Anda di halaman 1dari 11

BAB 1

KONSEP DASAR TERMODINAMIKA

Termodinamika merupakan ilmu yang menghubungkan energi panas dengan

mekanika. Topik utama yang akan kita bahas adalah pemanfaatan energi yang
dihasilkan akibat adanya proses dalam gas untuk menghasilkan kerja. Prinsip
termodinamika tersebut sebenarnya telah terjadi secara alami dalam kehidupan sehari-
hari. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, maka prinsip alamiah
dalam berbagai proses termodinamika direkayasa menjadi berbagai bentuk mekanisme
untuk membantu manusia dalam menjalankan kegiatannya. Mesin-mesin transportasi
darat, laut, maupun udara merupakan mesin konversi energi, yang merubah energi
kimia dalam bahan bakar atau sumber energi lain menjadi energi mekanis dalam
bentuk gerak atau perpindahan diatas permukaan bumi, bahkan sampai di luar
angkasa. Pabrik-pabrik dapat memproduksi berbagai jenis barang, digerakkan oleh
mesin pembangkit energi listrik yang menggunakan prinsip konversi energi panas dan
kerja. Untuk kenyamanan hidup, kita memanfaatkan mesin air conditioning, mesin
pemanas, dan refrigerator yang menggunakan prinsip dasar termodinamika.

Aplikasi termodinamika yang begitu luas dimungkinkan karena perkembangan ilmu


termodinamika sejak abad 17 yang dipelopori dengan penemuan mesin uap di Inggris,
diikuti oleh para ilmuwan termodinamika seperti Willian Rankine, Rudolph Clausius,
dan Lord Kelvin pada abad ke 19. Pengembangan ilmu termodinamika dimulai dengan
pendekatan makroskopik, yaitu sifat thermodinamis didekati dari perilaku umum
partikel-partikel zat yang menjadi media pembawa energi, yang disebut pendekatan
termodinamika klasik. Pendekatan tentang sifat thermodinamis suatu zat berdasarkan
perilaku kumpulan partikel-partikel disebut pendekatan mikroskopis merupakan
perkembangan ilmu termodinamika modern, atau disebut termodinamika statistik.
Pendekatan termodinamika statistik dimungkinkan karena perkembangan teknologi
komputer, sangat membantu dalam menganalisis data dalam jumlah yang sangat besar.

1.1 Sistem, Lingkungan, dan Proses

Alam semesta dibagi atas dua bagian, yaitu sistem dan lingkungan. Sistem adalah
bagian yang sedang kita kaji sedangkan lingkungan adalah semua bagian alam di luar
sistem. Ketika kita bahas proses pemuaian gas dalam silinder maka: sistem adalah gas
dalam silinder dan lingkungan adalah silinder beserta semua bagian alam di
sekelilingnya. Ketika kita membahas pemuaian gas dalam silinder dan proses
penyerapan dan pelepasan panas oleh silinder, maka: sistem adalah gas dan silinder
dan lingkungan adalah seluruh bagian alam di luar silinder. Sistem termodinamikan
yang kita pelajari dalam bab ini adalah termodinamika gas. Variabel sistem
termodinamika ini adalah besaran fisis yang menerangkan keadaan gas, variabel
termodinamika seperti suhu, tekanan, volume, dan jumlah mol gas.

Sistem termodinamika secara luas bisa didefinisikan sebagai luas atau ruang tertentu
dimana proses termodinamika terjadi. Atau adalah suatu daerah dimana perhatian kita
difokuskan dalam mempelajari proses termodinamika. Sedikit observasi akan
memperlihatkan bahwa sistem termodinamika mempunyai batas sistem, dan segala
sesuatu yang ada di luar batas sistem disebut lingkungan. Batas sistem ini bisa saja
berupa batas tetap seperti pada tangki yang berisi gas yang terkompresi, atau batas
bergerak seperti yang dijumpai pada sejumlah volume cairan di dalam saluran pipa.
Sistem termodinamika adalah bagian dari alam semesta yang kita tinjau. Biasanya
sistem adalah suatu batasan yang dipakai untuk menunjukkan suatu benda (benda
kerja) dalam suatu permukaan tertutup. Sistem tersebut dibatasi oleh batas (boundary).
Lingkungan adalah bagian daerah yang terdapat di sekitar sistem yang ditentukan.
Batas antara sistem dan lingkungan dapat berupa khayalan (imaginary) maupun berupa
kenyataan sebenarnya (real).

