Anda di halaman 1dari 34

FIS-207-ZP-3-D

FISIKA ZAT PADAT


Solid State Physics

Dosen Pengampu : Dr. Riri Murniati, S.Si., M.Si


Tim Teaching : Khazali Fahmi, S.Pd., M.Si
LO
Pada matakuliah ini, mahasiswa belajar tentang struktur kristal, difraksi oleh kisi kristal, kisi resiprok, beberapa metode penentuan struktur kristal. Ikatan antar
atom, dinamika kisi kristal, kalor jenis Einstein dan Debye, getaran kisi. Elektron dalam logam, model elektron bebas, kalor jenis gas elektron yang terdegenerasi,
elektron dalam zat padat. Semikonduktor (struktur kristal dan bentuk pita energi, semikonduktor intrinsik&ekstrinsik, mobilitas elektron), superkonduktivitas dan
sifat kemagnetan zat padat.

Topik
1 Struktur Kristal 1 9 Teori Elektron Bebas 1
2 Struktur Kristal 2 10 Teori Elektron Bebas 2
3 Difraksi Sinar-X 1 11 Teori Pita Energi 1
4 Difraksi Sinar-X 2 12 Teori Pita Energi 2
5 Ikatan Kristal 13 Semikonduktor
6 Vibrasi Kisi 14 Superkonduktivitas
7 Sifat Termal Kristal 15 Sifat Kemagnetan Zat Padat
8 Ujian Tengah Semester (UTS) 16 Ujian Tengah Semester (UAS)

Referensi

Kittel, C. (2004). Introduction to solid state physics (8th ed.). John Wiley & Sons.
On, Tjia May. 1987. Materi Pokok Fisika Zat Padat. Jakarta: Universitas Terbuka, Depdikbud.

Penilaian
KOMPONEN

1. Tes tulis (UTS dan UAS), 1. Tugas (20%)

2. Penilaian produk (tugas latihan soal), 2. UTS (30%)

3. Penilaian kinerja (presentasi, diskusi kelas, dan partisipasi), 3. UAS (40%)

4. Penilaian sikap (sikap dan perilaku, ketaatan terhadap aturan). 4. Kehadiran (10%)
Introduction

ZAT PADAT
P1 Fisika Zat Padat

STRUKTUR
KRISTAL 1

 Kristal
 Unit Sel
 Indeks Miller
 Kisi Kristal 2D
 Kisi Kristal 3D
Kristal
Sifat beberapa material padat berelasi langsung dengan struktur kristalnya.

Material kristal Material Non Kristal


Material yang atom-atomnya Material yang atom-atomnya tidak
tersusun membentuk array 3d tersusun secara periodik. Dinamakan
dan berulang secara periodik. juga material Amorphous
SEPERTI APAKAH STRUKTUR KRISTAL ITU???
Sebuah kristal dapat didefinisikan sebagai sebuah padatan yang
tersusun atas pola yang diulang-ulang secara periodik dalam ruang.
Semua struktur kristal dapat digambarkan atau dijelaskan dalam
istilah-istilah lattice (kisi) dan sebuah basis yang ditempelkan
pada setiap titik lattice.

KRISTAL= KISI + BASIS

KISI BASIS
Sebuah susunan titik yang Tersususn dari satu atau
teratur dan periodik di dalam sekumpulan atom
ruang

7
8
OPERASI TRANSLASI

Sebuah kisi dapat diwakili oleh set operasi translasi vektor baik yg tiga dimensi
maupun yg dua dimensi. Translasi adalah suatu operasi simetri yang harus
dimiliki kristal atau kisi.

APA ITU OPERASI TRANSLASI??

Operasi simetri adalah suatu tindakan (operasi) yang apabila dilakukan pada
suatu benda yang memiliki simetri tersebut, menghasilkan suatu keadaan baru
yang tidak dapat dibedakan dari keadaan sebelumnya. Dan translasi adalah
suatu operasi dimana benda digeser sejajar (ditranslasikan) ke beberapa arah
tertentu. Maka ungkapan “Kristal memiliki (memenuhi) operasi translasi” berarti
bahwa apabila kristal kita geser ke beberapa arah tertentu, diperoleh keadaan
yang tepat sama dengan keadaan sebelum kristal digeser.

