Anda di halaman 1dari 14

RITUAL KREMASI ETNIS TIONGHOA DI RUMAH DUKA RUMBAI

PEKANBARU
Oleh: Depi Madona/1301110288
depimadona95@gmail.com
Dosen Pembimbing: Drs. Jonyanis, M.Si

Jurusan Sosiologi - Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik


Kampus Bina Widya Jl. HR. Soebrantas Km. 12,5 Simp. Baru Pekanbaru 28293
Tlp/Fax. 0761-63277

ABSTRAK

Kematian merupakan hal yang tidak dapat di tolak, tetapi kematian di takuti oleh
semua orang. Kepercayaan tionghoa pada umurnya di dasarkan pada keyakinan, bahwa dunia
kehidupan masyarakat itu merupakan refleksi dari kehidupan alam semesta. Setiap kematian
yang terjadi pada anggota keluarga ahli waris atau anggota keluarga lainnya akan melakukan
upacara kematian sebagai bentuk penghormatan terakhir. Upacara kematian pada komunitas
tionghoa ini dapat di lakukan dengan dikubur atau dikremasi.
Kremasi merupakan penerapan pelepasan jenazah dengan cara dibakar.upacara ini
dilakukan dirumah ahli waris ataupun dirumah duka yang di naungi oleh sebuah yayasan.
Selain itu juga upacara pemakaman dengan dikremasi ini tidak hanya di lakukan etnis
tionghoa yang beragama Budha. Etnis tionghoa yang beragama Katolitk, Kristen juga
melakukan upacara pemakaman dengan cara dikremasi. Untuk itu peneliti berusaha
menyikapi bagaimana tatacara pelaksanaan upacara kremasi. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa pelaksanaan ritual kremasi melalui beberapa tahap: (1) Rapat keluarga yang di hadiri
oleh keluarga dekat. Rapat ini dilakukan untuk menemukan kesepakatan bersama mengenai
tempat persemayaman jenazah, lamanya jenazah disemayamankandan pemilihan hari baik
untuk setiap proses upacara. (2) Persiapan oleh keluarga yang berupa membersihkan jenazah,
mengenakan pakaian pada jenazah dan beberapa sesajian. (3) Persiapan oleh pihak rumah
duka berupa dekorasi ruangan, (4) Upacara sebelum masuk peti. (5) Persemayaman
almarhum. (6) Upacara tutu peti. (7) Upacara pemakaman/kremasi. (8) Pengambilan abu
yang dilakukan sehari setelah upacara kremasi. Upacara kremasi ini dilakukan dengan tujuan
untuk memenuhi permintaan terakhir dari almarhum ataupun merupakan tradisi turun
temurun yang di percayai dalam kelompok masyarakat itu sendiri. Selain itu terdapat
beberapa faktor yang melatarbelakangi upacara kremasi yang dilakukan pada masyarakat itu
sendiri, salah faktor utama adalah faktor ekonomi.

Kata kunci: Ritual, Kremasi, Tionghoa

JOM FISIP Vol. 4 No. 2 Oktober 2017 Page 1


CREMATION RITES OF TIONGHOA ETHNIC IN FUNERAL HOME OF RUMBAI
PEKANBARU

By: Depi Madona / 1301110288


depimadona95@gmail.com
Supervisor: Drs. Jonyanis, M.Si
Department of Sociology - Faculty of Social and Political Sciences
Campus Bina Widya Jl. HR. Soebrantas Km. 12.5 Simp. New Pekanbaru 28293
Phone / Fax. 0761-63277

ABSTRACT
Death is a thing that can not be rejected, but death is fear by everyone. Generally,the
Tionghoa belief is based on the belief that the world of people's life is a reflection of the
universe. Any death that happens to a family member of the heir or any other family member
will perform a death ritual as a form of last respects. The death ceremony in this Tionghoa
community can be done by being buried or cremated.
Cremation is the application of the release of the corpse by burning. This ceremony is done
at the heirs home or in the house of grief which held by a foundation. In addition, this funeral
with a cremation is not only done by ethnic Tionghoa who are Buddhists. Tionghoa Ethnic
who are Catholic, Christians also perform the funeral ceremony by means of cremation. For
that researchers tried to address how the implementation procedure of the cremation
ceremony. The results showed that the implementation of cremation rituals through several
stages: (1) Family meetings attended by close family. This meeting was conducted to find a
mutual agreement on where the corpse was located, the length of the body was held and the
election of a good day for each ceremony process. (2) Preparation by the family in the form
of cleaning the body, wearing clothes on the corpse and some offerings. (3) Preparation by
the funeral home in the form of room decoration, (4) Ceremony before entering the crate. (5)
The end of the deceased. (6) Tutu ceremony crate. (7) Funeral / cremation ceremony. (8)
Taking ashes made one day after the cremation ceremony. This cremation ceremony is
performed in order to fulfill the last request of the deceased or a hereditary tradition that is
believed in the community group itself. In addition there are several factors behind the
cremation ceremony conducted on the community itself, one of the main factors is the
economic factor.

