Anda di halaman 1dari 9

Journal Scientific of Mandalika (JSM) Vol.1, No.

1, Agustus 2020, e-ISSN: 2745-5955

PENGARUH KELUARGA DALAM PEMILIHAN METODE KHITAN


MODERN SUNATHRONE KLAMP DI KLINIK HAMZAR MAMBEN
LOMBOK TIMUR TAHUN 2020
Hariawan Junardi1
1Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan HAMZAR
Email. haryawandarty@gmail.com

Abstract. Minat keluarga terhadap metode khitan modern sunarthrone klamp mengalami peningkatan
dari tahun 2020 ke 2021 di Klinik Hamzar Mamben Lombok Timur dimana manfaat khitan adalah
untuk mengurangi resiko terkena infeksi dan penyakit lain seperti ISK, penyakit menular seksual
(PMS), infeksi virus HPV dan kanker serviks. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor
yang mempengaruhi keluarga dalam pemilihan metode khitan modern sunathrone klamp. Metode
dalam penelitian ini menggunakan survei analitik dengan pendekatan kuantitatif dan desain
penelitiannya dengan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga yang telah
membawa anaknya ke Klinik Hamzar Kabupaten Lombok Timur sebanyak 68 dengan jumlah sampel
sebanyak 58 responden. Pemilihan dilakukan dengan tekhnik purposive sampling, dengan analisis data
menggunakan uji Sperman Rank dengan analisis univariat dan bivariat. Hasil penelitian ini didapatkan
dari 58 responden hasilnya menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat
pengetahuan yang cukup sebanyak 18 responden (31%), sebagian besar tepat memilih metode khitan
modern sunathrone klamp sebanyak 12 responden (20,7%) sedangkan responden dengan tingkat
motivasi didapatkan hasil bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat motivasi yang tinggi
sebanyak 28 responden (48,3%) sebagian besar sangat tepat memilih metode khitan modern sunathrone
klamp sebanyak 26 responden (44,8%). Uji statistik Sperman Rank menunjukkan bahwa nilai ƿ value
0,000 ˂ ɚ (0,05) yang artinya ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan
pemilihan metode khitan modern sunathrone klamp dengan koefisien korelasi sebesar 0,682, dan
terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi dengan pemilihan metode khitan modern sunathrone
klamp dengan koefisien korelasi sebesar 0,783 sehingga Hl diterima. Ada pengeruh keluarga terhadap
pemilihan metode khitan modern sunathrone klamp di Klinik Hamzar Mamben Lombok Timur.
Kata Kunci : Keluarga, Pengetahuan, Motivasi, Pemilihan Metode Khitan Modern
Sunathrone Klamp

Abstract: Family interest in the modern sunarthrone clamp circumcision method has increased from
2020 to 2021 at the Hamzar Mamben Clinic, East Lombok, where the benefit of circumcision is to
reduce the risk of infection and other diseases such as UTI, sexually transmitted diseases (STD), HPV
virus infection and cervical cancer. The purpose of the research to determine the factors that influence
the family in the selection of the modern sunathrone clamp method of circumcision. Metohode in used
of the research by analytical survey with a quantitative approach. Research desain an cross sectonal.
The population in this study were 68 families who brought their children to Hamzar Clinic, East
Lombok Regency with a total sample of 58 respondents. The selection was done by purposive
sampling technique, with data analysis using the Sperman Rank test with univariate and bivariate
analysis. The result of the research was obtained from 58 respondents the results showed that most of
the respondents had a sufficient level of knowledge as many as 18 respondents (31%), most of them
correctly chose the modern sunathrone clamp method of circumcision as many as 12 respondents
(20.7%) while respondents with a high level of motivation it was found that most of the respondents
had a high level of motivation as many as 28 respondents (48.3%) most of them were very precise in
choosing the modern sunathrone clamp method of circumcision as many as 26 respondents (44.8%).
The Sperman Rank statistical test shows that the value is 0.000 (0.05) which means that there is a
significant relationship between the level of knowledge and the selection of the modern sunathrone
klamp circumcision method with a correlation coefficient of 0.682, and there is a significant
relationship between motivation and the choice of the circumcision method. modern sunathrone clamp
with a correlation coefficient of 0.783 so that Hl is accepted. There is relationship of level of
knowledge and motivation on the selection of the modern sunathrone clamp method of circumcision at
the Hamzar Mamben Clinic, East Lombok.
Keywords: Family, Knowledge, Motivation, Selection of Modern Circumcision Methods Sunathrone
Klamp.

