Anda di halaman 1dari 42

TUGAS SEMESTER PENDEK

TERMODINAMIKA II
DIAGRAM PVT

DOSEN PENGAMPU : ELLY PRASETYO, M.ENG

Oleh

MUHAMMAD ARSYI RIHAN (19030008)


KARTIKA FAUZIA SULAM (19030029)
USMANY AL-HAMIDY (19030033)

PROGRAM STUDI D-3 TEKNIK KIMIA


INSTITUT TEKNOLOGI PETROLEUM BALONGAN
INDRAMAYU
2023
1. PENDAHULUAN
a. Pengertian Sistem Dalam Termodinamika
Sistem termodinamika secara umum didefinisikan sebagai bidang atau
ruang tertentu dimana proses termodinamika terjadi, atau adalah suatu
daerah dimana perhatian difokuskan untuk mengamati proses
termodinamika. Sistem termodinamika mempunyai batas sistem, dan yang
ada di luar batas sistem disebut lingkungan. Batas sistem ini bisa saja berupa
tetap seperti pada tangki yang berisi gas yang terkompresi, atau bergerak
seperti yang dijumpai pada cairan di dalam saluran pipa. (Daryus Asy’ari,
2019 : 13)
Sistem termodinamika bisa diklasifikasikan ke dalam tiga kelompok:
1. Sistem tertutup;
2. Sistem terbuka; dan
3. Sistem terisolasi

Gambar 1. Sistem Termodinamika


1. Sistem Tertutup
Merupakan sistem dimana massanya tetap dan batas sistem
ditentukan batas dari ruang yang ditempati oleh zat. Sistem tertutup
ditunjukkan oleh gambar 2. Gas di dalam silinder dianggap sebagai
suatu sistem. Jika panas diberikan ke silinder dari sumber luar,
temperatur gas akan naik dan piston bergerak ke atas. Ketika piston
naik, batas sistem bergerak. Dengan kata lain, panas dan kerja
melewati batas sistem selama proses, tetapi tidak ada terjadi
penambahan atau pengurangan massa zat.

Gambar 2. Sistem Termodinamika Tertutup


2. Sistem Terbuka
Pada sistem ini, zat akan melewati batas sistem. Panas dan kerja
juga bisa melewati batas sistem. Gambar 3 menunjukkan diagram
sebuah kompresor udara yang menggambarkan sistem terbuka ini. Zat
yang melewati batas sistem adalah udara bertekanan rendah (L.P =
low pressure) yang memasuki kompresor dan udara bertekanan tinggi
(H.P = high pressure) yang meninggalkan kompresor. Kerja melewati
batas sistem melalui poros penggerak dan panas ditransfer melewati
batas sistem melalui dinding silinder.

Gambar 3. Sistem Termodinamika Terbuka


3. Sistem Terisolasi
Sistem terisolasi adalah sebuah sistem yang sama sekali tidak
dipengaruhi oleh lingkungannya. Sistem ini massanya tetap dan tidak
ada panas atau kerja yang dapat melewati batas sistem.
1) Tekanan Dalam Sistem Termodinamika
Tekanan dalam sistem termodinamika adalah ukuran gaya
yang diterapkan pada suatu luasan per satuan luas. Dalam
termodinamika, tekanan dapat diterapkan pada fluida (gas atau
cairan) dan mempengaruhi kondisi termal dan energi dalam sistem
tersebut. Dalam teori gas ideal, tekanan berkorelasi dengan volum
dan suhu, dan dapat dinyatakan dalam rumus pV = nRT, di mana p
adalah tekanan, V adalah volum, n adalah jumlah partikel, R adalah
konstanta gas, dan T adalah suhu dalam kelvin.
Tekanan merupakan gaya persatuan luas. Dalam medium
fluida, tekanan disebut tekanan hidrostatik, jika tekanan itu pada
suatu unsur luas baik dalam medium ataupun pada permukaannya
adalah tegak-lurus pada unsur itu dan tak tergantung pada
orientasinya. Sebagai contoh misalnya tekanan di dalam fluida
yang tenang (fluid at rest). Satuan tekanan dalam sistem SI adalah
N/m2 = Pa (Pascal). Satuan-satuan lain yang sering digunakan
adalah: bar, atm (atmosfer) dan Torr (torricelli).

Gambar 4 .Gaya yang dialami pada suatu luasan

2) Temperatur Dalam Sistem Termodinamika


Temperatur dalam sistem termodinamika adalah ukuran rata-
rata energi kinetik dari partikel dalam sistem. Dalam
termodinamika, temperatur digunakan untuk menggambarkan
kondisi termal dalam sistem dan mempengaruhi perubahan energi
dan entalpi dalam sistem. Temperatur adalah istilah yang penting
dan didefinisikan sebagai derajat panas atau tingkat intensitas panas
suatu benda. Benda yang panas disebut mempunyai temperatur
yang lebih tinggi, sedangkan benda dingin disebut mempunyai
temperatur yang lebih rendah.

3) Volume Dalam Sistem Termodinamika


Dalam wujud gas, gerakan translasi molekul-molekul sudah
menyebabkan molekul-molekul memiliki energi yang cukup besar
sehingga melampaui gaya tarik menarik antar molekul. Kecepatan
molekul gas sangat tinggi dan arahnya selalu berubah-ubah.
Keadaan seperti ini menghasilkan gerakan tak teratur (random).
Pada tekanan biasa, molekul-molekul gas terpisah satu sama lain
dengan jarak yang cukup besar, sehingga menyebabkan gaya tarik
menarik mereka semakin tidak berarti. Keadaan dan ifat molekul
seperti ini mengakibatkan gas dapat dimampatkan atau dimuaikan,
mempunyai tekanan dan mudah berdifusi.

Gambar 5. Ilustrasi Keadaan Zat

Keadaan setiap gas ditentukan oleh sejumlah parameter,


biasanya volum (V), tekanan (P), temperatur (T), dan jumlah mol
(n). Antara keempat parameter ini terdapat hubungan tertentu, yang
biasa dinyatakan sebagai suatu fungsi volum, yaitu:
V = V(T,P,n) Persamaan 1
Fungsi ini memperlihatkan ketergantungan volum suatu gas
terhadap temperatur, tekanan, dan jumlah mol gasnya. Hal ini
berarti bahwa volume gas berubah akibat perubahan paramater-
parameter temperatur, tekanan, dan jumlah (mol) gas tersebut.
Besarnya perubahan volum yang diakibatkan oleh perubahan-
perubahan parameter tersebut secara matematika dituliskan sebagai
berikut.

