A. DASAR PEMIKIRAN
1. Kualitas SDM dalam berbagai dimensinya adalah kunci keberhasilan bangsa dalam
persaingan global di Era Industri 4.0 yang sedang berjalan dan telah berkembang
memasuki Era Industri 5.0. Dalam kaitannya dengan kualitan SDM unggul tersebut,
peran pendidikan tinggi sangat menentukan dan telah diakui oleh seluruh bangsa di
dunia. Dalam kaitannya dengan hal tersebut, berbagai negara berlomba mengalokasikan
dana sebagai investasi SDM di tingkat pendidikan tinggi yang tingkat produktivitasnya
menjadi perdebatan (Penelitian APO tahun 2017 tentang Produktivitas Pendidikan
Tinggi di Asia).
2. Penelitian APO di atas menyampaikan sejumlah rekomendasi diantaranya:
a. Negara-negara Asia seharusnya melakukan penelitian dan pengembangan
produktivitas pendidikan tinggi.
b. APO seharusnya melanjutkan dan meningkatkan kepeloporannya di bidang penelitian
productivitas pendidikan tinggi ini dengan mensponsori kegiatan-kegiatan yang
memacu perkembangan politik, teknis, dan praktis
c. Peneliti seharusnya lebih mengembangkan dan mendokumentasikan metodologi
terutama fungsi produksi dan indikator;
d. Pemerintah dan lembaga pendidikan tinggi seharusnya membangun infrastruktur
untuk mengukur, menganalisis dan melaporkan produktivitas pendidikan dan
penelitian, pada tingkat departemen, tingkat lembaga pendidikan dan tingkat
nasional;
e. Sumber daya pelatihan online dan platform digital regional harus dikembangkan
untuk melatih SDM dan membangun jaringan untuk meningkatkan kemampuan di
bidang-bidang utama seperti kelembagaan penelitian, evaluasi produktivitas, dan
benchmarking;
f. Inisiatif produktivitas utama, seperti penetapan biaya berbasis aktivitas, desain ulang,
dan keterlibatan siswa, harus diujicobakan di lembaga pendidikan tinggi unggulan
tertentu.
3. Khusus untuk Indonesia, Studi APO meresume bahwa tren pertumbuhan produktivitas
pendidikan tinggi di Indonesia relatif stabil, mendekati indeks satu. Hal ini menunjukkan
bahwa pendidikan tinggi di Indonesia relatif efektif dalam memproduksi hasil yang
diinginkan (berdasarkan masukan yang diberikan). Namun demikian, sistemnya belum
efisien, karena belum bisa berbuat lebih banyak dengan input yang diberikan. Hal Ini
mengisyaratkan bahwa lembaga penyelenggara pendidikan tinggi di Indonesia
perlu meningkatkan kinerja mereka secara keseluruhan dalam hal pengajaran,
penelitian, pengabdian kepada masyarakat, lulusan yang kompeten dan inovasi,
4. Peningkatan produktivitas pendidikan tinggi di Indonesia semakin mendesak untuk
segera digelorakan bukan hanya karena hasil Studi APO, tetapi juga atas dasar
pertimbangan sebagai berikut:
a. Situasi pandemi covid-19 harus dikurangi dampak negatifnya terhadap pelaksanaan
kegiatan belajar-mengajar pendidikan dan pelatihan, baik pada tingkat pendidikan
Page | 1
tinggi, menengah dan bahkan juga pada pelatihan vokasi . Berbagai teroboson harus
dilakukan agar sasaran pendidikan dan pelatihan tetap dapat dicapai secara efektif,
efisien dan berkualitas;
b. Pernyataan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Riset dan Teknolgi yang
menyatakan bahwa: (1) Kita memasuki era di mana gelar tidak menjamin
kompetensi, (2) Kita memasuki era di mana kelulusan tidak enjamin kesiapan
kerja, dan (3) Kita memasuki era di mana akreditas tidak menjamin mutu. Ini hal-
hal yang harus segera di sadari;
c. Dari pernyataan- pernyataan di atas selanjutnya Menteri menerbitkan kebijakan
tentang “Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka (MBKM)”.
