Anda di halaman 1dari 3

Kajian Rancangan Perda Kota Tangerang

Tentang Tanggung Jawab Sosial Lingkungan (TJSL/CSR)


Pengantar rus menyentuh karyawan perusahaan melalui perlindun-
gan terhadap karyawan dan keluarganya. Secara ekster-

P
osisi kota Tangerang sebagai salah satu daerah nal yaitu pelaksanaan TJSL ini juga memperhatikan pe-
yang berdampingan dengan ibukota DKI Jakarta mulihan dan peningkatan lingkungan hidup yang terkena
bisa dikatakan strategis. Strategis sebagai salah dampak kegiatan perusahaan, dan berkontribusi terha-
satu daerah penyangga ibukota maupun sebagai sentra dap pembangunan berkelanjutan serta memberdayakan
industri dan lalu lintas perdagangan. Dengan pesatnya masyarakat agar kreatif dan menjadi mandiri. Untuk
industri di kota Tangerang sebagai penyokong perekono- mendukung pelaksanaan TJSL, juga ditetapkan besaran
mian, tentunya akan timbul permasalahan mengenai ling- anggaran sebesar minimum 2% dari laba perusahaan
kungan hidup sekitar industri. Sehingga perlunya suatu yang kemudian dimasukkan kedalam biaya perusahaan.
pengaturan mengenai suatu kewajiban bagi perusahaan
yang melakukan kegiatan di kota Tangerang untuk ber- Dalam mengawasi dan mengevealuasi pelaksanaan
peran serta dalam memberikan dukungan bagi lingkungan TJSL ini, akan dibentuk sebuah forum terdiri dari pe-
dan masyarakat sekitar. merintah kota Tangerang, LSM, dan perwakilan perusa-
haan yang bertujuan untuk mengawasi dan mengevaluasi
Ringkasan isi pelaksanaan TJSL tersebut. Fungsi lain dari forum ini
adalah merancang sistem kerja yang akuntabel dan
Rancangan peraturan daerah (Ranperda) Kota Tan- transparan, mengkonsolidasikan dunia usaha dengan
gerang ini mengatur tentang pelaksanaan Tanggung pemerintah dan masyarakat perihal best practice dalam
Jawab Sosial Lingkungan (TJSL) Perusahaan. Secara sub- tata kelola, resolusi konflik dan harmonisasi, dan mem-
stantif juga diatur mengenai tujuan TJSL, prinsip pelak- bangun jaringan kemitraan antara dunia usaha, pemerin-
sanaan TJSL, ruang lingkup TJSL, besaran anggaran TJSL, tah dan lintas sektoral lainnya, untuk mendukung pem-
peran serta masyarakat dalam mengawasi pelaksanaan bangunan yang berkelanjutan. Hal ini sesuai dengan se-
TJSL ini serta sanksi bagi perusahaan yang tidak melak- mangat yang terkandung didalam UU No. 28/2009
sanakan TJSL. mengenai peran serta masyarakat dalam pembuatan ke-
bijakan.
Tujuan dari TJSL sendiri agar perusahaan berpartisi-
pasi dalam meningkatkan kesejahteraan ekonomi Analisis isi
masyarakat Kota Tangerang. Selain itu, tujuan lain dari
ranperda ini adalah agar program TJSL bisa dilakukan 1. Pada pasal 5 Ranperda menyebutkan bahwa ruang
secara komprehensif oleh perusahaan besar maupun lingkup kegiatan TJSL harus meliputi kegiatan-
kecil. Yang menjadi obyek ranperda ini adalah seluruh kegiatan seperti perlindungan terhadap karyawan
perusahaan yang memiliki dampak negatif secara lang- dan keluarga, pembayaran pajak, penyediaan barang
sung ataupun tidak. Jadi bisa dikatakan, pengaturan men- dan jasa yang tidak mencedrai hak-hak konsumen.
genai TJSL dalam ranperda ini terkait dengan aktivitas Kegiatan-kegiatan seperti itu sudah menjadi kewaji-
perusahaan dalam melakukan kegiatan di Kota Tanger- ban perusahaan didalam aktivitasnya. Padahal di-
ang. dalam acuan untuk kegiatan-kegiatan TJSL haruslah
merujuk pada konsep TJSL yaitu kontribusi terhadap
Di dalam ranperda ini juga disebutkan bahwa perusa- pembangunan ekonomi yang berkelanjutan,
haan harus melakukan TJSL ini secara internal maupun bekerjasama dengan karyawan dan keluarganya,
eksternal. Secara internal yaitu pelaksanaan TJSL ini ha- masyarakat sekitar dan masyarakat luas untuk
meningkatkan kualitas hidup. Sehingga ruang lingkup yang bentuk badan hukumnya adalah Perseroan Ter-
kegiatan TJSL sebaiknya diperjelas dan diarahkan batas (PT), disebutkan yang melaksanakan program
pada kegiatan-kegiatan seperti pengelolaan limbah TJSL ini adalah perusahaan yang berbentuk Perse-
yang baik, konservasi sumber daya alam sekitar, roan Terbatas (PT) dan bukan bentuk badan hukum
maupun pemberian pelatihan kepada masyarakat lainnya seperti CV atau Firma.
sekitar perusahaan.
5. Pada pasal 12 angka 2, disebutkan bahwa anggaran
Masih terkait dengan pasal 5, disebutkan bahwa untuk melakukan TJSL ini ditetapkan minimal sebe-
pelaksanaan TJSL harus meliputi beberapa hal sar 2% dari laba perusahaan. Sementara di pasal 8,
seperti pemberian perlindungan terhadap karyawan perusahaan yang melakukan TJSL ini juga harus
dan keluarganya, menimbulkan makna yang hampir memperhatikan kinerja keuangan perusahaan. Den-
sama dengan fungsi dari Jamsostek. Selain itu, di- gan keberadaan pasal 8 tersebut, seharusnya perusa-
dalam UU No. 40/2007 mengenai PT dan PP No. haan tidak diberikan lagi batasan untuk besaran ang-
47/2012, tidak diatur klausul mengenai hal ini. garan pelaksanaan TJSL dan kebebasan untuk me-
netapkan besaran anggaran tersebut sesuai kondisi
2. Pada pasal 74 UU No. 40/2007 dan pasal 3 angka 1 kinerja keuangan perusahaan. Selain itu, ketetapan
PP No. 47/2012, sebagai peraturan yang menjadi besaran anggaran minimum sebesar 2% dari laba