PENDAHULUAN
Dalam memilih metode khitan ada beberapa faktor yang mempengaruhi keluarga
diantaranya adalah tingkat pengetahuan keluarga tentang metode khitan itu sendiri
dan motivasi keluarga memilih metode khitan serta ketersediaan biaya. Selain itu

123
Journal Scientific of Mandalika (JSM) Vol.1, No. 1, Agustus 2020, e-ISSN: 2745-5955

pada saat memilih metode khitan keluarga juga perlu mempertimbangkan faktor lain
diantaranya adalah disesuaikan dengan kebutuhan anak yang akan di khitan, metode
khitan pada bayi, balita dan anak yang telah pubertas tentunya juga berbeda oleh
karena itu sangat diperlukan bagi keluarga untuk mengkonsultasikan kepada petugas
kesehatan untuk menentukan metode yang terbaik bagi anaknya. Tindakan sirkumsisi
sangat penting untuk kesehatan. Prepusium atau kulit penutup depan penis yang
menjadi tempat berkumpulnya sisa-sisa air seni dan kotoran lain yang membentuk
zat warna putih disebut smegma, ini sangat potensial sebagai sumber infeksi.
Tindakan membuang kulit atau prepusium maka resiko terkena infeksi dan penyakit
lain seperti ISK, penyakit menular seksual (PMS), infeksi virus HPV dan kanker
serviks menjadi lebih kecil Dalam suatu penelitian yang melibatkan 209.399 bayi
selama periode 5 tahun, didapatkan peningkatan infeksi saluran kencing (ISK)
sebesar 10 kali lipat pada bayi yang tidak disirkumsisi daripada yang menjalaninya
dan hanya 48% hasil urinalisis dapat menemukan bacteriuria atau piuria pada pasien
dengan ISK. Selain itu penyakit infeksi menular melalui hubungan seksual seperti
syphilis, gonorrhea, kondiloma akuminata, infeksi human papilloma virus (HPV) dan
HIV-AIDS serta penyakit lain diantaranya kanker penis, kanker leher rahim bagi
pasangan hidup pria merupakan dampak yang ditimbulkan apabila tidak di lakukan
sirkumsisi pada organ genitalia. Tradisi sirkumsisi di negara barat dilakukan pada
bayi setelah lahir lebih menitikbertakan pada aspek kesehatan reproduksi sedangkan
di Indonesia kebanyakan dilakukan pada masa anak-anak ketika menginjak usia anak
dimana mereka dapat berpendapat dan menentukan kesiapan dilakukan sunat.
Pengambilan keputusan tentang sirkumsisi bervariasi dari sudut pandang. budaya,
agama dalam upaya preventitif untuk menjaga kesehatan personal. Teknologi yang
berkembang dalam sirkumsisi yang tadinya metode konvensional dengan jahitan
bergeser ke metode moderen sirkumsisi tanpa jahitan. Metode sirkumsisi moderen
banyak diminati orang tua karena tanpa jahitan dimana setiap orang tua
menginginkan yang terbaik unuk anaknya. Metode sirkumsisi moderen ada beberapa
teknik yaitu metode klamp, laser, stapler dan lem. Berdasarkan data yang diperoleh
dari Klinik Hamzar Lombok Timur jumlah keluarga yang memilih metode
sunarthrone klamp pada tahun 2020 sebanyak 25 orang, kemudian tahun 2021 dari
Januari sampai Juli sebanyak 68 orang, dengan rata-rata per bulan 9 orang. Hal ini
menunjukkan bahwa minat keluarga terhadap metode sunarthrone klamp mengalami
peningkatan dari tahun 2020 ke 2021. Berdasarkan survei pendahulan yang
dilakukan di beberapa keluarga yang memilih metode khitan modern sunathrone
klamp di Klinik Hamzar mengatakan mereka sebenarnya belum terlalu paham
mengenai metode khitan modern Sunathrone, namun karena metode tersebut tidak
mengeluarkan darah, setelah di khitan tidak terlalu ribet, tidak menganggu aktivitas
anak, anak bisa langsung mandi dan pakai celana serta langsung bisa sekolah
sehingga menyebabkan keluarga termotivasi untuk memilih metode tersebut.
Petugas juga memberikan pendidikan kesehatan terlebih dahulu kepada keluarga
mengenai kelebihan dan kelemahan dari metode tersebut dari segi keamanan alat
yang dipakai. Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah semua perilaku
kesehatan yang dilakukan karena kesadaran pribadi sebagai hasil pembelajaran
sehingga keluarga dan seluruh anggotanya mampu menolong diri sendiri pada
bidang kesehatan serta memiliki peran aktif dalam aktivitas masyarakat. Penyakit
diare merupakan masalah global dengan drajat kesakitan dan kematian yang tinggi di
berbagai negara terutama di negara indonesia dan sebagai salah satu penyebab utama