Keywords: Ritual, Cremation, Tionghoa

JOM FISIP Vol. 4 No. 2 Oktober 2017 Page 2


PENDAHULUAN Taoisme, Buddisme,dan Konguasianisme
percaya akan budaya kehidupan setelah
Indonesia merupakan bangsa yang kematian yang dikenal dengan istilah
memiliki kebudayaan, suku bangsa, adat Reinkernasi. Karena kepercayaan inilah
istiadat, bahasa dan agam yang beraneka masyarakat tionghoa kaya akan tradisi-
ragam. Kebudayaan merupakan warisan tradisi yang bertujuan agar kehidupan
sosial dari pendahulunya. Suku bangsa setelah kematian menjadi lebih baik.
atau etnik dikenal untuk menyebutkan Setiap ada kematian maka akan ada
setiap bentuk kelompok ras maupun yang upacara kematian, yaitu suatu proses
bukan ras secara sosial di anggap berbeda kegiatan yang di lakukan untuk
dan telah mengembangkan sub-kulturnya menghantarkan manusia kealam yang
sendiri. Dengan kata lain suatu kelompok berbeda dari alam yang biasa didiami.
Etnis adalah kelompok yang diakui oleh Proses kegiatan itu dinamakan upacara
masyarakat itu sendiri sebagai suatu kematian. Setiap etnis memiliki upacara
kelompok tersendiri. Walaupun perbedaan kematian yang berbeda dan hal ini
kelompok dikaitkan dengan nenek moyang dikarenakan adat istiadat dan kebudayaan
tertentu, namun ciri-ciri pengenalannya yang berbeda. Demikian juga etnis
dapat berupa bahasa, wilayah, kediaman, tionghoa yang memiliki upacara
bentuk fisik dan gabungan dari beberapa kematian sendiri. Koentjaraningrat
ciri tersebut akan menghasilkan (1980:241) PHQJDWDNDQ EDKZD ³DGD
kebudayaan sendiri. empat komponen upacara yaitu, tempat
upacara, waktu upacara, benda-benda dan
.DWD ³NHEXGD\DDQ´ EHUDVDO GDUL
DODW XSDFDUD´ WHPSDW upacra adalah lokasi
(Bahasa Sansekerta) Budhaya yang
atau tempat dilaksanakannya upacara,
PHUXSDNDQ EHQWXN MDPDN NDWD ³EXGGKL´
waktu upacara adalah waktu dan saat
yang berarti budi atau akal (dalam
dilaksanakannya upacara, alat-alat
Soekanto,Soejono 2013:150).
upacara adalah benda-benda yang di
.HEXGD\DDQ GL DUWLNDQ VHEDJDL ³KDO-hal
gunakan dalam upacara tersebut.
yang bersangkutan dengan budi atau
Upacara kematian merupakan suatu
akal. Menurut ilmu antropologi,
persembahan terakhir kepada orang yang
³NHEXGD\DDQ´ DGDODK NHVHOXUXKDQ VLVWHP
meninggal. Setiap orang memiliki
gagasan, tindakan dan hasil karya
kepercayaan dan keyakinan yang berbeda-
manusia dalam kehidupan masyarakat
beda, seperti etnis tionghoa yang
yang dimiliki diri manusia dengan belajar
mempercayai upacara kematian dengan
(dalam Koentjaraningrat 2009:144)
cara dikremasi adau dikubur. Kremasi
Tionghoa memiliki adat istiadat
merupakan penerapan pelepasan jenazah
agama yang sangat kental. Adat istiadat
dengan cara dibakar.etnis tionhoa diikat
tersebut bersifat tidak tetulis dan
oleh suatu kelompok yang rapi. Jika terjadi
dipelihara secara turun-temurun.
kemalangan atau kematian, maka upacara
Disamping adat istiadat, ada kaidah-
kematian dimulai dengan pengurusan
kaidah yang dinamakan peraturan
jenazah sampai penguburan yang dikelola
(hukum, yang biasanya sengaja dibuat
suatu yayasan (dalam A.Rani Usman
dan mempunyai sanksi tegas. Sama
2009:13). Uapacara yang dilakukan
seperti suku lainnya di Indonesia,
dirumah duka memiliki beberapa tahapan
masyarakat tionghoa juga memiliki
yang dimulai dari tahap persiapan, tahap
kebudayaan tersendiri seperti halnya
inti hingga tahap akhir atau pengabuan.
dalam upacara kematian. Bagi
Kremasi ini dilakukan berbeda-beda sesuai
masyarakat tionghoa lahir, tua, sakit, dan
dengan agama dan kepercayaan yang di
mati adalah sati siklus yang harus di lalui
anut. Ritual kremasi ini tidah hanya
oleh setiap manusia. Masyarakat
dilakukan oleh yang beragama Budha saja,
tionghoa yang mengamalkan ajaran

JOM FISIP Vol. 4 No. 2 Oktober 2017 Page 3


melaikan yang beragama Katolik, Kristen tertentu. Dalam pandangan ilmu-ilmu
juga melakukan kremasi sesuai dengan sosial, sistem sosial diartikan sebagai
permintaan alamrhum dan masih hubungan antara bagian-bagian (elemen-
merupakan etnis tionghoa. Untuk itu elemen) didalam kehidupan masyarakat
peneliti sangat tertarik ingin mendalami terutama tindakan-tindakan manusia,
tatacara tentang pelaksanaan kremasi etnis lembaga sosial dan kelompok-kelompok
tionghoa, terutama menganai prose sosial yang saling mempengaruhi.
pelaksanaan dari tahap awal hingga akhir, Hubungan antar elemen tersebut
dan peneliti menyimpulkan untuk meneliti selanjutnya menghasilkan produk-produk
RITUAL KREMASI ETNISTIONGHOA interaksi itu sendiri, yaitu nilai-nilai dan
DI RUMAH DUKA RUMBAI norma-norma sosial yang keadaannya
PEKANBARU. selalu dinamis (Elly M. Setiadi, hal 32).
RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana tata cara pelaksanaan Sistem sosial adalah suatu sistem
ritual kremasi pada etnis tionghoa tindakan yang terbentuk dari sistem sosial
di rumah duka rumbai pekanbaru ? berbagai individu, yang tumbuh dan
berkembang dengan tidak secara
TUJUAN PENELIAN kebetulan, tapi tumbuh dan berkembang di
atas standar penilaian umum atau norma-
1. Untuk mengetahui bagaimana norma sosial yang di sepakati bersama
tatacara pelaksanaan ritual kremasi oleh para anggota masayarakat.Norma-
etnis tionghoa. norma inilah yang membentuk struktur
2. Untuk mempelajari tujuan dari sosial (dalam Wirawan 2012).
pelaksanaan kremasi bagi keluarga Teori ini melihat bahwa kenyataan
yang melaksanakannya. sosial dari suatu perspektif yang sangat
3. Untuk mempelajari faktor-faktor luas, tidak terbatas pada tingka struktur
yang mempengaruhi dilakukannya sosial saja. Berulang kali menunjuk
upacara kremasi. pendekatannya sebagai teori mengenai
tindakan yang bersifat umum. Talcot
MANFAAT PENELITIAN
Parsons mengngkapkan ide-idenya
1. Penelitian ini diharapkan dapat tersebut dalam karyanya Toward a
menambah perkembangan ilmu General System Theory of Action (1951a)
pengetahuan pada umumnya dan bersama Edward A. Shils dalam The
sosiplogi khusunya mengenai Social System (1951b). Sistem sosial
budaya (tahapan pelaksanaan ritual hanyalah salah satu dari sistem-sistem
kremasi). yang termmasuk dalam perspektif
2. Untuk menambah wawasan ilmu keseluruhan. Sistem kepribadian dan
dan pengetahuan baik bagi penulis sisitem budaya merupakan sistem-sistem
sendiri dan bagi pembaca. yang secara analitis dapat dibedakan,
3. Sebagai bahan bagi peneliti lain termasuk di dalamnya. Dalam analisis
yang tertarik melakukan penelitian lebih lanjut, sistem-sistem sosial terbentuk
ini lebih lanjut. dari tindakan-tindakan sosial individu
(dalam Supardan 2015: 153-154).
TINJAUAN PUSTAKA Menurut Talcott Parsons (dalam
Jacobus 2013:7) menyusun strategi untuk
2.1 Pengertian Sistem Sosial analisis fungsional yang meliputi semua
Sistem artinya hubungan saling sistem sosial termasuk hubungan berdua,
terkait antara bagian satu dan bagian kelompok kecil, keluarga, organisasi
lainnya yang berfungsi melakukan kompleks, dan juga masyarakat
mekanisme kerja untuk mencapai tujuan keseluruhan. Sebagai suatu sistem sosial,

