Anda di halaman 1dari 25

AKTIVITAS DAN LINGKUNGAN BISNIS

Handoyo DW

Jenis-jenis Aktivitas Bisnis

Production

Distribution Consumption

Lingkungan bisnis

Demografi
Ekonomi
Budaya

Pemasok
Pemerintah
Perusahaan
Pelanggan Alam

Pesaing Lembaga
Keuangan
Politik

Teknologi
BISNIS ?

Kegiatan yang dilaksanakan secara terus menerus

oleh perseorangan atau kelompok dengan cara

menjual atau dan atau menyewa gunakan barang atau

jasa untuk mendapatkan penghasilan dengan tujuan

memperoleh keuntungan.

Definisi tersebut menitikberatkan pada kemampuan


menghasilkan (produce) dan pencapaian tingkat
keuntungan atau laba.

Organisasi bisnis yang sukses adalah organisasi bisnis


yang mampu memenuhi kebutuhan masyarakat dan
perusahaan memperoleh keuntungan dari transaksi
tersebut.

Definisi Bisnis memfokuskan pada aspek-aspek:


a. Kegiatan individu dan kelompok.
Masing-masing inividu dan kelompok bekerja bersama
-sama dalam rangka mencapai satu tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya. Orang-orang yang terlibat
dalam organisasi bisnis menyertakan harta dan modal
lainnya sebagai tanda penyertaan bergabung dalam
bisnis tersebut.
b. Penciptaan nilai.
yaitu kegunaan bentuk (form utility), kegunaan
tempat (place utility), kegunaan waktu (time utility),
dan kegunaan kepemilikan (possesion utility).
c. Penciptaan barang dan jasa.
Perusahaan dapat memilih antara menciptakan barang
atau menciptakan jasa untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat. Dalam penciptaannya, baik barang
maupun jasa memiliki proses produksi yang berbeda-
beda.
d. Keuntungan melalui transaksi.
Keuntungan akan diperoleh apabila perusahaan dapat
menjual hasil produksinya dan masyarakat membeli
dengan harga yang disepakati (transaksi).

MENGAPA RENCANA BISNIS DIBUTUHAN ?

 SEBAGAI PANDUAN : Mengembangkan suatu

panduan yang dapat diikuti sepanjang usia usaha

 SEBAGAI DOKUMEN PENDANAAN : Mencari

dana; memerinci dana untuk memajukan tujuan

perusahaan dan meningkatkan laba.


ALASAN ORANG BERUSAHA :

 Mencari tambahan penghasilan (bagi karyawan

pemerintah/-swasta)

 Tidak ada pekerjaan

KEUNTUNGAN ORANG BERUSAHA SENDIRI :

 Tidak harus melaksanakan perintah orang lain

 Bekerja sesuai dengan irama kerja Anda sendiri

 Mendapat pengakuan, martabat, dan keuntungan atas

pekerjaan Anda yang dilakukan dengan baik

 Mempunyai kendali yang lebih besar atas kehidupan

Anda sendiri; dan

 Menikmati perasaan menjadi orang yang kreatif dan

dapat menyumbangkan sesuatu kepada masyarakat

dan bangsa.
MASALAH MUNCUL BILA ORANG BERUSAHA
SENDIRI :
 Bekerja dengan jam kerja yang lama, siang dan malam

 Tidak dapat mengambil liburan atau cuti istirahat

apabila Anda sakit

 Akan memikul resiko terhadap tabungan Anda sendiri

 Khawatir tentang gaji dan hutang, bahkan bisa tidak

mendapat gaji Anda sendiri

KEGAGALAN SUATU USAHA :


 Kurang ketrampilan dan keahlian : Tidak mempunyai

pengetahuan dan ketrampilan dalam mengelola uang,

orang, mesin, persediaan barang, dan pelanggan

 Pengalaman yang tidak seimbang : Berpengalaman dalam

bidang penjualan tetapi tidak berpengalaman dalam

bidang pembelian, berpengalaman dalam bidang

keuangan tetapi tidak berpengalaman dalam bidang

produksi atau penjualan

 Masalah pemasaran : Tidak dapat menarik cukup banyak

pelanggan karena kurang iklan, barang-barang yang


berkualitas rendah, jasa pelayanan yang buruk.

MENINGKATKAN DIRI SEBAGAI PENGUSAHA :

 minta bantuan kepada orang lain,

 mengikuti pelatihan,

 mengamati usaha orang lain, dan

 membaca buku.

JENIS USAHA UNTUK DAPAT MEMULAI USAHA :

 Perusahaan dagang : membeli barang dari pedagang

grosir atau pabrik, dan menjual barang tersebut kepada

pelanggan dan perusahaan lain.

 Perusahaan Manufaktur : Usaha ini bergerak dalam

pembuatan barang (batu bata, mebel dll)

 Perusahaan Jasa : Usaha layanan jasa memberikan

nasehat ahli atau menyediakan tenaga kerja. Contohnya

adalah mekanik bengkel, tukang listrik, tukang kayu,

dan sebagainya.

 Usaha dalam bidang pertanian atau kehutanan : Usaha

ini memproduksi sesuatu yang berberasal dari tanah.


Petani atau penangkap ikan termasuk dalam usaha

pertanian, (persawahan atau peternakan unggas)

GAGASAN USAHA HARUS MEMILIKI 2 HAL :

1. Harus ada peluang ekonomis

2. Harus mempunyai ketrampilan dan sumber daya untuk

memanfaatkan peluang tersebut

FUNGSI BISNIS MELIPUTI :

a. Fungsi Mikro Bisnis


kemampuan aktivitas bisnis dalam memberikan
kontribusinya kepada pihak-pihak yang berperan secara
langsung terhadap proses penciptaan nilai (creation of
value), yaitu:

1) Pekerja / Karyawan.
Para pekerja menginginkan adanya imbalan berupa upah
atau gaji yang layak dari hasil kerja mereka. Sementara
manajer menginginkan adanya kinerja yang tinggi yang
ditunjukkan oleh omzet pnjualan dan laba.
2) Dewan Komisaris.melakukan
ke direksi
pengawasan sesuai anggaran dan ngasih nasihat

Organisasi atau perusahaan yang berukuran besar


semacam PT, biasanya terdiri dari beberapa dan bahkan
ribuan orang yang terlibat di dalamnya. Keterlibatan
orang-orang tersebut biasanya disebut sebagai pemegang
saham.
3) Pemegang saham.
Para pemegang saham memiliki kepentingan dan tanggung
jawab tertentu terhadap perusahaan. Tanggung jawab
tersebut didasarkan pada seberapa besar sumbangan
(saham) mereka terhadap perusahaan. Demikian
sebaliknya, apabila perusahaan memperoleh keuntungan
maka mereka akan memperoleh imbalan sebesar yang
mereka sertakan.

b.Fungsi Makro Bisnis


Fungsi makrobisnis dapat dipandang sebagai kemampuan
aktivitas bisnis dalam memberikan kontribusinya kepada
pihak-pihak yang terlibat secara tidak langsung dalam
pembentukan dan pngendalian bisnis. Pihak-pihak yang
dimaksud adalah sebagai berikut:

1) Masyarakat sekitar perusahaan.