124
Journal Scientific of Mandalika (JSM) Vol.1, No. 1, Agustus 2020, e-ISSN: 2745-5955

tingginya angka kesakitan dan angka kematian akibat diare. Diare merupakan
penyebab kematian nomor dua pada balita di dunia, nomor tiga pada bayi, dan
nomor empat bagi segala umur. Berdasarkan data WHO (2016) menunjukkan
setiap tahun rata-rata 100 ribu anak di Indonesia meninggal dunia karena
diare. Kajian WHO menyatakan cuci tangan memakai sabun dapat mengurangi
angka diare hingga 47%. Data dari Subdit diare Kemenkes juga menunjukkan sekitar
300 orang diantara 1000 penduduk masih terjangkit diare sepanjang tahun. Penyebab
utama diare adalah kurangnya perilaku hidup sehat di masyarakat, salah
satunya kurangnya pemahaman mengenai cara cuci tangan dengan sabun secara
baik dan benar menggunakan air bersih yang mengalir. Kesadaran masyarakat
Indonesia untuk cuci tangan pakai sabun (CTPS) terbukti masih sangat rendah,
tercatat rata-rata 12% masyarakat yang melakukan cuci tangan pakai sabun (CTPS).
Perilaku CTPS terbukti merupakan cara yang efektif untuk upaya kesehatan
preventif. Dalam jangka pendek, upaya preventif melalui CTPS dipandang paling
strategis untuk mengurangi kerugian dampak sanitasi buruk, untuk itu perilaku CTPS
perlu digalakkan untuk menjadi gaya hidup sehari-hari masyarakat di pedesaan
maupun perkotaan. SDN 4 Lenek merupakan salah satu sekolah dasar negeri di
Kabupaten Lombok Timur, SDN 4 Lenek berada di Desa Lenek Kecamatan
Lenek. Menurut studi pendahuluan yang dilakukan oleh calon peneliti pada tanggal 1
oktober 2021 di SDN 4 Lenek dengan wawancara didapatkan 13 dari 15 siswa
mengatakan bahwa belum mengetahui teknik cuci tangan pakai sabun dengan baik
dan benar. Siswa mengatakan pernah diberikan pendidikan kesehatan cuci tangan
pakai sabun tetapi hanya sekilas saja. Dari 13 siswa melakukan cuci tangan hanya
pada saat tangan terlihat kotor, sebelum makan di sekolah juga jarang mencuci
tangan. Pada masa pandemi saat ini sekolah perlu menegaskan siswa untuk
mematuhi protokol kesehatan salah satunya untuk tetap melakukan cuci tangan
sesering mungkin, sehingga siswa perlu mendapatkan bimbingan dari guru kelas
dan mata pelajaran terkait dengan cuci tangan. Berdasarkan uraian fenomena dan
latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, calon peneliti tertarik ingin
mengetahui apakah ada pengaruh pemberian pendidikan kesehatan cuci tangan
terhadap tingkat pengetahuan dan perilaku cuci tangan pada anak? Maka penelitian
ini berjudul, Pengaruh Pemberian Pendidikan Kesehatan Cuci Tangan terhadap
Tingkat Pengetahuan dan Perilaku Cuci Tangan Pada Anak SD di SDN 4 Lenek

