"MENGGAMBAR ATAP"
A. STANDAR KOMPETENSI
Menggambar atap.
B. KOMPETENSI DASAR
1. Menggambar denah rencana atap.
2. Menggambar detail kuda-kuda.
C. MATERI PEMBELAJARAN
1. Konstruksi atap.
2. Menggambar atap.
D. INDIKATOR
1. Menjelaskan fungsi atap.
2. Mengidentifikasi jenis atap dan aplikasinya pada bangunan.
3. Menjelaskan struktur pendukung atap.
4. Menjelaskan bahan penutup atap.
5. Mengidentifikasi struktur atap tahan gempa.
6. Menjelaskan prinsip menggambar atap.
7. Menggambar rencana atap sesuai rencana bangunan dan aturan gambar
yang berlaku.
8. Menggambar detail kuda-kuda sesuai rencana bangunan dan aturan gambar
yang berlaku.
E. PENILAIAN
1. Hasil gambar :70%
2. Langkah kerja :20%
3. Waktu pengerjaan :10%
F. WAKTU
16 jam teori, 32 jam praktek
G. SUMBER PEMBELAJARAN
1. CEEDEDS UII, (2006), Manual Bangunan Rumah Tahan Gempa, Yogyakarta:
UII Press.
2. Dwi Tangoro dkk, (2005), Teknologi Bangunan, Jakarta: Penerbit Universitas
Indonesia.
3. Heinz Frick dan Moediarto, (2004), Ilmu Konstruksi Bangunan Kayu,
Yogyakarta: Penerbit Kanisius
4. Ishar H.K., (1992), Pedoman Umum Merancang Bangunan, Jakarta: Penerbit
PT Gramedia.
1. Julistiono H., (2003), Menggambar Struktur Bangunan, Jakarta: Penerbit PT
Gramedia.
2. J. Kwantes dkk., (1992), Ringkasan Ilmu Bangunan, Jakarta: Penerbit Erlangga
3. Lippsmeier G., (1994), Bangunan Tropis, Jakarta: Penerbit Erlangga
4. PEDC, (1986), Cacat dan Kegagalan Konstruksi, PEDC Bandung
5. PMI DIY, (2007), Pedoman Membangun Rumah Sederhana Tahan Gempa,
PMI & IFRCS Yogya-jateng
10. Sumarjo H. dkk., (2007), Gambar Kerja Proyek Bangunan Sekolah.-----------------
11.Vis dan Gideon K., (1997), Dasar-Dasar Perencanaan Beton Bertulang,
Jakarta: Penerbit Erlangga.
Bentuk atap dipengaruhi oleh keadaan iklim, budaya daerah dan bahan yang tersedia
di lokasi setempat. Atap di daerah tropis yang lembab dan banyak hujan berbentuk
miring, kemiringan atap akan memudahkan air hujan mengalir. Bentuk atap dilihat
dari penampilan fisiknya dikelompokkan menjadi tiga jenis, yaitu: (a) atap datar, (b)
atap miring dan (c) atap lengkung. (Lippsmeier, 1980).
a. Atap datar
Atap datar, dengan kemiringan < 100, merupakan jenis atap yang sering
digunakan di daerah tropika kering yang curah hujannya sedikit, tidak cocok untuk
daerah berangin topan karena daya hisap angin dapat mengangkat atap. Atap
datar dari struktur pelat beton lebih mudah untuk pengembangan bangunan
vertikal. Untuk dapat mengalirkan air hujan, permukaan atap datar dimiringkan
minimum 20.