Persamaan 2
Memiliki tiga kuosien, yaitu:
1. Kuosien pertama, V / T)p,n , menyatakan perubahan volum
yang diakibatkan oleh berubahnya temperatur pada tekanan dan
jumlah mol yang tetap.
2. Kuosien kedua, V /P)T,n , menyatakan berubahnya volum
yang diakibatkan oleh berubahnya tekanan pada temperatur dan
jumlah mol yang tetap.
3. Kuosien ketiga, V /P)T,p , menyatakan berubahnya volum
yang diakibatkan oleh berubahnya jumlah mol pada temperatur
dan tekanan yang tetap.
Perubahan volum total gas yang diakibatkan oleh
berubahnya temperatur, tekanan, dan jumlah mol dapat diketahui
jika semua kuosiennya juga diketahui. Oleh karena itu,
pengetahuan tentang kuosien-kuosien tersebut sangat diperlukan.
Dari nilai-nilai kuosien yang diketahui, hubungan antara
parameter parameter gas seperti telah diuraikan, membentuk suatu
persamaan yang disebut persamaan keadaan gas. Untuk gas ideal
biasa disebut persamaan keadaan gas ideal. Selain itu, dikenal juga
persamaan-persamaan keadaan gas nyata, dalam bentuk persamaan
van der Waals, Berthelot, Redlich-Kwong, virial.

4) Perubahan Kesetimbangan
Perubahan keseimbangan dalam sistem termodinamika
adalah perubahan kondisi termal dan energi dalam sistem seiring
waktu hingga sistem mencapai kondisi baru yang stabil atau
keseimbangan. Dalam termodinamika, perubahan keseimbangan
dapat terjadi karena transfer panas dan/atau bekerja pada sistem.
Kesetimbangan termal adalah keadaan yang dicapai oleh dua
(atau lebih) system yang dicirikan oleh keterbatasan harga
koordinat system ittu setelah system saling berinteraksi melalui
dinding system.
Untuk sistem termodinamika maka keadaan makroskopisnya
dicirikan dengan suatu koordinat tertentu. Bila koordinat tersebut
berubah baik secara spontan ataupun karena adanya pengaruh dari
luar, maka sistem mengalami perubahan keadaan.
Kesetimbangan termal terjadi apabila tidak ada perubahan
spontan dalam koordinat sistem yang setimbang mekanis dan
setimbang kimia bila sistem dipisahkan dari lingkungan dengan
dinding diaterm. Dalam kesetimbangan termal, semua bagian
sistem bertemperatur sama, dan temperatur ini sama dengan
temperatur lingkungannya. Bila pernyataan ini tidak terpenuhi,
perubahan keadaan akan berlangsung sampai kesetimbangan
termalnya tercapai
5) Lintasan Proses
Dalam termodinamika, suatu proses yang dapat berulang
disebut siklus. Siklus yang berulang disebut reversible dan yang
tidak berulang disebut irreversible. Pada prinsipnya, proses
reversible adalah proses yang berlangsung sedemikian rupa
sehingga pada akhir proses, baik sistem maupun lingkungan
setempat dapat dikembalikan ke keadaan semula tanpa
menimbulkan perubahan apapun. Proses perubahan gas tersebut
dinamakan proses termodinamika.
1) Proses Isotermik
Proses isotermik adalah prosess perubahan gas pada suatu
suhu tetap. Proses ini sesuai dengan hukum Boyle, yaitu sebagai
berikut, persamaan (1):
P1 V1= P2 V2 (1)
Pada proses isotermik berlaku persamaan gas ideal sebagai
berikut, persamaan (2):
PV =nRT (2)
Persamaan (3) merupakan usaha dalam proses isotermik
adalah:
W = nRT ln𝑉2 𝑉1 (3)
Pada Gambar 6 merupakan grafik proses isotermik:

Gambar 6 .Grafik Proses Isotermik

2) Proses Isokhorik
Proses isokhorik adalah perubahan gas pada volume tetap.
Selama proses isokhorik berlaku persamaan (4) gas yang sesuai
dengan hukum Charles yaitu:
𝑃1 𝑇1 = 𝑃2 𝑇2 (4)
Dalam proses ini ∆V = 0 sehingga tiddak ada usaha yang
dilakukan gas, persamaan (15):
W = P∆V = 0 (5)
Pada Gambar 7 merupakan grafik proses isokhorik:

Gambar 7 .Grafik Proses Isokhorik


3) Proses Isobarik
Proses Isobarik adalah proses perubahan keadaaan gas
pada tekanan tetap. Persamaan (6) adalah keadaan gas ideal
yang berlaku dalam proses isobarik, yang sesuai dengan hukum
Gay-Lussac:
𝑃1𝑉1 𝑇1 = 𝑃2𝑉2 𝑇2 (6)
Usaha yang dilakukan dalam proses isobarik adalah,
persamaan (7):
W = P∆V = P(V2-V1) (7)
Pada Gambar 8 merupakan grafik proses isokhorik:

Gambar 8. Grafik Proses Isobarik

4) Proses Adiabatik
Proses adiabatik adalah proses perubahan keadaan gas
bila tidak ada kalor yang masuk atau keluar dari sistem (Q = 0).
Pada proses adiabatik berlaku persamaan (8) hukum Poisson:
P1 V1′= P2 V2′atau PV′= konstan (8)
Usaha yang dilakukana dalam proses adiabatik adalah,
persamaan (9):
W = 3 2 nR (T1-T2) (9)
Pada Gambar 9 merupakan grafik proses adiabatik:

Gambar 9 . Grafik Proses Adiabatik

Arah Proses Termodinamika


Terdapat dua arah proses termodinamika, yang pertama
berlangsung secara alami dalam satu arah, tetapi tidak dalam arah
sebaliknya, proses semacam itu dikatakan bersifat ireversibel
(irreversible). Proses ireversibel berlangsung spontan pada satu
arah, tetapi tidak dapat berlangsung spontan pada arah sebaliknya.
Salah satu contoh ireversibel adalah aliran panas atau kalor dari
suhu tinggi ke suhu rendah. Di samping proses alami yang
berlangsung secara spontan, ada proses ideal yang dapat
berlangsung bolak-balik atau reversibel (reversible). Sebuah sistem
yang mengalami proses reversible selalu berada dalam
keseimbangan termodinamika dengan lingkungannya. Dengan
membuat perubahan kecil pada keadaan sistem, proses dalam arah
sebaliknya dapat berlangsung. Sebagai contoh, arah aliran kalor di
antara dua benda yang perbedaan suhunya sangat kecil dapat
dibalik dengan membuat perubahan kecil pada salah satu benda.
 Proses Reversibel
Gambar 10. Proses Reversibel
Suatu proses dikatakan reversibel jika kedua sistem
maupun semua bagian sekelilingnya dapat kembali tepat kepada
keadaan awalnya setelah proses berlangsung. Proses reversible
merupakan proses paling efisien (kehilangan energy kecil).

 Proses Irreversibel

Gambar 11. Proses Irriversibel


Suatu proses dikatakan Ireversibel jika sistem dan semua
bagian sekelilingnya tidak dapat kembali tepat kepada keadaan
awalnya setelah proses berlangsung. Proses Ireversible
merupakan dengan efisiensi rendah (kehilangan energi besar).