JOM FISIP Vol. 4 No. 2 Oktober 2017 Page 4


ia mempunyai bagian yang saling orang-orang yang terlibat di dalamnya,
bergantungan antara yang satu dengan apabila sistem sosial itu terbatas pada
yang lainnyadi dalam suatu kesatuan kelompok kecil, berarti sistem sosial yang
kesemuanya saling mengait satu sama lain masih dapat menjamin kebutuhan orang
dalam kebudayaan yang saling banyak secara makro, masih cukup sulit
manggantungkan. Dalam suatu sistem dilaksanaka. Ada beberapa dugaan
sosial paling tidak harus terdapat empat hal sementara yang mungkin dapat di
yaitu : naungkan, yaitu: pertama, masyarakat kita
1. Dua orang atau lebih. adalah masayarakat tolong menolong. Itu
2. Terjadi interaksi di antara mereka. berarti kegiatan tolong menolong
3. Bertujuan merupakan nilai yang mempunyai perilaku
4. Memiliki struktur, simbol, dan manusia dalam hubungan sosial. Kedua,
harapan-harapan bersama yang di kegiatan tolong menolong itu terutama
pedomaninya. berlaku untuk suatu kelompok kecil,
dimana kegiatan itu dapat dilihat dalam
Menurut (Sutjipto Rahardjo, dalam bentuk perilaku nyata yang mudah di
soleman B. Taneko 1994:47) kontrol. Ketiga, kegiatan tolong menolong
PHQJHPXNDNDQ EDKZD GDODP ³VLVWHP itu hanya bersifat sesewaktu, dimana
sosial pola ketergantungan orang-orang pengaturannya sangat tidak formal, dan
dalam masyarakat itu memperbolehkan hampir seluruhnya diserahkan pada
bentuknya yang jelas. Setiap masyarakat individu yang terlibat dalam tindakan itu.
selalu dihadapkan pada tuntutan untuk 2.2 Proses-Proses dalam Sistem Sosial
mengorganisasikan anggota-anggotanya Mempelajari sistem sosial terdapat
sehingga tindak dapat di integrasikan beberapa proses yang harus di paham,
dengan baik satu sama lain. Keadaan yang adapun proses-proses dalam sistem sosial
terintegrasi dengan baik ini, dapat di lawan menurut pendapat Alvin L. Bertrand
pada suatu keadaan anarki, dimana setiap (dalam Soleman B. Taneko 1994:43)
menempatkan dirinya dalam susasana adalah sebagai berikut:
kebebasan tanpa batas. Dalam keadaan 1. Komunikasi (communication)
demikian, memang orang akan 2. Memelihara Tapal Batas.
berhubungan satu sama lain, 3. Perjalinan Sistem (Systemic
mengintegrasikan kepentingan- Lingkage ).
kepentingan, kebutuhan orang-orang 4. Sosialisasi (Socialization).
sehingga satu sama lain terjalin ke dalam 5. Pengawasan Sosial (Sosial
VXDWX SROD WHUWHQWX ´ Control)
Menurut Talcott Parsons (dalam
Jacobus 2013:8) mengatakan bahwa 2.3 Unsur-Unsur Sistem Sosial
sistem sosial tersebut dapat berfungsi
Seperti yang telah di kemukakan
apabila di penuhi empat persyaratan
oleh Pitirm A. Sorokin dalam bukunya
fungsional yaitu :
Society, culture dan personality: structure
1. Fungsi adaptasi. and Dynamics (1947) (( dalam Yoserizal
2. Fungsi mencapai tujuan. 1998:16) bahwa yang menjadi unit-unit
3. Fungsional integrasi. penting sistem sosial adalah interaksi yang
4. Fungsi pemeliharaan pola-pola penuh arti dari 2 individu atau lebih
tersembunyi. dengan syarat, interaksi itu merupakan
Menurut Robert M.Z. Lawang ( suatu peristiwa damana individu yang satu
Abdulsyani 2015, hal 123), dalam secara nyata mempengaruhi tindakan atau
hipotesisnya, mengatakan bahwa sistem fikiran dimana individu yang satu secara
sosial itu dapat menjamin kebutuhan nyata mempengaruhi tindakan atau fikiran
individu lainnya dan dapat pula di lihat