KAJIAN TEORI
Konsep Sirkumisisi
1. Pengertian sirkumisisi
Sunat (sirkumsisi) dalam bahasa Indonesia dikenal dengan istilah khitan atau
supit, merupakan tuntunan syariat islam untuk laki-laki maupun perempuan.
Tidak hanya pemeluk agama islam saja yang melakukan sunat, orang-orang
yahudi, nasrani, dan agama lain sekarang juga banyak yang melakukan sunat
karena terbukti memberikan manfaat bagi kesehatan (Hana, 2010). Kata
sirkumsisi berasal dari bahasa Latin circum berarti “sekeliling” dan caedere
berarti “memotong”. Sirkumsisi adalah tindakan memotong atau menghilangkan
sebagian atau seluruh kulit penutup depan dari penis (Sabzehei, dkk, 2012).
Sirkumsisi adalah memotong kulit luar (preputium / prepuce / foreskin / kulup)
pada penis yang melingkupi kepala penis (glans penis). Sirkumsisi adalah
prosedur kedaruratan dimana prepusium (foreskin) dari penis dipisahkan dari

125
Journal Scientific of Mandalika (JSM) Vol.1, No. 1, Agustus 2020, e-ISSN: 2745-5955

glans dan porsio dieksisi (Mulia & Adiputra, 2013).Sirkumsisi adalah tindakan
pembuangan prepusium (foreskin), yaitu kulit yang menutupi glans penis, untuk
tujuan religius ataupun Kesehatan.
2. Sejarah Sirkumsisi
Sirkumsisi merupakan prosedur bedah tertua yang telah dilakukan selama
berabad-abad dan telah di dokumentasikan. Sirkumsisi dilakukan dengan
beberapa alasan seperti, untuk kepentingan medis, ritual keagamaan, norma sosial
budaya yang mengikat, serta beberapa alasan lainnya. Pada umumnya, sirkumsisi
dilakukan pada pria dan masyarakat Islam di seluruh dunia. Sirkumsisi pada pria
merupakan salah satu prosedur bedah yang paling sering dilakukan di seluruh
dunia. Sirkumsisi pada pria sering disebut juga sebagai suatu prosedur bedah
elektif, yang berarti bahwa hal ini dilakukan hanya untuk alasan kecantikan. Pada
proses bedah ini, bagian yang diangkat adalah preputium (kulup yang
membungkus glands penis). Kulup yang membungkus glands penis ini sangat
berkontribusi dalam memberikan sensasi seksual ketika sedang melakukan
hubungan seks. Dalam catatan sejarah dan temuan arkeologi, sirkumsisi pertama
kali dilakukan pada zaman perdaban mesir kuno. Masyarakat mesir telah
melakukan sirkumsisi pada awal abad 23 sebelum masehi. Hal ini dibuktikan
dengan terdapat mummi yang berusia 2300 SM yang telah bersunat. Di Afrika,
bayi lelaki yang lahir segera di sunat, sedangkan penganut Yahudi melakukanya
pada bayi usia 8 hari, tetapi anak lelaki muslim dikhitan menjelang akil balig.
Treves dan beberapa ahli bedah lainnya berbeda pendapat tentang material benang
jahitnya, tetapi mereka sepakat bahwa jahitan jelujur tidak diterapkan pada
sirkumsisi. Sirkumsisi pada neonatus juga berkembang pada tahun 1893. Treves
(1903) mengatakan penjahitan pada arteri frenulum tidak harus dilakukan pada
neonatus. Jika terjadi perdarahan, dapat dilakukan balut tekan, karena umumnya
perdarahan akan berhenti. Doyen (1920) menciptakan alatnya sendiri untuk
sirkumsisi neonatus, berupa alat untuk meremukkan (crushing) di beberapa bagian
kemudian dilanjutkan dengan memotong prepusium. Selanjutnya, sistem klem dan
memotong ini menjadi model awal dibentuknya alat sirkumsisi masa depan.
Setelah itu, berkembang alat-alat yang memenuhi kebutuhan tambahan selain
sekadar klem, yaitu alat perlindungan glans penis. Tahun 1935, tercipta klem
Winkleman. Ditahun yang sama, Yellen menemukan klem Gomco dan Brodie,
tahun 1939, mendorong pemakaian alat ini untuk sirkumsisi rutin. Kemudian,
Plastybell ditemukan tahun 1950-an. Plastybell masih digunakan sampai hari ini.
Dengan kemajuan teknologi, banyak klem baru diciptakan untuk mempermudah
teknik sirkumsisi, sampai terakhir kali ditemukan alat stapler sekali pakai dengan
kelebihan dan kekurangan di masing-masing alat.
3. Indikasi Sirkumsisi
Indikasi medis sirkumsisi menurut Pratignyo (2019) adalah:
a. Fimosis
Fimosis adalah suatu keadaan dimana preputium tidak bisa diretraksi kearah
belakang untuk memaparkan gland penis. Keadaan ini disebabkan oleh sempit
atau kecilnya pembukaan preputium (foreskin opening) karena adanya parut
melingkar pada ujung preputium (fimosis sekunder) atau bisa juga disebabkan
lengketnya inner preputium dengan glans penis (fimosis primer). Perlengketan ini
bersifat fisiologis pada nepnatus dan akan berkurang seiring dengan
bertambahnya usia. Perlengketan ini juga bisa disebabkan oleh balanitis berulang.