9
Secara matematis, translasi ditulis sebagai suatu vektor :

Persamaan tersebut menggambarkan


translasi dalam ruang, dan vektor a, b,
dan c adalah vektor translasi primitif atau
jarak antar tititk kisi sedangkan n1, n2,
dan n3 adalah integer.

Kisi menjadi “invariant” setelah ditranslasikan.

10
Contoh:

. . . . . .
. . . . . .
. . . . . .
T2 T1

. . . . . .
a

. . . . . .
JAWABAN
11
Jawaban:
 

   

12
Sel Satuan (Unit Cell)
• Pada kristal, atom
dimodelkan
berbentuk bola
padat dan setiap
bola akan
menyinggung bola
terdekat

• Sel satuan:
kesatuan kecil
atom yang
berulang

13
UNIT SEL

Kisi dapat diartikan sebagai sebuah susunan periodik sel-sel identik. Sel-
sel tersebut mengisi seluruh ruang tanpa menyisakan ruang kosong. Sel-
sel ini disebut unit sel/sel satuan.
Seluruh Unit Sel dalam kisi tidak harus memiliki ukuran volume atau luas
yang sama. Unit sel yang memiliki volume terkecil disebut Sel Primitif.
Sedangkan unit sel yeng memiliki volume terbesar disebut Sel
Konvensional.
JADI,
Sel Primitif:
• Sebuah sel yang mempunyai luas atau volume terkecil
• Lawan dari sel konvensional, yaitu sel yang mempunyai luas atau volume
terbesar.
• Sel yang mempunyai 1 titik kisi.
• Sebuah pararelepipid yang dibentuk oleh sumbu-sumbu. a1, a2 , a3 atau a, b, c

Sel epipid = sebuah bangun yang sisinya sejajar atau bidang yang dibatasi
oleh garis-garis sejajar.

14
Cara Menentukan Sel Primitif (Sumbu-sumbu Primitif)
Cara I :

15
Cara 2 :

Metode Wigner Seitz

1. Hubungkan sebuah titik lattice dengan titik lattice di sekitarnya.


2. Di tengah-tengah dan tegak lurus terhadap garis penghubung ini,
lukislah garis-garis atau bidang-bidang. Luas terkecil atau volume terkecil
yang dilingkupi oleh garis-garis atau bidang-bidang ini disebut dengan sel
primitf Wigner seitz.

16
17
JENIS-JENIS KISI KRISTAL
• Kisi kristal berdasarkan penyusunnya
KISI

KISI BRAVAIS KISI NON-BRAVAIS

• Atom-atomnya dapat berbeda


• Seluruh atomnya berjenis jenis
sama • Seluruh titik kisinya tidak
• Seluruh titik kisinya ekuivalen ekuivalen
• Terdiri dari beberapa Kisi Bravais

18
Kisi Kristal 2 Dimensi

Dari operasi translasi vektor tadi kita dapat mengelompokkan kisi-kisi berdasarkan
orientasi dan panjang vektor translasinya pada kisi 2 dimensi ada 5 jenis, yaitu:

19
 

4. Kisi Miring

5. Kisi Segi panjang

20
Kisi Kristal 3 Dimensi

ada 7 sistem dan 14 jenis kisi

21
1. Sistem Triklinik
Sistem ini mempunyai 3 sumbu simetri yang satu dengan yang lainnya tidak
saling tegak lurus. Demikian juga panjang masing-masing sumbu tidak
sama.
Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Triklin memiliki axial ratio
(perbandingan sumbu) a ≠ b ≠ c , yang artinya panjang sumbu-sumbunya
tidak ada yang sama panjang atau berbeda satu sama lain. Dan juga
memiliki sudut kristalografi α = β ≠ γ ≠ 90˚. Hal ini berarti, pada system ini,
sudut α, β dan γ tidak saling tegak lurus satu dengan yang lainnya.
Gambar 7 Sistem Triklin
Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, Triklin
memiliki perbandingan sumbu a : b : c = sembarang. Artinya tidak ada
patokan yang akan menjadi ukuran panjang pada sumbu-sumbunya pada
sistem ini. Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ = 45˚ ; bˉ^c+= 80˚. Hal ini
menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 45˚ terhadap sumbu bˉ
dan bˉ membentuk sudut 80˚ terhadap c+.
Sistem ini dibagi menjadi 2 kelas:
1. Pedial
2. Pinakoidal
Beberapa contoh mineral dengan ancer kristal Triklin ini adalah albite,
anorthite, labradorite, kaolinite, microcline dan anortoclase 22
2. Sistem Monoklinik
Monoklin artinya hanya mempunyai satu sumbu yang miring dari tiga sumbu yang
dimilikinya. Sumbu a tegak lurus terhadap sumbu n; n tegak lurus terhadap sumbu c,
tetapi sumbu c tidak tegak lurus terhadap sumbu a. Ketiga sumbu tersebut
mempunyai panjang yang tidak sama, umumnya sumbu c yang paling panjang dan
sumbu b paling pendek.
Pada kondisi sebenarnya, sistem Monoklin memiliki axial ratio (perbandingan sumbu)
a ≠ b ≠ c , yang artinya panjang sumbu-sumbunya tidak ada yang sama panjang atau
berbeda satu sama lain. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = 90˚ ≠ γ. Hal ini
berarti, pada ancer ini, sudut α dan β saling tegak lurus (90˚), sedangkan γ tidak
tegak lurus (miring).
Gambar 6 Sistem Monoklin
Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem kristal
Monoklin memiliki perbandingan sumbu a : b : c = sembarang. Artinya tidak ada
patokan yang akan menjadi ukuran panjang pada sumbu-sumbunya pada sistem ini.
Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ = 30˚. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+
memiliki nilai 45˚ terhadap sumbu bˉ.
Sistem Monoklin dibagi menjadi 3 kelas:
1. Sfenoid
2. Doma
3. Prisma
Beberapa contoh mineral dengan ancer kristal Monoklin ini adalah azurite, 
malachite, colemanite, gypsum, dan epidot
23
3. Sistem Orthorhombik
Sistem ini disebut juga sistem Rhombis dan mempunyai 3 sumbu simetri kristal yang
saling tegak lurus satu dengan yang lainnya. Ketiga sumbu tersebut mempunyai
panjang yang berbeda.
Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Orthorhombik memiliki axial ratio
(perbandingan sumbu) a ≠ b ≠ c , yang artinya panjang sumbu-sumbunya tidak ada
yang sama panjang atau berbeda satu sama lain. Dan juga memiliki sudut
kristalografi α = β = γ = 90˚. Hal ini berarti, pada sistem ini, ketiga sudutnya saling
tegak lurus (90˚).
Gambar 5 Sistem Orthorhombik
Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem
Orthorhombik memiliki perbandingan sumbu a : b : c = sembarang. Artinya tidak ada
patokan yang akan menjadi ukuran panjang pada sumbu-sumbunya pada sistem ini.
Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ = 30˚. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+
memiliki nilai 30˚ terhadap sumbu bˉ.
Sistem ini dibagi menjadi 3 kelas:
Bisfenoid
Piramid
Bipiramid
Beberapa contoh mineral denga sistem kristal Orthorhombik ini adalah stibnite,
chrysoberyl, aragonite dan witherite

24
4. Sistem Tetragonal
Sama dengan system Isometrik, sistem kristal ini mempunyai 3 sumbu kristal yang
masing-masing saling tegak lurus. Sumbu a dan b mempunyai satuan panjang sama.
Sedangkan sumbu c berlainan, dapat lebih panjang atau lebih pendek. Tapi pada
umumnya lebih panjang.
Pada kondisi sebenarnya, Tetragonal memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a = b
≠ c , yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b tapi tidak sama dengan
sumbu c. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = γ = 90˚. Hal ini berarti, pada
sistem ini, semua sudut kristalografinya ( α , β dan γ ) tegak lurus satu sama lain
(90˚). Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem kristal
Tetragonal memiliki perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6. Artinya, pada sumbu a
ditarik garis dengan nilai 1, pada sumbu b ditarik garis dengan nilai 3, dan sumbu c
ditarik garis dengan nilai 6 (nilai bukan patokan, hanya perbandingan). Dan sudut
antar sumbunya a+^bˉ = 30˚. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki
nilai 30˚ terhadap sumbu bˉ.
Sistem tetragonal dibagi menjadi 7 kelas:
Piramid
Bipiramid
Bisfenoid
Trapezohedral
Ditetragonal Piramid
Skalenohedral
Ditetragonal Bipiramid
Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal Tetragonal ini adalah rutil, autunite,
pyrolusite, Leucite, scapolite 25
5. Sistem Kubus/ Isometrik