JOM FISIP Vol. 4 No. 2 Oktober 2017 Page 5


pendapat Talcott Parsons dalam bukunya status sosial masing-masing individu yang
Sosial System(bahwa partisipasi seorang terlibat (dalam Abdulsyani 2015:129-130).
aktor dalam hubungan interaksi yang
terpola, merupakam unit terpenting dalam 2.4 Penjelasan Konsep
sistem sosial.
Unsur-unsur yang terpenting dalam Untuk menghindari kekeliruan yang
mengkaji Sistem Sosial dalam perubahan- terjadi dalam penelitian ini, penulis merasa
perubahan lainnya yang terjadi sebagai perlu untuk membuat satu penjelasan
berikut : konsep operasional yang memiliki batasan-
1. Tujuan atau Sasaran. batasan yang berhubungan dengan
2. Norma. permasalahan yang hendak di teliti, ada
3. Kepercayaan ( Belief ). pun beberapa penjelasan konsep sebagai
4. Perasaan ( Sentiment). berikut :
5. Peran-status ( Status-Role ). 1. Ritual adalah cara atau teknik yang
6. Kekuasaan ( Power ). di lakukan sebagai bentuk
7. Tingkatan sosial (Social-Rank). penghormatan yang telah di
8. Sanksi ( Sanction ). wariskan secara turun temurun oleh
9. Sarana ( Facility). para leluhur dalam wujud doa-doa
10. Tekanan-ketegangan(Stress-strain). yang di lakukan oleh sekelompok
anggota masayarakat dan telah
Secara garis besar, unsur-unsur sistem menjadi kebiasaan.
sosial dalam masyarakat adalah orang- 2. Ritual Kremasi yang di maksudkan
orang yang saling ketergantungan anatara dalam penelitian ini adalah
satu sama lainnya dalam suatu serangkaian upacara kematian
keseluruhan. Dalam ketergantungan itu dengan cara di bakar pada anggota
sekumpulan manusia terintegrasi yang keluarga yang meninggal.
bersifat lebih kekal dan stabil. Selama 3. Etnis Tionghoa yang di maksud
masing-masing individu dalam kelompok dalam penelitian ini adalah
masyarakat itu masih saling ketergantung sejumlah orang atau masyarakat
dan masih memiliki keasamaan dan khususnya etnis tionghoa yang
keseimbangan perilaku, maka selama itu berada di Rumah Duka Pekanbaru
pula unsir-unsur sistem sosial menjalankan yang melaksanakan Ritual
fungsinya. Sedangkan secara khusus dan Kremasi.
rinci, unsur sistem sosial dalam 4. Pelaksanaan Ritual Kremasi yang
masyarakat adalah ststud, peranan dan dimaksudkan adalah urutan
perbedaan sosial dari individu-individu pelaksanaan pembakran jenazah
yang saling behubungan dalam suatu mulai dari tahap persiapan hingga
struktur sosial. Status sangat erat tahap akhir pelaksanaan .
hubungannya dengan peranan: peranan 5. Sistem yang di maksudkan adalah
seseorang dilakukan sebesar hak dan tindakan yang di lakukan yang
kewajibannya yang di atur dalam status. mengandung nilai dan norma yang
Pelaksanaan hak dan kewajiban itu tersusun dalam struktur
didasarkan pada norma-norma sosial yang pelaksanaan pembakaran jenazah
di anggap sebagai pengawal perikelakuan pada Ritual Kremasi Etnis
individu-individu agar sesuai dengan Tionghoa.
status-status yang dimiliki. Dalam
kehidupan masyarakat terdapat METODE PENELITIAN
seperangkat hubungan timbal balik antar
1.1 Lokasi Penelitian
peranan-peranan sehubungan dengan
Lokasi penelitian merupakan syarat
utama dalam melakukan suatu

JOM FISIP Vol. 4 No. 2 Oktober 2017 Page 6


penelitian. Dengan tidak adanya lokasi pertolonganan alat standar lain
penelitian maka penelitian itu tidak untuk keperluan tersebut. Dalam
akan terlaksana sebagaimana mestinya. kegiatan sehari-hari, kita selalu
Oleh karena itu peneliti haruslah menggunakan mata untuk
mempunyai tempat atau sebuah lokasi mengamati sesuatu.Observasi ini di
penelitian yang akan di jadikan tempat gunakan untuk penelitian yang
untuk di teliti. Oleh sebab itu lokasi telah di rencanakan secara
penelitian ini di lakukan di Rumah sistematik tentang Ritual Kremasi
Duka Yayasan Panca Bakti Abadi yang pada Upacara Kematian Etnis
terletak di jalan Yos Sudarso Tionghoa di Pekanbaru.
Kecamatan Rumbai Km 1 dan Tujuan Menggunakan metode
Krematorium di jalan Umban Sari ini untuk mencatat hal-hal,
Kecamatan Rumbai Km1. Terdapat perilaku, perkembangan, dan
beberapa alasan mengapa Rumah Duka sebagainya pada Ritual
di tetapkan sebagai lokasi penelitian, Kremasi.Observasi langsung juga
adapun pertimbangan penulis memilih dapat memperoleh data dari subjek
lokasi penelitian ini karena segala baik yang tidak dapat
bentuk sembahyang kematian Etnis berkomunikasi secara verbal atau
Tionghoa di lakukan di Rumah Duka. yang tak mau berkomunikasi secara
1.2 Subjek Penelitian verbal.
Subjek Penelitian adalah 2. Wawancara Mendalam ( Deep
keseluruhan objek yang akan diteliti. Interview )
Adapun teknik pengambilan subjeknya Wawancara mendalam adalah
adalah dengan menggunakan teknik proses memperoleh keterangan
³3XUSRVLYH 6DPSOLQJ´ \DLWX SHQDULNDQ untuk tujuan peneliti dengan cara
subjek dengan cara peneliti tanya jawab serta bertatap muka
menentukan subjek dengan anggapan antara pewawancara dan informan
subjek yang di pilih (key informan). atau orang yang di wawancarai. Di
Dengan demikian yang menjadi key lakukan secara berkali-kali dan
informan dalam penelitian ini adalah membutuhkan waktu yang lama
pemuka agama, staf yayasan sosial bersama informan di lokasi
panca bhakti abadi 1 orang, petugas penelitian. Menurut Guba dan
pembakaran jenazah 1 orang. Dan yang Lincoln (1981: 78) menyatakan
menjadi informan dalam penelitian ini bahwa teknik ini memang
keluarga atau kerabat dekat yang merupakan teknik pengumpulan
berduka 3 orang. data yang khas bagi penelitian
1.3 Teknik Pengumpulan Data kualitatif. Hal ini senada dengan
Pengumpulan data merupakan pendapat Patton (1980: 29) bahwa
langkah yang sangat penting dalam cara utama yang dilakukan oleh
penelitian, karena itu seorang peneliti para ahli metodologi kualitatif
harus terampil dalam mengumpulkan untuk memahami persepi,
data agar mendapatkan data yang perasaan, dan pengetahuan orang-
benar.Pengumpulan data adalah orang adalah wawancara mendalam
prosedur yang sistematis dan standar dan intesif. Oleh sebab itu,
untuk memperoleh data yang di wawancara mendalam merupakan
perlukan. teknik utama yang di gunakan
1. Observasi Langsung dalam penelitian kualitatif.
Observasi langsung adalah cara Dengan menggunakan teknik
pengambilan data dengan ini penulis bermaksud medapatkan
menggunakan mata tanpa ada data mengenai : Proses pelaksanaan