Keberadaan perusahaan diharapkan dapat memberikan
kontribusi kepada masyarakat sekitarnya sebagai bentuk
tanggung jawab sosial perusahaan. Bentuk tanggung jawab
sosial bisa berupa pemberian rekrutmen karyawan, dan
pengendalian lingkungan.
2) Bangsa dan negara.
Tanggung jawab perusahaan terhadap bangsa dan negara
diwujudkan dalam kewajibannya dalam membayar pajak.
Pajak yang dibayarkan oleh perusahaan dipergunakan
untuk pembangunan fasilitas, sarana dan prasarana
termasuk listrik, air, dan jalan yang dibutuhkan dalam
kegiatan operasional perusahaan.

1. Elemen Dan Sistem Bisnis


Dalam suatu bisnis, hubungan antara elemen-elemen pembntuk sistem bisnis
sangat terkait. Masing-masing elemen merupakan fakta penunjang bagi elemen yang
lainnya. Yang dimaksud elemen bisnis dalam pengertian ini adalah faktor-faktor
penunjang dalam kegiatan bisnis, baik yang bersifat teknis maupun nonteknis. Faktor
tersebut tidak berada dalam satu kegiatan yang terpisah akan tetapi merupakan satu
kesatuan yang utuh. Lemahnya satu elemen dalam bisnis akan mempengaruhi kekuatan
bisnis tersebut. Dengan demikian, porsi sumber daya yang dimiliki oleh sebuah bisnis
akan menentukan masa depan dari bisnis yang bersangkutan.
Elemen-elemen bisnis yang utama dan merupakan sumber daya yang kompetitif
bagi sebuah bisnis terdiri dari empat elemen utama, yaitu modal, bahan-bahan, Sumber
Daya Manusia (SDM) dan ketrampilan manajemen. Walaupun masih terdapat elemen-
elemen yang lain, namun elemen-elemen tersebut masih mendominasi dalam sistem
bisnis.
a. Modal (Capital)
Modal dalam pengertian ini dapat iinterpretasikan sebagai sejumlah uang yang
digunakan dalam menjalankan kegiatan-kegiatan bisnis. Banyak kalangan yang
memandang bahwa modal uang bukanlah segala-galanya dalam sebuah bisnis.
Namun perlu dipahami bahwa uang dalam sebuah bisnis diperlukan untuk
memperoleh faktor-faktor produksi, seperti bahan baku dan upah tenaga kerja. Yang
menjadi persoalan di sini bukanlah penting tidaknya modal, karena keberadaannya
memang sangat diperlukan, akan tetapi bagaimana mengelola modal secara optimal
sehingga bisnis yang dijalankan dapat berhasil (sukses).
Modal dalam bisnis dapat diperoleh dari berbagai pihak sumber, yaitu modal
sendiri, modal pinjaman melalui perbankan, dan modal patungan (kerja sama).
Masing-masing sumber modal tersebut memiliki keterbatasan dalam penggunaan dan
risiko tanggungan. Perusahaan yang memiliki modal besar tidak serta merta
merupakan bisnis yang sukses atau sebaliknya, perusahaan dengan modal kecil tidak
berarti peluangnya untuk sukses sangat kecil. Yang terpenting dalam hal ini adalah
bagaimana mengelola (manage) sumber daya capital sebagai elemen yang produktif
untuk pengembangan bisnis.

b. Bahan-bahan (Materials) atau SDA


Bahan-bahan merupakan semua sumber alam, termasuk tanah, kayu, material,
dan minyak. Sumber alam tersebut disebut juga sebagai faktor yang diperlukan dalam
melaksanakan aktivitas bisnis untuk diolah dan menghasilkan barang dan jasa yang
dibutuhkan oleh masyarakat. Di Indonesia, sumber daya alam seperti disebutkan di
atas sangatlah berlimpah. Ketersediaan sumber daya alam tersebut diharapkan mampu
dimanfaatkan untuk pengembangan bisnis di tanah air.
Untuk mencapai keunggulan bisnis, perusahaan tidak bisa hanya
mengandalkan ketersediaan bahan material yang berlimpah. Kualitas dari bahan
tersebut juga harus dipertimbangkan, karena kualitas bahan baku yang dipergunakan
akan berdampak pada kualitas produk yang dihasilkan. Jika produk yang dihasilkan
memiliki kualitas yang tinggi, maka loyalitas pelanggan akan tetap terjaga. Dengan
demikian keuntungan dalam jangka panjang dapat dicapai.

c. Sumber Daya Manusia (Human Resource)


Karyawan merupakan salah satu sumber daya dan sekaligus input yang
berharga yang dimiliki oleh perusahaan. Dalam suatu perusahaan antara pekerja dan
pemimpin memiliki kepentingan-kepentingan tersendiri. Para pekerja menginginkan
adanya imbalan berupa upah atau gaji yang layak dari hasil kerja mereka. Sementara
pemilik bisnis menginginkan adanya kinerja yang tinggi yang ditunjukkan oleh
besarnya omzet penjualan dan laba. Pertentangan dua kepentingan ini sering kali
menimbulkan konflik di dalam perusahaan itu sendiri.
Dalam mengantisipasi tantangan lingkungan persaingan bisnis masa
mendatang, perusahaan perlu mempertimbangkan untuk meningkatkan kompetensi
melalui Sumber Daya Manusia (SDM) yang dipekerjakan di lingkungan organisasi /
perusahaan. Antisipasi itu harus dilakukan seiring dengan kegiatan menetapkan
kualifikasi SDM dalam perencanaan SDM sesuai dengan persyaratan jabatan /
pekerjaan yang membutuhkan SDM baru di masa depan, yang perlu diawali dengan
menetapkan kualifikasi SDM yang memiliki kemampuan bisnis secara umum.
Nawawi (2003) mengungkapkan bahwa SDM yang dipekerjakan di
lingkungan sebuah organisasi / perusahaan harus memenuhi kualifikasi sebagai
berikut:
1) Memiliki kemampuan kompetitif (SDM kompetitif)
Tenaga kerja yang ingin memasuki dunia bisnis haruslah memiliki daya
kompetitif, dan ini merupakan syarat utama bagi setiap perusahaan yang ingin
tetap kuat dalam persaingan.
2) Memiliki kemampuan yang berkualitas tinggi (SDM berkualitas)
Kualifikasi ini dbutuhkan oleh setiap perusahaan / organisasi secara
universal, karena merupakan syarat bagi pelaku bisnis dalam mencapai
keunggulan. Karakteristik SDM yang berkualitas meliputi kualitas jasmani,
psikologi, dan spiritual.