Ditinjau dari perpindahan energi dan massanya, sistem termodinamika dapat


dibedakan menjadi 3 macam;

a. Sistem tertutup (closed system) yaitu suatu sistem dimana hanya terjadi
perpindahan energi dari atau ke lingkungan. Sebagai contoh; suatu sistem dibatasi
oleh dinding silinder dan dinding torak. Pada sistem ini hanya terjadi perpindahan
energi dalam bentuk kerja melalui torak
b. Sistem terbuka (open system) yaitu suatu sistem dimana selain terjadi
perpindahan energi juga terjadi perpindahan massa, dari atau ke lingkungannya.
Sebagai contoh; suatu turbin dengan fluida tertentu sebagai penggeraknya.
c. Sistem terisoler/diisolasi (isolated system) yaitu suatu sistem dimana antara
sistem dan lingkungannya tidak terjadi pertukaran/perpindahan energi maupun
massa. Sistem ini sama sekali tidak dipengaruhi oleh perubahan-perubahan
lingkungannya.
Proses adalah peristiwa perubahan keadaan gas dari satu keadaan awal ke satu
keadaan akhir. Misalkan mula-mula keadaan gas diungkapkan oleh variable-variabel P1,
V1, dan T1. Jika pada keadaan selanjutnya nilai variable tersebut adalah P2, V2, dan T2,
maka dikatakan gas telah melewati suatu proses. Selama mengalami proses umumnya
terjadi perubahan energi dalam gas serta pertukaran energi antara gas dengan
lingkungan. Berkaitan dengan masalah pertukaran energi ini, kita mengklasifikasi
beberapa jenis proses berikut ini.

a. Proses Adiabatik

Pada proses adiabatik, tidak terjadi pertukaran kalor antara sistem dan lingkungan.
Proses adiabatik dapat terjadi jika sistem dan lingkungan dibatasi oleh sekat yang tidak
dapat dilalui kalor. Contoh sekat yang sulit dilewati kalor adalah dinding termos air
panas.

b. Proses diatermik

Kebalikan dengan proses adiabatik adalah proses diatermik. Pada proses ini kalor
dijinkan berpindah dari sistem ke lingkungan dan sebaliknya. Proses ini dapat
berlangsung jika sistem dan lingkungan dibatasi oleh sekat yang mudah dilewati panas.
Contoh sekat diatermik adalah logam.

c. Proses Kuasistatik

Persamaan gas yang telah kita bahas pada bab sebelumnya hanya dapat diterapkan jika
gas tersebut telah berada dalam keadaan statik. Artinya tidak ada lagi proses yang
berlangsung dalam gas atau tidak ada lagi perubahan pada variable-variabel
termodinamika gas. Selama gas mengalami suatu proses, persamaan tersebut tidak
berlaku. Dengan demikian, selama proses berlangsung, kita tidak dapat menentukan
tekanan meskipun suhu dan volum diketahui karena tidak ada persamaan
yang dapat dipakai. Namun, jika proses yang terjadi berlangsung sangat
lambat, maka setiap saat kita dapat menganggap gas seolah-olah berada
dalam keadaan statik. Proses yang demikian disebut proses kuasistatik.
Selama proses kuasistatik persamaan gas dapat digunakan. Dengan
demikian, selama proses berlangsung kita dapat menghitung volume gas
jika tekanan dan suhunya diketahui. Pada bagian selanjutnya, semua
proses yang akan kita bahas dianggap berlangsung secara kuasistatik.
Diagram P-V dan Proses Khusus

