang dikemukakan oleh aliran ekonomi didapat melalui studi literatur dilakukan
moralis dan aliran ekonomi rasional sama- pada sumber-sumber teori dan kasus-kasus
sama nyata dalam masyarakat yang diteli- penelitian lain yang terkait dengan peneliti-
ti. Namun keberadaan kedua bentuk pat- an ini. Pengamatan akan dilakukan secara
ronase tersebut diletakkan dalam konteks cermat untuk mengamati pranata patro-
historikal dan perubahan masyarakat pada nase masyarakat nelayan sebagai sebuah
saat pra ekonomi pasar dan ketika sepenuh- sistem yang memiliki aspek-aspek tertentu,
nya mengenal ekonomi pasar. Penelitian ini hubungan-hubungan yang khas dan meka-
akan mendalami bagaimana transformasi nisme yang berlangsung tersendiri.
pranata ekonomi yang terjadi dan keterkai-
UNNES JOURNALS
Jurnal Komunitas 6 (1) (2014): 115-134 119
UNNES JOURNALS
120 Mirajiani dkk., Tranformasi Pranata Patronase Masyarakat Nelayan
ting dari sisi ekonomi antara lain (1) Bandar dipasarkan. Hal ini pula yang mendorong
membuka akses keluar masuk wilayah men- semakin berkembangnya usaha-usaha pe-
jadi lebih lancar, (2) Penduduk setempat ngasinan dan membuat pindang di wilayah
mulai mengenal sistem ekonomi uang dari ini. Pengusaha pengasinan/pindang ikan
transaksi ekonomi yang dilakukan, (3) Pe- yang juga merupakan pedagang ikan antar
ningkatan nilai ekonomis dari produk yang wilayah membutuhkan pasokan ikan seca-
dihasilkan dari sumber daya lokal. ra tetap dan terjaga untuk menjamin usa-
Adanya bandar sebagai pelabuhan hanya terus berjalan, sehingga pengusaha
tradisional membuka peluang kapal-kapal ini mengambil nelayan-nelayan tertentu
dagang tradisional singgah di bandar terse- untuk menjadi anak buahnya secara tetap
but dan memungkinkan mengangkut pro- dan diberikan peralatan melaut seperti ju-
duk sumber daya lokal dalam jumlah be- kung, congkreng, jaring dan pancing. Setiap
sar ke luar wilayah seperti Labuan, Serang, hasil tangkapan melaut harus dipasok ke-
Carita dan Binuangen. Keberadaan bandar pada pengusaha yang bersangkutan sebagai
juga mengundang pemodal-pemodal luar bahan baku ikan asing/kering dan ikan pin-
yang masuk ke wilayah ini dan mulai mem- dang.
bangun usahanya termasuk di bidang peri- Di era inilah pranata ekonomi patro-
kanan. Pada masa itu pula, mulai digunakan nase berbasis moralitas dalam sistem ekono-
alat transportasi laut tembon (perahu besar) mi nelayan setempat yang bertahan hingga
yang tidak hanya mengangkut produk sum- di era tahun 1980-an. Pada saat itu nelayan
ber daya, namun juga mengangkut manusia mengandalkan jaminan dan perlindungan
yang masuk dan keluar wilayah. Dengan patron (para pemodal dan pengusaha dari
berjalannya waktu, pedagang-pedagang luar wilayah) untuk memenuhi kebutuhan
atau pemodal-pemodal lainnya dari luar subsistensi mereka, terutama pada saat kri-
wilayah seperti Labuan, Carita dan Binua- sis. Sebagai gantinya para nelayan menjadi
ngeun masuk wilayah ini dan tentu saja anak buahnya yang setia yang siap melaku-
juga membawa modal/sumber daya yang kan pekerjaan apa saja yang diberikan kepa-
lebih besar, orang-orang inilah yang kemu- danya.
dian secara ekonomi memacu perkemba-
ngan wilayah dan juga pada akhirnya men- Menurut H Id (72 th):
jadi patron dari sebuah pranata ekonomi “Dahulu, zaman perahu tembon, nelayan
patronase yang mulai terbentuk banyak yang jadi anak buah pengasin, ti-
Dengan adanya pedagang ikan yang dak jual ikan sendiri. Kalaupun ada yang
keluar masuk wilayah, ikan sebagai salah jual ya kepada penduduk sini, yang beli
sedikit harganya juga ga seberapa, kadang
satu produk andalan mengalami peningka-
dibarter sama beras. Jika menjadi anak
tan dari segi ekonomis dengan permintaan buah pengasin, disuruh cari ikan ke laut,
yang meningkat dari waktu ke waktu. Pe- jukung dikasih, dikasih makan, ikannya
ningkatan permintaan terhadap ikan se- untuk diasin, anak istri di rumah juga di-
bagai hasil laut, justru mendorong aktivi- jamin hidupnya oleh pengasini. Lagipula
tas mencari ikan di laut menjadi aktivitas kebutuhan zaman dulu tidak banyak, cu-
utama, sehingga banyak penduduk yang kup makan, pakaian, kalau sakit ada yang
memiliki mata pencaharian utama seba- bawa ke orang pintar. Tidak semua nela-
gai nelayan. Mata pencaharian ini semakin yan punya sawah, kalau tidak pengasin
berkembang dengan masuknya pengusaha ngasih jaminan, ..mereka balik ke hutan
lagi cari hasil hutan, di barter sama beras.