5. Upaya transformasi sistem pendidikan yang selama ini dilaksanakan menuju ke arah
“Sistem MBKM”, pada dasarnya merupakan upaya peningkatan produktivitas
pendidikan. Oleh karena itu, upaya transformasi dimaksud tentunya akan lebih optimal
hasilnya apabila dilakukan dengan menggunakan pendekatan (approach), metoda
(methods) dan perangkat (tools) peningkatan produktivtas.
Page | 2
menjadi keunggulan dari masing-masing lembaga pendidikan. Seperti misalnya Fakultas
tertentu, Program Studi tertentu, Kejuruan tertentu, dsb.
2. Perekaman Proses Pencapaian Keunggulan pada Bidang Kependidikan/Kepelatihan.
a. Proses pencapaian keunggulan dari bidang kependidikan/kepelatihan direkam dari
sejak munculnya ide/gagasan perbaikan menuju keunggulan, perancangan program
dan kegiatan, pelaksanaan program dan kegiatan, pengorganisasian dan manajemen
program dan kegiatan sampai dengan penilaian capaian keberhasilan.
b. Pengukuran produktivitas dari capaian keunggulan pada bidang
kependidikan/kepelatihan dimaksud dengan menggunakan pendekatan produktivitas
total dan atau produktivitas parsial.
Page | 3
Dengan telah ditentukannya factor dominan yang merupakan penghambat dan/atau
pendukung peningkatan kompetensi dan kebekerjaan lulusan, selanjutnya disusun
program dan kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai sasaran tema perbaikan
sebagaimana telah ditentukan pada butir a. di atas. Di samping itu juga ditentukan
sasaran antara dari masing-masing program beserta indikatornya (IP) serta sasaran
antara kegiatan beserta indikatornya (IK).
5. Pelaksanaan Program dan Kegiatan Perbaikan.
Pelaksanaan program dan kegiatan perbaikan dilakukan melalui pentahapan sebagai
berikut:
a. Penyusunan rencana pelaksanaan kegiatan (Renlakgiat) yang berisi penentuan
tentang “Siabidiba”:
▪ Siapa mengerjakan apa (menrujuk pada individu dan/atau satuan kerja -
pengorganisasian);
▪ Bilamana atau kapan dikerjakan (merujuk pada waktu/jadwal);
▪ Dimana pekerjaan tersebut dilakukan (merujuk pada tempat/lokasi);
▪ Bagaiman pekerjaan itu dilakukan (merujuk pada cara melaksanakan pekerjaan -
SOP)
b. Pelaksanaan kegiatan dari setiap program kerja sesuai dengan Renlakgiat beserta
monitoring dan pengendaliannya.
6. Evaluasi Hasil Perbaikan.
a. Evaluasi hasil perbaikan dilakukan untuk mengetahui efektivitas, efisiensi dan kualitas
program dan kegiatan perbaikan yang dilakukan paska pelaksanaan Renlakgiat.
Evaluasi ini dilakukan pada tingkat capaian sasaran kegiatan (IK), capaian sasaran
program (IP) maupun sasaran tema perbaikan (outcome). Produktivitas dari program
perbaikan dapat diperhitungkan dengan membandingkan capaian sasaran tema
(output) dengan total biaya (realisasi) seluruh sumber daya yang dikeluarkan (input).
b. Di samping evaluasi pada hasil perbaikan, evaluasi juga dilakukan pada proses
(sasaran antara). Dari evaluasi terhadap proses perbaikan ini dapat diperoleh
gambaran mengenai efektifas dan efisensi setiap program dan kegiatan. Evaluasi
dapat dilakukan pada capaian sasaran antara tingkat kegiatan (IK) maupun pada
tingkat program (IP). Produktivtas kegiatan dapat diukur dengan membandingkan
capaian IK dengan total biaya (realisasi) seluruh sumber daya yang diperlukan untuk
pelaksanaan kegiatan. Demikian pula halnya dengan prodiuktivitas program dapat
diukur dengan membandingkan capaian IP dengan total biaya (realisasi) seluruh
sumber daya yang diperlukan untuk pelaksanaan program.
