Anda di halaman 1dari 6

Term of Reference

LAUNCHING BUKU & FILM DOKUMENTER


“Merebut Kendali Kehidupan:
“Refleksi, Perubahan dan Siasat Masyarakat Adat”

Latar Belakang

Setelah melakukan penelitian selama kurang lebih satu tahun, Koalisi Kampus Untuk
Demokrasi Papua akhirnya akan mempublikasikan hasil penelitian dalam bentuk buku dan film
dokumenter. Buku tersebut adalah hasil dari penelitian yang menggumuli gap dalam produk
pembangunan nasional dan pemaknaan pembangunan menurut masyarakat adat. Dengan melihat
pendekatan pembangunan yang semakin masif tapi belum juga lepas dari karakter utamanya yaitu
top down, migrant capture paternalistic, dan eksploitatif yang secara sistematis mengesampingkan
narasi dan partisipasi masyarakat adat Papua. Pengaturan eksploitatif ini telah mengakibatkan
terkikisnya pengetahuan adat, institusi, praktik dan nilai-nilai yang ada. Masyarakat adat Papua
dipaksa untuk mengubah ‘sistem kehidupan mereka’ yang berbeda dengan 'proyek pembangunan'
yang dirancang semata-mata untuk kepentingan kapitalis maupun oligarki. Mereka tidak diberikan
atau jarang diberikan kesempatan untuk mendamaikan budayanya dengan elemen-elemen
pembangunan yang akan mempengaruhi penghidupannya. Padahal inti dari degradasi budaya dan
lingkungan adalah pengingkaran terhadap keterikatan spiritual, ekonomi, budaya dan material
masyarakat Papua terhadap tanah, hutan dan sumber daya pesisir dan lautnya.

Disisi lain, disadari bahwa pada akhirnya masyarakat adat sendiri tidak dapat dilihat
sebagai entitas tunggal. Di dalamnya terdapat ragam agen, struktur, institusi dan nilai-nilai yang
membangun sistem hidup komunal. Salah satu kelompok penting dalam entitas ini namun jarang
mendapatkan perhatian adalah perempuan. Narasi dan siasat perempuan seharusnya dilihat sebagai
sebuah kekuatan politik dalam memperjuangkan penghidupan maupun mengubah struktur yang
timpang secara internal maupun dalam kebijakan kapitalistik dan teknokratis yang sering
memarginalkan. Selain itu, masyarakat adat pun bukan entitas statis. Mereka terus berubah, atau
dipaksa berubah, karena ragam agen maupun struktur. Sudah seharusnya kita menempatkan
kembali masyarakat adat sebagai pusat dari pembangunan. Pandangan hidup, refleksi,
pengetahuan, karakter sosial budaya masyarakat adat, institusi, relasi dengan alam, hingga sistem
pengelolaan sumber dayanya seharusnya diintegrasikan dalam berbagai intervensi kebijakan.
Demikian juga dengan konseptualisasi ‘adil’, ‘berkelanjutan’ termasuk tentang siapa mereka,
harus didefinisikan menurut ukuran mereka sendiri.

Atas dasar inilah, Koalisi Kampus untuk Demokrasi Papua melakukan riset di tiga kabupaten
yakni Jayapura, Supiori dan Boven Digoel. Ketiganya merepresentasikan masyarakat adat yang
memiliki sumber daya hutan dan pesisir. Tiga kampung yang menjadi lokus penelitian tersebut
adalah kampung Kendate (Kabupaten Jayapura), kampung Aiwat (Kabupaten Boven Digoel) dan
kampung Rayori (Kabupaten Supiori). Ketiganya memiliki karakter sosial budaya yang khas dan
memberikan kesempatan untuk melihat ragam kasus pengelolaan SDA secara lebih mendalam
serta memungkinkan untuk melakukan studi perbandingan (komparasi) ke depannya.

Hasil temuan dari kajian yang telah kami lakukan semakin mempertegas refleksi kritis yang
pernah dipublikasikan oleh Bapa Benny Giay dalam bukunya “Mari Mengambil Alih Kendali
Kehidupan : Memperjuangkan Pemulihan Negeri Ini”. Giay menyatakan : “merubah diri untuk
merebut masa depan sangatlah berat…Kita (Papua) perlu kekuatan dan energi. Masyarakat Papua
harus memahami sistem yang menindas tapi juga perlu mendorong adanya upaya-upaya
konsolidasi internal dalam rangka merebut kembali kehidupannya.

Itulah sebabnya, publikasi yang dihasilkan ini bermaksud untuk menunjukkan bagaimana
masyarakat adat memaknai diri, identitasnya dan relasinya dengan alam, struktur dan agen-agen
lain; bagaimana mereka secara sadar mengidentifikasikan perubahan-perubahan yang dialami;
serta mengupayakan bersama cara untuk merebut kembali kendali kehidupan yang terhempas.
Inisiatif dari level paling mikro seperti rumah tangga/keluarga untuk terus bertanya, berefleksi,
bekerja keras telah didokumentasikan dari seluruh proses penelitian ini.