“pengasinan” dan “pindang ikan” ke wilayah
ini. Produk ikan tidak dapat diperjualbeli-
Etika subsistensi memberi dasar pada
kan dalam kondisi segar, karena pada masa
berkembangnya ekonomi yang memiliki di-
itu belum ada box pendingin maupun es
mensi normatif atau moral. Hal ini mendo-
batu/balok, sehingga ikan segar harus dio-
rong terbentuknya struktur resiprositas dan
lah terlebih dahulu menjadi ikan asin/ikan
tindakan ekonomi atas resiko krisis subsis-
kering atau ikan pindang baru kemudian
UNNES JOURNALS
Jurnal Komunitas 6 (1) (2014): 115-134 121
tensi yang didasarkan pada basis normatif Pranata ekonomi patronase pada
dan moral. masa ini dapat dikatakan sebagai pranata
ekonomi patronase tradisional dengan ciri
Menurut H. Af (75 th): tertentu yang hampir sama seperti yang di-
Dulu, tidak seperti sekarang jaman orang kemukakan Scott (1972) ditambah ciri lain
mau kaya sendiri, mementingkan diri yang bersifat lokalitas, antara lain (1) patron
sendiri, mengumpulkan duit terus yang memberikan jaminan penghidupan nelayan
banyak. Dahulu jaman kita juragannya
sebagai klien di level subsisten, (2) patron
tanggung jawab, baik, tidak perhitungan,
makanya anak buah juga tidak menghi- memberikan jaminan pada penghidupan
tung. Prinsipnya tolong menolong, sa- nelayan klien pada situasi krisis (subsistence
ling membutuhkan, makanya tanya sama crisis incurance), (3) ) adanya perlindungan
orang-orang dulu, tidak ada istilah anak dari patron dan pengaruh atas kekuasaan
buah juragan dibajak sama juragan lain yang dimiliki patron, (4) klien memberi-
seperti sekarang. Sekali jadi anak buah kan kesetiaan dan loyalitas kepada patron
juragan tertentu, akan terus jadi anak termasuk mencurahkan tenaganya untuk
buah, sampai tua. kepentingan patron, (5) resiko ditanggung
oleh patron atau resiko didistribusikan tan-
Dari keterangan di atas tampak jelas pa perhitungan ekonomi dan klien cende-
bahwa orientasi aktivitas ekonomi dalam rung menghindari resiko dalam usahanya,
hubungan patronase adalah pemenuhan (6) dasar pengambilan keputusan ekonomi
kebutuhan subsisten klien. Dan setiap pe- adalah menjaga harmoni atas hubungan-
ngambilan keputusan ekonomi ditujukan hubungan ekonomi yang telah terbina, (7)
untuk menciptakan harmoni walaupun pertukaran yang terjadi meliputi hal mate-
kedua belah pihak memiliki orientasi ke- rial dan immaterial, (8) persaingan diang-
pentingan ekonomi yang berbeda (patron gap faktor yang mengganggu keselarasan
ingin keuntungan dan loyalitas klien dan hubungan ekonomi, (9) kelanggengan hu-
klien ingin dicukupi semua kebutuhannya). bungan ditentukan terpeliharanya dasar
Klien cenderung loyal terhadap patronnya moralitas, (10) peranan modal tidak terlalu
karena patron sudah memberikan jaminan vital, yang paling dijaga keharmonisan hu-
yang pasti atas kebutuhan subsistensinya. bungan, (11) posisi klien tidak memiliki pi-
lihan ekonomi, (12) eksploitasi tertawarkan
Menurut Bapak Ad (69 th): dengan prinsip moralitas atau eksploitasi
Kalau dahulu, masa-masa usaha penga- seringkali tidak disadari, (13) kedua belah
sinan dan pemindangan ikan, nelayan
pihak memelihara hubungan patronase se-
yang jadi anak buah tidak pernah nendo
(berhutang). Istilah tendoan(menunggak bagai asuransi sosial pada saat krisis.
pembayaran) juga tidak ada. Itu sekarang-
sekarang saja munculnya. Dulu kalau ti- Pranata Patronase Berbasis Ekonomi
dak dapat ikan ya sudah, tidak dihitung Pasar di Era Masa kini
hutang sama juragan seperti sekarang Tonggak sejarah penting yang menan-
ini. Semua kerugian ditanggung juragan. dai dimulainya era ekonomi pasar berlang-
Kalau hasil ikan banyak yang untung juga sung pada tahun 1980-an, dengan dibangun
juragan, yang penting nelayan bisa ma- Jalan yang lebar dan dapat dilalui oleh ken-
kan. Kondisinya bisa begitu karena nela- daraan roda empat, yang menghubungkan
yan dulu teu hoyong nanaon (tidak men-
Kecamatan Cibaliung dengan desa-desa
ginginkan) selain cukup makan, kalau
sekarang nelayan banyak maunya, mau pesisir di Kawasan Ujung Kulon. Walaupun
motor, mau hape, mau rumah bagus, mau pada saat itu kondisi jalan belum diaspal,
makan enak, ya..pasti tidak mau seperti namun pada saat inilah masyarakat nelayan
dulu lagi, walau pusing kalau tendoan setempat mulai benar-benar bersentuhan
(hutang) banyak ke juragan, yang penting dengan pranata ekonomi pasar secara ter-
musim ikan masih ada harapan terima buka. Posisi penting Bandar Sumur semakin
uang banyak, bisa beli-beli. berkurang digantikan mobil-mobil pick up
UNNES JOURNALS
122 Mirajiani dkk., Tranformasi Pranata Patronase Masyarakat Nelayan
(bak terbuka) yang mengangkut hasil hutan, Transformasi sosial ekonomi yang
kopra dan ikan asin/kering. Pada masa ini terjadi membawa perubahan signifikan da-
pula mulai masuk pemodal-pemodal besar lam hal pranata ekonomi patronase. Di era
yang bermigrasi dari Cirebon/Indramayu inilah pranata ekonomi patronase memiliki
serta Lampung (Orang Jawa dan Bugis yang bentuk yang sama sekali berbeda dengan
sebelumnya bermigrasi keLampung). Pada patronase di era sebelumnya. Dari penje-
tahun 1985 an di wilayah ini digalakkan ke- lasan di atas dapat diidentifikasi penyebab
giatan pariwisata, sehingga bertambah ba- dari perubahan pranata ekonomi patronase
nyaklah orang yang keluar masuk wilayah tersebut, antara lain:
ini. Adanya akses jalan, migrasi masuk pe- Situasi ekonomi yang berubah, antara
modal baru dan kegiatan pariwisata di wila- lain :
yah ini membawa implikasi ekonomi yang 1. Komersialisasi produk perikanan (pe-
penting kepada penduduk setempat yai- ningkatan nilai ekonomis hampir semua
tu nelayan memiliki alternatif lain untuk produk perikanan
memasarkan hasil tangkapannya. Nelayan 2. Akses terhadap pasar menjadi lebih mu-
dapat menjual ikan tangkapannya kepada dah dan terbuka karena dibangunnya
para wisatawan maupun pengusaha/pemo- prasarana jalan dan penambahan sarana
dal baru yang menetap di wilayah tersebut. transportasi
Kegiatan pariwisata menyerap tenaga kerja 3. Adanya migrasi keluar dan migrasi ma-
yang berasal dari rumah tangga nelayan, se- suk. Migrasi keluar mendorong tera-
hingga menciptakan alternatif sumber mo- kumulasinya modal dari luar ke dalam
dal tambahan sehingga nelayan tidak terla- desa karena penduduk yang bermigrasi
lu tergantung dengan sumber permodalan atau bekerja di luar membawa pengha-
dari patron. silannya kembali ke desa. Migrasi ma-
Dengan situasi ini ikatan patron klien suk kebanyakan adalah para pemodal di
yang tadinya merupakan institusi jaminan sektor perikanan yang membuka pelu-
ekonomi nelayan pada tingkat subsisten ang investasi modal dari luar
menjadi melemah. Dalam hal ini klien ti- 4. Bertambahnya pemodal-pemodal baru
dak terus menerus memberikan legitimasi yang juga berperan sebagai patron-pat-
pada posisi patron, oleh karena pasar yang ron yang baru (notabene bukan orang
baru terbuka menyediakan alternatif-alter- asli) justru mendorong bargaining po-
natif yang lain bagi nelayan untuk memasu- wer klien lebih meningkat.
ki pasar, sehingga dalam hal ini pasar dapat 5. Mulai ada pasokan dana/modal untuk
mengurangi bargaining power patron. Ke- usaha perikanan dari sektor lain (per-
nyataannya para pengusaha yang tadinya modalan lintas sektor) terutama dari
juga berstatus sebagai patron tidak bisa sektor pariwisata. Dengan adanya feno-
bertahan dengan perubahan-perubahan mena strategi nafkah berdasarkan alo-
yang ada sehingga kemudian usaha mereka kasi sumber daya manusia (straddling
menjadi bangkrut. Secara otomatis kedu- strategy) memungkinkan semua anggo-
dukan mereka digantikan oleh pengusaha/ ta rumah tangga dengan usia produktif
pemodal baru yang bermigrasi sekitar ta- terlibat dalam kegiatan mencari nafkah
hun 1980-1985an. dengan sektor pekerjaan yang berbe-
Sejalan dengan adanya perubahan so- da-beda. Anggota rumah tangga dapat
sial, dalam masyarakat nelayan terjadi juga menjadi alternatif sumber modal tam-
perubahan teknologi. Hal ini terkait dengan bahan yang mengurangi ketergantu-
modernisasi perikanan yang juga memba- ngan terhadap sumber permodalan dari
wakan teknologi baru, seperti penggunaan patron.