Dalam termodinamika, keadaan gas maupun proses yang dialami gas lebih sering
digambarkan dalam diagram P-V. Diagram ini terdiri dari sumbu volum gas arah datar
dan sumbu tekanan gas arah vertikal. Satu keadaan yang dimiliki gas diwakili oleh satu
titik pada diagram P-V. Titik yang berbeda mengandung informasi tekanan, suhu, atau
volum yang berbeda sehingga mewakili keadaan yang berbeda. Dengan bantuan
diagram P-V kita bahas beberapa proses khusus, yang memiliki kurva yang khas
diagram P-V.

a. Proses Isokhorik

Proses isokhorik adalah proses yang berlangsung pada volum tetap. Jika digambarkan
pada diagram P-V, kurva proses isokhorik adalah kurva tegak (Gambar 1.1). Contoh
proses ini adalah proses yang pada gas dalam wadah tertutup yang volumnya tidak
berubah selama proses berlangsung.

Gambar 1.1 Proses isokhorik: tekanan (a) bertambah (b) berkurang

b. Proses isobarik

Proses isobarik adalah proses yang berlangsung pada tekanan tetap. Jika digambarkan
pada diagram P-V, kurva proses isobarik adalah kurva mendatar (Gambar 1.2). Contoh
proses ini adalah proses yang berlangsung dalam wadah yang dilengkapi sebuah piston
di bagian atasnya. Piston tersebut dapat bergerak. Piston tersebut mendapat tekanan
dari udara luar (atmosfer) sehingga nilainya konstan, maka tekanan dalam gas juga
konstan.
Gambar 1.2 Proses isobarik: volume mengalami pertambahan/sebaliknya

c. Proses isotermal

Proses isotermal adalah proses yang berlangsung pada suhu tetap. Dengan
menggunakan persamaan gas ideal, P = nRT/V, maka P berbanding terbalik dengan V.
Jika digambarkan pada diagram P-V, kurva proses isotermal tampak pada Gambar 1.3.

Gambar 1.3 Proses isotermal: kurva kanan berlangsung pada suhu yang lebih tinggi
daripada kurva kiri (TB > TA)

Contoh proses isotermal ini adalah proses yang berlangsung dalam wadah logam di
mana wadah tersebut dicelupkan dalam air yang voumenya sangat besar. Karena
volume air yang sangat besar, maka selama proses berlangsung suhu air dapat
dianggap konstan sehinagg suhu gas dalam wadah juga dianggap konstan. Proses ini
dapat dihasilkan dengan memasang pemanas otomatik yang bisa mengontrol suhu
sehingga konstan.
1.2 Hukum Ke-0 Termodinamika

Dua benda berada dalam keseimbangan panas jika tidak ada pertukaran kalor antara
dua benda tersebut saat keduanya disentuhkan. Kondisi ini hanya dapat dicapai jika
suhu kedua benda sama. Sebab perpindahan kalor terjadi karena adanya perbedaan
suhu. Berkaitan dengan keseimbangan panas, kita memiliki hukum ke nol
termodinamika. Hukum ini menyatakan:

Jika benda A berada dalam keseimbagan panas dengan benda B


dan Benda B berada dalam keseimbangan panas dengan benda C
maka Benda A berada dalam keseimbangan panas dengan benda C.

Gambar 1.4 Ilustrasi Hukum ke-0 Termodinamika

Hukum ke-0 termodinamikan merupakan landasan bagi pembuatan alat ukur suhu.
Ketika termometer diberi skala maka sebenarnya termometer tersebut dibuat dalam
kesetimbangan termal dengan benda yang telah diketahui suhunya (benda referensi).
Termometer yang telah memiliki skala digunakan untuk mengukur suhu benda-benda
lain. Saat termometer berada dalam keseimbangan termal dengan benda yang sedang
diukur maka benda yang sedang diukur tersebut berada dalam kesetimbangan termal
dengan penda yang digunakan saat memberi skala pada termometer. Jadi, suhu benda
yang diukur disimpulkan sama dengan suhu benda standar yang digunakan untuk
memberi skala pada termometer.
1.3 Temperatur

Temperatur adalah besaran yang dimiliki bersama oleh dua sistem yang berada dalam
keadaan setimbang termal.