Tentu saja buku dan film yang dihasilkan tidak akan membawa perubahan langsung bagi
masyarakat di ketiga kabupaten. Akan tetapi, kami berharap hasil riset tentang perubahan, siasat
dan refleksi kritis masyarakat adat di 3 kabupaten ini dapat berkontribusi dalam menjembatani gap
konseptualisasi dan implementasi pembangunan dari pemerintah dan masyarakat adat, serta dapat
di gunakan sebagai bahan advokasi bagi perjuangan merebut kendali kehidupan masyarakat adat.
Tujuan Kegiatan

Adapun tujuan dari kegiatan ini adalah sebagai berikut:

1. Melakukan peluncuran dan diseminasi hasil kajian dalam bentuk buku yaitu :
• Geliat Kampung Tersembunyi: Siasat Penghidupan dan Perubahan di Teluk
Demenggong, Jayapura.
• Merebut Kendali Kehidupan: Perjuangan Orang Wambon di Boven Digoel
Menghadapi Serbuan Investasi.
• Bayang-bayang Kerentanan: Tantangan Penghidupan Orang Sowek di Supiori.
2. Melakukan peluncuran film dokumenter tentang Perempuan Wambon di Kampung Aiwat
dan Siasat Penghidupannya di tengah serbuan investasi

Hasil Yang Diharapkan

1. Terdiseminasinya hasil kajian dari 3 wilayah riset kepada pihak pemerintah, CSOs,
media,akademisi, kelembagaan adat, kelembagaan agama, penggiat isu perempuan,
serta pemuda dan mahasiswa.
2. Adanya pemahaman terkait dengan siasat, perubahan maupun situasi terkini
masyarakat adat melalui tiga buku tersebut.
3. Adanya peluncuran film documenter yang menggambarkan situasi perempuan Wambon
di Kampung Aiwat dan siasat penghidupannya di tengah serbuan investasi

Tempat dan Waktu Kegiatan

Adapun tempat kegiatan Launching Buku yang akan dilakukan, yaitu:


Hari/Tanggal : Rabu, 15 Februari 2023
Pukul : 09.00 – 17.00 WIT
Tempat : Suni Hotel dan Convention, Abepura, Jayapura
Untuk peserta di luar Jayapura, dapat mengikuti kegiatan ini melalui zoom ataupun youtube
Koalisi Kampus untuk Demokrasi Papua. Link zoom akan dikirimkan kemudian.

Peserta Kegiatan

Kegiatan ini akan dilakukan secara hybrid. Adapun peserta yang akan mengikuti kegiatan
secara offline maupun secara online antara lain perwakilan masyarakat adat, perwakilan
pemerintah melalui dinas-dinas terkait, para akademisi, pihak gereja, kelembagaan adat, rekan
jurnalis, dan perwakilan LSM yang ada di kota/kabupaten Jayapura, maupun yang berada di luar
Jayapura.

Orasi Budaya “Merebut Kendali Kehidupan”: Dr. Benny Giay

Cerita Dari Kampung:


1. Ibrahim Waisamon (Kepala Kampung Kendate)
2. Pius Kanduga (Kepala Kampung Aiwat)
3. Filep Manufandu (Kepala Kampung Rayori)

Tim Peneliti:
1. Elvira Rumkabu
2. Apriani Anastasia Amenes
3. Asrida Elisabeth
4. I Ngurah Suryawan

Diskusi Buku:
Pembedah:
1. Naomi Marasian (Direktur Pt. PPMA)
2. Yan Yap Ormuseray (Kepala Dinas Kehutanan dan Lingkungan Hidup Provinsi Papua)
3. John N.R. Gobay (Ketua Kelompok Khusus/POKSUS, DPR Papua)
4. Wika Rumbiak (Manajer Program Papua, WWF Indonesia)
5. Haris Azhar (Pendiri Lokataru) – via zoom

Fasilitator: Septer Manufandu – Fasilitator (Direktur Eksekutif JERAT)

Penutup
Demikian Term of Reference ini dibuat sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan

Jayapua, 7 Februari 2023

Tim Kerja
AGENDA KEGIATAN

Waktu Kegiatan PIC

08.00 – 09.00 Registrasi Peserta dan Coffee Break Panitia


09.00 – 09.15 Pembukaan Panitia
09.15 – 09.45 Sambutan: Panitia
Ketua Koalisi Kampus: Dr. Marudut Hasugian
09.45 – 10.00 Orasi Budaya “Merebut Kendali Kehidupan” Panitia
Oleh Dr. Benny Giay
10.15 – 10.25 Cerita dari Kampung Kendate: Kepala Kampung Panitia
Kendate
10.25 – 10.35 Cerita dari Kampung Aiwat: Kepala Kampung Aiwat Panitia
10.35 – 10.45 Cerita dari Kampung Rayori: Kepala Kampung Rayori Panitia
12.00 – 13.00 Makan Siang Panitia
13.00 - 13.45 Launching Film Dokumenter Panitia
13.45 – 13.50 Launching Buku Panitia
13.50 – 14.35 Presentasi buku oleh Tim Peneliti Panitia
14.45 – 15.30 Diskusi Buku Fasilitator
15.30 – 16.00 Diskusi Fasilitator
16.10 Penutup Panitia

Anda mungkin juga menyukai