kapal motor, diperkenalkannya teknologi Modernisasi Perikanan yang memba-
penangkapan ikan dengan menggunakan wa perubahan terhadap teknologi penang-
bagan, serta sistem permodalan dengan me- kapan ikan
tode dan cara yang baru. 1. Introdusi sistem penangkapan ikan
UNNES JOURNALS
Jurnal Komunitas 6 (1) (2014): 115-134 123
dengan menggunakan teknologi bagan pancing) nelayan yang tidak memiliki alat
seiring dengan peningkatan nilai eko- tangkap (nelayan buruh jaring/pancing,
nomis komoditas ikan-ikan tertentu anak bagan). Hubungan patronase terja-
2. Dipergunakannya kapal-kapal motor di hampir di semua bagian dalam jaringan
yang memiliki kapasitas yang lebih be- ekonomi nelayan di Pesisir Ujung Kulon.
sar Nelayan yang tidak memiliki sarana/alat
Pada era ekonomi pasar, nelayan melaut seperti bagan, jaring, perahu dan
hampir tidak memiliki institusi patronase lain-lain harus memiliki patron yang dapat
berbasis moralitas yang sepenuhnya dapat memberikan sarana/alat melaut serta mo-
dijadikan sebagai institusi penjamin ekono- dal melaut sehingga yang bersangkutan da-
mi dalam situasi krisis seperti di masa lalu. pat menjalankan aktivitas nafkah sehari-ha-
Segala aktivitas ekonomi, pertukaran dan ri. Di sisi lain nelayan-nelayan yang sudah
transaksi ekonomi serta dasar pengambilan memiliki alat melaut seperti bagan tancap,
keputusan seluruh pelaku-pelaku ekonomi bagan perahu dan bagan apung juga sering-
sepenuhnya didasarkan pada norma-norma kali menghadapi krisis dalam penyediaan
pasar. Ditambah lagi situasi sosial yang juga permodalan yang harus disediakan dalam
turut berubah, menjadikan semakin sulit setiap aktivitas mencari nafkah. Bahkan
bagi pelaku-pelaku ekonomi dalam masya- pengusaha sobong (pengolahan ikan teri re-
rakat nelayan untuk mempertahankan dasar bus kering untuk ekspor) sekalipun juga ha-
moralitas dalam tindakan ekonomi mereka. rus memiliki patron yang dapat menjamin
Pada masa kini, di era ekonomi pasar, pa- keberlangsungan usaha dan keberlangsu-
tronase tetap merupakan merupakan suatu ngan aliran permodalan usaha.
alternatif pranata ekonomi yang dibangun Ditinjau dari prinsip hubungan eko-
untuk untuk menjaga keberlangsungan ke- nomi, pranata ekonomi patronase dalam
giatan ekonomi dan tetap bertahan pada sistem ekonomi nelayan pesisir Ujung Ku-
situasi krisis dan ketidakpastian serta mata lon memiliki bentuk hubungan yang ber-
pencaharian yang bersifat fluktuatif, namun beda-beda antara lain: (a) Patronase anta-
pranata patronase mengalami perubahan ra nelayan pemilik bagan dengan nelayan
(transformasi) seiring dengan adanya trans- buruh bagan (anak bagan), (b) Patronase
formasi sosial ekonomi masyarakat nelayan antara juragan kapal penarik bagan dengan
yang terjadi. nelayan pemilik bagan dan nelayan buruh
bagan, kunca, palime-lime dan sampan, (c)
Bentuk-bentuk Patronase Berbasis Eko- patronase antara tengkulak besar, pengu-
nomi Pasar saha sobong dan palele (d) patronase antara
Mayoritas nelayan tangkap di Pesisir langgan dengan nelayan jaring/pancing.
Ujung Kulon menggunakan alat tangkap
bagan dan jaring. Alat tangkap bagan (pe- Patronase antara Nelayan Pemilik
rahu, tancap dan apung) digunakan nelayan Bagan dan Nelayan Buruh Bagan (Anak
bagan untuk menangkap jenis ikan kecil Bagan)
(teri) yang merupakan bahan baku usaha Hubungan dalam pranata ekonomi
pengolahan ikan rebus kering (sobong) yang patronase terjalin antara nelayan pemilik
menjadi andalan wilayah ini. Alat tangkap bagan dengan anak bagan. Pemilik bagan
jaring/pancing digunakan nelayan jaring/ sebagai patron memiliki sumber daya jauh
pancing untuk menangkap ikan-ikan beru- lebih besar dari anak bagan karena memi-
kuran kecil dan sedang (kembung, tongkol, liki modal dan sarana penangkapan ikan
tenggiri, belida, udang, cumi dan lain-lain). seperti bagan, jaring dan alat-alat lainnya.