126
Journal Scientific of Mandalika (JSM) Vol.1, No. 1, Agustus 2020, e-ISSN: 2745-5955

Pada fimosis, biasanya dari anamnesis pada saat BAK, tampak prepusium psien
menggelembung atau arah pancuran urine yang berubah. Fimosis sekunder dapat
terjadi pada trauma, infeksi ataupun luka bakar pasca sirkumsisi dengan kauter
yang menyisakan banyak prepusium.
b. Parafimosis
Parafimosis adalah salah satu keadaan darurat bedah. Pada para-fimosis,
prepusium yang sudah teretraksi melewati proksimal glans penis tidak bisa
dikembalikan ketempat semula, dengan akibat pembengkakkan bagian distal.
Kondisi ini bisa mengakibatkan iskemi bagian distal (glans dan prepusium)
tersebut. Parafimosis sering ditemukan pada pasien dengan kateterisasi berulang,
kebersihan yang buruk, dan pemasangan alat metal pada batang penis. Kondisi ini
bisa terjadi juga karena anjuran medis kepada pasien untuk melakukan retraksi
prepusium secara rutin untuk menghindari fimosis. Reduksi secara manual bisa
berhasil mengembalikan prepusium ke posisi semula, tetapi sirkumsisi lebih
dianjurkan mengingat hal ini bisa berulang.
c. Balanitis Xerotica Obliterans
Balanitis xerotica obliterans adalah peradangan kronis dan dermatitis sklerosing
atropik di area prepusium dan glans yang belum jelas penyebabnya. Kondisi ini
dapat terjadi pada anak-anak dan dewasa. Penyakit ini bersifat progresif yang
melibatkan kulit, meatus, sampai uretra distal. Sirkumsisi menyembuhkan 96%
dari penyakit ini.
d. Posthitis/Balanoposthitis
Posthitis /Balanoposthitis adalah peradangan pada prepusium yang dapat
melibatkan glans menjadi balanoposthitis. Penyebab pastinya tidak spesifik,
seperti : kebersihan yang kurang, iritasi akibat sabun atau pakaian, manipulasi
berlebihan prepusium, sampai infeksi akibat bakteri atau kandida. Angka
kejadiannya lebih sering pada anak yang belum disirkumsisi sehingga dapat
dijadikan indikasi prosedur ini.
e. Retensi Benda
Benda asing yang sering tertinggal adalah resleting yang menjepit prepusium.
Meskipun melepas jepitan dapat dibuat sayatan pada bagian prepusium yang
terjepit, tetapi hal ini memberi hasil yang kurang kosmetik dan tidak dapat
mencegah terulangnya kejadian serupa sehingga sirkumsisi menjadi pilihan yang
lebih baik untuk keadaan ini.
METODE PENELITIAN
Pada penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif yaitu sebuah
penyelidikan tentang masalah sosial berdasarkan pada pengujian sebuah teori yang
terdiri dari variabel-variabel, diukur dengan angka, dan dianalisis dengan prosedur
statistik untuk menentukan apakah generalisasi prediktif teori tersebut benar
(Creswell, 2019). Pada bagian metode penelitian di fokuskan pada bagaimana
penelitian di laksanakan agar tujuan atau masalah dapat dijawab.
A. Desain Penelitian
Desain penelitian adalah suatu rancangan yang bila digunakan oleh peneliti sebagai
petunjuk dalam merencanakan dan melaksanakan penelitian untuk mencapai suatu
tujuan atau menjawab pertanyaan penelitian (Nursalam, 2017).
Jenis penelitian ini adalah survey analitik adalah survey atau penelitian yang
mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi.
Kemudian melakukan analisis dinamika korelasi antara fenomena atau antara faktor