Jumlah sumbu kristalnya ada 3 dan saling tegak lurus satu dengan yang lainnya.
Dengan perbandingan panjang yang sama untuk masing-masing sumbunya.
Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Isometrik memiliki axial ratio (perbandingan
sumbu a = b = c, yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b dan sama
dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = γ = 90˚. Hal ini berarti,
pada sistem ini, semua sudut kristalnya ( α , β dan γ ) tegak lurus satu sama lain (90˚).
Gambar 1 Sistem Isometrik
Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem Isometrik
memiliki perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 3. Artinya, pada sumbu a ditarik garis
dengan nilai 1, pada sumbu b ditarik garis dengan nilai 3, dan sumbu c juga ditarik
garis dengan nilai 3 (nilai bukan patokan, hanya perbandingan). Dan sudut antar
sumbunya a+^bˉ = 30˚. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 30˚
terhadap sumbu bˉ.
Sistem isometrik dibagi menjadi 5 Kelas :
a. Tetaoidal
b. Gyroida
c. Diploida
d. Hextetrahedral
e. Hexoctahedral
Beberapa contoh mineral dengan system kristal Isometrik ini adalah gold, pyrite,
galena, halite, Fluorite
26
6. Sistem Trigonal
sistem ini mempunyai nama lain yaitu Rhombohedral, selain itu beberapa ahli memasukkan sistem
ini kedalam sistem kristal Hexagonal. Demikian pula cara penggambarannya juga sama.
Perbedaannya, bila pada sistem Trigonal setelah terbentuk bidang dasar, yang terbentuk
segienam, kemudian dibentuk segitiga dengan menghubungkan dua titik sudut yang melewati satu
titik sudutnya.
Pada kondisi sebenarnya, Trigonal memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a = b = d ≠ c , yang
artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b dan sama dengan sumbu d, tapi tidak sama
dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = 90˚ ; γ = 120˚. Hal ini berarti, pada
sistem ini, sudut α dan β saling tegak lurus dan membentuk sudut 120˚ terhadap sumbu γ.
Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem kristal Trigonal memiliki
perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6. Artinya, pada sumbu a ditarik garis dengan nilai 1, pada
sumbu b ditarik garis dengan nilai 3, dan sumbu c ditarik garis dengan nilai 6 (nilai bukan patokan,
hanya perbandingan). Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ = 20˚ ; dˉ^b+= 40˚. Hal ini menjelaskan
bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 20˚ terhadap sumbu bˉ dan sumbu dˉ membentuk sudut 40˚
terhadap sumbu b+.
Sistem ini dibagi menjadi 5 kelas:
Trigonal piramid
Trigonal Trapezohedral
Ditrigonal Piramid
Ditrigonal Skalenohedral
Rombohedral

Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal Trigonal ini adalah  tourmaline dan cinabar

27
7. Sistem Heksagonal
Sistem ini mempunyai 4 sumbu kristal, dimana sumbu c tegak lurus terhadap ketiga sumbu
lainnya. Sumbu a, b, dan d masing-masing membentuk sudut 120˚ terhadap satu sama lain.
Sambu a, b, dan d memiliki panjang sama. Sedangkan panjang c berbeda, dapat lebih panjang
atau lebih pendek (umumnya lebih panjang).
Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Hexagonal memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a= b
= d ≠ c , yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b dan sama dengan sumbu d, tapi
tidak sama dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = 90˚ ; γ = 120˚. Hal ini
berarti, pada sistem ini, sudut α dan β saling tegak lurus dan membentuk sudut 120˚ terhadap
sumbu γ. Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem Hexagonal
memiliki perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6. Artinya, pada sumbu a ditarik garis dengan nilai
1, pada sumbu b ditarik garis dengan nilai 3, dan sumbu c ditarik garis dengan nilai 6 (nilai bukan
patokan, hanya perbandingan). Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ = 20˚ ; dˉ^b+= 40˚. Hal ini
menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 20˚ terhadap sumbu bˉ dan sumbu dˉ
membentuk sudut 40˚ terhadap sumbu b+.
Sistem  ini dibagi menjadi 7:
Hexagonal Piramid
Hexagonal Bipramid
Dihexagonal Piramid
Dihexagonal Bipiramid
Trigonal Bipiramid
Ditrigonal Bipiramid
Hexagonal Trapezohedral
Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal Hexagonal ini adalah quartz, corundum, hematite,
calcite, dolomite, apatite.