Jika dilihat dari status para nelayan dalam Anak bagan sebagai klien memiliki tenaga,
usaha penangkapan ikan dapat dibedakan keterampilan dan loyalitas yang dapat dicu-
antara nelayan pemodal (juragan), nelayan rahkan untuk mengoperasionalkan sumber
yang memiliki alat tangkap sendiri (nela- daya yang dimiliki patron menjadi produk-
yan pemilik bagan, sebagian nelayan jaring/ tif. Terdapat dua macam hubungan anta-
UNNES JOURNALS
124 Mirajiani dkk., Tranformasi Pranata Patronase Masyarakat Nelayan
Keterangan Pelaku:
PB : Pemilik bagan perahu
Bg : Bandega = nelayan yang dipercaya oleh pemilik bagan sebagai pemimpin operasional
aktivitas pemeliharaan bagan maupun penangkapan ikan
Ab : Anak Bagan = nelayan yang menjadi anak buah tetap dari bandega dan terlibat secara
tetap dalam setiap aktivitas kerja bagan
Keterangan Hubungan ekonomi Patronase Pemilik bagan, Bandega dan Anak Bagan
Mempekerjakan dan memberikan modal operasional, sarana/alat melaut
Memberikan tenaga, keterampilan dan loyalitas
Hubungan Kerjasama
Gambar 1. Pranata dan Hubungan Ekonomi Patronase Nelayan Pemilik bagan, Bandega
dan Nelayan Anak Bagan
ra pemilik bagan sebagai patron dan anak untuk kliennya di masa krisis. Pada musim
buahnya sebagai klien, yaitu (1) Pemilik ba- paceklik (musim paila) atau musim tang-
gan sebagai patron terjun langsung dalam kapan sedikit, secara otomatis pendapatan
aktivitas melaut, sehingga aktivitas ekono- bandega dan anak bagan sedikit bahkan ter-
mi anak bagan langsung di bawah kontrol kadang tidak ada aktivitas mencari nafkah
pemilik bagan, (2) Pemilik bagan sebagai sama sekali. Pada situasi itulah pemilik ba-
patron tidak secara langsung terlibat dalam gan menjadi tempat meminjam dana untuk
aktivitas melaut karena tidak memiliki wak- memenuhi kebutuhan hidup bandega dan
tu atau keterampilan yang cukup, sehingga anak bagan. Kemampuan patron membe-
aktivitas ekonomi bandega dan anak bagan rikan pinjaman pada klien akan menuntut
tidak di bawah kontrol langsung pemilik loyalitas dan kontrol yang tinggi terhadap
bagan. Biasanya dalam situasi ini segala ak- klien. Pinjaman yang diberikan oleh patron
tivitas ekonomi di bagan dipercayakan se- kepada klien akan diperhitungkan secara te-
penuhnya kepada bandega. Bandega adalah liti dengan catatan-catatan pinjaman yang
nelayan buruh bagan yang dipercaya oleh jelas dan terbuka. Selama pinjaman terse-
pemilik bagan sebagai pemimpin operasio- but masih belum dilunasi, maka klien tidak
nal termasuk untuk melakukan kontrol ter- diberi kebebasan untuk berpatron dengan
hadap aktivitas anak bagan. pihak pemilik bagan yang lain dan pada
Kemampuan ekonomi dari pemilik ba- saat aktivitas melaut berlangsung pemba-
gan sebagai patron juga berbeda-beda. Bagi gian hasil akan dikontrol dengan ketat oleh
pemilik bagan yang memiliki kemampuan patron. Dalam hal ini pinjaman merupakan
ekonomi yang kuat maka sebagai patron, semacam ikatan dari hubungan patron-
maka dia mampu memberikan pinjaman ase yang ada. Berbeda dengan patronase di
UNNES JOURNALS
Jurnal Komunitas 6 (1) (2014): 115-134 125
Keterangan Pelaku :
PPM : Juragan Perahu Muatan ( Kapal Motor Penarik)
Sp : Juru mudi sampan
Kc : Kunca (Juru mudi Kapal Penarik)
Plm : Palime-lime ( Tukang Kuras)
NB : Nelayan Bagan
Keterangan relasi :
= Dipekerjakan
= Rekan kerja, namun jika Pemilik Perahu Muatan berkontribusi dalam mod-
al membuat bagan dan permodalan melaut, maka hubungannya akan berubah menjadi
hubungan Patronase
Gambar 2. Pranata dan Hubungan Ekonomi Patronase pada Sistem Penangkapan Ikan
Menggunakan Bagan
masa lalu dimana tata hubungan moralitas nya (anak bagan) pada setiap aktivitas me-
yang dijadikan dasar dalam ikatan patron- laut. Jaminan yang diberikan adalah klien
ase. tetap melakukan aktivitas mata pencahari-
Arus manfaat secara materi patron- an walaupun tidak memiliki sarana/modal
ase di dalam jaringan ekonomi nelayan ba- melaut. Namun pemilik bagan sebagai pat-
gan lebih banyak mengalir kepada patron, ron tidak bisa menjamin sepenuhnya sistem
namun klien juga menerima jaminan peker- penghidupan klien, karena pada musim
jaan tetap, penyediaan modal, sarana dan paceklik, pemilik bagan menghadapi krisis
jasa pemasaran. Jika pemilik bagan memi- yang sama dengan para kliennya. Kelang-
liki kemampuan ekonomi, maka klien juga gengan ikatan kerja vertikal antara pemilik
menerima jaminan krisis subsisten berupa bagan dan kliennya dibuat dengan upaya
pinjaman yang diberikan pada saat klien yang berbeda selain penjaminan penghidu-
menghadapi kesulitan ekonomi, walau ja- pan subsisten klien pada situasi krisis, an-
minan tersebut tidak mengcover seluruh ke- tara lain (1) patron tidak terlalu ketat me-
butuhan rumah tangga klien. Manfaat atau ngontrol dalam hal pembagian hasil pada
keuntungan yang diberikan dari klien ke- saat musim tangkapan, (2) memberikan
pada patron adalah keuntungan secara ma- kesempatan dan kontrol yang lebih longgar
terial hasil produksi, kesetiaan dan loyalitas terhadap kliennya ketika klien ingin mem-
klien menyediakan tenaga dan keahliannya buka jaringan ekonomi baru dengan pelaku
untuk kepentingan patron. Sebaliknya pe- ekonomi lainnya jika hal tersebut dapat me-
milik bagan yang tidak memiliki kemampu- nopang sistem penghidupan mereka pada
an ekonomi, maka hubungan yang terjadi situasi krisis.
lebih didasarkan pada hubungan di mana
pemilik bagan membekerjakan anak buah- Patronase antara Juragan Kapal Penarik
UNNES JOURNALS
126 Mirajiani dkk., Tranformasi Pranata Patronase Masyarakat Nelayan
Bagan dengan Pemilik Bagan/Anak kepada anak bagan yang ingin memiliki
Bagan, Kunca, Palele dan Sampan bagan perahu sendiri dengan pembayaran
Hubungan patronase lainnya yang dicicil. Selama masih ada hutang modal
ditemukan dalam sistem ekonomi nelayan kepada juragan tersebut, selama itu pula
Ujung Kulon adalah patronase antara jura- dia harus tetap menjadi anggota tarikan
gan kapal penarik bagan dengan para nela- dari juragan yang bersangkutan, (3) juragan
yan pemilik bagan, anak bagan, kunca, pale- memberikan uang pengikat sebesar 2-3 juta
le dan sampan. Dalam sistem penangkapan rupiah ketika bergabung menjadi anggota.
ikan menggunakan bagan apung dan bagan Jika suatu saat pemilik bagan tersebut ingin
perahu harus ditarik oleh kapal penarik berpindah juragan, maka ia harus mengem-
yang cukup besar untuk untuk berpindah balikan uang pengikat tersebut.
dari satu tempat ke tempat lain mengejar Ketika juragan, pemilik bagan dan
ground fishing, sementara nelayan pemi- anak bagan berada pada ikatan hubungan
lik bagan umumnya tidak memiliki kapal patronase, maka juragan dan klien harus
motor sendiri. Artinya nelayan bagan tidak memenuhi hak dan kewajiban. Juragan ka-
dapat mengoperasikan bagan miliknya jika pal penarik dituntut memberikan jaminan
tidak ada kapal motor penarik bagan yang permodalan yang didasarkan pada perhi-
umumnya dimiliki oleh para juragan yang tungan atas pinjaman secara detil dan tertu-
memiliki modal besar. Juragan (pemodal) lis. Pinjaman tersebut harus dikembalikan
yang menginvestasikan modal cukup besar ketika ada tangkapan ikan. Jika tidak ada
(150-200 juta) dalam penyediaan sarana hasil tangkapan maaka pinjaman tersebut
kapal motor penarik bagan harus memiliki terus diakumulasi.