b. Atap miring
Atap miring dikelompokkan menjadi miring landai dan miring tajam. Atap landai
mempunyai kemiringan antara 150 sampai 300 . Atap miring tajam mempunyai
kemiringan di atas 300. Atap miring cocok digunakan untuk daerah hangat,
lembab, dengan curah hujan tinggi. Atap miring juga cocok untuk daerah yang
berangin topan, karena efek hisap lebih kecil daripada atap datar. Atap miring
pada umumnya berupa atap pelana, panggang pe, dan limasan. Kemiringan atap
juga terkait dengan bahan penutup yang dipergunakan. Penutup atap genteng
sebaiknya kemiringannya lebih besar dari 300, sedangkan bahan penutup seng
dan pelat semen berserat, kemiringannya minimum 50.
c. Atap lengkung
Atap lengkung berbentuk lengkungan, kubah, busur atau konstruksi cangkang,
dan struktur lipatan. Atap lengkung dan kubah banyak digunakan di daerah iklim
panas kering. Permukaan lengkung yang lebih besar daripada bidang datarnya
mengurangi panas matahari pada siang hari dan memperlambat penguapan
panas pada malam hari. Konstruksi cangkang pada umumnya mahal karena
membutuhkan teknologi tinggi. Konstruksi cangkang memungkinkan untuk
bentang atap lebar cocok untuk bangunan umum. (Gambar 1).
MAK 7 M 9-12 M
Bentuk sambungan simpul kuda-kuda kayu harus sesuai dengan gaya yang
bekerja pada rangka batang, yaitu apakah batang tarik atau batang tekan. Untuk
batang tekan, sambungannya berupa gigi dan pen alur, dan untuk sambungan
batang tarik dipergunakan takik dan baut. Bentuk dan ukuran gigi menentukan
kekuatan kaki kuda-kuda. Bentuk gigi yang kuat adalah tegak lurus batang kaki
kuda-kuda, dan sudut luarnya terbagi sama. Antara gigi sambungan dan kayu
muka tidak boleh terlalu dekat, karena kekuatan gesernya menjadi melemah.
Ukuran minimum antara muka gigi dengan ujung kayu muka minimum 12 cm,
(Heinz Frick, 2004).
Ukuran kayu yang dipergunakan untuk kuda-kuda kayu yaitu, balok: 8 x 12, 8 x
14, 8 x 15, 6 x 10, 6 x 12, usuk: 5 x 7, 4 x 6 dan untuk reng: 2 x 3, dan 3 x 4 cm.
(Gambar 4).
Penyambungan balok kuda-kuda kayu menggunakan balok kunci atau klos gapit,
yang diperkuat dengan baut minimal 4 buah. Jarak antara baut minimum 7
diameter baut, sedangkan jarak baut dengan muka kayu 7 kali diameter dan atau
>10 cm (Heinz Frick, 2004). Bentuk sambungan kayu memanjang yang dipakai
yaitu: sambungan kait miring, sambungan kait lurus, dan kait mulut ikan. (Gambar
5).
Pemasangan genteng disusun dan dikaitkan pada reng, untuk miring atap yang
kemiringannya >450, genteng dipaku berselang agar genteng tidak tergelincir turun.
Untuk pemasangan atap pelat semen berserat dan seng, setiap lembarnya harus
dipakukan pada gording. Pada pertemuan bidang atap, dipasang bubungan (kerpus)
dengan cara tembokan untuk atap genteng, dan dengan dipaku untuk atap seng dan
pelat semen berserat. Pasangan bubungan kerpus cukup berat, oleh karena itu perlu
konstruksi pendukung yang kuat. Kebocoran atap banyak terjadi pada retaknya
konstruksi kerpus, oleh sebab itu pengerjaan kerpus memerlukan perhatian yang
cukup.