d. Ketrampilan Manajemen (Managing Skill)


Sebuah bisnis yang sukses adalah bisnis yang dijalankan dengan sistem
manajemen (pengelolaan) yang efektif. Sistem manajemen yang efektif adalah sistem
yang dijalankan berdasarkan prosedur dan tata kerja manajemen, yaitu perencanaan
yang efektif, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian.
Kunci keberhasilan dalam sistem pengelolaan sebuah bisnis adalah bagaimana
perusahaan dapat mempergunakan sumber daya yang ada untuk menghasilkan barang
atau jasa yang berkualitas, memenuhi harapan masyarakat atau pelanggannya. Dalam
hal ini efisiensi penggunaan faktor produksi (bahan baku, modal tenaga kerja)
menjadi tuntunan utama. Tidak sedikit perusahaan yang gagal karena
ketidakmampuannya dalam mengelola aset secara baik. Oleh karena itu, sebuah bisnis
mensyaratkan adanya tim manajemen yang profesional, terampil, dan andal dalam
menjalankan dan mengoperasikan bisnis tersebut.

Capital

Management
Materials
Skill

Human Resource
Elemen-elemen Bisnis
Elemen-elemen bisnis yang dijelaskan di atas kemudian diolah dan diproses
oleh lembaga bisnis atau perusahaan melalui berbagai cara dengan pemanfaatan
teknologi produksi yang memadai guna menghasilkan barang dan jasa untuk
pemenuhan kebutuhan masyarakat. Oleh karena bisnis itu menghasilkan barang dan
jasa untuk memuaskan kebutuhan masyarakat, maka bisnis juga dikatakan sebagai
sebuah sistem (business system). Kata sistem di sini menunjukkan adanya saling
keterkaitan antara bisnis dan unsur-unsur mayarakat lainnya. Setiap tindakan dalam
bisnis juga berhubungan dengan sistem politik, politik, sistem ekonomi, dan sistem
hukum.
Bisnis itu sendiri dapat dilihat sebagai suatu sistem total (keseluruhan) yang
terdiri dari sub sistem yang lebih kecil seperti industri. Setiap industri terdiri dari
banyak perusahaan yang besar dan produknya bervariasi. Sementara setiap
perusahaan mempunyai beberapa subsistem seperti produksi, pemasaran, SDM, dan
keuangan. Bila digambarkan, maka sistem bisnis itu tampak seperti gambar di bawah
ini.

INPUT PROSES OUTPUT

Bisnis menerima Bisnis memproses Bisnis menghasilkan


input dan input dengan cara barang dan jasa
mengoperasikannya yang paling efisien kebutuhan konsumen
dalam kendala dengan sehingga
lingkungan fisik, mengorganisasikan menciptakan manfaat
ekonomi, politik, sumber daya, ekonomi dan sosial
hukum, teknologi, memotivasi SDM dan serta meningkatkan
dan sosial mengaplikasikan standar kehidupan
teknologi yang tepat masyarakat
Sistem Bisnis

2. Jenis-Jenis Kegiatan Bisnis


Ruang lingkup bisnis sangatlah beragam dan berbeda-beda sesuai dengan ukuran
dan jenis kebutuhan yang akan dilayani. Pada dasarnya, aktivitas bisnis dapat
dikelompokkan dalam tiga aktivitas utama, yaitu aktivitas produksi (production activity),
aktivitas distribusi (distribution activity), dan aktivitas konsumsi (consumption activity).
Ketiga aktivitas tersebut dapat berjalan bersama-sama dalam satu bisnis, atau terpisah
dari aktivitas bisnis lainnya.

Production

Distribution Consumption

Jenis-jenis Aktivitas Bisnis

a. Aktivitas Produksi
Produksi dapatlah didefinsi sebagai setiap kegiatan yang menghasilkan barang
atau jasa. Dalam pengertian sehari-hari, aktivitas produksi ini sering dianggap
sinonim dengan pembuatan barang-barang. Hal ini berarti bahwa sebuah bisnis
dijalankan untuk membuat barang atau jasa yang dibutuhkan oleh manusia atau
konsumen. Perusahaan dapat memilih tiga alternatif jenis produk barang atau jasa
yang dihasilkan, yaitu produk primer, produk sekunder, dan produk tersier.

b. Aktivitas Distribusi
Aktivitas distribusi merupakan kegiatan bisnis yang melakukan fungsi
pemindahan barang dan jasa dari suatu tempat yang lainnya. Istilah distribusi dalam
kegiatan pemasaran biasa disebut dengan saluran distribusi (distribution of channel),
yaitu aktivitas yang menyalurkan barang dan jasa dari perusahaan ke lokasi-lokasi
penampungan (distributor) baik yang berada dalam satu wilayah maupun antar
wilayah.
Seperti yang diungkapkan sebelumnya, bahwa salah satu fungsi bisnis adalah
melakukan pemindahan tempat (place utility). Jika barang dan jasa dibiarkan berada
di perusahaan maka keberadaan dari barang dan jasa tersebut kurang memiliki nilai
ekonomis. Barang dan jasa harus dipindahkan ke suatu tempat yang memungkinkan
konsumen dapat menikmati melalui proses pertukaran (transaksi) sehingga barang
dan jasa tersebut memiliki nilai ekonomis.
Salah satu bentuk bisnis yang melakukan aktivitas distribusi ini adalah bisnis
di bidang jasa kargo. Bisnis semacam itu saat ini sangat menjanjikan mengingat
banyak perusahaan yang lebih menyukai menggunakan jasa tersebut karena lebih
efisien dan praktis dengan tingkat risiko yang kecil. Perusahaan jasa kargo pada
hakekatnya adalah melayani jasa pemindahan dari tampat penampungan (gudang
penyimpanan) ke tempat tujuan tertentu yang ditentukan oleh pemilik barang.