JOM FISIP Vol. 4 No. 2 Oktober 2017 Page 7


ritual kremasi dari tahap persiapan mereka kremasi merupakan cara
hingga tahap akhir mempercepat meleburnya jiwa manusia
Tujuan penulis menggunakan kembali kepada alam. Selain itu orang±
metode ini, untuk memperoleh data orang modern berfikir ini adalah cara yang
secara jelas dan kongkret. Dalam praktis, sehingga tidak merepotkan yang di
penelitian ini, peneliti akan tinggalkan yang harus mengurus
mengadakan wawancara dengan kuburannya bila dikubur. Namun ada juga
etnis tionghoa yang melaksanaan anggapan yang berbeda, dimana kremasi
Ritual kremasi dan juga akan itu bertujuaan untuk membantu roh-roh
mewawancarai Keluarga yang yang sudah meninggal agar segera lepas
mengikuti Ritual Kematian. dari segala keterkaitannya didunia.
3. Dokumentasi Pembakaran jenazah (kremasi) sudah
Dokumentasi adalah setiap ada sejak zaman purbakala pada masa
bahan tertulis baik berupa Animisme (kepercayaan pada roh-roh) dan
keterangan, memo, pengumuman, Dinamieme (kepercayaan akan kuasa
intruksi, majalah, bulletin, adikodrati pada benda-benda tertentu).
pernyataan, aturan atau suatu Pada zaman ini kremasi dilakukan untuk
lembaga masyarakat, dan berita tujuan sebagai berikut :
yang di siarkan kepada media a. Menerangi perjalanan arwah
massa. sehingga sampai ditempat yang
Dari urian di atas maka metode dituju.
dokumentasi adalah pengumpulan b. Penyucian agar menemukan
data dengan meneliti catatan- NHEDKDJLDDQ GL GXQLD ³GXQLD ODLQ´
catatan penting yang sangat erat c. Tubuh orang mati tidak dipakai
hubungannya dengan objek oleh roh-roh jahat untuk
penelitian.Tujuan di gunakan mencelakakan manusia.
metode ini untuk memperoleh data d. Menghindari jenazah dimakan
secara jelas dan kongkret tentang oleh binatang buas.
Ritual Kremasi Etnis Tionghoa di Hasil yang didapat penulis dari
Pekanbaru. wawancara dengan informan adalah,
TATA ATURAN PELAKSAANAAN bahwa tujuan dilaksanakannya ritual
RITUAL KREMASI PADA kremasi ini sebagai berikut :
KOMUNITAS TIONGHOA. 1. Untuk memenuhi permintaan
5.1 Tujuan Kremasi terakhir dari almarhum agar
dikehidupan yang lain almarhum
Upacara kematian pada enis tionghoa akan tenang dengan kematian nya.
ini dilaksanakan guna untuk menghormati 2. Kremasi ini merupakan proses
leluhur yang telah meninggal. Setiap pengabuan, secara teknis proses
pelaksanaan penghormatan terakhir yang pengabuan ini sangatlah praktis dan
dilakukan ini memiliki tujuan. Tujuan evesien. Dimana saat tahun-tahun
yang dimaksud ini berdasarkan dari tertentu, keluarga tidak repot untuk
masyarakat itu sendiri dan juga sudah menziarahi kuburan, hal ini di
menjadi ajaran atau pun kebiasaan. maksudkan agar hari-hari tertentu
Kremasi sendiri bukan lagi hal yang baru itu, keluarga dapat mengirimkan
untuk didengar, kremasi sudah ada sejak doa dari rumah ataupun dari vihara.
lama. proses pemakaman secara kremasi 3. Kepercayaan masyarakat yang kuat
ini kini menjadi proses pemakaman yang akan adanya hal mistis juga
paling diminati. Kebiasaan membakar mempengaruhi tujuan dari
jenazah atau kremasi terjadi dalam pelaksanaan kremasi. Masyarakat
kepercayaan animisme, karena bagi beranggapan bahwa jika memilih