Termometer adalah alat pengukur temperatur. Agar dapat dilakukan pengukuran secara
kuantitatif termometer perlu dilengkapi dengan skala. Bagaimana caranya membubuhi
skala pada termometer ? Apa pertimbangan fisisnya ?

Semua tipe dan jenis termometer didasarkan pada gejala alam yang berkaitan dengan
perubahan sifat fisis suatu besaran karena adanya kalor yang masuk atau keluar dari
besaran tersebut. Besaran fisis tertentu yang sifatnya dapat berubah karena
temperaturnya berubah atau diubah disebut sebagai besaran termometri (Thermometric
Property). Adapun contoh jenis termometer dan Thermometric Propertynya dilukiskan
seperti tabel berikut.

Tabel 1: Jenis Termometer dan Thermometric Property

No Jenis / Nama Termometer Thermometric Property


1 Termometer Gas Tekanan Tetap V = V (T) Volume gas sebagai fungsi temperatur.
2 Termometer Gas Volume Tetap p = p (T) Tekanan gas sebagai fungsi temperatur
3 Termometer Cairan L = L (T) Panjang kolom cairan sebagai fungsi
temperatur
4 Termometer Hambatan Jenis ρ = ρ (T) Hambatan jenis resistor sebagai fungsi
(Resistor) temperatur
5 Termometer Pirometer Optis I = I (T) Intensitas cahaya sebagai fungsi
temperatur
6 Termometer Termokopel ε = ε (T) Gaya gerak listrik (ggl) termokopel
sebagai fungsi temperatur
7 Termistor (Termometer Kuat Arus i = i (T) Kuat arus listrik yang mengalir dalam

Masing-masing jenis termometer memiliki keuntungan dan kekurangannya sendiri-


sendiri. Masing-masing jenis termometer juga mempunyai daerah pengukuran dan
batas ukur yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan karena Thermometric Property yang
digunakan juga berbeda. Dalam sistem satuan internasional telah disepakati, bahwa
titik acuan untuk temperatur adalah temperatur tripel air. Temperatur tripel air adalah
temperatur air murni yang berada dalam keadaan setimbang termal dengan es dan uap
air jenuhnya. Temperatur ini berharga 273,16 K (Kelvin) dan dapat direalisasikan
dengan menggunakan sel tripel.

Secara umum ada 3 jenis termometer, yaitu :


a. Termometer Celcius, mempunyai titik beku air 00, titik didih air 1000
b. Termometer Reamur, mempunyai titik beku air 00, titik didih air 800
c. Termometer Fahrenheit, mempunyai titik beku air 320, titik didih air 2120

Selain 3 jenis termometer di atas, derajat panas sering dinyatakan dengan derajat
mutlak atau derajat KELVIN ( 0K )

T=t C + 2730
T = suhu dalam 0K, tC = suhu dalam 0C

Dengan demikian semua termometer di atas dapat digambarkan berikut

Gambar 1.5 Skala termometer

Jadi 100 bagian C = 80 bagian R = 180 bagian F


0
C & 0R dimulai pada angka nol dan 0F dimulai pada angka 32
Maka

C : R : (F-32) = 100 : 80 : 180

C : R : (F-32) = 5 : 4 : 9

(1.1)
Macam – macam termometer.

a. Termometer alkohol
Karena air raksa membeku pada – 40 0 C dan mendidih pada 360 0, maka
termometer air raksa hanya dapat dipakai untuk mengukur suhu-suhu
diantara interval tersebut. Untuk suhu-suhu yang lebih rendah dapat
dipakai alkohol (Titik beku – 130 0 C) dan pentana (Titik beku – 2000 C)
sebagai zat cairnya.

