Anda di halaman 1dari 4

a.

Bancassurance adalah salah satu program kerja sama antara bank dengan
perusahaan asuransi. Pihak bank akan menjual produk asuransi dari sebuah perusahaan
asuransi langsung maupun tidak langsung kepada nasabahnya dan nantinya kedua belah
pihak akan berbagi keuntungan dari komisi penjualan produk asuransi tersebut.

Menurut saya , Bancassurance tidak bertentangan dengan undang-undang


perbankan, karena seperti yang sudah dijelaskan di atas bahwa produk bank tersebut
hanyalah kerjasama distribusi antara bank dengan perusahaan asuransi. Dengan
bancassurance ini, bank dapat memamfaatkan yang selama ini dimiliki asuransi baik
berupa produk yang terbukti memiliki pasar luas maupun berupa jaringan personil berupa
agen penjualan asuransi. Sementara Perusahaan asuransi juga dapat memanfaatkan
kelebihan yang dimiliki bank berupa jaringan kantor maupun teknologi yang
memungkinkan asuransi dapat mempergunakan dalam kegiatan pemasaran produk
mereka.
Bank Indonesia sebagai bank sentral bertugas mengawasi dan mengatur
pelaksanaan bancassurance di Indonesia, oleh karena itu Bank Indonesia menetapkan
Surat Edaran Nomor 12/35/DPNP Perihal Penerapan Manajemen Risiko Pada Bank yang
Melakukan Aktivitas Bancassurance. Dalam Surat Edaran tersebut jelas dijabarkan Bank
berperan hanya mereferensikan atau merekomendasikan suatu produk asuransi kepada
nasabah, baik dalam Rangka Produk Bank contohnya Kredit pemilikan rumah (KPR)
yang disertai kewajiban asuransi kebakaran terhadap rumah atau bangunan yang dibiayai
oleh Bank serta asuransi jiwa terhadap nasabah peminjam (debitur). Yang kedua yaitu
Tidak daam Ranga Produk Bank contohnya Bank meneruskan brosur, leaflet, dan/atau
hal-hal sejenis yang memuat penawaran, informasi, dan/atau penjelasan dari perusahaan
asuransi mitra Bank atas suatu produk asuransi kepada nasabah Bank, baik secara tatap
muka maupun melalui surat dan media elektronik, termasuk menggunakan website Bank.

Sumber :
Bancassurance Ditinjau Dari Perspektif Hukum Perbankan (Indah Karunia Pratiwi
Situmeang). 2011. UiversitasNegeri Semarang
Surat Edaran Nomor 12/35/DPNP Perihal Penerapan Manajemen Risiko Pada Bank yang
Melakukan Aktivitas Bancassurance
http://sharianomics.wordpress.com/defenisi-bancassurance
b. Dalam siaran pers ter-update daalam situs ojk.go.id kondisi perekonomian dan
sektor keuangan dalam negeri masih terjaga, perubahan kondisi global akan tetap terjadi
sehingga perlu diwaspadai serta akses – akses yang tersedia perlu dimanfaatkan untuk
menyiapkan kebijakan dan langkah pengurangan risiko yang diperlukan.
Perubahan yang terjadi diperkirakan melalui penurunan kinerja eksternal akibat
penurunan harga komoditas dan turunnya permintaan barang ekspor Indonesia, serta
melalui peningkatan tekanan di pasar keuangan akibat penurunan likuiditas global
maupun potensi contagion (krisis finansial yang dipicu oleh krisis finansial di tempat
lainnya)  apabila terjadi krisis keuangan atau krisis nilai tukar di negara kawasan.
Perkembangan Pasar Modal (tabel terlampir)
Hingga 30 September 2022, penghimpunan dana di pasar modal masih tinggi yaitu
sebesar Rp175,34 triliun, dengan emiten baru tercatat sebanyak 48 emiten. Di pipeline,
masih terdapat 90 rencana Penawaran Umum dengan nilai sebesar Rp61,31 triliun.

Perkembangan Perbankan (tabel terlampir)


Kredit perbankan pada Agustus 2022 tumbuh relatif stabil 10,62 persen yoy, utamanya
ditopang oleh kredit jenis modal kerja yang tumbuh sebesar 12,19 persen yoy. Adapun,
secara mtm, nominal kredit perbankan naik sebesar Rp20,13 triliun menjadi Rp6.179,5
triliun. Sementara itu, laju pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) pada Agustus 2022
tercatat sebesar 7,77 persen yoy menjadi Rp7.608 triliun, laju pertumbuhan melambat
dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 8,59 persen yoy, yang utamanya didorong
perlambatan giro.

Perkembangan Industri Keuangan Non-Bank (tabel terlampir)


Di sektor IKNB, akumulasi pendapatan premi perusahaan asuransi periode Januari -
Agustus 2022 adalah sebesar Rp205,90 triliun atau naik 2,10 persen yoy. Permodalan di
sektor asuransi terjaga dengan RBC industri asuransi jiwa dan asuransi umum masing-
masing sebesar 485,51 persen dan 310,08 persen yang berada jauh di
atas threshold sebesar 120 persen.