2. Perubahan Fase Dalam Termodinamika


Fase adalah keadaan suatu zat yang seragam dalam
komposisi kimia dan bentuk fisiknya. Fase adalah zat yang homogen
secara kimia dan fisika. Fase merupakan besaran zat yang memiliki
struktur fisika dan komposisi kimia yang seragam. Struktur fisika
dikatakan seragam apabila zat terdiri dari gas saja, cair saja ataupun
padat saja. Perubahan Fase adalah perubahan fisik yang ditandai dengan
perubahan keteraturan molekul; molekul dalam fase padat memiliki
keteraturan terbesar, dan molekul dalam fase gas memiliki keacakan
terbesar.
Perubahan Fase adalah proses perubahan bentuk suatu zat
menjadi bentuk lain, salah satu penyebab perubahan fase tersebut adalah
kalor. Perubahan Fasa meruapakan efek dari adanya salah satu sifat fisika
zat, yaitu wujud. Sifat fisika zat sendiri ialah sifat yang dapat diamati
secara langsung tanpa mengubah susunan zat, misalnya wujud, warna,
kelarutan, daya hantar listrik, dan kemagnetan, titik lebur dan titik didih.
Secara harfiah, perubahan fasa terjadi saat sebuah zat berubah dari satu
wujud ke wujud yang lain. Misalnya dari gas ke cair, cair ke padat, padat
ke gas, dan sebaliknya. Setiap proses melibatkan panas, baik panas itu
dilepas oleh zat ataupun diterima oleh zat, tapi tidak melibatkan
perubahan temperatur.
a. Compressed Liquid
Ruang piston dan silinder berisi air pada suhu 20 °C dan
tekanannya 1 atm. Air dalam fase cair ini disebut cairan sub-dingin
atau cairan terkompresi (compressed liquid atau subcooled liquid).
Pada keadaan ini penambahan panas hanya akan menaikkan suhu
tetapi belum menyebabkan terjadi penguapan (not about to vaporize)
ditunjukkan pada Gambar 13. Panas terus diberikan kepada air sampai
suhunya menjadi 40°C, terjadi kenaikan volume jenis (piston bergerak
naik sedikit) lihat Gambar 12, tekanan di dalam silinder tetap konstan
pada 1 atm selama proses ini karena tergantung pada tekanan udara
luar dan berat piston. Air masih pada keadaan cairan terkompresi
karena belum mulai menguap.
Panas terus diberikan dan tekanan dipertahankan, suhunya
naik dan berhenti pada suhu 100 °C (Gambar 14). Fase cair tetap cair,
namun jika sejumlah panas ditambahkan, cairan mulai menguap
(berubah menjadi uap). Kondisi cairan tepat memulai berubah fasenya
menjadi uap disebut kondisi cair jenuh (saturated liquid). Pada
keadaan ini air masih wujudnya cair, penambahan panas sedikit saja
akan menyebabkan terjadi penguapan (about to vaporize). Akan
mengalami sedikit penambahan volume.

Gambar 12. Keadaan Compreses Liquid

Gambar 13. Compreses Liquid (Piston naik sedikit)

Gambar 14. Keadaan Saturated


Liquid
b. Saturated Liquid
Ketika mulai mendidih, suhu akan berhenti naik (suhu jenuh)
sampai cairan seluruhnya menguap. Artinya, suhu akan tetap konstan
selama proses perubahan fase jika prosesnya pada tekanan konstan.
Selama proses penguapan berlangsung suhunya konstan karena kalor
yang diserap digunakan untuk berubah fase. Terlihat dari Gambar 15.
sebagian zat cair ada yang sudah berubah menjadi uap, silinder telah
terisi fase cair dan uap. Pada keadaan ini uap dan cairan jenuh berada
dalam kesetimbangan. Penambahan panas tidak akan menaikkan suhu
tetapi hanya menambah jumlah penguapan.

Gambar 15. Saturated Liquid

Pada suhu jenuh ini sebagian besar zat berupa cairan dan
sebagian berupa uap dan didefinisikan suatu besaran yang disebut
kualitas. Kualitas didefinisikan sebagai perbandingan massa uap
dengan massa total zat. Kualitas didefinisikan hanya zat bila berada
pada keadaan jenuh yaitu pada suhu dan tekanan jenuh. Suhu akan
bertambah setelah tetesan terakhir cairan air menguap. Kualitas
merupakan sifat intensif. Kualitas dapat dihitung sebagai berikut,
X = masssaturated vapor = mg
masstotal mf + mg
Kualitas mempunyai nilai dari nol sampai dengan satu: pada
keadaan cair jenuh, x = 0, dan pada keadaan uap jenuh, x =1.
Meskipun didefinisikan sebagai nilai perbandingan, kualitas seringkali
diberikan dalam bentuk persentase. Parameter sejenis dapat
didefinisikan juga untuk campuran dua fase padat-uap dan campuran
dua fase padat-cair.
c. Saturated Vapour (Kondisi Uap Jenuh)
Akhir dari penguapan, campuran cair-uap tepat berubah menjadi
uap seluruhnya, disebut saturated vapor (kondisi uap jenuh).
Pengurangan panas sekecil apapun menyebabkan pengembunan
(about to condense) lihat pada Gambar 16. Jika perubahan fase telah
berakhir, panas yang diberikan digunakan untuk menaikkan suhu
(misalnya sampai 300 °C). Kondisi ini disebut kondisi uap panas
lanjut (superheated vapor). Penambahan panas akan menyebabkan
kenaikkan suhu dan volume, artinya suhu naik maka volume jenis uap
ikut naik pula. Tekanan dan suhu uap panas lanjut adalah sifat saling
bebas, karena pada keadaan ini suhu terus meningkat akan tetapi
tekanan tetap konstan (lihat Gambar17).

Gambar 16. Keadaan Satutated Vapor

Gambar 17. Keadaan Superheated Vapor

Representasi dari setiap kondisi yang digambarkan pada


proses pemanasan air yang menyebabkan terjadinya perubahan fasa,
digambarkan pada suatu grafik T-υ. Pada sumbu vertikal
menunjukkan nilai suhu dalam derajat celcius dan pada sumbu
horizontal menunjukkan nilai volume jenis dalam m3 /kg, dapat
dilihat pada Gambar 18.
Gambar 18. Grafik T-υ pada Sumbu Vertikal