JOM FISIP Vol. 4 No. 2 Oktober 2017 Page 8


kremasi, maka tubuh orang mati pengkremasian jenazah, langkah pertama
tidak dipakai oleh roh-roh jahat yang di lakukan yaitu sebagai berikut:
untuk mencelakakan manusia. a. Rapat Keluarga
4. Dalam kelompok masyarakat, Rapat keluarga ini merupakan rapat
tradisi yang sudah dilakukan secara yang hanya di hadiri oleh pihak
turun-temurun juga merupakan keluarga dekat. Rapat ini dilaksanakan
tujuan dari pelaksanaan kremasi guna menemukan kesepakan bersama
ini. mengenai tempat persemayaman
5.2 Proses Pelaksaan Ritual Kremasi jenazah, lamanya jenazah
Menurut kamus besar Bahasa disemayamkan dan pemilihan hari baik
Indonesia proses adalah rangkaian mengenai setiap proses ritual.
tindakan, perbuatan, yang di lakukan b. Persiapan oleh pihak keluarga
secara terus menerus yang dihasilakan Sebelum jenazah diserahkan pada
suatu proses. Dalam Ritual kremasi etnis pihak rumah duka untuk
tionghoa melalui beberapa proses yang disemayamkan, keluarga
merupakan tradisi dan juga sudah biasa mempersiapkan jenazah dengan
dilakukan pada saat upacara kamatian. membersihkan tubuh jenazah dan
Proses itu diawali dari beberapa tahapan, memakaikan pakaian baru pada
mulai dari tahap persiapan yang dilakukan jenazah. Selain itu pihak keluarga juga
oleh pihak keluarga yang juga dibantu oleh mempersiapkan beberapa sesajian, lilin
pihak rumah duka hingga tahap dan foto almarhum
pelaksanaan ritual kremasi. c. Persiapan oleh pihak Rumah Duka
Proses pelaksanaan Ritual Kremasi
pada etnis tionghoa ini dilakukan di
rumah duka . Sebelum adanya rumah
duka, segala bentuk proses upacara
kematian di laksanakan di rumah
keluarga, mulai dari membersihkan
jenazah, merias jenazah, hingga
pemakaman dilaksanakan oleh pihak
keluarga langsung.
Sebelum jenazah datang ke Rumah
Duka untuk disemayamkan, pihak
keluarga membuat kesepakatan sebelum
pada akhirnya memilih Rumah Duka
sebagai tempat persemayamnya jenazah.
Tidak diharuskan nya bagi keluarga untuk Sumber: Dokumentasi
memilih Rumah Duka sebagai tempat Lapangan
persemayam, keluarga juga dapat
semayamkan jenazah di Rumah mereka. Sesaat pihak rumah duka mendapat
Rumah duka ini merupakan alternatif yang kabar akan ada jenazah yang akan di
prkatis dengan beberapa alasan, sepeti semayamkan, pihak rumah duka
kematian yang secara mendadak, jenazah mempersiapkan segala keperluan seperti
yang merupakan orang penting dan lokasi dekorasi ruangan, peti, uang akhirat, dan
rumah yang susah untuk di jangkau formalin. Sesampainya jenazah dirumah
sehingga para pelayat kesulitan datang duka, jenazah tidak langsung di masukkan
untuk memberikan penghormatan terakhir. kedalam peti, jenazah akan diletakkan
Upacara kematian pada Etnis Tionghoa ini ditempat seperti meja, namun ada juga
memiliki tahap dan aturan dalam pihak keluarga yang memutuskan untuk
pelaksanaannya sebelum sampai pada hari langsung memasukkan jenazah ke dalam

JOM FISIP Vol. 4 No. 2 Oktober 2017 Page 9


peti, proses ini dilakukan sesuai dengan sehingga banyak yang melayatnya. dan
keputusan dari hasil rapat keluarga. yang paling penting itu waktu pemakaman
Sesampainya jenazah dirumah duka pihak harus pada waktu yang bersifat ganjil
rumah duka menyuntikkan formalin pada seperti 1,3,5,7. Selama proses
tubuh jenazah agar tidak berbau saat persemayaman jenazah ini, pihak keluarga
disemayamkan beberapa hari di rumah secara bergantian menjaga pada malam
duka. hari maupun siang hari. Berikut beberapa
d. Sebelum masuk peti wawancara dengan informan dan key
Sesaat setelah terjadinya kematian informan mengenai waktu persemayaman
anak cucu wajib membakar uang akhirat jenazah di rumah duka.
dan menggunakan pakaian serba putih. f. Upacara tutup peti
Uang akhirat dipercayai oleh etnis
Tionghoa sebagai bekal perjalanan ke
akhirat bagi almarhum. Keluraga dan
pelayat yang datang diwajibkan
menggunkana pakaian serba putih. Hal ini
merupakan bentuk rasa duka yang
mendalam bagi keluarga. Sesaat terjadinya
kematian, almarhum juga tidak langsung Sumber : dokumentasi lapangan
dimasukkan ke dalam peti. Ini di lakukan
juga agar keluarga dapat mempersiapkan Upacara tutup peti ini dilakukan
segala keperluan bagi almarhum. Jika pada saat hari terakhir disemayamkan,
segala persiapan sudah di lakukan, sesuai dimana hari terakhir ini merupakan hari
dengan kesepakatan keluarga jenazah dimana jenazah siap untuk dikremasi.
dibawa kerumah duka dan di semayamkan. Sebelum dilakukannya kremasi di
e. Persemayaman almarhum di rumah krematorium, jenazah terlebih dahulu
duka didoakan yang dipimpin oleh pemuka
Pada persemayaman jenazah dalam agama dan juga disertai dengan
keadaan peti belum ditutup di rumah duka memasukan uang akhirat yang sudah
ini bertujuan agar keluarga jauh atau disediakan oleh pihak rumah duka. Setiap
teman-teman almarhum dapat memberikan upacara yang dilakukan di rumah duka
penghormatan terakhir, pada saat para hingga di krematorium ini selalu di iringi
pelayat datang memberikan penghormatan dengan doa-doa yang dipimpin oleh
terakhir ini diiringi dengan tangis oleh para pandita yang menggunakan bahasa
pelayat yang bersedih. Selanjutnya pada mandarin untuk penganut agama budha.
malam hari dihanturkan doa-doa yang di Mulai dari ritual pemasukan jenazah dalam
pimpin oleh pemuka agama. Proses peti, penutupan peti hingga pengantaran
persemayaman memiliki waktu-waktu jenazah ke pemakaman atau pun ke
tertentu, namun dari hasil wawancara dan krematorium. Doa-doa yang dihanturkan
beberapa pendapat dari informan dan key oleh pandita meminta agar semua amal
informan, biasanya keluarga memilih 3 perbuatan baik anak cucu yang masih
hari waktu untuk persemayamannya, hidup dapat dilimpahkan seutuhnya kepada
tergantung permintaan keluarga. Jika almarhum yang disebut dengan doa
orang muda yang meninggal pelimpahan jasa.
persemayaman hanya tiga hari, kalau anak- g. Upacara pemakaman/kremasi
anak biasanya langsung di makamkan, dan
jika orang tua yang meninggal itu bisa
sampai 7 hari atau 2 minggu tergantung
permintaan keluarga, hal ini terjadi karena
almarhum merupakan orang penting

