Anda di halaman 1dari 7

Rindu Baitullah

Oleh : Khusnatul mawaddah

IG : Khusnatul mawaddah

Gamis putih dan jilbab putihku masih tersimpan rapi


dilipatan baju paling bawah, aku punya 3 stel namun
kusisakan 1 stel saja untuk kenangan. Yang 2 stel kukasihkan
adik-adikku agar mereka segera menabung menuju baitullah.
Masih teringat saat aku dititipi 3 wanita yang 2 sudah sepuh
usia 70 an dan yang satu masih muda usia 40 an. Menjadi
istri dari ketua rombongan tidaklah mudah. Sejak di tanah air
para pembimbing yang semua bapak-bapak dibekali tehnik
mengelola emosi. Terutama saat membimbing jamaah yang
sudah sepuh dan yang muda namun belum punya
pengalaman. Syukurlah segala kesulitan terlewati berkat
pertolongan Allah.

Mulai datang di tanah suci kita umroh dulu di Miqod,


semua jamaah sudah memakai busana ihrom. Sepanjang
jalan di dalam bus selalu membaca do'a dengan terus
mengumandangkan lafadz" labbaik Allahumma
labbaik...labbaik ka laa syariikalaka labbaik..innal hamda
wani'mata laka wal mulk laa syarikalaq."

Sesampai di Makkah masuk masjid menuju ke rumah Allah


ka'bah kita mulai di maqom ibrahim dengan terus
mengelilingi ka'bah membaca kalimat talbiyah. SubhanAllah,
Alhamdulillah walaa ilaaha illallah Allahu Akbar. Thowaf
dengan terus berjalan mengelilingi ka'bah sejumlah 7 kali
putaran sambil terus berdo'a, jika bisa berkesempatan untuk
mencium hajar aswad itu kesempatan yang luar biasa. Hajar
aswad adalah batu hitam yang di ambil nabi Ibrahim dan
Ismail sebagai batu pertama saat membangun ka'bah sebagai
tempat kiblatnya ummat Islam sedunia.

Momen yang sangat menggetarkan jiwa, serasa kecil banget


aku dihadapan Allah, meski berjubel ummat sedunia aku
berusaha menahan semua lelah dan betul nyata, tubuh
serasa enteng saja bersama gelombang lautan manusia
thowaf terlaksana dengan tuntas. Setelah itu aku dan suami
bersama rombongan mencari maqom Ibrahim untuk sholat
dan berdo'a.

Do'a yang kupinta saat itu, "ya Allah ampuni hambamu,


hilangkan semua duka lara, limpahkan rahmadMu kepada
kami, ayah ibu kami, suami, anak-anak kami dan seluruh
sahabat dan ummat muslim. Ya Allah berilah hambamu
kekuatan untuk menjaga amanahmu, mendidik putra putri
kami dan menjaga murid kami, karyawan kami dan
tuntunlah hambamu di jalanMu selalu. Berilah kesehatan dan
rizki yang halal, masukkan kami ke dalam golongan orang-
orang yang beriman, Aamiin ya Robbal 'Alamin."

Aku bersimpuh,linangan air mata yang terus mengalir tak


bisa kubendung lagi. Mukena yang kukenakan basah dengan
air mata. Gambaran dosa dan amalanku teringat semua, saat
aku memarahi anak, menggerutu dengan suami, memarahi
guru karena kesalahannya, saat aku membantah orang tuaku
dan banyak lagi dosa dan noda selama aku diberi nyawa.
Perbuatan buruk yang keluar dari emosi membuat aku
semakin terlihat lemah bersimpuh di hadapan Allah. Aku
pasrahkan jiwaku untuk memohon diberi kesempatan untuk
memperbaiki.

Selesai berdo'a didepan ka'bah aku dan rombongan mencari


air zam-zam, tak lupa berdo'a agar air zam-zam menjadi
penyejuk jiwa yang meronta. SubhanAllah betul- betul
menyegarkan, air yang keluar dari hentakan kaki nabi Ismail
AS bersama sang bunda Siti Hajar setelah berlarian bingung
dari bukit Shofa ke bukit Marwa. Aku merasakan betapa
lelahny saat itu Siti Hajar, tanpa suami dan tak ada satu
orangpun yang menolong selain Allah.

Setelah semua ritual Thowaf terpenuhi, kami semua istirahat


duduk berlama-lama di masjid sambil menikmati bekal,
menunggu adzan tiba, Begitulah esok harinya melanjutkan
lagi syarat haji yaitu berlari kecil dari Shofa ke Marwa,
mencukur rambut bagi laki-laki, bermalam di Muzdalifah,
berdo'a di bukit Shofa dan Marwa kemudian ke padang
Arofah bermalam di Mina, di sanalah kita meminta do'a
sebanyak-banyaknya baru melempar jumrah 'Ula, Wustho
dan Aqobah saat hari raya haji tiba. Sehabis melempar
Jumroh bisa langsung Thowaf keliling ka'bah, bisa juga esok
harinya.

Rentetan kegiatan haji memang membutuhkan tenaga extra,


semuanya hambaran kita menjalani kehidupan sehari-hari.
Harus fokus, sungguh-sungguh punya targed dan ada evaluasi
refleksi. Nutrisi yang memberi kekebalan atas cuaca yang
jelas sangat beda dengan tanah air sangat disarankan tidak
boleh diabaikan.

Perjalanan haji hampir 50 persen dikerjakan melalui jalan


kaki, jadi membutuhkan kekuatan fisik yang prima. Suka duka
saat bermalam di Mina misalnya juga membutuhkan
kesabaran tingkat dewa, mandi bergantian tidak boleh
memakai wewangian, dengan ribuan orang yang berlatar
belakang beda negara, budaya serta karakter. Aku dan
rombongan selalu menjaga kesabaran dan kekuatan fisik,
saling membantu dan menguatkan walau pada akhirnya ada
yang meninggal di tengah perjalanan.

Apapun kondisiku saat ini, Allah maha tahu hambanya yang


selalu rindu Baitullah, disetiap lafadz do'aku selalu kuselipkan
"ya Allah semoga aku ke rumah-Mu, ijinkan rinduku pada
Baitullah terpenuhi."

Semoga kita selalu sehat.

Bionarasi

Khusnatul mawaddah lahir di kota kecil Bojonegoro Jawa


timur, suka menulis sejak duduk di bangku SLTA. Mempunyai
4 putra dan kini masih aktif bekerja di PAUD Attaqwa
Mojokampung. Suka berorganisasi di Himpaudi, 'Aisyiyah,
Forum baca masyarkat serta PKG. Hidup ini sementara
memperbanyak saudara dan bersilaturrohim adalah kunci
kebahagiaan.
Illustrasi

Rindu Baitullah, semoga aku bisa ke rumah-Mu adalah


keinginan semua ummat muslim sedunia. Kekuatan do'a dan
ihtiar merupakan syarat mutlak untuk menggapainya. Tak
akan jemu dan menawarkan candu untuk berdo'a di depan
ka'bah. Bisa tangisan menderu, penyesalan berbuat dosa
serta menyesal tidak berbuat kebaikan. Semoga Allah
kabulkan keinginan kita semua. Aamiin.

Anda mungkin juga menyukai