Jika seluruh proses yang dijelaskan di sini dibalik dengan


mendinginkan air dimana tekanan dijaga pada nilai yang sama, air
akan kembali ke keadaan semula, dengan jalur yang sama. Dengan
demikian, jumlah panas yang dilepaskan akan sama dengan jumlah
panas yang ditambahkan selama proses pemanasan. Proses 1-2-3-4-5
adalah pemanasan pada tekanan konstan sedangkan proses 5-4-3-2-1
adalah pendinginan pada tekanan konstan.
Dari proses perubahan fase di atas, air mulai mendidih pada
suhu 100°C. Sebenarnya, pernyataan air mendidih pada suhu 100°C
tidak tepat. Pernyataan yang tepat air mendidih pada suhu 100°C
dimana tekanannya 1 atm. Satu-satunya alasan air mulai mendidih
pada suhu 100°C karena prosesnya pada tekanan konstan yaitu pada 1
atm (101,325 kPa). Jika tekanan di dalam silinder diperbesar menjadi
500 kPa dengan menambahkan beban di atas piston, air akan mulai
mendidih pada suhu 151,8 °C.
Oleh kerena itu, suhu di mana air mulai mendidih tergantung
pada tekanan. Istilah saturation (jenuh) didefinisikan sebagai suatu
kondisi dimana campuran air dan uap air berada bersama-sama pada
suhu dan tekanan yang diberikan. Suhu jenuh (saturation suhue)
simbolnya Tsat menunjukkan suhu dimana suatu perubahan fase
berlangsung pada suatu tekanan tertentu. Tekanan jenuh (saturation
pressure) simbolnya Psat menunjukan tekanan dimana campuran air
dan uap air pada suhu tertentu.
Pada proses perubahan fase terlihat bahwa dengan
memberikan panas tertentu pada suhu saturasi, belum merubah fase
dari cair menjadi uap. Untuk merubahnya diperlukan sejumlah energi
panas tertentu hingga fase cair bisa berubah menjadi fase uap.
Besarnya energi yang diperlukan untuk merubah fase cair menjadi
fase uap ini dikenal dengan sebutan dengan Kalor Laten (Latent Heat
of Vaporization) dan jumlahnya sama dengan energi yang dilepaskan
uap untuk berubah kembali menjadi fase cair selama proses
pengembunan. Sebagai contoh, pada tekanan 1 atm kalor laten air
adalah sebesar 2257,1 kJ/kg. Cara penetapan sifat termodinamika
senyawa murni dengan cara yaitu diagram fase (fhase diagram), tabel
uap (steam table) dan dapat perhitungan secara online (online
calculation).

3. Hubungan Masing-Masing Diagram


Dalam mempelajari ilmu termodinamika erat kaitannya dengan tiga
faktor utama yang mempengaruhi sifat kimia dan fisika suatu materi yaitu
tekanan (P), volume (V) dan suhu (T). Ketiga faktor tersebut berperan
penting untuk menentukan wujud atau fase suatu materi. Secara umum, kita
mengetahui terdapat tiga jenis fase materi, yaitu padat, cair, gas. Namun,
dalam kajian termodinamika fase materi tidak hanya itu, masih ada beberapa
jenis fase lainnya bergantung pada kondisi. Pada kondisi tertentu, dapat
dimungkinkan muncul lebih dari satu jenis fase yang berbeda sekaligus.
Hubungan kondisi tersebut dapat dipelajari lebih mudah melalui suatu
penggambaran diagram yang mencakup tekanan (P), volum (V) dan suhu
(T). Diagram fase menggambarkan bagaimana fase-fase primer (solid,
liquid, gas) dari suatu senyawa berubah disebabkan oleh perubahan tekanan,
volume dan suhu sistem. Diagram fase juga memberikan sejumlah informasi
tentang pendidihan, pelelehan, dan perubahan-perubahan fase yang lain.
Diagram fase dapat membantu memahami lebih dalam fase-fase dan
perubahanperubahanfase. Pada bab ini hanya membahas diagram fase untuk
senyawa murni.
Ada sejumlah besar tipe diagram fase yang berbeda, tetapi disini
akan dimulai dengan ke tiga besar yaitu: diagram T-υ , P- υ dan P-T, yang
telah dikenal dengan konsep suhu, tekanan dan volume. Volume jenis
direpresentasikan dengan υ, yaitu volume per satuan massa sistem. ̅yang
dimaksud volume molar, yaitu volume per mol atau volume total sistem
dibagi dengan jumlah mol di dalam sistem. Untuk pemahanan lebih lanjut
mengenai diagram maka akan dijelaskan beberapa keadaan tambahan yang
terbentuk pada kondisi tertentu, dapat dilihat pada Tabel 1. di bawah ini

Tabel 1. Istilah-istilah Digram Fasa


Fase Penjelasan Contoh
Subcooled Cairan Berada pada Penambahan sedikit energi
Liquid suhu dibawah titik pada air (80°C;1atm) tidak
didihnya (T<Tsat) akan menyebabkan cairan
untuk tekanan yang menguap tetapi dapat
diberikan. menaikan suhu.
Saturated Cairan tepat pada suhuh Penambahan energi
liquid jenuh (Tsat) yang mana berapapun pada air
cairan tersebut akan (100°C;1atm) menyebabkan
mendidih pada tekanan cairan menguap, tetapi
yang diberikan (P=P6) dapat menaikkan suhu.
Saturated Campuran daric air Cairan dan uap dalam
Mixture jenuh dan uap jenuh keadaan kesetimbangan
dalam keadaan (100°C;1atm). Pengambilan
kesetimbangan. Suhu sedikit energi menyebabkan
merupakan suhu jenuh uap terkondensasi, tetapi
(Tsat), dan tekanan suhu tidak turun.
disebut tekanan uap Penambahan sedikit energi
(P=P6) cairan menguap, tetapi suhu
tidak naik.
Saturated Uap pada suhu tepat Pengambilan sedikit energi
Vapor jenuh (Tsat) dimana pada uap air (100°C;1atm)
uap akan terkondensasi menyebabkan sejumlah uap
pada tekanan yang ada terkondensasi, tetapi suhu
(P6=P) tidak berubah,
Superheate Uap pada suhu diatas Pengambilan sedikit energi
d vapor titik didihnya (T>Tsat) pada uang air (110°C;1atm)
untuk tekanan yang ada. tidak menyebabkan
sejumlah uap berapapun
terkondensasi, tetapi suhu
turun.
Kurva Cair Kumpulan seluruh titik Setiap titik pada kurva cair
Jenuh pada diagram fase yang jenuh sesuai dengan tekanan
merepresentasikan yang berbeda dan Tsar yang
cairan jenuh. terkait dengannya.
Kurva Uap Kumpulan seluruh titik Kurva dimana hanya ada
Jenuh yang merepsentasikan uap jenuh.
cairan jenuh
Titik Kritis Titik dimana kurva cair Titik dimana kurva cair
(Critical jenuh dalam kurva uap jenuh dab uap titik kritis,
Point) jenuh bertemu. Titik fase cair jenuh dan uap
kritis adalah titik jenuh sama.
dimana gas diatas  Dimana aras Tcr, fase uap
tekanan dan suhu kritis tidak terkondensasi
tidak dapat dicairkan mennjadi cairan tidak
hanya dengan peduli berapapun
mengecilkan kenaikkan tekanan.
volumenya  Diatas Pcr, fase cair tidak
mendidih menjadi uap
tidak peduli berapapun
kenaikkan suhu
 Pada saat T diatas Tc dan
P di atas Pc , cairan
disebut supercritical fluid.
Suhu Kritis Menunjukkan batas
(Tcr) maksimum agar
kesetimbangan fasa
cairan dan uap
terbentuk.
Tekanan Tekanan pada suhu
Kritis (pcr) kritis
Volume Volume jenis pada
Jenis Kritis kondisi kritis
(υcr)
Garis Uap Garis yang membatasi
Jenuh kurva cair jenuh
(Saturated
Liquid
Lines)
Garis Uap Garis yang membatasi
Jenuh kurva uap jenuh
(Saturated
Vapor)