JOM FISIP Vol. 4 No. 2 Oktober 2017 Page 10


keluarga akan datang keesokan hari nya
untuk pengambilan abu jenazah. Biasanya
pengambilan abu jenazah di lakukan pada
pagi hari. Sebelum datangnya pihak
Sumber : Dokumentasi keluarga, oven di biarkan terbuka agar uap
Lapangan panas dari dalam oven keluar. Setelah
keluarga berkumpul, petugas memilah
Setelah peti dikeluarkan dari ambulans, tulang belulang dari jenazah untuk di
peti diletakkan pada sebuah meja, dan giling. Proses penggiling tulang ini di
keluarga melakukan sembahyang lakukan secara manual. Dalam proses ini
ditepekong untuk meminta izin tidak ada ritual khusus, semua proses
melaksanakan proses pemakaman/kremasi dilakukan dengan kesepakatan keluarga
kepada budha dan selanjutnya keluarga dan petugas. Setelah semua tulang halus
membakar kertas sembahyang, kemudian digiling dan menjadi abu, kemudian
diadakannya penghormatan terakhir yang dimasukkan kedalam guci dan ditutup
dipimpin oleh pemuka agama. Pada saat rapat menggunakan lem lilin/lem kaca agar
penghormatan terakhir ini, keluarga tidak dapat dibuka lagi. Selanjutnya guci
berbaris menghadap peti dan sesekali yang sudah berisi abu dan ditutup rapat
melakukan sujud ke arah peti. Setelah dapat diserahkan kepada keluarga untuk
semua ritual yang dipimpin oleh pemuka diletakkan pada tempat penitipan abu.
agama sudah cukup, pihak keluarga untuk abu yang tersisa didalam oven
menyerahkan peti kepada petugas dikubur begitu saja dilahan kosong, tanpa
dikrematorium untuk dapat dibakar . dihadiri oleh keluarga. Proses penguburan
Upacara pembakaran ini dilakukan oleh sisa abu ini dilakukan oleh petugas
petugas pembakar jenazah, di krematorium krematorium dan dapat dilakukan sewaktu-
ini pembakaran jenazah menggunakan waktu.
oven. Pihak keluarga hanya menyaksikan 5.3 Faktor yang melatarbelakangi
dari jauh proses pembakaran ini. keluarga kremasi
tidak menyaksikan proses pembakaran ini a. Faktor Ekonomi
sampai selesai. Mengingat proses Faktor yang pertama yaitu faktor
pembakaran ini berlangsung sekitar 5 jam. ekonomi, komunitas tionghoa pada
Selama 5 jam ini petugas hanya menunggu umumnya memiliki perekonomian
hingga semua peti beserta isinya terbakar yang cukup, namun ada juga sebagaian
habis, petugas menjaga api agar terus komunitas yang kekurangan dalam
menyala dan tetap pada suhu 2.270 oC. perekonomiannya. Hal ini
h. Pengambilan abu mempengaruhi pemilihan upacar
kematian pada anggota keluarganya.
Mengingat proses penguburan
memerlukan biaya yang besar, seperti
nisan dan beberapa kali kuburan harus
dikunjungi.
Sumber : dokumentasi b. Faktor permintaan
lapangan Faktor yang kedua yaitu
Setelah peti beserta isinya permintaan dari almarhum,
diperkirakan habis terbakar menjadi abu biasanya sebelum kematian,
dalam waktu 5 jam, pembakaran pun almarhum meminta bagaimana
dihentikan dengan menutup kran saluran pemakaman jenazahnya akan
minyak tanah. Setelah itu, oven di biarkan dilaksanakan, seperti almarhum
hingga dingin. Proses pendinginan ini di meminta dikubur atau dikremasi.
lakukan waktu yang lama, dimana pihak Disini keluarga diwajib

JOM FISIP Vol. 4 No. 2 Oktober 2017 Page 11


mengabulkan permintaan terakhir oleh pemuka agama yang biasa di
dari almarhum dengan tujuan sebut bante. Almarhum yang dibawa
almarhum dapat tenang dengan ke rumah duka sudah dalam keadaan
kematian nya. bersih dan siap untuk disemayamkan
c. Faktor perpindahan tempat tinggal untuk beberapa hari. Selanjutnya
Faktor yang ke tiga yaitu ketika hari pemakaman atau kremasi
perpindahan tempat tinggal, yang pada almarhum sudah ditetapkan
dimaksudkan pada faktor ke tiga keluarga melaksanakan ritual kremasi
ini adalah, keluarga yang pada yang dilakukan di krematorium.
awalnya bertempat tinggal di kota Proses pembakaran ini di lakukan olah
pekanbaru dan kemudian pindah ke pekerja di krematorium. Proses
kota lain dengan alasan tertentu. pembakaran ini menggunakan oven
Namun selama menetap di kota dan minyak tanah, kremasi ini
pekanbaru ada keluarga yang memerlukan waktu selama 5 jam
meninggal dan dikuburkan di dengan suhu 2.270 oC. Jika kremasi
Taman Pemakaman Tionghoa jenazah di lakukan pada hari ini, maka
kemudian ingin membawanya. proses pengambilan abu dilakukan
Atas izin dan permintaan keluarga esok hari agar tulang yang akan di
petugas dari pemakaman pilih dan di giling dapat dingin
membokar kuburan tersebut dan terlebih dahulu, kemudian di
mengkremasikan tulang yang masukkan kedalam guci dan di
masih bersisa dan memasukkan serahkan kepada keluarga untuk dapat
nya kedalam guci agar dapat di letakkan di penitipan abu.
dibawa ke luar kota. b. Tujuan dilakukannya kremasi ini pada
KESIMPULAN DAN SARAN umumnya hanya memenuhi
Berdasarkan hasil penelitian dan permintaan terakhir dari almarhum.
pembahasan yang telah diuraikan pada bab Selain itu praktis dan evesien juga
IV segala data data yang diperoleh melalui merupakan tujuan di laksanakannya
wawancara, observasi dan dokumentasi, kremasi ini
maka diperoleh beberapa kesimpulan c. Faktor utama yang mempengaruhi
sebagai berikut : keluarga memilih kremasi ini adalah
a. Tatacara pelaksanaan dalam ritual faktor ekonomi. Dimana kremasi ini
kremasi ini dilakukan dengan melalai merupakan proses yang sangat singkat
beberapa tahapan. Mulai dari tahap dan tidak memerlukan biaya yang
persiapan, tahap inti, hingga tahap banyak. Karena penguburan pada
akhir. Sebelum melaksanakan upacara jenazah memerlukan waktu yang lama
pemakaman kremasi, keluarga terlebih dan biaya yang besar. Biaya yang
dahaulu melakukan rapat keluarga dimaksudkan adalah biaya pembuatan
guna menemukan kesepakatan nisan pada kuburan. Selanjutnya
bersama mengenai tempat faktor yang mempengaruhi adalah
persemayaman almahum, berapa lama perpindahan ke luar kota. Hal ini
persemayaman almarhum, ritual dilakukan pada keluarga yang memilih
pemakaman yang dipilih hingga pindah dan tinggal di kota lain
menentukan hari baik untuk setiap sehingga memutuskan untuk
proses pelaksanaan nya. selanjutnya melakukan kremasi pada almarhum
ketika kesepakatan telah di buat dan membawa abunya setelah
almahum dapat dibawa kerumah duka sebelumnya melakukan penguburan
guna malakukan setiap proses upacara pada almarhum.
kematian, setiap proses upacara d. Upacara kematian etnis tionghoa dapat
kematian dilaksakan dan dipimpin dilakukan dengan dikremasi atau pun