Untuk itu, OJK mengambil langkah-langkah untuk memastikan terjaganya stabilitas


sektor jasa keuangan, antara lain melalui:
1. OJK senantiasa memantau dan memastikan ketersediaan likuiditas, baik untuk
mengantisipasi potensi risiko maupun dalam kaitannya dengan pelaksanaan fungsi
intermediasi Lembaga Jasa Keuangan.
2. OJK meminta Lembaga Jasa Keuangan untuk terus mencermati risiko pasar, termasuk
eksposur dalam surat-surat berharga dan valuta asing di tengah tren penguatan USD serta
peningkatan volatilitas di pasar keuangan global
3. OJK meminta Lembaga Jasa Keuangan untuk mencermati perkembangan risiko kredit di
sektor-sektor ekonomi yang memiliki konsumsi energi yang tinggi di tengah kenaikan
harga energi dan yang kinerjanya berhubungan erat dengan siklus harga komoditas.
4. OJK akan mempertahankan beberapa kebijakan yang telah dikeluarkan untuk mengelola
volatilitas dan menghadapi tantangan yang terjadi di Pasar Modal domestik dalam
beberapa waktu ke depan.

Sumber :
https://www.ojk.go.id/id/berita-dan-kegiatan/siaran-pers/Pages/Kinerja-Intermediasi-
Terus-Meningkat-Dan-Stabilitas-Sektor-Jasa-Keuangan-Tetap-Terjaga-Di-Tengah-
Perlambatan-Perekonomian.aspx

2. Jika saya menjadi seorang Manajer Operasional dari sebuah perusahaan jasa/layanan, faktor
yang akan menjadi prioritas paling utama adalah Faktor-faktor khusus Lokasi , karena bagi saya
Lokasi menentukan Prestasi sebuah Perusahaan. Mengapa ?

Banyak alasan yang mendasarinya diantaranya untuk sektor jasa/layanan memerlukan


tempat untuk dapat memberikan pelayanan terbaik (excellent services) bagi konsumen. Dengan
kata lain tujuan strategi lokasi adalah mamaksimumkan manfaat lokasi bagi perusahaan dan
meminimumkan biaya yang ada.

Memprioritaskan Strategi Lokasi dapat dikatakan sebagai gerbang awal untuk mencapai faktor-
faktor lainnya :

1. Faktor Biaya
Keputusan lokasi merupakan keputusan jangka panjang, susah sekali untuk direvisi,
mempunyai efek pada biaya tetap maupun variable seperti biaya transportasi, pajak, upah,
sewa dan lain-lain.
2. Kedekatan dengan Pasar
Banyak perusahaan yang secara sengaja memilih lokasi operasionalnya dekat dengan
konsumen/clientyang menyadari bahwa kedekatan dengan pasar merupakan factor utama
keberhasilan usaha mereka.
3. Lokasi Pesaing (Clustering)
Tidak mengherankan usaha yang menempatkan lokasi operasionalnya yang dekat dengan
pesaing, karena pada saat ini semakin berdekatan dengan pesaing maka semakin banyak
peluang yang diciptakan dalam meraih konsumen.
4. Kedekatan dengan Pelanggan
Ketika Lokasi perusahaan kita strategis , dekat dengan pelanggan kita atau dengan kata
lain lokasi nya mudah untuk dijangkau oleh pelanggan kita maka akan timbul rasa
nyaman dan tidak kesulitan saat akan menjangkau kita . Setelah lokasi, barulah Manajer
Operasional bersama Tim menyusun SOP sebaik mungkin dalam melayani pelanggan ,
agar pelanggan lebih puas dan merasa diperhatikan oleh perusahaan kita, terlebih lagi jika
kita adalah Perusahaan Jasa/layanan.

3. Menurut Rayburn D.Tousley Ph.D., Eugene Clark Ph.D., Fred. E Clark Ph.D., dalam bukunya
Principles Of Marketing menyatakan : Pemasaran terdiri dari usaha yang mempengaruhi
pemindahan pemilikan barang dan jasa dan termasuk distribusinya.

Menurut saya, dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Pemasaran memang bertujuan
untuk memberi informasi jelas dan detail tentang produk yang dimilikinya kepada para calon
pembeli, agar dikenal oleh masyarakat luas (banyak orang) dengan tujuan memperoleh
keuntungan sebesar-besarnya dan penjualan sebanyak-banyaknya. Permasalahan dengan kritikan
“pemasaran membuat orang membeli hal-hal yang sebenarnya tidak mereka butuhkan” saya
sangat tidak setuju karena pemasaran merupakan pawang atau hal terpenting dalam suatu
penjualan/operasional perusahaan untuk mendapatkan keuntungan, ketika konsumen membeli itu
artinya pemasaran nya berhasil karena mampu membuat konsumen itu membeli (karena
ingin/memang karena butuh). Untuk konsumen yang membeli barang bukan karena kebutuhan ,
itu permasalahnya ada di diri konsumen itu sendiri mungkin karena tidak dapat mengontrol
ketika big sale, lifestyle, memegang kartu kredit, lingkungan , dsb.

Philip Kotler dan Kevin Lane Keller dalam bukunya membatah pernyataan tersebut, mereka
mengatakan “pemasaran tidak menciptakan kebutuhan, karena sudah ada sebelum pemasaran,
pemasaran bersama dengan faktor- faktor kemasyarakatan lainnya mempengaruhi keinginan dan
pemasaran hanya bertugas sebagai gagasan bahwa sebuah Mercedes dapat memuaskan
kebutuhan seseorang dalam berkendara dan menaikkan status sosial.

Sumber :

Buchari Alma, Dasar Dasar Bisnis Dan Pemasaran, (Bandung: CV.ALFABETA, 1997)

Philip Kotler, Kevin Lane Keller, Manajemen Pemasaran…. 14

Anda mungkin juga menyukai