a. Diagram T-V
Tinjau kembali sistem piston silinder yang kita contoh
perubahan fase pada air dapat digambarkan pada Gambar 19. Pada
diagram fase kita mempertimbangkan air pada tekanan 1 atm, kurva yang
diplot disebut isobar. Diketahui suhu jenuh (Tsat) air yaitu sebesar 100
°C. Dimulai dari titik pertama, dimana sistem berada pada suhu 20 °C.
Karena suhu sistem lebih kecil dari suhu jenuh (T < Tsat) disebut cairan
terkompresi (compressed liquid). Jika kita tambahkan panas (energi)
pada sistem tersebut suhu meningkat sementara tekanan konstan dan
penambahan panas hingga mencapai pada titik dua yaitu mencapai suhu
100 °C. Pada titik kedua suhu sistem sama dengan suhu jenuh (T = Tsat)
dan ini merupakan keadaan cair jenuh karena fraksi massa air yaitu fase
uap = 0 maka kualitas (x) cair jenuh = 0. Jika penambahan panas pada
sistem ini diteruskan, gelembung-gelembung kecil dari bentuk uap akan
timbul dan sistem bergerak pada titik ketiga

Gambar 19. Diagram Fase T-υ Perubahan Fase Air.

Titik ketiga kualitas (x) meningkat dari 0 hingga menjadi lebih


besar dari 0 (atau < 1) tetapi penambahan panas masih membuat suhu
tetap konstan pada Tsat. Saat tetes air terakhir dari cair menjadi uap
dimana kedaan telah mencapai titik keempat yaitu uap jenuh. Seluruh air
merupakan fase uap, sehingga kualitas x = 1. Perhatikan bahwa suhu
masih pada suhu jenuh (Tsat). Saat panas ditambahkan pada uap jenuh,
suhu mulai meningkat dan sistem bergerak ke titik lima. Karena suhu di
atas Tsat pada tekanan 1 atm, keadaan ini disebut uap panas lanjut
(superheated vapor). Kualitas tidak digunakan untuk uap jenuh. Diagram
fase T-υ tersebut menjelaskan keadaan senyawa air pada suatu tekanan
(P=1 atm), sedangkan berikut akan didiskusikan tentang diagram fase
isobar pada berbagai tekanan, lihat pada Gambar 20.
Jika tekanan air pada sistem tersebut kita naikkan, maka proses
perubahan air dari keadaan cair terkompresi menjadi superheated vapor
(uap panas lanjut) akan mirip dengan proses yang terjadi pada tekanan 1
atm, dimana alur prosesnya mirip dengan proses tersebut, namun akan
memiliki perbedaan pada panjang ruas campuran saturated liquid–vapor.
Semakin tinggi tekanan kita berikan, maka semakin pendek ruas
campuran saturated liquid–vapor, sebaliknya, semakin rendah tekanan
kita berikan, maka semakin panjang campuran saturated liquid–vapor
sebagaimana Gambar 20 berikut ini.

Gambar 20. Campuran Saturated Liquid – Vapor

Diagram T-υ perubahan fase zat murni (air) pada berbagai


variasi tekanan Gambar 5.13 menunjukan, pada tekanan di bawah 1 atm,
panjang ruang saturated mixture lebih panjang sementara pada tekanan di
atasnya ruas tersebut semakin pendek. Bila tekanan sistem tersebut kita
naikkan lagi, maka ruas campuran akan terus memendek hingga akhirnya
pada tekanan tertentu, ruas campuran ini hanya akan berbentuk titik saja.
Titik ini disebut dengan titik kritis (critical point). Definisi yang tepat
untuk menggambarkan titik kritis ini adalah suatu titik dimana keadaan
dari saturated liquid dan saturated vapor adalah sama. Pada titik kritis,
sifat dari suatu zat disebut dengan sifat kritis yakni suhu kritis (critical
suhu) dengan simbol (Tcr), tekanan kritis (critical pressure) dengan
simbol (Pcr) dan volume jenis kritis (critical specific volume) dengan
simbol (). Sebagai contoh adalah
Air Pcr = 22.09 MPa
Tcr = 374.148 °C = 647.2298 K
Υcr = 0.003155 m3/kg
Udara Pcr = 3.77 MPa
Tcr = 132.5°C = 405.65K
Υcr = 0.00883 m3/kg

Pada tekanan di atas tekanan kritis, tidak ada proses perubahan


fase (cair menjadi uap) Sebaliknya, volume jenis terus meningkat dan
setiap saat hanya ada satu fase. Pada akhirnya itu menyerupai uap, tetapi
kita tidak pernah tahu kapan perubahan telah terjadi. Di atas keadaan
kritis, tidak ada garis yang memisahkan daerah cair terkompresi dan
daerah uap panas lanjut. Namun biasanya untuk menunjukkan zat
tersebut sebagai uap panas lanjut pada suhu di atas suhu kritis dan
sebagai cairan terkompresi pada suhu di bawah suhu kritis. Bila tekanan
yang diberikan di atas tekanan kritis, maka pada satu titik tertentu akan
terjadi proses perubahan mutlak dari fase cair menjadi fase uap.
Perhatikan Gambar 20, bila semua titik keadaan cair jenuh (saturated
liquid) dihubungkan, maka kita akan dapatkan garis cair jenuh (saturated
liquid line). Demikian pula halnya bila semua titik keadaan uap jenuh
(saturated vapor) kita hubungkan, akan diperoleh garis uap jenuh
(saturated vapor line). Kedua garis ini akan bertemu dititik kritis (critical
point) sebagaimana Gambar 20.beriku

Gambar 21. Diagram T- υ dengan region Fase

Semua keadaan cair terkompresi terletak di daerah sebelah kiri


dari garis cair jenuh disebut sebagai daerah cair terkompresi (compressed
liquid region). Semua keadaan uap panas lanjut (superheated vapor)
terletak di sebelah kanan garis uap jenuh, disebut daerah uap panas lanjut
(superheated vapor region). Di kedua daerah (region) ini, zat yang ada
dalam fase tunggal yaitu cair atau uap. Semua keadaan yang melibatkan
kedua fase pada kesetimbangan yang terletak di bawah kubah disebut
daerah campuran cair-uap jenuh (saturated liquid-vapor mixture region)
atau daerah basah. Di atas titik tekanan kritis proses perubahan dari cair
menjadi uap tidak lagi terlihat jelas atau nyata. Terjadi perubahan secara
spontan dari cair menjadi uap.

b. Diagram P-T
Pada kondisi tertentu fase padat, cair dan gas berada dalam
kesetimbangan. Pada diagram P-υ keadaan ini akan membentuk suatu
garis yang disebut triple line. Dalam diagram P-T keadaan ini nampak
sebagai suatu titik dan disebut triple point simbolnya T. Diagram P-T
untuk air dan karbondioksida dapat dilihat pada Gambar 22 dan 23.