JOM FISIP Vol. 4 No. 2 Oktober 2017 Page 12


dikubur. Pada ajaran etnis tionghoa Hidajat. 1993. Masyarakat dan
kremasi bukanlah perintah atau Kebudayaan Cina. Bandung.
kewajiban tapi merupakan pilihan. Tarsito.
SARAN
Adapun saran-saran yang dapat di Jacobus Ranjabar. 2013. Sistem Sosial
berikan oleh peneliti terhadap etnis Budaya Indonesia Suatu
Tionghoa adalah untuk tetap melestarikan Pengantar. Bandung: Alfabeta.
budaya yang sudah ada. Dan selanjutnya
Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu
saran untuk staf rumah duka yayasan sosial
Antropologi. Jakarta: Rineka
panca bhakti abadi atau pun pekerja di
Cipta.
krematorium untuk lebih memperhatikan
lingkungan, yang di maksudkan disini Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2003.
adalah kebersihan udara hasil pembakaran Edisi ke Tiga. Jakarta: Balai
jenazah yang dikeluarkan langsung dari Pustaka.
cerobong asap oven langsung ke udara.
Selain itu juga proses kremasi ini di Margaret M. 2007. Sosiologi
harapkan untuk tidak menimbulkan Kontemporer. Jakarta: PT Raja
masalah sosial dan kesenjangan antar Grafindo Persada.
golongan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA Sabarno Dwirianto. 2013. Kompilasi
Sosiologi Tokoh dan Teori.
Pekanbaru: UR Perss.
Abdulsyani. 2015. Sosiologi Skematika Teori
Dan Terapan. Jakarta: PT Bumi Aksara Yoserizal, Siti Sofro. 1998. Sistem Sosial
Budaya .Pekanbaru
Soejono, Soekanto. 1982. Teori Sosiologi
Amirin. 2011. Pokok-Pokok Teori Sistem.
Tentang Pribadi Dalam
Jakarta. Rajawali Pers.
Masyarakat. Jakarta Timur:
Ambo. 2010. Tradisi Aliran dalam
Ghalia Indonesia
Sosiologi. Jakarta. Rajawali Pers.
_______________, 2013. Sosiologi Suatu
A.Rani Usman. 2009. Etnis Cina
Pengantar. Jakarta: Rajawali
Perantauan di Aceh. Jakarta:
Perss
Yayasan Obor Indonesia.
Bernard. 2007. Teori Sosiologi Modren. Soleman, B. Taneko. 1994. Sistem Sosial
Indonesia. Jakarta: CV. Fajar
Jakarta. Prestasi Pustaka.
Agung
Berry,David. 2003. Pokok-pokok Pikiran
Supadan,dadang. 2015. Pengantar Ilmu
dalam Sosiologi Jakarta: PT Raja
Sosial Sebuah Kajian Pendekatan
Grafindo Persada.
Struktural. Jakarta: PT Bumi
Elly M. Setiadi. 2011. Pengantar Sosiologi Aksara
Pemahaman Fakta dan Gejala
Suryadinata. 2002. Negara dan Etnis
Pemahaman Sosial. Jakarta:
Tionghoa Kasus Indonesia.
Kencana.
Jakarta:IKPI
George Ritzer. 2011. Teori Sosiologi
Modren Edisi ke Enam. Jakarta: Wirawan. 2012. Teori-Teori sosial dalam
Tiga Paradigma (Fakta Sosial,
Kencana.
Defenisi Sosial, dan Prilaku
Sosial. Jakarta:Kencana

JOM FISIP Vol. 4 No. 2 Oktober 2017 Page 13


Skripsi :
Eva Junita. 2016. Upacara Kematian
Saurmatua Pada Adat Masyarakat
Batak Toba (Studi Kasus Tentang
Kesiapan Keluarga)Di Desa
Purba Tua Kecamatan Purbatua
Kabupatan Tapanuli Utara.
Pekanbaru: FISIP UNRI
Jurnal:
Fitriana. 2014. Aktifitas Komunikasi pada
Ritual Upacara Kematian Etnis
Tionghoa (Studi Etnografi
Komunikasi Mengenai Aktivitas
pada Ritual Upacara Kematian
Etnis Tionghoa Kota Sukabumi).
Bangung: FISIP UNIKOM.
Nyerli G.S Gultom.2013.Peran Saikong
Dalam Upacara Kematian
Masyarakat Tionghoa Di Kota
Medan. Medan FIB USU
Berlin Tua Manalu. 2016. Ritual kremasi
(Tyuet Suah) etnis tionghoa.
Medan: FIS UNIMED

JOM FISIP Vol. 4 No. 2 Oktober 2017 Page 14

Anda mungkin juga menyukai