langganan nelayan pemilik bagan tetap un- Dasar dari terbentuknya ikatan di
tuk menjamin biaya operasional kapal ter- antara keduanya adalah prinsip saling
tutupi. Juragan yang memiliki kapal motor membutuhkan, namun karena adanya per-
penarik ini disebut juragan perahu muatan bedaan sumber daya di antara keduanya
atau juragan kapal penarik bagan. sehingga surplus ekonomi lebih banyak
Mayoritas juragan kapal penarik ba- mengalir kepada patron. Walaupun demi-
gan ini merupakan pemodal yang berasal kian, bukan berarti klien tidak memiliki
dari luar wilayah. Orientasi mereka adalah bargaining power sama sekali. Klien memi-
mengumpulkan pemilik bagan sebanyak- liki pertimbangan-pertimbangan ekonomi
banyaknya untuk menjadi anggota tarikan tertentu. Jika klien berpikir bahwa ikatan
mereka yang pada akhirnya berkedudukan patron-klien yang ada cenderung merugi-
sebagai klien dan juragan sebagai patron. kan dirinya maka dia akan mencari berba-
Semakin banyak juragan menguasai atau gai cara untuk melepaskan diri dari ikatan
memiliki anggota, maka semakin besar patronase tersebut. Kenyataannya sistem
sumber pendapatan dan keuntungan untuk ekonomi setempat dan pasar menyediakan
para juragan. Juragan akan berusaha mem- alternatif-alternatif cara untuk dapat kelu-
pertahankan angota dengan cara mengikat ar atau melepaskan diri dari ikatan tertentu
anggotanya agar tidak berpindah kepada walaupun harus masuk pada ikatan patro-
juragan kapal motor yang lain antara lain nase yang lain dengan bentuk ikatan yang
(1) juragan menyediakan pinjaman modal hampir sama.
melaut bagan bilamana pemilik bagan tidak
memiliki dana untuk modal melaut. Sean- Bapak Iw (42 th), seorang pemilik bagan
dainya aktivitas melaut tidak membuah- perahu yang selama 7 tahun berpatron
kan hasil, maka juragan memperkenankan dengan juragan kapal penarik H Sm (57
pemilik bagan untuk nendo (tendoan, me- th). Selama berpatron Bpk Iw seringkali
meminjam modal melaut kepada juragan
nunda pembayaran). Pemilik bagan tidak
tersebut, terutama pada saat tangkapan
boleh berpindah kepada juragan yang lain ikan sedikit atau musim paceklik. Pada
jika masih memiliki hutang kepada juragan tahun 2012, pinjaman tersebut teraku-
tersebut, (2) juragan memberikan modal mulasi sebesar 15 juta rupiah. Walaupun
UNNES JOURNALS
Jurnal Komunitas 6 (1) (2014): 115-134 127
pada saat tangkapan banyak Bpk Iw sela- hingga ikatan patronase di antara mereka
lu mengembalikan pinjaman, tapi pada lebih bersifat anggota kerabat yang dipeker-
saat musim paila, akumulasi pinjaman jakan dan mendapatkan bagian hasil dari
tersebut terus meningkat. Akhir tahun setiap aktivitas melaut.
2012 Bpk Iw merasa hubungannya den-
gan juragan sudah tidak harmonis lagi,
karena ketika di situasi krisis, beberapa
Patronase antara Tengkulak Besar, Pen-
kali pinjaman Bpk Iw ditolak oleh sang gusaha Sobong, Palele, Tukang Rebus
juragan. Dengan berjalannya waktu Bpk Bentuk patronase yang ketiga adalah
Iw merasa hubungannya dengan juragan hubungan patronase yang terjalin antara
cenderung merugikan dirinya. Sang ju- tengkulak besar, pengusaha sobong dan pa-
ragan semakin sulit mengeluarkan dana lele. Tengkulak besar adalah pedagang ikan
pinjaman ketika masa paceklik dan mu- besar (eksportir ikan) yang berkedudukan
sim tangkapan sedikit, sementara hasil di Jakarta. Pengusaha sobong adalah pengu-
tangkapan ikan terus menerus dipotong saha lokal yang memiliki usaha sobong yang
menjadi keuntungan juragan. Bpk Iw
merupakan usaha pengolahan ikan teri re-
mengistilahkan hubungan patronasenya
dengan ungkapan “ Musim tangkap ikan
bus kering untuk komoditas ekspor. Palele
saya punya juragan, kalau musim paila adalah anak buah pengusaha yang melaku-
saya tidak punya juragan” artinya sang ju- kan pembelian ikan teri di tengah laut. Di
ragan tidak mampu memberikan jaminan antara pengusaha sobong terjalin kerjasama
ekonomi pada saat krisis. Dari sini Bpk Iw secara vertikal yang ditentukan jaringan
memikirkan cara agar bisa terbebas dari usaha dan jaringan ekonomi yang dimiliki.
ikatan Juragan tersebut. Namun selama Semakin kuat jaringan ekonomi yang dimi-
masih ada ikatan pinjaman, maka dirinya liki oleh sobong tertentu, maka semakin be-
tidak bisa berpindah kepada juragan yang sar kemungkinan untuk membuat jaringan
lain. Akhirnya Bpk Iw menjual motornya
ekonomi vertikal dengan pengusaha sobong
seharga 10 juta rupiah dan menghubu-
ngi juragan lain yang setuju memberikan
yang lain. Pengusaha sobong yang sudah
“uang pengikat” sebesar 5 juta rupiah. dianggap kuat umumnya permodalannya
Terkumpullah uang sebesar 15 juta rupiah dipasok tengkulak besar yang berkedudu-
untuk melunasi semua pinjamannya ke- kan sebagai patron dan pengusaha sobong
pada juragan yang pertama, kemudian sebagai klien. Tengkulak sebagai patron
secara resmi Bpk Iw berpindah patron memasok sejumlah dana sebagai modal
kepada juragan yang kedua dengan uang usaha kepada pengusaha sobong klien. Se-
pengikat sebesar 5 juta rupiah. mua produksi harus dijual kepada tengku-
lak tersebut dengan standar harga yang te-
Juragan kapal motor penarik bagan lah ditetapkan sebelumnya. Kesepakatan ini
selain memiliki hubungan patronase de- berimplikasi pada terciptanya jaringan kerja
ngan pemilik bagan, juga memiliki hubu- baru dalam usaha sobong. Keharusan untuk
ngan patronase dengan kunca, palime-lime menjaga kualitas teri olahan memaksa pe-
dan sampan. Kunca adalah nakhoda kapal ngusaha sobong harus melakukan pembeli-
motor penarik. Palime-lime adalah awak an teri langsung pada bagan-bagan nelayan
kapal dan tukang kuras kapal motor. Sam- di tengah laut. Dari sini muncul pelaku eko-
pan adalah juru mudi sampan yang bertu- nomi palele yang bertugas melakukan tran-
gas menjemput dan mengantarkan nelayan saksi pembelian ikan di tengah laut, sehing-
bagan ke tempat bagan atau ke kapal motor ga dengan cara ini teri yang baru ditangkap
penarik yang di tambatkan di tengah laut nelayan bagan dapat langsung direbus oleh
atau ditambatkan di sekitar pulau-pulau ke- tukang rebus di perahu motor yang dibawa
cil di pesisir Ujung Kulon. Relasi di antara oleh palele. Hal ini merupakan salah satu
mereka cenderung bersifat vertikal, namun cara usaha sobong untuk menjaga kualitas
umumnya mereka juga terikat pada hubu- teri yang dikehendaki. Palele merupakan
ngan kekerabatan (anggota kerabat) yang klien dari pengusaha sobong. Palele mela-
dibawa dari wilayah asal sang juragan, se- kukan pembelian ikan di tengah laut atas
UNNES JOURNALS
128 Mirajiani dkk., Tranformasi Pranata Patronase Masyarakat Nelayan
Keterangan Pelaku :
TB : Tengkulak Besar /eksportir teri kering, berkedudukan di Jakarta
S1 : Pengusaha sobong yang dipercaya mendapatkan kucuran modal dari TB
S2-S5 : Pengusaha sobong anak buah pengusaha sobong pertama (S1)
P1-P5 : Palele yang melakukan pembelian ikan teri di tengah laut
Keterangan relasi :
Memberi Modal
Gambar 3. Pranata dan Hubungan Ekonomi Patronase pada Sistem Ekonomi Sobong
modal dari pengusaha sobong, dan men- eksporti/tengkulak ikan besar. Patron juga
dapat komisi dari jumlah pembelian teri memberikan pinjaman modal kepada para
di tengah laut, yang dihitung setiap malam kliennya ketika sobong tidak bisa beropera-
bulan purnama. Pada musim paceklik, pat- si di musim paceklik, namun pinjaman yang
ron tetap membantu para kliennya, namun diberikan kepada pengusaha sobong juga
bantuan tersebut tetap diperhitungkan se- berfungsi sebagai pengikat dari hubungan
cara ekonomis, detil dan tertulis, bantuan patronase yang berlangsung.