b. Termoelemen
Alat ini bekerja atas dasar timbulnya gaya gerak listrik (g.g.l) dari dua buah
sambungan logam bila sambungan tersebut berubah suhunya.

c. Pirometer Optik
Alat ini dapat dipakai untuk mengukur temperatur yang sangat tinggi.
d. Termometer maksimum-minimum Six Bellani
Adalah termometer yang dipakai untuk menentukan suhu yang tertinggi atau
terendah dalam suatu waktu tertentu.

e. Termostat
Alat ini dipakai untuk mendapatkan suhu yang tetap dalam suatu ruangan.

f. Termometer diferensial.
Dipakai untuk menentukan selisih suhu antara dua tempat yang berdekatan.

1.4 Pemuaian Zat

1.4.1 Pemuaian Panjang


Bila suatu batang pada suatu temperatur tertentu panjangnya Lo, jika suhunya
dinaikkan sebesar ∆t, maka batang tersebut akan bertambah panjang sebesar
∆L yang dapat dirumuskan sebagai berikut :

∆L = Lo . α . ∆t (1.2)

α = Koefisien muai panjang = koefisien muai linier

didefinisikan sebagai : Bilangan yang menunjukkan berapa cm atau meter bertambahnya


panjang tiap 1 cm atau 1 m suatu batang jika suhunya dinaikkan 10 C.

Jadi besarnya koefisien muai panjang suatu zat berbeda-beda, tergantung jenis
zatnya.
Jika suatu benda panjang mula-mula pada suhu t0 0C adalah Lo.

Koefisien muai panjang = α, kemudian dipanaskan sehingga suhunya menjadi t1 0C


maka :

∆L = Lo . α . (t1 – t0) (1.3)

Panjang batang pada suhu t1 0C adalah :


Lt = Lo + ∆L

= Lo + Lo . α . (t1 – t0)

= Lo (1 + α. ∆t)...............................................................(1.4)

1.4.2 Pemuaian Luas

Bila suatu lempengan logam (luas Ao) pada t00, dipanaskan sampai t10,
luasnya akan menjadi At, dan pertambahan luas tersebut adalah
∆A = Ao . β . ∆t (1.5)

At = Ao (1 + β. ∆t) (1.6)

β adalah Koefisien muai luas (β = 2 α)

β merupakan bilangan yang menunjukkan berapa cm2 atau m2 bertambahnya luas


tiap 1 cm2 atau m2 suatu benda jika suhunya dinaikkan 1 0C.

1.4.3 Pemuaian Volume

Bila suatu benda berdimensi tiga (mempunyai volume) mula-mula volumenya


Vo pada suhu to, dipanaskan sampai t1 0, volumenya akan menjadi Vt, dan
pertambahan volumenya adalah:
∆V = Vo . γ . ∆t (1.7)

Vt = Vo (1 + γ. ∆t) (1.8)

γ adalah Koefisien muai Volume (γ = 3 α)

γ merupakan bilangan yang menunjukkan berapa cm3 atau m3 bertambahnya


volume tiap-tiap 1 cm3 atau 1 m3 suatu benda jika suhunya dinaikkan 1 0C.
Latihan Soal

1. Tuliskan dengan bahasa anda sendiri mengenai hukum ke nol


termodinamika!

2. Apakah definisi dari keadaan kesetimbangan termal? Jelaskan


jawaban anda!

3. Tuliskan definisi dari: titik tripel air, titik lebur air, titik beku air, titik
didih air, dan titik uap air!

4. Tuliskan definisi mengenai temperatur gas ideal dengan kalimat anda


sendiri!

5. Titik lebur emas adalah 1.337,58 K. Berapakah harga temperatur ini


menurut skala temperatur Celcius, Reamur, Fahrenheit?

Anda mungkin juga menyukai