dasar TJSL, dijelaskan bahwa perusahaan yang wajib bersih merupakan ketetapan yang dikenakan kepada
melaksanakan TJSL adalah perusahaan yang melaku- BUMN untuk melaksanakan Program Kemitraan
kan kegiatan usahanya di bidang dan atau berkaitan Bina Lingkungan (PKBL), yang diatur melalui Permen
dengan sumber daya alam berdasarkan undang- BUMN No. 5/2007 tentang program kemitraan
undang. Sementara pada pasal 6 Ranperda, perusa- BUMN dengan usaha kecil dan program bina ling-
haan yang diwajibkan menyusun dan melaksanakan kungan (BL). Selain itu, ketentuan ini tentunya akan
rencana TJSL adalah seluruh perusahaan baik ber- memberatkan perusahaan karena belum tentu setiap
skala besar maupun kecil, yang menimbulkan dam- tahunnya perusahaan mendapatkan laba. Pembeba-
pak negatif secara langsung atau pun tidak. Di sini nan anggaran TJSL ini ke dalam anggaran perusa-
tidak dijelaskan secara spesifik mengenai kriteria haan, juga bisa mengakibatkan peningkatan biaya
perusahaan yang berkewajiban melaksanakan TJSL perusahaan. Seharusnya ada pasal tambahan setelah
adalah perusahaan yang bergerak di bidang sumber pasal 8 yang bersifat menindaklanjuti pasal 8 terse-
daya alam. Pasal ini juga berpotensi menimbulkan but, yakni dengan pasal pengecualian, pemberian
multi tafsir karena bisa saja ditafsirkan bahwa peru- keringanan atau
sahaan yang tidak bergerak di bidang sumber daya
alam dan/atau yang berkaitan dengan sumber daya 6. Pada pasal 13 angka 2 disebutkan bahwa kewajaran
alam, juga harus melaksanakan TJSL tersebut. alokasi anggaran untuk pelaksanaan TJSL dinilai oleh
auditor independen. Pengaturan ini juga tidak ada
3. Ranperda tidak menyebutkan secara jelas mengenai dalam PP No. 47/2012, bahwa harus ada penilaian
jenis dan standar dari dampak negatif yang menjadi oleh auditor independen terhadap kewajaran alokasi
acuan untuk mewajibkan suatu perusahaan melaku- anggaran untuk TJSL. Permasalahan lainnya adalah
kan TJSL. Jika mengacu pada UU No. 32 tahun 2009 siapakah yang akan menunjuk auditor independen
tentang pengelolaan dan perlindungan lingkungan dan menanggung biaya auditor independen tersebut.
hidup, jelas disebutkan mengenai jenis dan standar
dampak lingkungan melalui kriteria baku kerusakan 7. Pada pasal 14 disebutkan bahwa biaya pelaksanaan
lingkungan hidup yang terdiri dari kriteria baku TJSL tidak diperhitungkan sebagai pengurang pajak.
kerusakan ekosistem dan kriteria baku kerusakan Akan tetapi jika merunut pada pasal 6 angka 1 huruf
akibat perubahan iklim. i, j, l, m UU Pajak No. 36/2008 mengenai hal-hal apa
saja yang bisa menjadi pengurang pajak perusahaan,
4. Pada pasal 7 disebutkan perusahaan yang diha- termasuk didalamnya sumbangan terhadap peneli-
ruskan melaksanakan TJSL di dalam ranperda ini, tian, sumbangan untuk fasilits pendidikan serta sum-
berdomisili di wilayah Kota Tangerang serta telah bangan untuk pembinaan olahraga. Dan di dalam PP
berbadan hukum. Namun tidak dijelaskan lebih lan- No. 93/2010, semakin ditegaskan bahwa sumbangan-
jut mengenai bentuk badan hukum apa yang diwajib- sumbangan tersebut bisa menjadi pengurang pengha-
kan melaksanakan TJSL ini. Jika mengacu pada UU silan bruto yang menjadi dasar perhitungan pen-
No. 40/2007 mengenai PT dan PP No. 47/2012 genaan pajak penghasilan. Memang tidak semua
mengenai TJSL Perseroan Terbatas (PT), maka pe- kegiatan TJSL berbentuk seperti kegiatan
rusahaan yang diwajibkan melaksanakan TJSL adalah diatas, namun untuk kegiatan CSR tertentu, 2
seperti yang diatas dapat menjadi pengurang pajak. saran anggaran TJSL yang akan dilaksanakan. Adanya ke-
Sehingga perusahaan yang melakukan TJSL melalui tentuan mengenai perusahaan yang wajib melakukan
kegiatan pemberian sumbangan seperti beasiswa TJSL pada pasal 6 juga berpotensi menimbulkan multi
olahraga, sumbangan untuk penelitian, bisa menjadi- tafsir.
kan sumbangan tersebut sebagai pengurang pajak
dan tidak bisa dibatasi seperti aturan yang disebut- Selain itu, juga terdapat ketidakjelasan tentang bata-
kan pada pasal 14 tersebut. san-batasan tentang ruang lingkup kegiatan TJSL menye-
babkan terjadinya diskoneksi antara tujuan dan isi ran-
8. Adanya forum yang terdiri dari unsur pemerintah perda. Kelengkapan beberapa hal seperti pengaturan
daerah, LSM, maupun perwakilan perusahaan yang mekanisme pelaksanaan TJSL, mekanisme atau pengec-
difungsikan sebagai sarana untuk mengawasi pelak- ualian atas perusahaan yang kondisi keuangannya tidak
sanaan TJSL perusahaan seperti yang disebutkan dalam kepatutan dan kewajaran masih belum ada dalam
pada pasal 17 dan 18, berpotensi menimbulkan ma- ranperda ini. Sehingga dapat ditarik sebuah rekomendasi
salah nantinya. Potensi masalah yang bisa saja terjadi dari keseluruhan analisis di atas, bahwa sudah selayaknya
seperti sumber biaya untuk melaksanakan forum ini ranperda ini dibatalkan. 
maupun siapakah yang mengawasi forum ini. Sebai-
knya hal-hal seperti ini juga diatur didalam ranperda
ini, karena jangan sampai anggaran TJSL yang dike-
luarkan oleh perusahaan digunakan untuk mendu-
kung forum ini, dan pada akhirnya anggaran yang
seharusnya digunakan untuk TJSL menjadi tidak te-
pat sasaran.