c. Aktivitas Konsumsi
Aktivitas konsumsi mengacu pada kemampuan perusahaan untuk
menciptakan permintaan terhadap barang atau jasa yang ditawarkan. Kemampuan
tersebut biasanya diukur dari seberapa besar penjualan (selling) yang diperoleh
perusahaan. Semakin tinggi tingkat penjualan perusahaan, hal itu menunjukkan
semakin besar konsumsi masyarakat terhadap barang dan jasa yang ditawarkan,
sehingga dapat dikatakan perusahaan telah melakukan aktivitas konsumsi yang sangat
baik.
Untuk meningkatkan konsumsi terhadap barang dan jasa yang ditawarkan,
peran aktivitas produksi dan distribusi sangatlah membantu. Apabila barang dan jasa
yang ditawarkan memiliki kualitas yang baik dan memenuhi selera masyarakat, maka
konsumsi tentu akan tercipta dengan sendirinya.
Tingkat konsumsi yang sangat tinggi hanya dapat dipertahankan apabila
pembeli memiliki daya beli terhadap produk yang ditawarkan. Hal tersebut sangat
dipengaruhi oleh tingkat pendapatan siap untuk dikonsumsikan. Pendapat seseorang
yang akan didistribusikan pada pengeluaran-pengeluaran lainnya, seperti kewajiban
membayar pajak, bayar sewa bangunan dan menabung.
LINGKUNGAN BISNIS
Setiap perusahaan, baik yang berskala besar, menengah, maupun kecil akan
berinteraksi dengan lingkungan di mana perusahaan tersebut berada. Lingkungan itu
sendiri selalu mengalami perubahan-perubahan yang begitu cepat. Dengan demikian
perusahaan yang bisa bertahan hidup adalah perusahaan yang bisa menyesuaikan diri
dengan perubahan lingkungan.
Keberhasilan perusahaan untuk bertahan dan berkembang dipengaruhi oleh
beberapa faktor, baik yang bisa dikontrol oleh perusahaan maupun yang tidak. Oleh
karena itu, prestasi perusahaan merupakan fungsi dari variabel yang bisa dikontrol seperti
strategi dan lingkungan perusahaan sebagai variabel kontrol (Kim & Lim, 1986).
Para ahli mengelompokkan lingkungan perusahaan ke dalam dua jenis, yaitu
lingkungan langsung dan lingkungan tidak langsung. Porter (1980) mengemukakan
bahwa lingkungan bisnis dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu lingkungan eksternal
dan lingkungan internal. Lingkungan eksternal tebagi dalam dua kategori, yaitu
lingkungan umum dan lingkungan industri, sementara itu lingkungan internal merupakan
aspek-aspek yang ada di dalam perusahaan. Lingkungan umum meliputi faktor-faktor
politik, ekonomi, sosial, dan teknologi; lingkungan industri meliputi aspek-aspek yang
terdapat dalam konsep strategi bersaing (competitive strategy) yang meliputi aspek
hambatan masuk, aspek daya tawar pemasok, aspek daya tawar beli, aspek ketersediaan
barang substitusi dan aspek persaingan dalam industri; lingkungan internal perusahaan
meliputi aspek keuangan, SDM, pemasaran, operasional dan aspek perusahaan.
Lingkungan bisnis tersebut dapat dipengaruhi seluruh aspek bisnis baik pada tingkat
perusahaan maupun individual.
Komponen apa saja yang termasuk dalam lingkungan eksternal dan umum dapat
dilihat pada gambar di bawah ini (Perusahaan dan Lingkungannya) :

Demografi
Ekonomi
Budaya

Pemasok
Pemerintah
Perusahaan
Pelanggan Alam

Pesaing Lembaga
Keuangan
Politik

Teknologi

1. Lingkungan Umum
Lingkungan umum merupakan lingkungan yang berpengaruh secara tidak
langsung terhadap kinerja perusahaan dan hampir semua perusahaan dipengaruhi oleh
lingkungan tersebut. Komponen-komponen dari lingkungan umum tersebut meliputi
demografi, ekonomi, alam, teknologi, politik, dan budaya.
a. Demografi. Isu-isu penting yang perlu diamati oleh perusahaan dalam lingkungan
demografi itu antara lain adalah perubahan tentang struktur umur penduduk,
permasalahan jenis kelamin (gender), ras, peluang kerja dan pengangguran, serta
masalah-masalah yang menyangkut urbanisasi.
b. Ekonomi. Lingkungan ekonomi yang mempengaruhi prestasi kerja dari suatu
perusahaan meliputi, tingkat pertumbuhan ekonomi, tingkat pendapatan
masyarakat, perubahan selera dan pola pengeluaran konsumen yang diakibatkan
dari perubahan pendapatan.
c. Alam. Sumber daya alam memberikan bahan-bahan yang dibutuhkan oleh
perusahaan. Ketersediaan bahan-bahan akan menjamin kelancaran kerja dari
perusahaan. Sebaliknya, perusahaan tidak dapat melakukan aktivitas dengan baik
kalau bahan-bahan yang diperlukan tidak tersedia.
d. Teknologi. Lingkungan teknologi merupakan yang dapat menciptakan produk dan
pasar baru. Teknologi yang canggih akan dapat menciptakan daya saing yang kuat
bagi perusahaan yang pada akhirnya akan mengubah cara kerja perusahaan.
Dewasa ini perkembangan teknologi mengalami kemajuan yang sangat pesat, baik
di bidang bisnis maupun di bidang yang mendukung kegiatan bisnis.
e. Politik. Kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh pemerintah sering kali bermuatan
politis. Kebijakan tertentu biasanya berlawanan arah dengan misi dan tujuan
perusahaan. Ada beberapa perusahaan yang diuntungkan dari kebijakan politik
tersebut, dan ada pula perusahaan yang dirugikan bahkan menjadi mati karena
kebijakan yang dibuat tersebut bermuatan politis.
f. Sosial dan Budaya. Seperti yang tlah dikemukakan sebelumnya, bahwa kehidupan
perusahaan tidak terlepas dari dinamika lingkungan di sekitarnya. Masyarakat dan
budaya merupakan kekuatan yang secara umum mempengaruhi kehidupan
perusahaan yang tercermin dari persepsi, nilai-nilai kemasyarakatan dan agama,
perilaku dan kepercayaan. Manajer-manajer harus menyesuaikan praktik mereka
dengan harapan masyarakat yang berubah-ubah di mana mereka bekerja dan
berada.
Kondisi sosial masyarakat memang berubah-ubah. Hendaknya perubahan-perubahan
sosial yang terjadi yang mempengaruhi perusahaan dapat diantispasi oleh perusahaan.
Aspek kondisi sosial misalnya sikap, gaya hidup, adat istiadat, dan kebiasaan dari
orang-orang di lingkungan eksternal perusahaan, serta kondisi kultural, ekologis,
demografis, religius, pendidikan, dan etnis.