Gambar 22. Diagram P-T murni menyusut saat membeku (CO2)

Gambar 23. Diagram P-T murni mengembang saat membeku (Air)

Diagram P-T Gambar 22 dan 23 di atas, jika digabung menjadi


seperti Gambar 24 berikut ini
Gambar 24. Diagram P-T Zat Murni
Diagram P-T sering disebut sebagai diagram fase karena dalam
diagram PT antara tiga fase dipisahkan secara jelas, masing-masing
dengan sebuah garis yaitu :
1) garis sublimasi (sublimation line) yang memisahkan daerah uap
(vapor) dengan daerah padat (solid). Proses dimana padatan
menguap secara langsung tanpa melalui pencairan terlebih dahulu.
Proses sebaliknya disebut desublimasi.
2) Garis penguapan (vaporization line) memisahkan daerah cair dari
daerah uap. Proses dimana cairan berubah menjadi fase uap. Proses
disini juga disebut penguapan. Proses sebaliknya disebut
kondensasi dimana terjadi perubahan fase uap ke cair.
3) Garis leleh (melting line) memisahkan daerah beku dari daerah
cair. Proses dimana fase padat berubah menjadi cair disebut
mencair. Proses sebaliknya disebut pembekuan.
Pada Gambar 24, terlihat dua lokasi untuk garis leleh (melting
line) yang dibedakan dengan jenis garis. Garis putus-putus merupakan
garis melting untuk zat yang memuai (mengembang) saat membeku,
sementara untuk zat yang menyusut saat membeku garis melting berupa
garis biasa. Terlihat pula bahwa kondisi cair hanya dapat terjadi pada
tekanan di atas tekanan triple point. Untuk zat yang menyusut saat beku,
kondisi liquid ini juga harus memenuhi syarat, bahwa suhunya haruslah
berada di atas suhu triple point. Bila suhunya di bawah suhu triple point,
maka zat tersebut sudah dapat dipastikan berada dalam keadaan beku.
Untuk zat yang memuai saat beku seperti air, kondisi liquid dapat terjadi
di bawah suhu triple point apabila tekanannya jauh lebih tinggi dari
tekanan triple point.
Ketiga garis bertemu di triple point, garis penguapan
(vaporisation) berakhir di titik kritis karena tidak ada batas yang jelas
antara fase cair dan fase uap.Tidak ada zat yang berada pada fase cair
jika tekanannya berada di bawah tekanan triple point. Ada dua cara zat
padat berubah menjadi uap Pertama melalui proses mencair kemudian
menguap dan kedua fasepadat berubah langsung menjadi fase gas
(disebut menyublim). Menyublim hanya dapat terjadi pada tekanan di
bawah tekanan triple point.

c. Diagram P-V
Sekarang kita akan melihat hubungan antara perubahan tekanan
terhadap volume jenis dari air pada proses perubahan fase air. Bentuk
dari diagram P-υ mirip dengan diagram T-υ. Pada diagram P-υ garis suhu
konstan mempunyai kecenderungan atau trend menurun sedangkan pada
diagram T-υ garis tekanan konstan mempunyai kecenderungan menaik
(Gambar 25)

Gambar 25. Diagram P- υ Perubahan Fase Air

Pada sistem piston silinder pada Gambar 26, pada mulanya


akibat beban yang berada di atas piston menyebabkan terjadinya tekanan
pada air sebesar 1 Mpa. Misalkan suhu air di dalam silinder adalah 150
°C. Pada tekanan 1 Mpa, air dengan suhu 150°C tersebut berada pada
keadaan compressed liquid (cair terkompresi). Dengan mengurangi
beban di atas piston satu persatu, maka tekanan air dalam silinder akan
berkurang. Pada sistem ini, air dapat membuang kalor ke sekelilingnya
sehingga suhu air berada dalam keadaan konstan (proses isotermal).
Ketika tekanan dikurangi, maka volume air akan bertambah, dengan
demikian volume jenis juga bertambah. Bila tekanan terus dikurangi
hingga menjadi 0,4762 Mpa, air pada suhu 150°C tersebut mulai
mendidih. Ini merupakan titik saturated liquid untuk tekanan dan suhu
tersebut. Dengan menahan tekanan pada 0,4762 Mpa air akan terus
menguap yang diikuti dengan peningkatan nilai υ (volume jenis) hingga
akhirnya seluruh air akan berubah menjadi uap yang mana ini merupakan
titik saturated vapor untuk tekanan dan suhu tersebut. Setelah semuanya
menjadi uap, dengan mengurangi tekanan hanya akan menyebabkan
terjadinya peningkatan dari volume jenis. Proses ini digambarkan pada
garis T1 = konstan pada Gambar 25.

Gambar 26. Silinder diber Beban

Jika proses yang sama diulangi untuk suhu yang lebih tinggi,
maka garis yang sama akan diperoleh dengan garis T1=konstan, namun
ruas pada campuran saturated liquid – vapor akan menjadi lebih pendek
(lihat garis T2 = konstan di atas). Bila suhu dinaikkan lagi, dan proses
yang sama diulang, akan tercapai suatu kondisi dimana ruas campuran
saturated liquid-vapor hanya berbentuk titik yang kita kenal dengan nama
titik kritis. Dengan menghubungkan titik-titik saturated liquid, akan
diperoleh garis cairan jenuh (saturated liquid line). Sementara
menghubungkan titik-titik saturated vapor akan dapat garis uap jenuh
(saturated vapor line). Kedua garis ini bertemu di titik kritis (critical
point) dapat dilihat pada Gambar 27.