ini pula yang menjadi pengikat dari hubu-
ngan patronase yang ada. Patronase antara Langgan dengan Ne-
Pengusaha sobong juga dapat menjadi layan Jaring/Pancing.
patron bagi pengusaha sobong lainnya. Mo- Patronase yang terjalin antara langgan
dal yang relatif besar yang diberikan oleh dengan nelayan jaring/pancing terkait de-
tengkulak disalurkan kepada pengusaha- ngan permasalahan bagaimana memenuhi
pengusaha lainnya, dengan kesepakatan aspek permodalan. Hubungan tersebut juga
pengusaha sobong besar mendapatkan fee merupakan relasi ekonomi vertikal berupa
dari setiap kilogram produk teri olahan yang ikatan ekonomi dengan mekanisme per-
dihasilkan. Pengusaha sobong besar sebagai tukaran antara patron dan klien. Langgan
patron juga menjamin kepastian pemasaran merupakan pedagang pengumpul tingkat
produk teri karena kedudukannya sekaligus desa yang mengumpulkan hasil tangkapan
menjadi pengumpul dan pemasok kepada nelayan untuk dipasarkan ke wilayah atas
UNNES JOURNALS
Jurnal Komunitas 6 (1) (2014): 115-134 129
desa. Sebagai patron adalah para langgan tersebut. Jika terjadi pemutusan hubungan
yang memberikan bantuan modal, bahan ekonomi, otomatis langgan kehilangan sa-
bakar, serta alat tangkap kepada klien (ne- lah satu sumber pasokan ikan.
layan jaring/pancing). Patron menyedia- Sistem langgan yang terbentuk di wila-
kan juga berbagai bentuk bantuan yang yah ini menunjukan saling ketergantungan
diperlukan klien di luar kepentingan modal antara nelayan dan langgan. Dengan situasi
melaut misalnya kebutuhan alat tangkap. seperti itu, masing-masing pihak bersedia
Adapun pelunasan utang klien pada pat- mengambil resiko dan konsekuensi. Bagi
ron dibayarkan pada setiap penjualan hasil seorang langgan yang harus selalu membe-
tangkapan. Sebagai imbalan pertukaran- rikan pinjaman kepada nelayan, maka tentu
nya, nelayan harus menjual hasil tangka- saja yang bersangkutan harus menyediakan
pannya kepada patron dengan harga yang modal dalam jumlah besar. Resikonya da-
umumnya ditetapkan. Selisih dari harga pat saja modal tersebut tidak berputar dan
patron dibandingkan harga pasar diang- terakumulasi berupa pinjaman-pinjaman
gap sebagai imbalan dari pinjaman modal nelayan tanpa bunga, sementara terkadang
dan alat tangkap yang di berikan kepada bagi patron lokal, modal tersebut meru-
nelayan. Jika hasil tangkapan lebih sedi- pakan modal pinjaman dari pemodal atas
kit daripada modal yang diberikan maka desa. Kerugian akan lebih besar pada saat
sisa pinjaman dihitung tendo (tunggakan) hasil tangkapan nelayan sedikit karena jum-
yang tetap harus dibayarkan nelayan ketika lah pinjaman relatif sama. Keuntungannya
nelayan mendapatkan tangkapan. Secara adalah patron memiliki sumber pasokan
umum nelayan jaring dan nelayan pancing ikan secara tetap yang mendukung kegiatan
menganggap keberadaan langgan sebagai ekonominya terus berjalan. Sementara bagi
patron merupakan salah satu alternatif cara nelayan, konsekuensi menjual ikan dengan
dan strategi ekonomi untuk menjamin as- harga lebih rendah harus diterima meskipun
pek permodalan mereka sehingga nelayan mereka berpeluang memperoleh untung
tetap dapat melakukan aktivitas melaut yang lebih pada saat hasil tangkapannya ba-
disaat tidak memiliki modal dan sarana alat nyak. Keuntungannya adalah nelayan jaring
tangkap sekalipun. Di sisi lain, pasokan ikan dan nelayan pancing tetap dapat menjalan-
bagi langgan sebagai pedagang pengumpul kan aktivitas ekonominya walaupun pada
ikan dapat terus berlanjut. Dari sisi patron, situasi ketiadaan modal dan sarana melaut.
pinjaman yang diberikan sebenarnya tidak
mengandung resiko, oleh karena jika pin- Seorang nelayan jaring, Bpk An (35 th)
jaman tersebut tidak dikembalikan dengan merupakan klien dari langgan Bpk I ( 37
alasan kurangnya tangkapan ikan, maka th). Bpk An memiliki perahu congkreng
pinjaman tersebut menjadi tunggakan (ten- dengan mesin tempel dan jaring. Langgan
seringkali memberikan bantuan modal
doan) yang tetap harus dibayarkan oleh ne-
ketika Bpk An membutuhkannya Pada
layan di lain waktu. Artinya resiko kerugian musim tangkapan sedikit dan musim
tetap harus ditanggung oleh nelayan. Jika paila tahun lalu memiliki tendoan (tung-
pinjaman nelayan terus terakumulasi, be- gakan pinjaman modal) kepada langgan
rarti ikatan ekonomi vertikal antara langgan sebesar 5,5 juta rupiah. Selama masih ada
dan nelayan akan tetap berlangsung dan ne- tendoan, Bpk An terus menjual hasil tang-
layan klien tidak boleh menjual hasil tang- kapannya pada langgan Bpk I. Ketika tiba
kapannya kepada patron yang lain. Dalam musim tangkapan banyak, Bpk An, mulai
hal ini patron berkedudukan sebagai price mencicil sampai tendoannya terbayar se-
taker, namun dengan kedudukan seperti ti- mua. Begitu tunggakan pinjaman sudah
terbayar, Bpk An bisa menjual hasil tang-
dak berarti patron dapat semena-mena me-
kapannya kepada siapa saja yang dianggap
netapkan harga, oleh karena jika klien me- dapat memberikan keuntungan lebih.