2. Lingkungan Internal
Lingkungan internal perusahaan merupakan kekuatan-kekuatan yang ada dalam
perusahaan itu sendiri dan sifatnya dapat dikontrol oleh perusahaan. Lingkungan internal
berpengaruh secara langsung terhadap kompetensi atau kinerja dari sebuah perusahaan.
Kekuatan-kekuatan yang ada dalam lingkungan internal tersebut mliputi; pekerja, dewan
komisaris, dan pemegang saham.
Tom Peters dan Robert Waterman (dalam, Pearce and Robinson, 1996),
mengidentifikasi faktor-faktor kunci yang digunakan untuk menjelaskan kinerja dari
sebuah perusahaan. Kerangka itu memberikan visualisasi yang bermanfaat mengenai
komponen kunci yang harus diperhatikan para manajer atau pengbisnis dalam
menjalankan dan mengembangkan bisnisnya. Gambar di bawah menampilkan komponen
-komponen dalam lingkungan internal yang dikembangkan oleh Tom Peters dan Robert
waterman.

Strategi

Struktur Sistem

Nilai bersama
(Kultur)

Ketrampilan Gaya kepemimpinan

Staf (management)

Sumber: Pearce and Robinson (1996), Strategic Management, Ricard D, Irwin, Inc.
a. Struktur
Struktur membantu mengidentifikasi kegiatan-kegiatan kunci perusahaan dan cara
kegiatan-kegiatan itu dikoordinasikan untuk mecapai tujuan perusahaan.
Menyesuaikan struktur dengan strategi menrupakan tugas fundamental para
pemilik dan manajer perusahaan.
b. Strategi
Strategi dapat didefinisikan sebagai penentuan tujuan dasar jangka panjang dan
sasaran sebuah perusahaan, dan penerimaan dari serangkaian tindakan serta
alokasi dari sumber-sumber yang dibutuhkan untuk melaksanakan tujuan
perusahaan (Robins: 1990). Penerapan strategi-strategi yang efektif akan
menjamin tercapainya tujuan perusahaan yang efektif pula.

c. Sistem
Motivasi dan pengendalian personil manajerial dalam pelaksanaan strategi
dilakukan mekanisme atau sistem imbalan perusahaan yang meliputi kompensasi,
kenaikan gaji, bonus, opsi saham, proposi, demosi, penghargaan, pujian, kritik,
tanggung jawab, norma kelompok, penilaian prestasi, ketegangan, dan ketakutan.
Mengikuti pedoman-pedoman untuk menyusun struktur sistem imbalan yang
efektif akan dapat menjamin suksesnya implementasi strategi.
d. Gaya kepemimpinan
Kepemimpinan dan kultur perusahaan merupakan fenomena yang saling
bergantung. Setiap aspek (style) dari kepemimpinan pada akhirnya dapat
membantu membentuk kultur perusahaan. Sebaliknya, kultur perusahaan yang
sudah ada dapat sangat mempengaruhi efektivitas seorang pemimpin.
e. Staf dan karyawan
Karyawan merupakan salah satu sumber daya dan sekaligus input yang berharga
yang dimiliki oleh perusahaan. Dalam suatu perusahaan, antara pekerja dan
pemimpin memiliki kepentingan-kepentingan tersendiri. Para pekerja
menginginkan adanya imbalannya berupa upah atau gaji yang layak dari hasil
kerja mereka. Sementara pmimpin menginginkan adanya kinerja yang tinggi yang
ditunjukkan oleh besarnya omzet penjualan dan laba. Pertentangan dua
kpentingan ini sering kali menimbulkan konflik di dalam perusahaan.
f. Budaya perusahaan
Selain memberikan identitas pada perusahaan, budaya perusahaan juga dapat
menumbuhkan komitmen bagi para karyawan untuk mencapai tujuan perusahaan.
Bahkan komitmen yang melebihi tujuan pribadinya sendiri. Karyawan akan
memberikan komitmennya kepada keyakinan dan nilai-nilai itu sebagai keyakinan
dan nilai-nilai pribadinya.
Variabel-variabel lingkungan yang telah diuraikan di atas tentunya memberikan pengaruh
secara bersamaan terhadap cara kerja dari perusahaan. Yang menjadi permasalahan
sekarang ini adalah bagaimana bentuk bengaruh dari lingkungan itu terhadap perusahaan
dan bagaimana strategi manajemen dalam menghadapi perubahan lingkungan itu. Dengan
memahami dan mengkaji kedua permasalahan tersebut diharapkan nantinya manajemen
dapat bekerja mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien.

3. Lingkungan dan Kondisi Bisnis


Untuk dapat melihat bntuk pengaruh lingkungan terhadap kondisi bisnis, di sini
akan dikemukakan satu model yang diperkenalkan oleh James D. Thomson. Dalam
model ini Thomson membagi dua dimensi utama yang digunakan yaitu: 1) tingkat
perubahan, dan 2) tingkat homogenitas. Tingkat perubahan akan melihat seumum mana
stabilitas suatu lingkungan yang diukur dengan skala tingkat perubahan stabil dan
perubahan dinamis. Sementara itu, tingkat homogenitas melihat seumum mana
kompleksitas lingkungan yang diukur dengan skala homogenitas sederhana dan
homogenitas kompleks. Masing-masing skala akan membentuk suatu derajat
ketidakpastian lingkungan seperti yang ditunjukkan gambar sebagai berikut:

Ketidakpastian
Moderat (1)
Sederhana Ketidakpastian
Rendah
Tingkat homogenitas

Ketidakpastian Ketidakpastian
Moderat (2) Tinggi
Kompleksitas

Model Hubungan Lingkungan dan Perusahaan

Pada gambar tersebut menunjukkan bahwa masing-masing matriks memiliki


tingkat ketidakpastian yang berbeda-beda tergantung pada situasi dan kondisi tingkat
homogenitas dan perubahan lingkungan yang dihadapi. Ketidakpastian juga sangat
tergantung pada jenis kegiatan yang dilakukan. Perusahaan dikatakan berada dalam
kondisi ketidakpastian tinggi apabila perusahaan tersebut menghadapi perubahan
lingkungan yang cepat dan elemen homogenitas yang sangat kompleks.
Sebaliknya, kombinasi perubahan yang dinamis dngan elemen lingkungan yang
sederhana menunjukkan perusahaan itu berada dalam ketidakpastian moderat (1).
Perbedaan tingkat ketidakpastian tersebut menuntut manajer untuk mengambil tindakan
antisipasi yang berbeda pula. Semakin besar ktidakpastian lingkungan yang dihadapi oleh
perusahaan, maka semakin lingkungan itu membatasi pilihan-pilihan dan kebebasan para
manajer untuk menentukan nasib mereka sendiri.
Beberapa strategi yang dapat diambil dalam rangka menghadapi perubahan
lingkungan dan ketidakpastian itu dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain
pertama, melakukan penyesuaian terhadap perubahan lingkungan. Tindakan ini
dilakukan manakala kekuatan lingkungan tidak dapat diubah. Perubahan dapat
melakukan penyesuaian dengan mengubah perusahaan, struktur atau desainnya. Kedua,
melakukan pemantauan lingkungan secara tidak langsung. Dalam hal ini manajer terus
memantau lingkungan dengan mencari informasi dari berbagai media. Ketiga,
mempengaruhi lingkungan langsung. Alternatif dari tindakan ini adalah melakukan lobi,
pemasangan iklan dan perundingan-perundingan dngan pihak-pihak terkait.
Sehubungan dengan perubahan lingkungan bisnis saat ini dan kecenderungan
masa depan, maka dituntut kemampuan perusahaan untuk melakukan hal-hal sebagai
berikut: keunggulan, kemampuan unik
a. Membangun keunggulan kompetitif melalui distinctive capability. memanfaatkan resource
b. Membangun dan secara berkelanjutan memutahirkan peta perjalanan untuk
mewujudkan masa depan perusahaan.
c. Menempuh langkah-langkah strategik dalam membangun masa depan perusahaan.
d. Mengarahkan dan memusatkan kapabilitas dan komitmen seluruh personel dalam
membangun masa depan perusahaan.
Dengan demikian pembuat keputusan strategik (decision making strategy) sadar
bahwa pengetahuan mengenai lingkungan perusahaan mereka akan menolong dalam
meningkatkan posisi bersaing perusahaan, meningkatkan efisiensi operasi, serta
memenangkan pertarungan dalam perekonomian global. Ada dua alasan lingkungan
menjadi suatu analisa penting dalam mendukung peningkatan kinerja (market share)
sebuah perusahaan, yaitu a) sebuah perusahaan tidak berdiri sendiri, sehingga setiap
perubahan yang dilakukan oleh pesaing maupun komponen lingkungan lainnya tentu
akan mempengaruhi kemampuan perusahaan tersebut. Cara terbaik untuk menghadapi
kondisi tersebut adalah mengubah cara kerja dan target yang diinginkan, b) perubahan
lingkungan adalah yang pasti sehingga sikap kehati-hatian dan berjaga-jaga menjadi
penting.
ETIKA BISNIS

Etika bisnis (business ethic) dapat diartikan sebagai pengetahuan tentang tata cara
ideal pengaturan pengaturan dan pengelolaan bisnis memperhatikan norma dan moralitas
yang berlaku secara universal secara ekonomi / sosial, dan pengetrapan norma dan
moralitas ini menunjang maksud dan tujuan kegiatan bisnis (Muslich, 1998: 4).
Meningkatnya persaingan antara kelompok bisnis menjadikan masing-masing
pelaku bisnis meningkatkan daya saingnya melalui peningkatan keunggulan bersaing (
competitive advantage) agar tetap bertahan (survive) dan meningkatkan kinerja
perusahaan (performance corporate) secara keseluruhan. Batasan-batasan sumber daya,
baik sumber daya alam (SDA), modal, manusia, teknologi, dan batas-batas etika yang
disepakati.
Pengelolaan perusahaan yang dibatasi oleh ketersediaan sumber daya menuntut
perilaku perusahaan (corporate behavior) yang dapat membangun etika dalam berbisnis.
Sebagai contoh, dalam meningkatkan penjualan, perilaku perusahaan terhadap pelanggan
atau konsumen tampak pada upaya-upaya yang dilakukan untuk mempertinggi nilai guna
yang dipersepsi konsumen (perceive use value) dan memperendah yang dipersepsi (
perceive price) terhadap produk yang ditawarkan, seperti terlihat dalam aktivitas
pemasaran terutama periklanan (advertising) dan promosi penjualan (sales promotion).
Perubahan-perubahan besar dalam praktik pengelolaan bisnis dewasa ini
menyebabkan perhatian terhadap etika bisnis (business ethic) semakin penting.
Chandra.R (1995: 20) mengamati sekurang-kurangnya terdapat enam perubahan besar di
dunia bisnis, terutama di indonesia dalam tiga dekade terakhir ini. Keenam perubahan
yang mempengaruhi berbagai faktor ini diduga membuat etika menjadi persoalan yang
mendasar, yakni sebagai berikut:
a. Perkembangan di lingkungan nasional secara umum.
b. Perkembangan di lingkungan nasional akibat intervensi atau bimbingan
pemerintah.
c. Perkembangan di lingkungan global / internasional.
d. Perubahan tuntutan konsumen bagi perusahaan.
e. Perkembangan hubungan pemasok-perusahaan.
f. Perkembangan tuntutan agar perusahaan menjalankan fungsi sosial lebih baik.