Gambar 27. Bentuk Diagram P- υ

Diagram-diagram yang telah dibahas pada pembahasan


sebelumnya hanya memperlihatkan proses perubahan fase dari cair
menjadi uap. Diagram tersebut dapat dikembangkan lagi untuk
memasukkan fase beku (padat) kedalamnya. Semua zat padat pada
keadaan tertentu dengan kondisi volume, tekanan dan suhu yang
memungkinkan dapat berada dalam bentuk padat, cair dan gas atau uap.
Semua zat dalam keadaan uap atau gas selalu memuai bila suhunya naik
pada tekanan konstan dan volumenya akan bertambah jika fasenya
berubah dari keadaan cair menjadi uap pada tekanan konstan. Tetapi
tidak semua zat volumenya bertambah jika fasenya berubah dari padat
menjadi cair pada tekanan konstan. Contoh karbondioksida (CO2)
volumenya akan bertambah jika fasenya berubah dari keadaan padat
menjadi cair sedangkan air (H2O) volumenya berkurang.
Bila keadaan padat (beku) dimasukkan, maka terdapat dua
fenomena yang terjadi pada zat murni. Pada kebanyakan logam ketika
membeku, maka volumenya akan menyusut, sehingga nilai volume jenis
fase padatnya lebih kecil dari pada fase cairnya, atau dengan kata lain
massa jenis fase padatnya lebih besar dari pada fasa cairnya.
Pada air ketika membeku, maka volumenya akan memuai
sehingga nilai volume jenis fase padatnya lebih besar dari pada fase
cairnya, atau dengan kata lain massa jenis es lebih rendah dari pada
massa jenis air. Ini merupakan keistimewaan pada air. Anda bisa
membayangkan apa yang terjadi bila massa jenis es lebih tinggi dari
massa jenis air. Es akan tenggelam dalam air, dan es yang berada di
kutub akan tenggelam kedasar laut yang berlangsung secara terus
menerus hingga seluruh bagian air di kutub akan membeku hingga
kedasarnya. Sebagai ilustrasi dari dua fenomena ini dapat dilihat pada
Gambar 28 dan Gambar 29.
Pada Gambar 28 dan 29 terlihat, ada garis yang disebut dengan
garis triple line, dimana kondisi tekanan dan suhunya tertentu, ketiga fase
yaitu fase padat, fase cair dan fase uap berada dalam kesetimbangan.
Pada posisi triple line, walaupun volume jenis berbeda, suatu zat akan
memiliki tekanan dan suhu yang sama. Garis yang membatasi keadaan
padat dan cair disebut garis padat-cair. Garis yang membatasi keadaan
padat dan uap disebut garis padat-uap dimana pada garis ini padat dan
uap dalam keadaan setimbang atau disebut kurva sublimasi. Garis yang
membatasi keadaan cair dan uap disebut garis cair-uap. Ketiga garis ini
yakni garis padat-cair, garis padat-uap, garis cair-uap dalam diagram P-T
berpotongan dalam satu titik disebut titik tripel (tripel point). Oleh sebab
itulah, bila ditinjau dari diagram P-T, keadaan di triple line hanya akan
berbentuk sebuah titik yang disebut triple point. Untuk air, nilai tekanan
dan suhu di triple point adalah 0,6113 kPa dan 0,01 C. Dengan kata lain,
ketiga fasa air hanya akan ada pada tekanan dan suhu tepat diangka
tersebut.

Gambar 28. Diagram P- υ Zat Murni Meyusut Saat Membeku (CO2)


Gambar 29. Diagram P- υ Zat Murni Mengembang Saat Membeku (Air)

d. Critical Pressure, Critical Temperature, Critical Point

 Critical Pressure/ Tekanan Kritis


Tekanan kritis adalah tekanan uap pada titik kritis. Untuk diagram
yang menunjukkan properti termodinamika sebuah bahan, titik di
mana temperatur kritis dan tekanan kritis bertemu dinamai Titik kritis
dari bahan itu. Molar kritis adalah volume dari satu mol sebuah bahan
pada suhu kritis dan tekanan kritis.
 Critical Temperature/ Temperature Kritis (Tc) adalah suatu kondisi
tekanan dan temperatur pada sebuah material ketika fase uap dan cair
tidak dapat dibedakan atau suatu zat murni adalah
temperaturmaksimum dimana fase cair dan uap dapat terjadi secara
simultan dalam kesetimbangan.
 Critical Point atau Titik Kritis dari suatu bahan yaitu suatu titik suhu
dimana fase cairan dan uap tak mampu dibedakan. Pada kala
mendekati temperatur titik kritis, properti gas dan cairan menjadi
sama, fase ini disebut Fluida superkritikal .

4. Persamaan Clapeyron

5. Metoda Clapeyron
atau yang dikenal
juga dengan Metode
Persamaan Tiga
Momen adalah salah
cara
6. menyelesaikan suatu
struktur statis tak tentu
di mana meliputi
perhitungan semua
gaya-gaya luar (reaksi
7. perletakan) dan gaya-
gaya dalam (gaya
normal, gaya lintang,
momen) pada struktur
tersebut.
8. Pada suatu struktur
balok dan portal,
sambungan antara
batang-batang pada
struktur tersebut
diasumsikan
9. sebagai sambungan
kaku, dimana dalam
sambungan kaku harus
dipenuhi dua
persyaratan yaitu :
10. 1) Keseimbangan
11. Jumlah momen
batang-batang yang
bertemu pada sebuah
titik simpul yang
disambung secara
kaku
12. sama dengan nol.
13. 2) Kestabilan
14. Rotasi batang-batang
yang bertemu pada
sebuah titik simpul
yang disambung
secara kaku sama
15. besarnya dan arahnya
16. Metoda Clapeyron
atau yang dikenal
juga dengan Metode
Persamaan Tiga
Momen adalah salah
cara
17. menyelesaikan suatu
struktur statis tak tentu
di mana meliputi
perhitungan semua
gaya-gaya luar (reaksi
18. perletakan) dan gaya-
gaya dalam (gaya
normal, gaya lintang,
momen) pada struktur
tersebut.
19. Pada suatu struktur
balok dan portal,
sambungan antara
batang-batang pada
struktur tersebut
diasumsikan
20. sebagai sambungan
kaku, dimana dalam
sambungan kaku harus
dipenuhi dua
persyaratan yaitu :
21. 1) Keseimbangan
22. Jumlah momen
batang-batang yang
bertemu pada sebuah
titik simpul yang
disambung secara
kaku
23. sama dengan nol.
24. 2) Kestabilan
25. Rotasi batang-batang
yang bertemu pada
sebuah titik simpul
yang disambung
secara kaku sama
26. besarnya dan arahnya
27. Metoda Clapeyron
atau yang dikenal
juga dengan Metode
Persamaan Tiga
Momen adalah salah
cara
28. menyelesaikan suatu
struktur statis tak tentu
di mana meliputi
perhitungan semua
gaya-gaya luar (reaksi
29. perletakan) dan gaya-
gaya dalam (gaya
normal, gaya lintang,
momen) pada struktur
tersebut.
30. Pada suatu struktur
balok dan portal,
sambungan antara
batang-batang pada
struktur tersebut
diasumsikan
31. sebagai sambungan
kaku, dimana dalam
sambungan kaku harus
dipenuhi dua
persyaratan yaitu :
32. 1) Keseimbangan
33. Jumlah momen
batang-batang yang
bertemu pada sebuah
titik simpul yang
disambung secara
kaku
34. sama dengan nol.
35. 2) Kestabilan
36. Rotasi batang-batang
yang bertemu pada
sebuah titik simpul
yang disambung
secara kaku sama
37. besarnya dan arahnya
Metoda Clapeyron atau yang dikenal juga dengan Metode Persamaan
Tiga Momen adalah salah caramenyelesaikan suatu struktur statis tak tentu
di mana meliputi perhitungan semua gaya-gaya luar (reaksiperletakan) dan
gaya-gaya dalam (gaya normal, gaya lintang, momen) pada struktur
tersebut.Pada suatu struktur balok dan portal, sambungan antara batang-
batang pada struktur tersebut diasumsikansebagai sambungan kaku, dimana
dalam sambungan kaku harus dipenuhi dua persyaratan yaitu :
1) Keseimbangan jumlah momen batang-batang yang bertemu pada
sebuah titik simpul yang disambung secara kaku sama dengan nol.
2) Kestabilan rotasi batang-batang yang bertemu pada sebuah titik simpul
yang disambung secara kaku sama besarnya dan arahnya

Kondisi untuk kesetimbangan antara dua fasa  dan  senyawa murni


adalah :

Jika bentuk analitik dari fungsi  dan  diketahui maka dimungkinkan


untuk menyelesaikan diatas dimana :

Persamaan ini mengekspresikan fakta yang diilustrasikan bahwa


temperature kesetimbangan tergantung pada tekanan.