rasa merasa terlalu dirugikan dalam konteks
harga, maka klien akan mencari jalan untuk Bpk Ad (42) seorang nelayan pancing
memutuskan hubungan dengan langgan yang tidak memiliki sarana melaut (pe-
UNNES JOURNALS
130 Mirajiani dkk., Tranformasi Pranata Patronase Masyarakat Nelayan
Keterangan Pelaku :
TB Labuan : Tengkulak ikan, berkedudukan di Labuan
TB Muara A : Tangkulak ikan, berkedudukan di Muara Angke
NJr 1-2 : Nelayan Jaring
NPc1-2 : Nelayan Pancing
Palele : anak buah langgan yang melakukan pembelian ikan di tengah laut
Keterangan relasi :
Memberi Modal
rahu motor). Sudah empat tahun Bpk gikan dirinya maka dia akan berpindah
Ad menjadi klien dari langgan Bpk I mencari langgan lain yang dapat lebih
(37). Langgan I memberikan bantuan memberikan keuntungan kepada dirinya.
permodalan ditambah menyediakan sa-
rana melaut kepad Bpk Ad (42). Bapak Norma Pasar pada Patronase Masa Kini
Ad berusaha memelihara hubungan baik dan Keterkaitan dengan Keterjaminan
dengan langgan dengan sikap tidak per- Ekonomi
nah menjual hasil tangkapannya kepada
Pasar adalah salah satu faktor yang
langgan yang lain. Adakalanya di musim
tangkapan banyak, tendoan sudah terba- memberikan kontribusi pada transformasi
yar semua, walaupun demikian Bpk Ad sosial ekonomi masyarakat. Pasar memung-
tetap menjual hasil tangkapannya kepada kinkan adanya transaksi antara pembeli dan
Bpk I dengan harga pasar. Sejauh ini Bpk penjual, di mana letak kekuatan pasar ada-
Ad mengaku kerjasama ekonominya de- lah pada aspek permintaan dan penawaran
ngan Bpk I tidak merugikan dirinya, wa- atas barang, jasa dan informasi. Pasar mem-
laupun dari segi keuntungan lebih banyak fasilitasi distribusi dan alokasi serta berpe-
didapat oleh Langgan. Bpk Ad menyebut, ran dalam pembentukan harga atas sumber
dengan menjadi anak buah langgan Bpk daya yang ada. Dari sisi ekonomi politik,
I, dia tetap bisa melaut walau tidak me-
di negara kita yang cenderung mengadopsi
miliki perahu motor. Akan tetapi Bpk Ad
menambahkan pula jika suatu hari kerja politik ekonomi liberal, pasar menjadi mo-
sama yang terjalin berubah sangat meru- tor utama penggerak perekonomian. Da-
UNNES JOURNALS
Jurnal Komunitas 6 (1) (2014): 115-134 131
Gambar 5. Keterkaitan antara Bentuk Pranata dan Hubungan Patronase dengan Jaminan
Ekonomi Nelayan
UNNES JOURNALS
132 Mirajiani dkk., Tranformasi Pranata Patronase Masyarakat Nelayan
Tabel 1. Transformasi Pranata Patronase dari Pra Ekonomi Pasar dan Ekonomi Pasar
Patronase Pra Ekonomi Patronase Ekonomi
No Faktor Penciri
Pasar Pasar
Orientasi aktivitas Pemenuhan Kebutuhan Pemenuhan Kebutuhan di
1
ekonomi Subsistensi atas subsistensi
Mengambil pilihan terbaik
Dasar pengambilan Harmoni atas hubungan/
2 dari alternatif pilihan yang
keputusan ekonomi relasi ekonomi yang terbina
tersedia
Relasi dan transaksi Tidak semata perhitungan Didasari perhitungan eko-
3
ekonomi ekonomi nomi
Saling membutuhkan dan
Saling membutuhkan dan
4 Interaksi ekonomi saling mementingkan diri
saling menolong
sendiri
Asas/ basis hubun-
5 Moralitas Rasionalitas Pasar
gan ekonomi
Kelanggengan ika- Tergantung kepentingan
6 Relatif langgeng
tan ekonomi
Sumber daya yang
7 Material dan immaterial material
dipertukarkan
Perbedaan sumber
Relatif sedikit dan kurang
8 daya yang dimiliki Besar dan jelas
jelas
patron-klien
Kontrol patron ter-
9 Kuat Kurang kuat
hadap klien
10 Loyalitas Klien Loyal Kurang loyal
Jaminan yang dicov- Terbatas (dengan perhitun-
11 Luas/jaminan subsistensi
er Patron gan ekonomi)
Menghindari resiko atau re- Mengambil resiko atau re-
12 Resiko siko didistribusikan tanpa siko didistribusikan dengan
perhitungan ekonomi perhitungan ekonomi
Diakumulasi untuk masa Untuk saving, investasi
13 Surplus
krisis dan konsumsi
Mengandalkan surplus sav-
ing
Mengandalkan relasi eko-
Mengandalkan patronase nomi alternatif di luar pa-
14 Asuransi sebagai institusi asuransi tronase
sosial Memberdayakan seluruh
anggota keluarga untuk
mencari nafkah (straddling
strategy)
Posisi Klien atas pili-
15 Tidak memiliki pilihan lain Memiliki pilihan alternatif
han ekonomi
16 Peranan modal Tidak terlalu Vital Sangat Vital
Dianggap mengganggu ke-
Menyediakan alternatif dan
17 Persaingan selarasan hubungan eko-
peluang ekonomi baru
nomi
Ket : Faktor Penciri Diadaptasikan dari Scott (1972)
UNNES JOURNALS
Jurnal Komunitas 6 (1) (2014): 115-134 133
seluruh pelaku pasar yang terdiri dari nela- mengandalkan relasi ekonomi alternatif di
yan, juragan (pengusaha perikanan), peda- luar patronase serta memberdayakan selu-
gang dan lain-lain tidak dapat menghindar ruh anggota keluarga untuk mencari nafkah
dari tekanan norma pasar. Jika ditinjau dari (straddling strategy).
keterjaminan ekonomi, pranata patronase Jaminan ekonomi akan tinggi jika pra-
di masa lalu lebih memberikan jaminan nata ekonomi pasar yang ada memiliki ika-
keamanan ekonomi kepada klien di situasi tan ekonomi yang bersifat kontrak jangka
krisis, karena patron meng”cover” jaminan panjang, formal dan terorganisir.