1. Masalah dan Pro-Kontra etika Bisnis


Perilaku perusahaan beserta perangkat internalnya dalam interaksi dengan
lingkungan sekitar akan menetukan kualitas keberadaan perusahaan. Sama halnya dengan
interaksi manusia dalam masyarakat, di mana eksistensi dan kualitas hidup manusia
ditentukan berdasarkan pada referensi nilai dan norma moral. Secara sederhana, masalah
etika muncul bila terjadi konflik tanggung jawab, atau konflik loyalitas. Hal ini muncul
karena kepentingan diri sendiri dan kepentingan orang lain bertabrakan dan kepentingan
orang lain mungkin dikorbankan demi diri sendiri atau kelompok sendiri dalam praktik
bisnis. Chandra. R (1995: 43) mengemukakan ciri-ciri lain dari masalah etika bisnis
adalah adanya dilema di mana orang harus:
a. Memilih antara hal yang benar dan yang salah, atau salah dengan lebih salah.
b. Memilih antara baik dan buruk.
c. Memilih antara tujuan atau cara yang baik.
d. Mempertimbangkan situasi yang kompleks.
e. Memilih antara survival atau hati nurani.
f. Ada konflik antara motivasi dan hasil / akibat yang ditimbulkannya.
g. Apapun keputusan ada harga yang mesti dibayar / resiko yang harus diambil.
h. Apapun keputusannya, tidak mungkin orang menghindar dari masalah ini.
i. Salah satu tanda yang paling sering muncul ialah adanya pergulatan dari masalah
hati si pemeran bisnis yang menghadapi masalah tersebut.
Pro-kontra terhadap masalah etika juga dikemukakan oleh Kitson dan Campbell
(1996: 97-98), bahwa masalah utama etika dalam dunia bisnis berakar dari persoalan ini
dikelompokkan menjadi tiga, yaitu pendapat yang menolak tanggung jawab, pendapat
yang mau menerima tanggung jawab secara terbatas, dan pendapat yang mau menerima
tanggung jawab sosial secara utuh. Argumen yang menolak tanggung jawab menyatakan
bahwa perusahaan hanyalah sesuatu yang artifisial saja, tak tampak, tak dapat disentuh
dan hanya ada dalam kontemplasi hukum saja sehingga walaupun secara hukum
perusahaan bisa dituntut namun akhirnya yang terkena tanggung jawab secara riil adalah
personel-personel dalam perusahaan.
Argumen yang menerima tanggung jawab secara terbatas sesungguhnya hanyalah
merupakan sedikit ekstensi argumen yang menolak tanggung jawab sosial perusahaan.
Kalau argumen yang menolak lebih menekankan pada sudut pandang sumber aktivitas
bisnis (individu-individu) bahwa perusahaan tak lebih hanyalah suatu struktur organisasi
formal, maka argumentasi yang menerima secara terbatas lebih menekankan perhatian
pada esensi aktivitas bisnis itu sendiri (perilakunya). Di sini perusahaan dianggap sebagai
kolektivitas individu yang dapat mempunyai tanggung jawab kolektif terbatas hanya pada
aspek ekonomi saja, sesuai dengan ide awal keberadaannya.
Adapun argumen yang menerima sepenuhnya tanggung jawab sosial secara utuh
lebih menekankan perhatian pada sudut pandang entitas yang dituju aktivitas bisnis, yaitu
masyarakat tentang perusahaan adalah suatu organisasi yang mempunyai kompleksitas
struktur yang tidak sekedar pengelompokkan personalnya saja hanya sehingga mampu
mengambil keputusan khas yang hampir pasti berbeda dengan keputusan masing-masing
personal secara terpisah. Tanggung jawab itu tidak hanya terbatas pada aspek hukum
saja, namun secara esensiil untuk keseluruhan aspek yang terkait dengan tindakannya,
terutama aspek moral.

2. Prinsip-Prinsip Etika Bisnis


Sebagaimana halnya dengan komponen bisnis lainnya, etika bisnis memiliki
prinsip-prinsip yang bertujuan untuk memberikan acuan cara yang harus ditempuh oleh
perusahaan untuk mencapai tujuannya. Prinsip-prinsip etika harus dijadikan pedoman
bagi seluruh perusahaan agar memiliki standar yang baku sehingga tidak menimbulkan
ketimpangan dalam memandang etika sebagai standar kerja atau operasi perusahaa.
Muslich (1998: 31-33) mengemukakan prinsip-prinsip etika bisnis sebagai
berikut:
a. Prinsip Otonomi
Prinsip otonomi memandang bahwa perusahaan secara bebas memiliki
wewenang sesuai dengan bidang garap yang dilakukan dan pelaksanaannya dengan
visi dan misi yang dimilikinya. Dalam melaksanakan aktivitasnya, perusahaan tidak
terpengaruh atau bergantung pada pihak atau lembaga lain yang dapat merugikan
kedua belah pihak. Kebijakan yang ditetapkan oleh perusahaan yang berorientasi pada
kemakmuran, kesejahteraan para pekerja ataupun komunitas yang dihadapinya.
b. Prinsip Kejujuran
Kejujuran menjadi nilai paling mendasar dalam mendukung keberhasilan
kinerja perusahaan. Dalam hubungannya dengan lingkungan bisnis, kejujuran
diorientasikan pada seluruh pihak, baik karyawan, konsumen, para pemasok dan pihak-
pihak lainnya yang terkait dengan aktivitas bisnis. Prinsip kejujuran penting dipegang
kuat oleh perusahaan karena hal ini akan dapat meningkatkan kepercayaan dari
lingkungannya. Beberapa bentuk penerapan dari prinsip kejujuran meliputi; kejujuran
dalam perjanjian kontrak kerja, kejujuran dalam penawaran barang dengan kualitas dan
fakta riil, kejujuran dalam hubungan kerja dengan perusahaan lain, dan kejujuran
perusahaan dengan tenaga kerja.
c. Prinsip Tidak Berniat Jahat
Prinsip tidak berniat jahat erat kaitannya dengan prinsip kejujuran. Apabila
kejujuran dapat diterapkan, maka keinginan perusahaan akan membantu perusahaan
dalam membangun kepercayaan masyarakat, justru kejahatan dalam berbisnis akan
menghancurkan perusahaan itu sendiri.
d. Prinsip Keadilan
Prinsip ini menganjurkan perusahaan untuk berlaku adil kepada pihak-pihak
yang terkait dengan sistem bisnis. Sebagai contoh, perusahaan memberikan pelayanan
yang sama pada konsumen yang membayar dengan harga yang sama, memberikan gaji
atau upah yang adil kepada karyawan sesuai dengan kontribusi yang diberikannya.
e. Prinsip Hormat pada Diri Sendiri
Prinsip ini memandang perlunya meningkatkan citra perusahaan melalui prinsip
kejujuran, tidak berniat jahat, dan berlaku adil. Menjaga nama baik (citra) merupakan
pengakuan atas keberadaan perusahaan tersebut, sebagai prinsip-prinsip lainnya
dengan sendirinya akan terbangun pula.
Lima prinsip etika tersbeut tentu tidak mungkin secara keseluruhan dilakukan
secara bersamaan. Oleh karena itu, yang terpenting dalam hal ini adalah bagaimana
perusahaan tetap komitmen terhadap pentingnya memelihara dan menjaga etika bisnis.
Dalam jangka panjang perusahaan akan memperoleh manfat yang besar dari
dilaksanakannya prinsip-prinsip tika bisnis.
3. Hak Konsumen dan etika Bisnis
Ada empat hak dasar konsumen yang diterima secara umum sebagai inti dalam
kontrak sosial, tetapi oleh konsensus sosial ditambah dua lagi sehingga hak dasar
konsumen menjadi enam. Hak-hak tersebut adalah:
a. Hak akan keselamatan.
b. Hak untuk mendapatkan informasi.
c. Hak untuk memilih.
d. Hak untuk didengar (diberi ganti rugi).
e. Hak untuk menikmati lingkungan yang bersih.
f. Tanggung jawab minoritas dan kaum miskin.