Tanpa adanya pengetahuan rinci dari fungsi  dan  maka masih


dimungkinkan untuk memperoleh nilai turunan temperature terhadap
tekanan. Misalkan kesetimbangan antara 2 fasa  dan  pada tekanan p,
temperature kesetimbangan T, maka pada T dan p kita peroleh :

(1)
Jika tekanan berubah ke nilai p + dp, temperature kesetimbangan akan
berubah ke T + dT dan nilai dari masing – masing  akan berubah menjadi
 + d. sehingga pada T + dT dan p + dp kondisi kesetimbangan adalah :

(2)
Dengan mengurangkan persamaan (2) dengan (1) didapat :

Kita tulis d secara eksplisit dalam term dp dan dT dengan menggunakan


persamaan fundamental :

Gunakana :
Dengan menata ulang didapat :

Jika proses perubahan ditulis    maka :

Dan persamaan menjadi :

Kedua persamaan disebut persamaan Clapeyron.

Persamaan Clapeyron adalah persamaan fundamental untuk pembahasan


kesetimbangan antara dua fasa senyawa murni. Sebagai catatan sisi kiri
kedua persamaan adalah turunan biasa bukan turunan parsial. Dengan
menggunakan persamaan ini kita bisa membuat plot tekanan kesetimbangan
versus temperature untuk sembarang perubahan fasa.

a. Kesetimbangan Solid – Gas


Untuk perubahan solid-gas kita memiliki :

Dan persamaan Clapeyron adalah:

Slope kurva s-g lebih curam pada triple point dibanding slope kurva l-g.
Karena Hsub = Hfus + Hvap, maka

V pada kedua persamaan hampir sama nilainya, karena Hsub lebih besar
dari Hvap, slope kurva s-g pada lebih curam dibanding kurva l-g.
Titik – titik pada kurva s-g adalah set temperature dan tekanan dimana solid
dijumpai berada dalam kesetimbangan dengan vapor. Titik – titik dikiri
garis ada dibawah temperature sublimasi dan menunjukkan kondisi solid
yang stabil. Titik – titik dikanan kurva s-g adalah titik diatas temperature
sublimasi

Gambar 30. (a) Solid – Liquid (b) Liquid - Vapor

dan menunjukkan kondisi gas sebagai fasa stabil. Kurva s-g harus
memotong satu sama lain pada triple point berdasarkan kondisi yang
dituliskan pada

b. Kesetimbangan Liquid – Gas


Aplikasi persamaan Clapeyron untuk perubahan liquid  gas
menghasilkan :

Konsekuensinya :

Garis kesetimbangan liquid – gas selalu memiliki slope positif. Pada T dan p
kamar, besarnya adalah :
Akan tetapi V sangat tergantung pada T dan p karena Ṽgas sangat
tergantung pada T dan p. slope kurva liquid – gas kecil nilainya dibanding
kurva solid – liquid. Memperlihatkan kurva l – g dan juga kurva s – l.

Pada gambar (12.5b) kurva l - g adalah locus dari semua titik (T, p) dimana
liquid dan gas dijumpai dalam kesetimbangan. Titik – titik dikiri kurva l – g
ada dibawah titik didih sehingga kondisi disini liquid stabil. Titik – titik
dikanan l – g adalah kondisi dimana gas stabil.

Perpotongan kurva s – l dan l – g menunjukkan temperature dan tekanan


dimana solid, liquid dan gas dijumpai dalam kesetimbangan. Nilai T dan p
pada titik ini ditentukan oleh kondisi :

Persamaan (12.13) secara prinsip dapat diselesaikan untuk memberikan nilai


numeric yang definit dari T dan p yaitu :

Dimana Tt dan pt adalah temperature dan tekanan triple point. Hanya ada
satu triple point seperti ini dimana specific set dari tiga fasa (solid-liquid-
gas) bisa berada dalam kesetimbangan.

c. Kesetimbangan Solid – Liquid


Dengan menerapkan persamaan Clapeyron pada perubahan solid  liquid

Pada temperature kesetimbangan perubahan bersifat reversible sehingga


Sfus = Hfus/T. Perubahan dari solid ke liquid selalu disertai
penyerapan/absorpsi panas ( Hfus = +) sehingga Sfus bernilai positif
untuk semua senyawa. Kuantitas Vfus bisa positif atau negatif tergantung
pada apakah densitas solid lebih besar atau lebih kecil dibanding liquid
sehingga
Besaran umum untuk kuantitas diatas adalah :
Sfus = 8 hingga 25 J/(K mol)
Vfus = ±(1 hingga 10) cm3/mol
Jika sebagai ilustrasi kita memilih Sfus = 16 j/K moldan Vfus ±4
cm3/mol maka untuk garis kesetimbangan kurva solid – liquid.

Jika dibalik maka kita mendapatkan dT/dp = ±0,02 K/atm. Nilai ini
menunjukkan bahwa perubahan tekanan sebesar 1 atm akan menggeser titik
leleh sebesar beberapa ratus Kelvin. Dalam plot tekanan sebagai fungsi dari
temperature, slope diberikan oleh persamaan (12.12b) (40 atm/K dalam
contoh) slope ini cukup besar dan kurva hampir vertical. Untuk dp/dT +
diperlihatkan pada gambar (12.5a); pada range tekanan moderat kurva akan
linier.

Garis pada gambar (12.5a) adalah locus dari semua titik (T, p) dimana solid
dan liquid bisa dijumpai pada kesetimbangan. Titik – titik yang terletak
disebelah kiri garis menunjukkan temperature dibawah titik leleh, titik –
titik ini adalah kondisi (T, p) dimana hanya solid yang stabil. Titik – titik
disebelah kanan garis menunjukkan temperature diatas titik leleh sehingga
titik – titik ini adalah kondisi (T, p) dimana liquid stabil.

Gambar 31. (a) Solid – Liquid (b) Liquid - Vapor

Anda mungkin juga menyukai