7. Pembuatan Usulan Standard.
Program dan kegiatan perbaikan yang menunjukkan keberhasilan (produktif) perlu
distandarkan, baik sistim, metode maupun prosesnya (SOP). Hal ini penting agar praktik-
praktik yang terbukti baik (best practices) tersebut dapat terpelihara dan berkembang
menjadi kebiasaan dan budaya kerja.
8. Penentuan Tema Perbaikan Berikutnya.
Produktivitas adalah upaya perbaikan yang dilakukan secara berkesinambungan. Hari
ini harus lebih baik dai hari kemarin dan hari esok harus lebih baik dari hari ini. Oleh
karena itu, di samping melembagakan praktik-praktik baik menjadi budaya kerja,
lembaga pendidikan dan pealtihan vokasi juga harus terus mencari tema-tema baru
Page | 4
perbaikan. Tema-tema baru perbaikan tersebut dapat berkaitan dengan area atau
bidang perbaikan baru (bidang dan/atau program studi). Selain itu, tema-tema perbaikan
baru juga dapat dimunculkan dalam kaitannya dengan program dan/atau kegiatan
bidang perbaikan yang sudah dilakukan tetapi memerlukan perbaikan karena hasilnya
belum optimal dan/atau adanya tantangan/perubahan baru yang harus diantisipasi.
Page | 5
f. Badan Nasional Sertifikasi Profesi dengan peran sebagai fasilitator program dan
kebijakan di bidang sertifikasi kompetensi; dan
g. Kamar Dagang dan Industri Indonesia dengan peran dan tugas sebagai fasilitator
kerjasama kemitraan antara lembaga pendidikan dan pelatihan vokasi dengan
perusahaan/dunia usaha dan industry (DuDi).
2. Untuk pelaksanaan Model P3TMP di lembaga pendidikan dan pelatihan vokasi
sebagaimana dimaksud pada butir 1.b, dibentuk Kelompok Kerja (Pokja) yang
keanggotaannya terdiri dari principal/pejabat dan staff internal lembaga pendidikan dan
pelatihan vokasi terkait serta pejabat dan staff perusahaan mitra kerja. Pokja diketuai
oleh:
a. Pimpinan bidang studi yang menjadi sasaran dari pelaksanan P3T – IPB University;
b. Direktur Poltek AK – BKSDMI;
c. Direktur/Kepala SMK X – BPSDMI;
d. Kepala BBLK X – Kemnaker.
Page | 6
E. KEGIATAN DAN JADWAL
Modeling P3TMP dilaksanakan selama 4,5 bulan melalui kegiatan dengan jadwal sebagai
berikut:
No Jli Agt Spt Okt Nov Indikator
Kegiatan Vol
2 1 2 1 2 1 2 1 2 Kinerja
1 Courtesy Call (virtual meeting) 2x Pokja
2 Bimtek Pokja (vitual workshop) 1x Pokja Siap
3 Perancangan Program dan Rancangan
Kegiatan Modeling oleh Pokja 5x Program &
(daring/luring meeting) Renlakgiat
4 Mentoring Perancangan
Program dan Kegiatan Kelancaran
2x
Modeling (daring/luring - LPN) Pelaksanaan
F. PENUTUP
Kerangka Acuan Kerja Modeling Peningkatan Produktivitas dan Daya Saing Pendidikan
Tinggi, Menengah dan Pelatihan Vokasi ini disusun sebagai pemantik diskusi internal Lokus
3 – Tim Kerja LPN 2021. Keseluruhan isi dan substansi Kerangka Acuan Kerja ini terbuka
untuk ditambah, diubah dan/atau diganti dengan substansi lain. Semoga dengan Kerangka
AcuanKerja ini, pelaksanaan program kerja dan kegiatan Lokus 3 dapat lebih lancar dan
menghasilkan Model P3TMP yang layak terap (applicable). Terima kasih atas perhatian dan
partisipasi aktif rekan-rekan anggota Lokus 3 serta anggota Lokus lain yang menaruh
perhatian pada program kerja Lokus 3.
======oo0oo======
Page | 7