9. Di ranperda ini tidak disebutkan mekanisme apa


yang ditetapkan bagi perusahaan yang diwajibkan
melakukan TJSL dalam kondisi merugi atau tidak
memperoleh laba. Di PP No. 47/2012, disebutkan
bahwa pelaksanaan TJSL ini berdasarkan kepatutan
dan kewajaran. Ini berarti diperlukan sebuah
mekanisme untuk mengatur pelaksanaan ataupun
pengadaan anggaran TJSL bagi perusahaan yang wa-
jib melaksanakan TJSL namun tidak memperoleh
laba atau merugi didalam satu pasal tambahan.
Mekanisme ini bisa berbentuk keringanan dalam hal
anggaran atau pengecualian dari kewajiban TJSL di
tahun berjalan.

Rekomendasi

Dari beberapa analisis di atas, terdapat beberapa


permasalahan di dalam ranperda ini. Seperti batasan
perusahaan yang menjadi obyek ranperda ini. Ranperda
juga harus menyebutkan secara, spesifik kriteria dampak
negatif membuat suatu perusahaan harus melakukan
TJSL. Selain itu, penetapan program TJSL maupun be-
saran anggaran juga tidak seharusnya dilakukan mengin-
gat di dalam PP No. 47/2012 tidak diatur mengenai hal
ini, dan patut disadari bahwa TJSL merupakan domain
perusahaan, sehingga perusahaan memiliki kebebasan
untuk menetapkan dan menerapkan program serta be-

Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah


Gedung Permata Kuningan Lt.10, Jl. Kuningan Mulia Kav. 9C, Setiabudi, Jakarta Selatan
Telp. (021) 83780642/53, Fax. (021) 83780643, Email: kppod@kppod.org, Website: www.kppod.org 3

Anda mungkin juga menyukai