127
Journal Scientific of Mandalika (JSM) Vol.1, No. 1, Agustus 2020, e-ISSN: 2745-5955

resiko dengan faktor efek. Dengan desain penelitian cross sectional yaitu suatu
penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan
efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada saat
itu. (Hasmi, 2016). Dalam penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang
memperngaruhi keluarga dalam pemilihan metode khitan modern sunathrone klamp
di Klinik Hamzar Lombok Timur.
B. Populasi, Sampel dan Sampling
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek peneliti atau himpunan objek yang diteliti yang
memiliki ciri yang sama (Nursalam,2017). Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh keluarga yang datang ke Klinik Hamzar Lombok Timur yang telah
melakukan khitan modern sunathrone klamp sejumlah 68 orang.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang terpilih dari sampling tertentu untuk
memenuhi atau mewakili populasi (Nursalam,2017). Sampel yang digunakan oleh
peneliti dalam penelitian ini adalah keluarga yang telah membawa anaknya ke
Klinik Hamzar untuk di khitan dengan metode modern sunathrone klamp.
3. Besar Sampel
Besar sampel adalah jumlah sampel yang digunakan dalam suatu penelitian.
Sedangkan besar sampel pada penelitian ini menggunakan rumus Slovin (Nursalam,
2008), sebagai berikut :
𝑛 = 𝑁
1 + n𝐸2

Keterangan :
N : Ukuran sampel
n : Ukuran populasi
E : Tingkat signifikansi (5%)
𝑛 = 68
1 + 68 (0,05)2
n = 58,12 = 58
Jadi jumlah sampel yang digunakan adalah sebanyak 58 responden.
Peneliti telah menetapkan kriteria sampel sebagai berikut :
a. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi
target yang terjangkau dan akan diteliti (Nursalam, 2017). Peneliti telah menetapkan
kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :
1) Keluarga yang telah membawa anaknya ke Klink Hamzar Mamben untuk di
khitan dengan metode modern sunathrone klamp secara mandiri.
2) Keluarga yang bersedia di teliti
3) Keluarga besar ( extended family)
b. Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi adalah suatu karakteristik dari populasi yang dapat menyebabkan
subjek yang memenuhi kriteria inklusi namun tidak dapat disertakan menjadi subjek
penelitian (Sani, 2016). Peneliti menetapkan kriteria eksklusi dalam penelitian ini
adalah : anak yang tidak di khitan dengan metode modern sunathrone klamp.