Sarwidi (2006), mengemukakan bahwa untuk struktur atap yang tahan gempa sebaiknya:
a. Bahan penutup atap yang ringan seperti seng, plat semen berserat,
alumunium dan bahan lain yang ringan.
b. Rangka kuda-kuda harus kuat menahan beban atap dan harus
diangkerkan pada kolom atau ring balok.
c. Pada arah memanjang, atap harus diperkuat dengan ikatan angin antara
rangka kuda-kudanya.
d. Struktur atap yang tahan gempa pada gambar: 9 dan 10.
penahan
beban
lateral
Gambar 10. Perkuatan horisontal atap bentang lebar
5. Menggambar atap
Rangkaian gambar atap terdiri: gambar denah rangka atap, kosntruksi kuda-kuda, dan
detail sambungan kuda-kuda. Skala gambar untuk denah atap adalah 1:50, 1:100 dan
1:200, untuk gambar konstruksi kuda-kuda skala 1:100 dan 1:50, dan untuk detail
hubungan konstruksi digambar dengan skala 1:25 dan 1:10. Untuk dapat membuat
gambar konstruksi yang benar, jelas, dan sesuai standar, perlu memperhatikan prinsip-
prinsip dan langkah menggambar sebagai berikut: a. Standar gambar atap
1) Gambar kerja harus dibuat sesuai dengan standar dokumen pekerjaan teknik,
mencakup gambar-gambar konstruksi yang dilengkapi catatan dan informasi yang
penting, mudah ditafsirkan dengan cepat dan benar. Standar gambar terkait
dengan media gambar, arah utara, skala, notasi (huruf, angka dan simbol), dan
rendering bahan.
2) Media gambar harus mudah direproduksi dan cukup awet, gambar kerja pada
saat ini umumnya menggunakan media kertas putih HVS yang berukuran standar:
A0, A1, A2, A3, dan A4. Semua kertas gambar dipotong di luar margin, garis
margin terletak di dalam dimensi.
3) Notasi arah utara harus dilukiskan pada gambar situasi (site plan) dan denah
bangunan. Simbol arah utara situasi dan denah sedikit berbeda, baik bentuk
maupun arahnya. Simbol arah utara situasi, arah panah harus menghadap sisi
media gambar, sedangkan arah utara denah tidak harus menghadap sisi atas
media gambar.
4) Skala gambar kerja harus ditulis di bawah judul setiap gambar, terutama gambar
detail. Gambar-gambar, yang mungkin diperbesar atau diperkecil ketika
direproduksi, harus diberi grafik skala panjang untuk membantu pembaca
mengetahui skala yang sebenarnya.
5) Huruf gambar harus jelas dan mudah dibaca, bentuknya yang sederhana dan
sesuai dengan standar teknik. Sebaiknya semua notasi gambar menggunakan
huruf balok, agar jelas dan mudah dibaca.
b. Prinsip menggambar atap
Untuk membuat gambar konstruksi atap yang hasilnya komunikatif dan sistematis, perlu
memperhatikan prinsip-prinsip menggambar sebagai berikut:
1) Memastikan data struktur atap terkait: ukuran ruang seperti: panjang dan lebar ruang,
ukuran unsur struktur seperti bahan penutup atap, bentuk kuda-kuda, bahan
konstruksi kuda-kuda, arah gaya yang bekerja pada kuda-kuda, dan lain-lain.
2) Seting gambar multi pandang dengan proyeksi sistem kuadran I (cara Eropa),
tampak dan potongan gambar arahnya didorong ke bidang gambar, sehingga
urutan gambar menjadi logis dan jelas.
3) Ukuran as pokok letak kuda-kuda dan jurai diambil dari garis sumbu dengan
skala yang teliti, dilanjutkan dengan mengambil ukuran unsur yang lain.
4) Pertemuan miring atap (jurai) diambil 450 atau sudut lain yang dikehendaki
khusus dipastikan menurut tinggi dinding pendukungnya. Untuk dinding sama
tinggi, pertemuan atap langsung diambil dari pertemuan teoritisnya; untuk
dinding tidak sama tinggi, pertemuan puncak atap dilukis dengan proyeksi
multi pandang tampak samping dan tampak atas. (Gambar 11).
Contoh seting gambar kerja rencana atap dapat dilihat pada gambar 12.
15 mm
DETAIL KOMPONEN