a. Hak akan Keselamatan


Bagian dalam RUU, mengenai hak konsumen yang diajukan Kennedy
berbunyi “konsumen mempunyai hak untuk dilindungu dari produk atau jasa yang
berbahaya bagi kesehatan dan kehidupan”. Hak keselamatan dibuat secara spesifik di
bawah Consumer Product Safety Commission (CPSC).

b. Hak untuk mendapatkan informasi


RUU menegaskan bahwa konsumen memiliki hak untuk dilindungi dari
informasi iklan, pelabelam, atau praktek lain yang dianggap curang, menipu atau
menyesatkan dan untuk diberi fakta yang diperlukan untuk melakukan pilihan
berdasarkan informasi. Hans Thorelli, mengatakan “konsumen yang diberi informasi
adalah konsumen yang dilindungi dan lebih dari itu adalah konsumen bebas”. Hanya
konsumen yang dapat memutuskan apakah informasi yang diterima itu berguna atau
tidak.

c. Hak untuk memilih


Secara umum UU ekonomi berbasis pasar mencakup prinsip laissezfaire, yang
berpendapat bahwa konsumen mendapat pelayanan paling baik ketika perusahaan
menghadapi persaingan bebas dan menawarkan pilihan tanpa kekangan. Sebagian
orang berpendapat bahwa pilihan yang sehat dan bijaksana akan sulit untuk
dilaksanakan bila terlalu banyak alternatif produk dan promosi. Sebagian yang lain
berpendapat bahwa konsumen harus dipaksa melakukan apa yang terbaik untuk
mereka, lepas dari preferensi pribadi. Bila kedua sudut pandang tersebut dijalankan,
maka akan menyebabkan sejumlah pembatasan pilihan.

d. Hak untuk didengar (diberi ganti rugi)


Hak konsumen berbunyi “konsumen mmpunyai hak untuk diyakinkan bahwa
kepentingan konsumen akan mendapat pertimbangan penuh dan simpatik dalam
perumusan kebijakan pemerintah dan perlakuan adil dan cepat dalam pengadilan
administratifnya. Ganti rugi dapat dicapai dengan tiga cara, yaitu: pencegahan,
restitusi, dan hukuman. Komponen utama dari badan legislasi yang mengawasi
restitusi hukuman dirinci dalam tabel sebagai berikut:

Tabel Perbaikan Untuk Perlindungan Konsumen


Pencegahan Restitusi Hukuman
Tata laku Penyingkapan Denda dan kurungan
alternatif
Penyingkapan
Persyaratan informasi Koreksi iklan Kehilangan laba
Pergantian klaim Pembayaran kembali, Gugatan hukum
limitasi pada kontrak
abitrasi

e. Hak untuk menikmati lingkungan yang bersih


Polusi lingkungan merupakan produk sampingan yang patut mendapatkan
perhatian serius pada abad teknologi. Suatu bukti menunjukkan bahwa kenaikan yang
tajam kadar karbondioksida dan khloroflourokarbon di atmosfir mengurangi lapisan
ozon yang melindungi bumi dari radiasi yang berbahaya.

f. Tanggung jawab minoritas dan kaum miskin


Mengatasi kemiskinan dan minoritas merupakan masalah yang sangat sulit,
bahkan negara maju pun belum dapat menuntaskan maslah ini. Para peneliti
konsumen telah menyelidiki masalah mengenai bagaimana mereka yang paling
banyak mengalami diskriminatisi dapat lebih efisien mengalokasikan sumber daya
mereka yang terbatas. Selain itu dengan penelitian konsumen akan dapat
meningkatkan efisiensi pemasaran di kalangan perusahaan dan organisasi yang
melayani pangsa pasar yang beruntung. Sebagai contoh, perusahaan yang dimiliki
oleh minoritas dibantu untuk mencapai pasar yang lebih luas.
Setiap organisasi selalu dihadapkan pada masalah realitas yang terus berubah,
oleh seba itu lebih dibutuhkan pendekatan prefentif dari pada yang bersifat rekatif
terhadap konsumerisme (Amirullah: 2002). Konsumerisme bukan anti bisnis,
melainkan kekuatan netral yang wajar sebagai respon terhadap aliansi.
Sistem usaha bebas dikendalikan oleh pasar dibangun dengan asumsi bahwa
pengusaha dan manajer akan bertindak sesuai dengan kepentingannya yang sudah
dicanangkan. Hal ini keuntungan material akan menjadi motif penuntun, tetapi
memperkenalkan kendala bahwa pasar harus benar-benar dilayani dengan fokus pada
kepentingan konsumen jangka.
Suasana konpetitif yang dihadapi perusahaan menghasilkan tekanan riil untuk
mengkompromikan etika. Para pengambil keputusan perusahaan menghadapi dilema
ini terus menerus. Gambar di bawah ini memperlihatkan bahwa perilaku manajerial
yang bertanggung jawab dibentuk oleh lima dimensi. Dimensi yang paling mendasar
adalah nilai dan kepercayaan konsumen. Kemudian dibentuk dalam suatu undang-
undang yang mendefinisikan secara mengkodifikasi garis dasar etika. Semakin ke
atas akan semakin spesifik. Tingkat ketiga adalah kode etika industri, kemudian
disusul kode perusahaan dan akhirnya akan menjadi operasional pada tingkat
pengambilan keputusan individu.

Tindakan individual

Kode Perusahaan

Kode Industri

Legislasi

Standar Konsumen dan Nilai


Dasar Standar Etika Perilaku Manajerial yang Bertanggung Jawab

Anda mungkin juga menyukai