128
Journal Scientific of Mandalika (JSM) Vol.1, No. 1, Agustus 2020, e-ISSN: 2745-5955

4. Sampling
Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat mewakili
populasi. Sampling merupakan cara-cara yang ditempuh dalam pengambilan sampel,
agar memperoleh sampel yang benar-benar sesuai dengan keseluruhan subjek
penelitian (Nursalam, 2017). Pengambilan sampel penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan teknik purposive sampling. Purposive sampling merupakan pemilihan
sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai dengan yang
dikehendaki peneliti, sehingga sampel dapat mewakili karakteristik populasi yang
ada (Nursalam, 2017). Penetapan responden dipilih sesuai dengan kriteria yang
sudah ditetapkan di Klinik Hamzar Mamben Lombok Timur.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Berdasarkan pada pengalaman langsung peneliti dalam proses penelitian ini, ada
beberapa keterbatasan yang dialami oleh peneliti karena penelitian ini sendiri tentu
memiliki kekurangan yang perlu diperbaiki dalam penelitian – penelitian
kedepannya. Beberapa keterbatasan dalam penelitian ini antara lain :
1. Jumlah responden yang hanya 58 orang, tentunya jumlah sampelnya ini masih
kurang untuk menggambarkan keadaan yang sesungguhnya.
2. Objek penelitian hanya terfokus pada keluarga yang mampu secara mandiri
dalam pembiayaan tindakan khitan dan yang tidak diteliti pada penelitian ini
adalah keluarga yang kurang mampu dengan menggunakan SKTM sebagai
jaminan kesehatannya.
3. Dalam proses pengambilan data, informasi yang diberikan responden melalui
kuesioner terkadang tidak menunjukkan pendapat responden yang sebenarnya
hal ini terjadi karena perbedaan pemikiran, anggapan dan pemahaman yang
berbeda dari setiap responden.
4. Jarak antara rumah responden yang satu dengan yang lainnya berjauhan dan
terkadang kesibukan responden yang menjadi hambatan dalam peroses pengambilan
data.

KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan
Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi keluarga dalam pemilihan
metode khitan modern sunathrone klamp di Klinik Hamzar Kabupaten Lombok
Timur didapatkan hasil kesimpulan :
1. Jumlah responden dalam penelitian terdiri dari 58 responden, sebagian besar
responden berusia 20 – 30 tahun, sebagian besar berpendidikan SMA dan S1,
sebagian besar memiliki pekerjaan sebagai ibu rumah tangga dan wiraswasta serta
sebagian besar menerima informasi tentang metode khitan modern sunathrone
klamp dari media sosial.
2. Pengetahuan responden tentang metode khitan sebagian besar pada kategori cukup.
3. Motivasi responden terhadap pemilihan metode khitan sebagian besar pada
kategori tinggi.
4. Pemilihan metode khitan sunathrone klamp sebagian besar sangat tepat.
5. Ada hubungan antara pengetahuan dengan pemilihan metode khitan modern
sunathrone klamp
6. Ada hubungan antara motivasi dengan pemilihan metode khitan modern sunathrone
klamp.

129
Journal Scientific of Mandalika (JSM) Vol.1, No. 1, Agustus 2020, e-ISSN: 2745-5955

B. Saran
Mengacu pada hasil penelitian, pembahasan serta kesimpulan maka dapat di
kemukakan beberapa saran sebagai berikut :
a. Stikes Hamzar
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan bacaan khususnya bagi
mahasiswa program studi Pendidikan Keperawatan tentang factor- faktor yang
mempengaruhi keluarga dalam pemilihan metode khitan modern sunathrone
klamp.
b. Peneliti selanjutnya
Peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian dengan variabel yang
lain yang dapat mempengaruhi pemilihan metode khitan modern sunathrone klamp.
c. Keluarga
Keluarga dalam memilih metode khitan diharapkan bisa menyesuaikan dengan
kebutuhan anak dan mengkonsultasikan kepada petugas kesehatan untuk
menentukan metode apa yang terbaik bagi anaknya.
d. Petugas Kesehatan di Klinik
Petugas kesehatan yang berada di Klinik dapat meningkatkan informasi terkait
dengan metode khitan modern sunathrone klamp dan membarikan evaluasi kepada
keluarga yang sudah melakukan khitan modern dengan metode sunathrone klamp
pada anaknya.