28
Sistem Indeks Bidang Kristal
Indeks Miller dapat dicari sebagai berikut :
1. Tentukan perpotongan sepanjang sumbu vektor a, b, c dan jika perpotongan
tersebut adalah x, y, z sebagai fraksi perkalian dari a, b dan c. maka didapatkan
tiga fraksi.
2. Lakukan invers dari fraksi tersebut dan direduksi dengan suatu bilangan n
sehingga diperoleh bilangan bulat terkecil indeks h, k, l
3. Jika bidang memotong sumbu pada sisi negatif dengan titik asal, indeksdapat
diberi tanda negatif diatas indeks misalnya (h k l).

Misalnya, x = 3a, y = 2b, z = 2c. Invers fraksionalnya adalah

Dengan mengambil n = 6 sehingga indeks Millernya adalah (h k l) = (2 3 3)

29
(010) (001) (020)

(101) (111) (222)


30
Secara umum, jarak antara bidang dh k l : Rhombohedral

Monoklinik
Jarak antar bidang untuk ke-7 sistem sbb

Kubus Tetragonal

Triklinik

Heksagonal Orthorombik
V = volume satu satuan sel triklinik
S11=b2c2sin2α S12=abc2(cos α.cos  - cos )
S22=a2c2sin2 S23=a2bc(cos .cos  - cos α)
S33=a2b2sin2 S13=ab2c(cos . cos α - cos )

31
Kisi Kristal Berdasarkan Ikatan Unsur Penyusunnya

1. Kisi Atom raksasa 2. Kisi Ion raksasa


Suatu kisi kristal yang terdiri dari Suatu kisi kristal yang terdiri dari ion
atom yang saling berikatan dengan yang terikat satu sama lain dengan
ikatan kovalen, misalnya, intan. Zat ikatan ion, misalnya, natrium klorida.
dengan kisi atomik raksasa sangat Ikatan ion sangat kuat, ini berarti zat
kuat serta mempunyai titik leleh dan akan mempunyai titik leleh dan titik didih
didih yang sangat tinggi. yang tinggi.

3. Kisi logam raksasa 4. Kisi Mineral


Suatu kisi kristal yang terdiri dari Suatu kisi kristal yang terdiri dari
atom logam yang saling berikatan molekul yang saling berikatan dengan
dengan ikatan logam, misalnya, gaya-gaya antarmolekul, misalnya, iodin
zink. Elektron terdelokalisasi bebas . Gaya ini lemah, sehingga kristal
bergerak, menjadikan logam mempunyai titik leleh dan didih yang
penghantar listrik dan panas yang rendah bila dibandingkan dengan
baik. Lapisan logam dapat saling senyawa ion dan dapat dengan mudah
melipat di atas yang lain, membuat diputuskan. Ikatan kovalen di dalam
logam dapat ditempa dan dapat molekulnya lebih kuat dan tidak terlalu
ditarik. mudah untuk diputuskan. 32
DAFTAR PUSTAKA

Kittel, C. (2004). Introduction to solid state physics (8th ed.). John Wiley & Sons
On, Tjia May. 1987. Materi Pokok Fisika Zat Padat. Jakarta: Universitas Terbuka,
Depdikbud.
Razeghi, Manijeh. 2002. Fundamentals of Solid State Engineering. New York:
Kluwer Academic Publishers.
Hand Out Fisika Zat Padat BAB Struktur Kristal.

33
34

Anda mungkin juga menyukai