atas penghidupan klien relatif lebih luas
daripada patronase masa kini. Segala fak- SIMPULAN
tor penciri yang terdapat dalam hubungan Masyarakat nelayan di Pesisir Ujung
patronase berbasis moralitas ini memberi- Kulon mengalami transformasi sosial eko-
kan implikasi bahwa patronase moralitas, nomi akibat penetrasi pembangunan dan
memberikan jaminan ekonomi yang tinggi pasar dengan ideologi kapitalisme dan
kepada nelayan. modernisme. Transformasi sosial ekonomi
Pranata patronase ekonomi pasar yang terjadi membawa perubahan signifi-
(berbasis Norma Pasar) memberikan jami- kan dalam hal pranata ekonomi, di mana
nan ekonomi yang relatif lebih rendah. Hal terjadi transformasi patronase dari berbasis
ini disebabkan adanya fakta bahwa : moralitas menjadi berbasis norma ekonomi
Transaksi ekonomi yang berlangsung pasar. Pada pranata patronase berbasis mo-
antara patron dan klien yang didasari per- ralitas, segala aktivitas ekonomi pertukaran
hitungan ekonomi cenderung mengurangi dan transaksi ekonomi serta dasar pengam-
“solidaritas vertikal” di antara kedua-nya. bilan keputusan seluruh pelaku-pelaku
Relasi yang terbangun lebih didasarkan ekonomi sepenuhnya didasarkan nilai-nilai
pada hubungan kontrak yang telah ditetap- moralitas ekonomi, sementara patronase
kan, bukan resiprositas yang seperti umum- berbasis ekonomi pasar didasarkan pada
nya digambarkan pada patronase masa lalu. norma-norma ekonomi pasar. Kondisi ini
Transaksi input produksi dan pembagian berlangsung karena seluruh pelaku ekono-
hasil tangkapan sudah diatur secara jelas, mi perikanan yang terdiri dari nelayan, jura-
detil dengan pencatatan, sehingga kalau- gan (pengusaha perikanan), pedagang dan
pun ada “bantuan” lain dari patron terhadap lain-lain tidak dapat menghindar dari teka-
klien akan dianggap sebagai “hutang” yang nan norma ekonomi pasar. Pranata patron-
harus dibayarkan oleh klien. ase tetap merupakan suatu alternatif prana-
Hubungan patronase terbentuk atas ta ekonomi nelayan yang dibangun untuk
asas saling membutuhkan, namun kedua- tetap bertahan dengan situasi krisis dan
nya juga saling mementingkan diri sendiri ketidakpastian serta mata pencaharian yang
(self interest) yang mengurangi “solidaritas bersifat fluktuatif. Dengan kata lain pranata
vertikal dan trust”. ekonomi patronase merupakan salah satu
Ikatan ekonomi yang terbentuk cen- pranata ekonomi penopang sosial ekono-
derung tergantung kepentingan ekonomi, mi nelayan, walaupun pasar menyediakan
sehingga sifatnya kurang langgeng. Ikatan pilihan-pilihan ekonomi yang lain.
ekonomi setiap saat bisa saja putus kare- Ditinjau dari keterjaminan ekonomi,
na kepentingan ekonomi yang berubah, pranata patronase moralitas di masa lalu
sehingga ikatan ekonomi yang ada tidak lebih memberikan jaminan keamanan eko-
memberikan jaminan ekonomi. nomi nelayan pada situasi krisis, karena pa-
Pada situasi di mana pranata patro- tron memberikan jaminan atas penghi-
nase tidak bisa sepenuhnya berfungsi seba- dupan klien relatif lebih luas. Sebaliknya,
gai institusi jaminan ekonomi nelayan, yang pranata patronase berbasis norma ekonomi
dilakukan nelayan untuk tetap “survive” pasar kurang memberikan jaminan ekono-
pada situasi ekonomi yang kurang terjamin mi pada masa krisis kepada nelayan. Pada
antara lain mengandalkan surplus saving, situasi di mana pranata patronase tidak bisa
UNNES JOURNALS
134 Mirajiani dkk., Tranformasi Pranata Patronase Masyarakat Nelayan
sepenuhnya berfungsi sebagai institusi ja- tions For Conservation. Ecology & Society
minan ekonomi nelayan, yang dilakukan 18(4): 38.
Dharmawan, A.H. 2001. Farm Household Livelihood
nelayan untuk tetap bertahan pada situasi Strategies and Socio-economic Changes in Ru-
ekonomi yang kurang terjamin antara lain ral Indonesia. Wissenschaftsverlag Vauk Kiel
mengandalkan relasi ekonomi alternatif KG. Germany
yang disediakan pasar di luar patronase. De la T-C., M. Lars, L. 2010. Fishing Institution ; Ad-
dressing Regulative, Normative and Cultural
Cognitive Elements to Enhance Fisheries Man-
UCAPAN TERIMAKASIH agement. Marine Policy. 34 (1): 77-84
Artikel ini merupakan bagian dari Deliarnov. 2006. Ekonomi Politik. Penerbit Erlangga.
Penelitian Disertasi Mahasiswa Program Jakarta
Doktor Sekolah Pascasarjana Program Studi Granovetter, M. 2001. The Strength of Weakness.
American Journal Sociology. 78: 1360-1380
Sosiologi Pedesaan IPB. Ucapan terimaka- Khan, Niaz Ahmed. 2001. Social Forestry Versus So-
sih disampaikan kepada Ekawati S. Wahyu- cial Reality : Patronage & Community Based
ni selaku Dosen Sekolah Pascasarjana IPB. Forestry in Bangladesh. International Insti-
Ketua Komisi Pembimbing, Arif Satria sela- tute for Environment and Development.
Lenggono, PS. 2011. Ponggawa dan Patronase Pert-
ku Dosen Sekolah Pascasarjana IPB. Anggo-
ambakan di Delta Mahakam: Teori Pembentu-
ta Komisi Pembimbing, Saharuddin selaku kan Ekonomi Lokal. Disertasi SPD-IPB
Dosen Sekolah Pascasarjana IPB. Anggota Lyon, Stephen M. 2002. Power and Patronage in Paki-
Komisi Pembimbing, Tridoyo Kusumastan- stan. University of Kent. Canterbury
to selaku Guru Besar Bidang Ilmu Kebijakan Popkin, Samuel L. 1986. Petani Rasional. Lembaga
Penerbit Yayasan Padamu Negeri. Jakarta
Ekonomi Perikanan dan Ilmu Kelautan Fa- Scott, James C. 1972. The Erosion of Patron Cleint
kultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Ang- Bonds and Social Change in Rural Southeast
gota Komisi Pembimbing Asia. Journal Asian Studies. 32 (1)
Scott, James C. 1989. Moral Ekonomi Petani. LP3ES.
Jakarta
DAFTAR PUSTAKA
Satria, Arif. 2009. Pesisir dan Laut untuk Rakyat. IPB
Allison, E.H. 2009. Vulnerability of National Econ-
Press. Bogor
omies to The Impact of Climate Change on
Satria, Arif. 2002. Pengantar Sosiologi Masyarakat
Fisheries. Fish and Fisheries Journal Compila-
Pesisir. PT. Pustaka Cidesindo. Jakarta
tion. Blackwell Publishing Ltd
Verelst, Bram. 2013. Managing inequality : The Politi-
Baran, E. N. Schwartz. 2009. Climate Change and
cal Ecology of A Small-Scale Fishery. Journal
Fisheries; Vulnerability and Adaptation in
of Political Ecology. 20: 14-36
Cambodia. The Worldfish Center. Penang.
Weber, Max. 1958. The Protestan Ethic and The Spir-
Malaysia. www.worldfishcenter.org
it Capitalism, translated by Talcott Parson.
Basurto, X. 2013. Cooperative & Non Cooperative
Charles Scribners. New York
Strategies For Small Scale Fisheries, Self Gov-
ernance in The Globalization Era : Implica-
UNNES JOURNALS