DAFTAR PUSTAKA
Angel CA. Circumcision: Background, Pathophysiologi, Epidemiology [Internet].
Emedicine.medscape.com. 2014 [cited 15 April 2016]. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/1015820-overview.
Amran Y. Hubungan antara Motivasi KB dan Persepsi Terhadap Alat [Internet].
Kontrasepsi dengan Pergantian Metode Kontrasepsi di NTB [2018].
https://ejournal2.litbang.kemenkes.go.id>download/
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi). Jakarta:
Rineka Cipta.
Bachsinar, B. 1993. Sirkumsisi, Edisi keempat, penerbit: Widya Medika, Jakarta.
Basuki. 2010. Teknik Sirkumsisi. Malang: RSSA Malang
Creswell, John W. 2019. Research Design Pendekatan Metode Kualitatif, Kuantitatif,
Dan Campuran Edisi 4. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
George Terry, 1996. Prinsip – Prinsip Manajemen, Jakarta : Bumi Aksara
Hadari Nawawi, Manajemen Sumber Daya manusia, (Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press, 2011), hal. 359\
Hana, A, 2010. Mengenal 7 Metode Sunat/Khitan (Sirkumsisi). Available from:
http://www.kaahil.wordpress.com [Accessed 21 November 2018].
Haryono, Agus Sapto. 2014. Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Sirkumsisi Pada Anak
Laki-Laki. KTI. Universitas Muhammadiyah Ponorogo.
Hermana, A, 2000. Teknik Khitan Panduan Lengkap, Sistematis dan Praktis, Cetakan
Pertama, Penerbit : Widya Medika, Jakarta. Mansjoer, Arif, 2000. Kapita
Selekta Kedokteran. Jakarta: Media.
Jalaluddin Rakhmat, 2004, Metode Penelitian Komunikasi : Dilengkapi dengan Contoh
Analisis Statistik, Bandung : PT.Remaja Rosdakarya

130
Journal Scientific of Mandalika (JSM) Vol.1, No. 1, Agustus 2020, e-ISSN: 2745-5955

Johan F. Sirkumsisi Cara (Sunat/Khitan) [Internet]. 2014 [cited 9 Mei 2016]. Available
from: https://scribd.com/doc/125748665/sirkumsisi
KumparanMom, 2019. Mengenal 3 Metode Sunat,Lebih Baik Mana Untuk Anak?
[Internet].2019 [cited 23 Juni 2019] 14:19 Available from:
https://m.kumparan.com/kumparanmom/mengenal-3-metode-sunat-lebih-
baik-mana-untuk-anak-1rKanyFdloA
Khotima, F. N., Palarto, B., & Julianti, H. P. (2011). Hubungan pengetahuan dan sikap
istri dengan pemilihan kontrasepsi vasektomi pada pasangan usia subur.
Faculty of Medicine. Murtiyarini, I. (2015). Hubungan Pengetahuan Dan
Sikap Akseptor Kb Dengan Pemilihan Akdr Di Puskesmas Sungai Bahar
Iv Kecamatan Sungai Bahar Tahun 2014. Jurnal Bahana Kesehatan
Masyarakat (Bahana of Journal Public Health), 13(3), 134–140
Mulia Y, Adiputra PA. Teknik Guillotine dan Gomco Clamp pada Sirkumsisi [Internet].
2013 [cited 29 April 2016]. Available from:
download.portalgaruda.org/article.php?article=14476&val=970
Mulqiyaroh, Anares, Wijayanti, (2021), Hubungan Pengguna Media Sosial dengan
Tingkat Pengetahuan Remaja tentang Kesehatan Reproduksi pada Masa
Pandemi Covid-19 di SMK Bit Bina Aulia Bojong Kulur
http://repository.stikesrspadgs.ac.id/id/eprint/432
Ngo Tobhai. Male Circumcision Uptake, Postoperative Complications, and Satisfaction
Associated with Mid-Level Providers in Rural Kenya. HIV [Internet].
2012 [cited 17 April 2016]; 37. Available from:
http://dx.doi.org/10.2147/hiv.s30357
Notoatmodjo, S. 2012. Pendidikan dan perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
__________, S, 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta. , S, 2014.
Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Nugroho, Amin. 2014. Persepsi Orang Tua Tentang Perawatan Pasca Sirkumsisi pada
Anak Laki-Laki Usia Sekolah.KTI. Universitas Muhammadiyah
Ponorogo.
Nursalam. 2015. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu keperawatan
Pedoman Skripsi, Tesis, dan instrument Penelitian Keperawatan. Jakarta:
CV Agung Seto.
Nursalam. 2017. Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika
Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (PERDOSKI) Khitan
Pranata Y, Mahadhipta H, Sudjatmiko G. Sirkumsisi yang Aman & Efisien. Jakarta:
Sagung Seto; 2008

131

Anda mungkin juga menyukai